PENDAHULUAN
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang memiliki pengaruh besar
tenaga kerja. Menurut Nawawi, dkk (2015) upaya untuk memperluas lapangan
Gambar 1.1: Presentase Lima Lapangan Kerja Utama Terhadap PDB Atas
Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun 2014-2018
25
21.08 20.99 20.52 20.16 19.86
20
15 13.34 13.43 13.49 13.3 13.48 13.19 13.63 13.02 12.81 13.02
9.83
10 7.65 7.58 8.08
7.18
5.02 5.2 5.41 5.37
4.42
5
0
2014 2015 2016 2017 2018
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil & Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
1
2
di dominasi oleh lima kategori lapangan usaha. Lima kategori lapangan usaha
perikanan; perdagangan besar dan eceran: reparasi mobil dan sepeda motor;
pertambangan dan penggalian; serta transportasi dan pergudangan. Hal ini dapat
Indonesia adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 19,86% atau lebih
pada produk atau barang itu sendiri yang memiliki sifat dapat diperdagangkan,
sehingga dapat menggerakkan rantai nilai produksi hingga konsumen akhir yang
tahunnya, pada tahun 2015 hingga tahun 2018 penyerapan tenaga kerja sektor
industri manufaktur meningkat sebanyak 17,4% dari total tenaga kerja yang
terserap.
data BPS Kabupaten Wonogiri (2018) distribusi presentase PDRB atas dasar
harga berlaku sektor industri pengolahan sebesar 16,00% berada di posisi kedua
dibawah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yaitu sebesar 32,86%. Hal ini
Pelayanan Dasar untuk Meningkatkan Daya Saing Daerah Menuju Wonogiri yang
industri karena pekerjaannya yang tidak berat, dan gaji yang telah ditentukan,
berbeda dengan bekerja di sektor pertanian yang pekerjaannya berat dan harus
menunggu waktu lama untuk menikmati hasil panennya (Sari, 2009). Dengan
Kabupaten Wonogiri (2018) jenis industri yang paling banyak menyerap tenaga
kerja adalah industri kayu, gabus (tidak termasuk furniture) dan anyaman dari
bambu, rotan yaitu sebanyak 955 orang, kemudian farmasi produk obat kimia dan
obat tradisional sebanyak 564 orang, barang galian bukan logam sebanyak 186
4
orang, industri makanan sebanyak 158 orang. Berikut merupakan jumlah tenaga
800
564
600
400
158 186
200 105
34 34
0
Makanan
Minuman
Kayu, Gabus (Tidak Termasuk Furniture) Anyaman dari Bambu, Rotan
Farmasi Produk Obat Kimia, dan Obat Tradisional
Barang Galian Bukan Logam
Kendaraan bermotor, Trailer dan Semi Trailer
Pengolahan Lainnya
Kabupaten Wonogiri. Brem merupakan salah satu makanan yang diolah dari
bahan utama berupa beras ketan yang di fermentasikan (Arianti dkk, 2007).
pada tahun 1990 (Oktavianti, 2017). Pada awalnya industri brem ini merupakan
industri keluarga yang turun temurun dari generasi ke generasi hingga saat ini.
pemasok bahan baku, sebagai tenaga kerja, ataupun sebagai distributor produk
Wonogiri (2018) industri rumah tangga adalah industri yang memiliki tenaga kerja
menggunakan input produksi yang berbeda-beda. Bahan baku baku utama yang
digunakan adalah beras ketan. Brem dihasilkan dari pengepresan beras ketan
yang telah di fermentasikan yang hasilnya berupa sari ketan (Suseno, 2018).
faktor. Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya
produksi brem, adapun bahan baku yang digunakan adalah beras ketan dan ragi.
