Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI KLINIK
yang dilaksanakan di
PRAKTEK DOKTER HEWAN BERSAMA (PDHB)
DRH. CUCU K. SAJUTHI JAKARTA UTARA

KASUS BEDAH I
“OPERASI KATARAK OCULAR DEXTER PADA ANJING POM”

Oleh:
ADE MAHENDRA, Skh
180130100111045

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

57
KASUS BEDAH I
OPERASI KATARAK OCULAR DEXTER PADA ANJING POM

I. SIGNALEMEN
Nama : Ariel
Ras/Breed : Anjing/ Pom
Warna Rambut : putih
Berat Badan : 7,7 kg
Suhu : 38,00C
Sex : betina
Usia : 7 Tahun

Gambar 1. Anjing Ariel (Dokumentasi pribadi, 2019).

II. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/Tingkah laku : Aktif
Gizi : Baik
Pertumbuhan Badan : Baik
Sikap berdiri : Mampu berdiri tegak dengan empat
kaki
Suhu tubuh : 38,0 oC
Frekuensi nadi : 84x/ menit
Frekuensi napas : 30x/menit

58
Capillary Refill Time (CRT) : ≤ 2 detik

2. Kulit dan Rambut


Aspek rambut : Bersih dan mengkilat
Kerontokan : Tidak ditemukan kerontokan
Kebotakan : Tidak ada kebotakan
Turgor kulit : ≤ 2detik
Permukaan kulit : Pigmentasi normal
Bau Kulit : Bau khas kulit
3. Kepala dan Leher
a. Inspeksi
Ekspresi wajah : Tidak responsive
Pertulangan wajah : Simetris
Posisi tegak telinga : Terkulai ke samping keduanya
Posisi kepala : Tegak diatas bahu
Mata dan Orbita Kiri
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Konjunctiva : Rose, basah dan tidak ada kerusakan
Membran nictitans : Tidak terlihat
Mata dan Orbita Kanan
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Konjunctiva : Rose, basah, tidak ada kerusakan
Membran nictitans : Tidak terlihat
Bola Mata Kiri
Sclera : Putih
Kornea : Bening, basah, rata
Iris : Kuning, tidak ada kelainan
Limbus : Rata, tidak ada kelainan
Refleks pupil : Tidak ada
Lensa Keruh terdapat lapisan berawan tebal
:
Vasa Injectio : Tidak ada

Bola Mata Kanan


Sklera : Putih
Kornea : Bening, basah, rata
Iris : Kuning, tidak ada kelainan
Limbus : Rata
Refleks pupil : Ada lambat

59
Lensa Keruh terdapat lapisan berawan sedikit tebal
:
Vasa Injectio : Tidak ada
Hidung dan Sinus
Bentuk pertulangan : Simetris
Aliran udara : Aliran udara lancar pada kedua kavum nasal.
Cermin hidung : Basah, bersih dan licin
Mulut dan Rongga Mulut
Defek bibir : Tidak terdapat perubahan.
Mukosa : Rose, basah dan tidak ada kerusakan
Lidah : Rose, basah, licin dan tidak ada kerusakan.
Gigi geligi : Bersih, lengkap, tidak ada karang
Telinga
Posisi : Terkulai kesamping keduanya
Bau : Bau khas serumen
Permukaan daun telinga : Telinga bersih, rose pale, tidak ada kelainan
Krepitasi : Tidak ada
Reflek panggilan : Ada
Leher
Perototan : Kompak
Trakea : Teraba, tidak ada refleks batuk saat di palpasi
Esofagus : Teraba dan kosong
Kelenjar Pertahanan
Ln.Mandibularis : Teraba
Lobulasi Jelas
:
Konsistensi Kenyal
Kesimetrisan : Simetris, tidak ada pembengkakan
:
Ln. Retropharingeal : Tidak teraba
Ln.Axilaris : Tidak teraba
Ln.Prefemoralis : Tidak teraba
Ln.Popliteus : Teraba
Jelas
:
Lobulasi Kenyal
Konsistensi Simetris tidak ada pembengkakan
Kesimetrisan
4. Thoraks
a. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris

60
Tipe pernapasan : Costalis
Ritme pernapasan : Ritmis/ teratur
Intensitas : Sedang
Frekuensi : 30x/menit
Trakea : Teraba
Refleks batuk : Tidak ada
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada reaksi kesakitan
Penekanan M. intercostalis : Tidak ada reaksi kesakitan
Perkusi
Lapangan Paru-Paru Tidak ada perluasan
:

Auskultasi
Suara pernapasan : Tidak ada kelainan
Suara ikutan : Tidak terdengar
b. Sistem Peredaran Darah
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada
Auskultasi
Frekuensi : 84x/menit
Intensitas : Sedang
Ritme : Ritmis
Suara ikutan Tidak ada
:
Sinkron Pulsus dan Sinkron
:
Jantung
5. Abdomen dan Organ Pencernaan
Inspeksi
Ukuran rongga abdomen : Tidak terdapat perbesaran abdomen
Bentuk rongga abdomen : Simetris

61
Palpasi
Epigastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan
Mesogastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan.
Hipogastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan
Auskultasi
Suara peristaltik usus : Terdengar
Suara borboritmis : Tidak terdengar
Anus
Daerah sekitar anus : Bersih
Refleks sphincter ani : Terdapat refleks mengkerut
Kebersihan perianal : Bersih
6. Sistem Urogenital
Ginjal : Tidak teraba
Vesica Urinaria : Teraba berisi urin, terletak didaerah
hipogastrikum dan tidak ada reaksi
kesakitan saat dipalpasi.
Alat Kelamin Betina
Mukosa Vulva : Rose, basah dan licin
Kelenjar mamae
Besar : Tidak ada perubahan atau pembesaran
Letak Ventral thorax-abdomen
:
7. Sistem Saraf
Tengkorak : Pertulangan tegas
Collumna vertebralis Tidak ada reaksi kesakitan pada saat
:
palpasi.
Gangguan kesadaran : Tidak ada gangguan
8. Alat Gerak
Inspeksi

Perototan kaki depan : Simetris

62
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Cara berjalan : Koordinatif
Bentuk pertulangan : Tidak ada penonjolan
Tuber coxee dan tuber ischii : Simetris

Palpasi Struktur Pertulangan

Kaki kanan depan : Tegas dan kompak


Kaki kanan belakang : Tegas dan kompak
Kaki kiri depan : Tegas dan kompak
Kaki kiri belakang : Tegas dan kompak
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak ada reaksi kesakitan
Panjang kaki depan ka/ki : Sama panjang, simetris
Panjang kaki belakang ka/ki : Sama panjang, simetris
Reaksi saat palpasi otot : Tidak ada rasa sakit

III. Temuan Klinis


Hasil pemeriksaan fisik diketahui bahwa anjing Ariel tampak susah melihat.
Mata sebelah kiri dan kanan berkabut, terdapat lapisan berawan.

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ini antara lain
pemeriksaan mata dengan pen light, opthalmoscope, tonometri, slit lamp,
electroretinogram.
a. Pen Light
Pen light atau disebut juga pen diagnostik adalah pen yang sangat
umum dan banyak digunakan sebagai alat bantu penerangan. Untuk

63
memeriksa didalam mulut pasien, bagian dalam telinga pasien dan untuk
memeriksa mata pasien. Pen light digunakan untuk mengetahui adanya
refleks pupil terhadap cahaya yang dipancarkan.
b. Opthalmoscope
Opthalmoscope adalah suatu alat dengan system cermin dan
memancarkan seberkas sinar ke dalam mata untuk memeriksa anatomi
interna dari mata (fundus). Pemeriksaan fundus meliputi evaluasi diskus
optikus (melihat bentukan mangkuk fisiologis dan proporsi ukurannya),
pembuluh darah retina (melihat ukuran, distribusi, penyilangan, dan warna
pantulan), karakteristik retina (melihat warna umum, pendarahan, cairan
dan perlekatannya), area macula dan fovea centralis (melihat warna merah
gelap dan pantulan sentral), dan vitreus humor (dapat berkabut,
mengandung larva, benda asing, struktur okuler lain, seperti fragmen lensa
dan retina, dimana semua ini dapat mengganggu transmisi impuls visual
atau kemampuan untuk melihat retina dengan jelas) (James, 2006).

Gambar 2. Opthalmoscope (James, 2006).


Pada ophtalmoscop terdapat dua roda putar, yaitu pada bagian atas
merupakan pengaturan kekuatan diopter lensa/organ mata. Sedangkan
pada bagian bawah terdiri dari 5 pengaturan yaitu (1) slit untuk mengatur
elevasi lesion, (2) pegaturan diameter cahaya kecil untuk pupil yang tidak
berdilatasi, (3) pengaturan diameter cahaya besar untuk pupil yang
berdilatasi, (4) grid untuk mengevaluasi ukuran relative lesia, dan (5)
warna lensa/kaca hijau untuk membedakan warna pigmen dari perdarahan
retina, perdarahan akan terlihat sebagai warna hitam.
Pemeriksaan opthalmoscope dengan diopter 10 dapat melihat
kelainan pada lensa contohnya pada kasus katarak dan Senile Nucleus

64
Sclerosis (SNS). Pada kondisi normal lensa tidak terlihat dengan
opthamolscope karena sangat bening dan transparan. Pada pemeriksaan
retina dengan opthamolscope dilakukan untuk melihat fundus dan ada atau
tidaknya vaskularisasi. Pengaturan diopter pada opthalmoscope dalam
pemeriksaan mata dapat disesuaikan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Tabel pengaturan diopter pada opthalmoscope untuk pemeriksaan
mata.
Struktur Organ Mata yang Diopter pada Opthalmoscope
Dilihat
Kornea +15 s/d +20
Iris +12 s/d +15
Capsular lensa Anterior +12 s/d +15
Capsular Lensa Posterior +8 s/d +12
Vitreous +8 s/d +2
Fundus dan Optic Disc +2 s/d -2

c. Tonometer

Gambar 2. Alat tonometri untuk pemeriksaan tekanan bola mata


Tonometri pada gambar 2 merupakan alat untuk intra ocular
pressure (IOP). Tekanan tersebut harus diperiksa sebelum dan sesudah
operasi karena apabila IOP low pada bola mata dapat mengindikasikan
bahwa mata tersebut mengalami uveitis yaitu radang pada uvea mata dan
sebaliknya apabila IOP terlalu tinggi dapat mengindiksikan terjadi
glaukoma. Hasil pemeriksaan IOP anjing Areil sebelum operasi pada mata
sebelah kanan yaitu 5/7 mmHg sedangkan mata kiri 5/6 mmHg.

65
Tekanan intraokular turun bisa mengindikasikan terjadinya radang
intraokular (uveitis). Uvea terdiri dari iris, corpus siliaris dan koroid
(Barnett, 2006).
d. Slit Lamp
Slit lamp adalah instrument yang digunakan untuk memeriksa
penyakit atau kelainan pada mata yang tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang. Mata pasien akan diberi sumber cahaya intensitas tinggi yang
difokuskan ke mata. Pemeriksaan meliputi kelopak mata, sclera,
konjungtiva, iris, lensa, dan kornea. Pemeriksaan slit lamp memberikan
pandangan diperbesar stereoskopik dari struktur mata secara rinci,
memungkinkan diagnosis secara anatomi dibuat untuk berbagai kondisi
mata. Pemeriksaan dengan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak
secara rinci dan identifikasi lokasi serta derajat kekeruhan dengan cepat
(Ilyas, 2004).

e. Electroretinogram
Elektroretinogram (ERG) adalah tes mata yang mengevaluasi
fungsi retina, film yang melapisi bagian dalam mata. Uji ERG membantu
mendiagnosa penyakit pada retina. Elektroretinogram (ERG) berfungsi
untuk mencatat bentuk kompleks potensial biolistrik yang terdapat pada
retina mata yang dikerjakan melalui rangsangan cahaya pada retina.
Selama uji ERG, sel-sel retina (sel batang dan kerucut) melepaskan
sejumlah kecil listrik ketika ada kilatan cahaya. Banyaknya cahaya yang
memasuki mata dan banyak listrik keluar, dapat digunakan untuk menilai
bagaimana sel batang dan kerucut bekerja. Untuk mengambil listrik dari
retina, lensa kontak khusus ditempatkan pada permukaan mata (Siregar,
2011).
Pada pemeriksaan mata menggunakan alat diagnosa penunjang
menunjukkan hasil yang normal. Dari pemeriksaan menggunakan penlight
masih ada reflek dari mata meskipun lemah. Selain itu hasil pemeriksaan
mata terhadap anjing Areil dengan menggunakan direct ophtalmoscope,
slit lamp, tonometer, dan electroretinogram (ERG) ternyata masih

66
menunjukkan respon yang baik sehingga masih dapat dilakukan operasi
katarak ocular dexter. Namun sebelum operasi dilakukan pemeriksaan
hematologi dan kimia darah untuk mengetahui apakah fungsi organ masih
cukup baik atau tidak. Hasil hematologi dan kimia menunjukkan hasil
yang baik dan menunjukkan anjing ariel layak untuk dioperasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan
hematologi dan kimia darah (tabel 2), cek parasit darah dan tes
Elektroretinogram (ERG) untuk melihat respon retina terhadap cahaya
pada waktu yang sama.. Pemeriksaan dilakukan sebelum hewan menjalani
operasi. Hal ini bertujuan agar dokter hewan yang hendak mengoperasi
mengetahui bagaimana kondisi pasien, apakah pasien tersebut layak atau
tidak untuk menjalani operasi.
Tabel 2 Pemeriksaan Hematologi dan Kimia Darah.
KISARAN
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
NORMAL

HEMATOLOGI ANJING

Sel darah putih


6,7 10^3/mikroliter 6.0-17.0
(WBC)

Sel darah merah


8,5 10^6/mikroliter 5.5-8.5
(RBC)

Hemoglobin (Hb) 18,8 g/dL 12.0-18.0

Hematokrit (HCT) 53,3 % 37.0-55.0

MCV 66,2 fL 60.0-77.0

MCH 23,4 Pg 19.5-24.5

MCHC 35,3 g/dL 32.0-36.0

Trombosit (PLT) 227 10^3/mikroliter 200-500

Limfosit 21,3 % 12.0-30.0

Monosit 3 % 3.0-10.0

Eusinofil 3,9 % 2.0-10.0

67
Granulosit 71,8 % 60.0-80.0

Limfosit 1,4 10^3/mikroliter 1.0-4.8

Monosit 0,2 10^3/mikroliter 0.15-1.35

Eusinofil 0,3 10^3/mikroliter 0.01-1.25

Granulosit 4,8 10^3/mikroliter 3.5-14.0

RDW 11,7 % 12.0-16.0

PCT 0,18 % 0.0-2.9

MPV 7,9 fL 6.7-11.0

PDW 14,7 % 0.0-50.0

KIMIA DARAH

AST/SGOT 33 U/L 8.9-48.5

ALT/SGPT 32 U/L 8.2-57.3

Ureum (BUN) 49,5 Mg/dL 10-20

Kreatinin 0,9 Mg/dL 1-2

Total protein 7,1 g/dL 5.4-7.5

Albumin 4 g/dL 2.6-4.0

Globulin 3,1 g/dL 2.7-4.4

Ratio A/G 1,29 0.6-1.1

Alkalin phosphate 71 U/L 10.6-100.7

Glukosa 79 Mg/dL 60-100

Secara keseluruhan hasil pemeriksaan darah anjing Ariel tidak ada


kelainan. Ureum yang meningkat dan total protein yang meningkat tidak diikuti
dengan peningkatan kreatinin menandakan bahwa hewan tersebut mengalami
dehidrasi.

V. Diagnosa

68
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan hasil pemeriksaan lanjutan
didapatkan bahwa anjing areil diduga mengalami Kataract Oculare Dexter.
Dengan diagnose banding Senile Nucleus Sclerosis (SNS).

VI. Pembahasan Katarak


a. Etiologi Katarak
Katarak merupakan penyakit yang menyerang mata dimana terjadi
perubahan warna pada lensa mata menjadi berwarna putih atau abu-abu
(keruh) secara menyeluruh atau sebagian sehingga menyebabkan mata
sulit melihat karena cahaya tidak bisa masuk ke retina yang terhalang oleh
lensa mata yang rusak. Kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat
keduanya. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokasi di
lensa seperti korteks dan nucleus. Katarak dapat menyerang satu mata
(unilateral) atau kedua mata (bilateral) dan lebih umum terjadi pada anjing
tua. Jika tidak ditangani, katarak akan berkembang dan menyebabkan
kebutaan total (Ilyas, 2006). Jika opasitas katarak masih tipis, tidak akan
terlalu mengganggu penglihatan, namun harus terus dipantau karena jika
menjadi semakin tebal, lama kelamaan akan menyebabkan kebutaan.
Normalnya mata memiliki lensa mata yang jernih sehingga cahaya dapat
diteruskan ke retina.
Katarak dapat terjadi pada semua usia. Terdapat empat tahapan
pada katarak, yaitu incipient, immature, matur, dan hypermature. Katarak
incipient merupakan tahap awal dari gejala katarak, dalam tahapan ini
tidak perlu dilakukan operasi. Incipient cataract terjadi ketika luasan
katarak <15% volume lensa. Pada tahapan immature terjadi kerusakan
visual secara bilateral. Immature cataract terjadi ketika luasan katarak
15% sampai dengan 99% volume lensa. Katarak terjadi ketika luasan
katarak 100% dari volume lensa Mature (Gellat dan Janice, 2016). Tahap
kebutaan pada mata dapat terlihat pada fase mature yang terlihat dari
warna lensa yang semakin buram. Sebagian besar pemilik mulai

69
menyadari bahwa anjing mengalami kebutaan pada fase mature. Dalam
kasus katarak hypermature lensa mulai mencair karena terjadi proteolisis
(Distl and Boeve, 2007). Klasifikasi katarak berdasarkan tahapan
pematangan terdapat pada Gambar 4.

Gambar 4. Klasifikasi katarak berdasarkan tahapan pematangan (berurutan dari


kiri ke kanan: incipient cataract, immature cataract, mature cataract dan
hypermature cataract) (Gellat dan Janice, 2016).

b. Predisposisi Penyebab Katarak


Penyebab katarak bermacam-macam antara lain infeksi mata,
uveitis, breed predisposition, usia dan diabetes mellitus. Usia yang
semakin bertambah akan mempengaruhi penyerapan nutrisi mata untuk
lensa sehingga inti lensa akan menjadi sedikit padat dan membuat lensa
berwarna keruh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Vaughan et al,
(2000) bahwa pengertian dari katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak
memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan
oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.
Breed predispotition katarak antara lain anjing ras American
cocker spaniel, Poodle, Boston teriier, Miniature, Schnauzer, Bichon
Freeze, Labrador, Golden Retriver. Pada kondisi normal glukosa darah
dapat berdifusi ke dalam lensa melalui sirkulasi aqueous humor, secara
aerobic glukosa akan dipecah menjadi sorbitol. Kondisi diabetes mellitus
menyebabkan sorbitol tersebut akan terakumulasi pada lensa sehingga
terjadi perubahan osmosis dan lensa menjadi tidak transparan lagi.
c. Patofisiologis Katarak
Katarak merupakan penyebab kebutaan yang lebih banyak terjadi
pada anjing dibandingkan kucing pada umur lebih dari 5 tahun.
Patofisiologis terjadinya katarak adalah epitel lensa diduga mengalami
perubahan yang berkaitan dengan usia, terutama penurunan densitas sel
epitel lensa dari sel serat lensa. Akumulasi kehilangan epitel dalam skala

70
kecil dapat menyebabkan perubahan pembentukan serat lensa dan
homeostasis yang selanjutnya dapat menyebabkan hilangnya transparansi
lensa. Lensa mengandung 65% air, 35% protein, dan sisanya adalah
mineral. Katarak dapat terbentuk apabila pasokan oksigen berkurang,
kandungan air berkurang, kandungan kalsium dan protein meningkat,
kemudian akan mengakibatkan lensa berubah menjadi keruh (Williams
and Munday, 2006).
Lensa yang normal adalah sktruktur posterior iris jernih (bening),
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nucleus, di perifer terdapat korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke daerah di luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air
ke dalam lensa, proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
VI. Terapi
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi, akan tetapi jika
gejala katarak masih belum menyebabkan gangguan penglihatan, operasi
masih belum diperlukan. Tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang
sering digunakan yaitu Intracapsular Cataract Extraction (ICCE),
Extracapsular Cataract Extraction (ECCE), dan Phacoemulsification. Pada
kasus katarak yang dialami oleh Anjing Ariel, operasi yang dilakukan yaitu
dengan menggunakan teknik phacoemulsifikasi. Operasi pembedahan katarak
adalah prosedur bedah yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan

71
katarak yang ada pada mata dengan menggunakan alat small handpiece yang
ujungnya bergetar disertai gelombang ultrasonic. Alat tersebut digunakan
untuk memecah dan melembutkan katarak yang kemudian disedot keluar dari
mata. Teknik ini disebut dengan pachoemulsification, dimana menggunakan
mesin yang disebut mesin phacoemulsification (Cook, 2008). Mesin
Phacoemulsification yang digunakan pada saat melakukan operasi katarak
dengan merek Bauch and Loumb millenium 2000®.
VII. Operasi Katarak
Alat-alat yang digunakan untuk operasi katarak meliputi operating
microscope yang digunakan untuk melihat kondisi mata agar lebih jelas saat
melakukan operasi, phacoemultisification machine. Slit knife digunakan
sebagai incisi pada limbus. Vaccum pillow (Olympc Vac Pacs®) yang dibuat
dari polyvinyl outer layer dan dibungkus oleh plastik yang lembut. Vacum
pillow dapat di bentuk sesuai keinginan dan merupakan teknik yang paling
aman untuk memposisikan pasien dengan baik selama operasi, Wire lid
speculum, Tissue Forceps, Smal needle holder, tenoomy (steven’s) scissors,
cressent knife untuk memperluas insisi pada limbus, endotracheal tube (ETT)
No.3
Sedangkan untuk bahan-bahan yang digunakan seperti Vision Blue®
(Trypan Blue), PGA 3,0 9.0, Acrivet D 12.0, Cendo mydriatil®
(Tropicamide), Acepromazine, Athropine Sulfate, Pancuronium, Propopol,
Decamidon, Infus Ringer Lactat (RL), NaCl 0,9%, Betadine®, Isoflurane®,
perlengkapan alat bedah steril (surgical dress, cap, gloves, masker), syringe,
plester, lampu, pencukur rambut.
Hal pertama yang harus dipersiapkan yaitu persiapan alat, bahan, dan
pasien. Pasien mulai dipuasakan selama 6-8 jam sebelum dilakukan operasi
untuk menghindari terjadinya muntah saat operasi dari efek anastesi, namun
ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti pemberian obat tetes mata
dilakukan selama satu minggu sebelum operasi (1 tetes/3 kali sehari). Tetes
mata yang digunakan pra operasi adalah cendo Mydriatil® (Tropicamide).
Obat tersebut berfungsi untuk melebarkan pupil mata dan sebagai relaksasi
dari otot lensa mata dalam memfokuskan mata. Obat tersebut diberikan pra

72
operasi karena pada saat operasi efek dari anastesi dapat mengecilkan pupil
yang dapat menjadi kendala saat operasi katarak (Sajuthi dan Sajuthi, 2015).
Anastesi yang digunakan saat operasi katarak anjing Areil adalah
kombinasi Acepromazine dengan Propofol®, kedua anastesi tersebut diberikan
secara IV melalui IV kateter. Cairan infuse yang digunakan adalah Ringer
Laktat (RL). Acepromazine termasuk golongan phenothiazine. Golongan obat
ini dipakai sebagai sedasi yang tidak bersifat mendepresi pernafasan dan
mempunyai efek minimal pada jantung sehingga sangat efektif digunakan
pada semua spesies hewan. Dosis yang dapat digunakan dan diberikan kepada
anjing berkisar 0,01-0,1 mg/kg BB secara IV, IM, atau SC (BSAVA, 2011).
Propofol® digunakan sebagai anastetik intravena golongan nonbarbiturat yang
efektif dengan onset dan durasi yang singkat. Pemulihan kesadaran lebih cepat
dengan efek minimal terhadap susunan saraf pusat (SSP) yang merupakan
salah satu keuntungan penggunaan propofol dibandingkan obat anastesi
intravena lainnya. Efek terbesar dari propofol terhadap kardiovaskuler adalah
adanya penurunan tekanan darah akibat penurunan pada tahanan vaskuler
sistemik, kontraktilitas myocardial, dan preload. Dosis yang dapat dihunakan
pada anjing yaitu 6,6 mg/kg BB (Cuchiara et al, 2005).
Pemberian atropin sebagai premedikasi dengan dosis 0,025 mg/ kg bb.
Atropin Sulfat merupakan obat premedikasi golongan antikolinergik yang
paling sering digunakan. Keuntungan antikolinergik sebagai premedikasi
adalah mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat anastetik
yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva, menurunkan keasaman cairan
gastrium, menghambat bradikardia oleh stimulasi vagal, menurunkan motilitas
intestinal, dan menyebabkan bronchodilatasi.
Pemberian infuse pada pasien anjing Ariel digunakan untuk
mengantisipasi adanya dehidrasi. Cairan infuse yang dipilih adalah RL
(Ringer Lactat). Jenis cairan RL tergolong dalam larutan kristaloid dimana
larutan tersebut dapat menembus membrane sel dengan mudah (Willyanto,
2010). Keunggulan dalam larutan RL adalah memiliki komposisi elektrolit dan
konsentrasinya sangat serupa dengan yang dikandung di dalam cairan
ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan

73
menentukan tekanan osmotic. Klorida merupakan anion utama di dalam
plasma darah, sedangkan kalium merupakan kation terpenting di intraseluler
dan berfungsi untuk konduksi otot dan syaraf. Elektrolit-elektrolit tersebut
dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada saat dehidrasi, shock
hipovolemik termasuk syok perdarahan.
a. Teknik Operasi
Teknik untuk operasi katarak yang dijalani oleh anjing Ariel
menggunakan teknik phacoemulsifikasi. Tahapan operasi katarak dari anjing
Areil yaitu seperti berikut:
Mata dibuka dengan wire lid
speculum. Dilakukan insisi
pada limbus dengan
keratotomy slit knife. Insisi
harus hati-hati, dengan
kedalaman ±1,75 mm.
Perlebar insisi dengan
menggunakan crescent knife
kemudian ditusuk menuju
Anterior Chamber.
Masukkan adrenalin 0,1 cc
yang diencerkan dengan
NaCl fisiologis, untuk
memperlebar iris mata.
Masukan Vision Blue (Tripan
Blue) 1 menit agar menempel
pada capsul lensa sehingga
bisa membedakan capsul
dengan cortex dari lensa.

74
Kemudian bilas dengan
cairan BSS (Balanced Salt
Solution). Setelah itu
dimasukan viscoelastic gel
dengan konsentrasi 2%.

Lakukan capsulotomi dengan


teknik Culviliner Continues
Capsularecsis (CCC). Flap
kapsul perlahan dan disobek
kearah central.

Dilakukan Hydrodissection
dengan cairan BSS lalu diberi
viscoelastic gel lagi dengan
konsentrasi 1,5%.

Hisap lensa dan visco oleh


mesin pacho dan di
masukkan lagi cairan BSS.

75
Penghisapan lensa pada
daerah tepi supaya lensa
dapat terangkat dengan baik
dan maksimal.

Jahit lubang insisi


menggunakan jahitan
menerus sederhana dan
benang vicryl 9.0.

Pengobatan yang diberikan post operasi terdiri dari obat tetes mata
dan obat oral. Obat tetes mata yang diberikan antara lain, Cendo
Gentamycin® (Gentamycin Sulfat 0,3%), Cravit® (Levofloxacin), Azopt®
(Brinzolamide),
Pemberian obat tetes mata Cendo Gentamycin® (Gentamycin Sulfat
0,3%) berfungsi sebagai antibakteri karena mengandung antibiotic
gentamycin sulfat yang merupakan golongan aminoglikosida yang aktif
menghambat bakteri gram-positif maupun gram-negatif termasuk bakteri
yang resisten terhadap antimikroba lain seperti Staphylococcus penghasil
penicillin. Pseudomonas aeruginosa, Proteus, Klebsiella, E. colli.
Pemberian Cendo Gentamycin® diberikan sekali saat setelah operasi
dilakukan sebanyak satu tetes.
Pemberian obat tetets mata Cendo Mydriatil® (Tropicamide)
berfungsi sebagai menstimulasi pelebaran otot iris pada mata, relaksasi otot
lensa mata dalam melakukan focus mata dengan memperlebar pupil mata.
Pemberian Cendo Mydriatil® dilakukan selama 4 hari dengan dosis 1 tetes /
8 jam. Obat tetes mata CRAVIT® mengandung Levofloxacin yang
merupakan tetes mata untuk membantu mengobati infeksi bakteri pada mata.

76
Cravit® masuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai antibiotik kuinolon.
Cravit® bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Pada kasus
anjing Areil obat tetes mata Cravit® diberikan selama lima hari setiap 2-4
jam sehari sebanyak satu tetes. Pemberian Cendo Noncort® (Na diclofenac)
merupakan anti inflamasi golongan NSAID setelah operasi katarak
diberikan 1 tetes setiap 2 jam sekali, diberikan selama 2 hari.
Pada saat post operasi dilakukan pemantauan IOP (Intra Ocular
Pressure). Mata kanan dan mata kiri harus mempunyai IOP yang normal.
IOP normal untuk mata anjing adalah 20-25 mmHg. Apabila IOP mata sudah
normal atau mendekati normal anjing boleh dirawat jalan, bila IOP masih
jauh dari normal maka masih perlu dirawat inap untuk dilakukan terapi dan
pemantauan lebih lanjut. Setelah operasi diperlukan juga pemeriksaan
respon menace dan respon dazzle.
Pemeriksaan respon menace dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya respon syaraf yang ada pada bagian medial retina. Pengujian
respon menace dapat dilakukan dengan mengarahkan benda seperti tangan
yang diarahkan ke mata, bila respon menace positif maka mata akan
berkedip. Respon dazzle dapat di tunjukkan dengan berkedip atau
menggerakkan kepala kesamping. Pemeriksaan respon dazzle dilakukan
dengan menggunakan penlight, respon ini digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya gangguan pada struktur internal mata karena ada sesuatu yang
menghalangi penglihatan seperti katarak atau edema corneal. Apabila pasien
sudah diperbolehkan pulang dan rawat jalan, dianjurkan untuk tetap kontrol
dan mengecek IOP 1 minggu setelah pulang.

77
Gambar 5. Mata Anjing Areil sebelum dioperasi dan setelah dilakukan operasi
katarak (Dokumentasi pribadi, 2019).
VIII. Kesimpulan
Katarak merupakan penyakit mata dimana terjadi perubahan warna
pada lensa mata menjadi berwarna putih atau abu-abu (keruh) sehingga
menyebabkan mata sulit melihat karena cahaya tidak bias masuk ke retina
yang terhalang oleh lensa mata yang rusak. Katarak dapat terjadi karena factor
keturunan (herediter). Katarak dapat diatasi melalui prosedur operasi.
Prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
phacoemulsifikasi. Setelah dilakukan tindakan operasi, dilakukan kotrol
terhadap intraocular pressue (IOP), respon dazzle-menace dan diberikan
beberapa terapi untuk mendukung proses recovery post operasi katarak. Dari
semua terapi terhadap Anjing Ariel menunjukkan kemajuan kondisi berupa
lensa terlihat jernih dan dapat berjalan dengan tidak menabrak.

78
DAFTAR PUSTAKA

Barnett, K. 2006. Diagnostic Atlas of Veterinary Ophtalmology. Elsevier. Spain.


BSAVA. 2011. Small Animal Formulary 7th Edition. A Company Limited by
Guarantee in England. ISBN 978 1 905319 33 6.
Cook, C. 2008. Canine Cataract Surgery. Cataract & Refractive Surgery, July
2008.
Cuchiara R. F, Miller E. D, Reves J. G. 2005. Nonbarbiturate Intravenous
Anasthesia 9th ed. In: Ronald.D Miller. Ed. Anasthesia: 249-256.
Distl, H. O and Boeve. 2007. The Retina, Vaughan & Asbury’s General
Ophthalmology 17th Edition, Mc. Graw Hill’s.
Gellat, K.N dan Janice, P. G. 2011. Veterinary Ophtalmic Surgery. Elsevier
Saunders. USA.
Ilyas, S. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Ilyas, S. 2006. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
James, B. 2006. Lecture Notes Oftalmologi: Tonometri pada Ofthalmologi Umum.
Edisi 14. Widya Medika. Jakarta.
Roberts, Robin, 2005. http://www.medicinenet.com/cataracts/article.htm. Diakses
tanggal 13 Januari 2018.
Siregar, K.M and Donald C. P. 2011. Acepromazine Maleat. Elephan Care
International .
Sajuthi, C. K dan Sajuthi, T. P. 2015. Oftalmologi Dasar untuk Praktisi hewan
kecil. Cetakan 1. IPB Press. Bogor.
Vaughan G. D, Asbury T, Eva R.P. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya
medika. Jakarta.
Wilkie DA dan Colitz. 2007. CMH: Surgery of the canine lens. In Gelatt KN,
editor: Veterinary Ophthalmology, ed 4, vol 2. Blackwell: 888–931.
Williams D. L, and Munday P. 2006. The effect of a Topical Antioxidant
Formulation including N-Acetyl Carnosine on Canine Cataract: a
preliminary Study. Veterinary Ophtalmology 9(5): 311-316,
Willyanto I. 2010. Terapi Cairan: memilih Larutan Terbaik untuk Tiap Pasien.
Seminar sehari continuing Education APDHKI Denpasar. Bali.

79

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen20 halaman
    Bab Ii PDF
    Ade Nias Lutfia
    Belum ada peringkat
  • Parasit Sek4wan Loveeee
    Parasit Sek4wan Loveeee
    Dokumen164 halaman
    Parasit Sek4wan Loveeee
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • Revisi Sempro
    Revisi Sempro
    Dokumen119 halaman
    Revisi Sempro
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN Pokphan Rizki
    LAPORAN Pokphan Rizki
    Dokumen39 halaman
    LAPORAN Pokphan Rizki
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • Revisi Sempro
    Revisi Sempro
    Dokumen119 halaman
    Revisi Sempro
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • Ba 38
    Ba 38
    Dokumen5 halaman
    Ba 38
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • An Nahl 2016
    An Nahl 2016
    Dokumen40 halaman
    An Nahl 2016
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • Hak Paten
    Hak Paten
    Dokumen22 halaman
    Hak Paten
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • Cacing Metode Natif BI
    Cacing Metode Natif BI
    Dokumen7 halaman
    Cacing Metode Natif BI
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • Extremitas Cau Pelvis
    Extremitas Cau Pelvis
    Dokumen30 halaman
    Extremitas Cau Pelvis
    wijayakusumamaheru
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen3 halaman
    Laporan
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • Osteologi Axiale I New
    Osteologi Axiale I New
    Dokumen44 halaman
    Osteologi Axiale I New
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat
  • Andas Dan Craniofacialis
    Andas Dan Craniofacialis
    Dokumen6 halaman
    Andas Dan Craniofacialis
    Ilman Rois Sabillah
    Belum ada peringkat