sebagian besar menghasilkan komoditas beras ketan, maka beras ketan yang
dihasilkan petani dipasokkan ke rumah tangga industri brem untuk dijadikan bahan
baku. Namun, beras ketan dari dalam daerah tidak mencukupi kebutuhan bahan
baku seluruh rumah tangga industri sehingga diperlukan untuk membeli beras
ketan dari luar daerah yang terkadang sulit untuk didapatkan serta harga beras
tenaga kerja. Menurut Herawati (2008) tenaga kerja merupakan faktor terpenting
dalam menghasilkan suatu barang atau jasa, dan tenaga kerja dibutuhkan untuk
melaksanakan transformasi dari bahan mentah menjadi barang jadi yang telah
dikendaki oleh pemilik usaha. Tenaga kerja yang digunakan dalam proses
keluarganya untuk turut membantu saat proses produksi, sehingga tenaga kerja
yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Jam kerja tenaga kerja berbeda-beda antara
rumah tangga industri satu dengan rumah tangga industri lainnya. Sehingga upah
6
yang diterima oleh tenaga kerja setiap rumah tangga industri berbeda-beda sesuai
produksi brem berlangsung. Faktor teknologi berupa alat mesin yang digunakan
Teknologi modern yang digunakan oleh rumah tangga industri brem bersumber
dari energi listrik. Tinggi rendahnya biaya litrik untuk mesin dalam proses produksi
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan produksi brem yaitu
memanajemen. Menurut Ukkas (2017) adanya pengalaman kerja yang baik dapat
yang dikerjakan. Industri brem merupakan industri yang turun temurun dari
yang lebih, bermula dari melihat setiap harinya hingga pengusaha brem bisa
satu faktor utama dalam mendorong perekonomian suatu daerah. Adanya suatu
pembangunan sektor industri yaitu perubahan yang bersifat fisik dan perubahan
7
dan teknologi. Adanya industri brem yang terpusat di Desa Gebang dan Desa
merasakan dampak adanya industri tersebut. Selain sebagai pemasok bahan baku
dan tenaga kerja dalam industri tersebut, perekonomian masyarakat sekitar juga
satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memiliki tujuan untuk
minimum didasarkan pada survei KHL (Kebutuhan Hidup Layak). Besarnya Upah
survei KHL pada tahun 2016 sebesar Rp 1.293.962,- (BPS, 2018). Besarnya
pendapatan atau upah yang dterima pengusaha brem dengan tenaga kerja
jumlahnya tidak tetap setiap bulannya sesuai dengan jumlah brem yang
melalui pendapatan apakah lebih besar dari UMK dan KHL atau sebaliknya.
8
Usaha dan Tenaga Kerja: (Studi Kasus Pada Industri Brem di Kecamatan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat
(KHL) para pelaku usaha dan tenaga kerja di industri brem Kecamatan
sebagai berikut:
9
hidup layak (KHL) para pelaku usaha dan tenaga kerja di industri brem
1) Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar yang ditempuh sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana d Fakultas Ekonomi dan
Wonogiri.
2) Bagi pemerintah dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
4) Bagi pelaku usaha dan tenaga kerja di dalamnya, dapat dijadikan sarana untuk
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Dumairy (1996) industri memiliki dua arti yaitu industri dapat berarti
sebagai himpunan perusahaan sejenis dan industri yang dapat berarti suatu sektor
bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi yang bersifat masinal,
(2015) industri secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian: Pertama,
pengolahan, konstruksi, air, gas dan listrik. Kedua, industri yang menghasilkan
suatu barang atau jasa yang memiliki tujuan untuk menciptakan nilai tambah atas
bahwa perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan
3) Mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta industri
hijau.
(Dumairy, 1996):
3) Industri kayu, dan barang-barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga
5) Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,
6) Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi, dan batu bara.
a. Aneka industri.
b. Industri Kecil.
1) Industri besar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih.
secara efektif dalam pembuatan rencana, aplikasi pengguaan cara yang produktif
agar tetap terjaga dan bernilai tinggi (Soeharto, 1995 dalam Adiati,dkk, 2013).
Sedangkan menurut Sinungan (1995) dalam Lubis dan Sandy (2010) produktivitas
apa yang dihasilkan atau output terhadap keseluruhan alat produksi yang telah
pandangan bahwa suatu mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin,
Menurut Lubis dan Sandy (2010) produktivitas berarti juga suatu ukuran efektivitas
masukan yang digunakan suatu proses untuk menghasilkan suatu keluaran, cara
yaitu merupakan suatu upaya untuk meningkatkan suatu standar hidup yang
di rumah tangga industri brem sangat bergantung dengan sumberdaya yang ada.
Mulai dari sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya alam
terkait dengan bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan brem
yaitu beras ketan. Sebagian besar pemasok bahan baku beras ketan adalah dari
petani setempat, namun dengan tingginya jumlah produksi brem pasokan dari
15
satu atau lebih output produksi, artinya terdapat hubungan erat antara input
dengan kegiatan produksi yaitu output maksimum yang dihasilkan dari input yang
digunakan dalam produksi tersebut. Menurut Sukirno (2016) dalam teori ekonomi,
berbagai jenis perusahaan dipandang sebagai unit-unit usaha yang memiliki tujuan
sama yaitu mencapai keuntungan yang maksimum, dengan demikian para unit-
faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Dalam hal ini faktor-faktor
produksi dikenal dengan istilah input dan keluaran hasil produksi disebut output.
Q = f (K,L,R,T)…....…………………………….(2.1)
Keterangan:
L = Jumlah tenaga kerja meliputi jenis tenaga kerja dan keahlian usaha
R = Kekayaan alam
jumlah produksi barang yang dihasilkan tergantung dengan jumlah modal, jumlah
16
tenaga kerja, kekayaan alam, dan jenis teknologi yang digunakan. Fungsi produksi
(2014) fungsi produksi ini memperlihatkan hubungan antara input dan output yang
sebagai berikut:
Q = AKα Lβ………………………………………..(2.2)
Keterangan:
Q = Output
K = Input Modal
A = Parameter Efisiensi
Douglas merupakan suatu persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih
dimana variabel yang satu disebut sebagai variabel dependen dan yang lain
menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang
17
dijelaskan (Y) dan Variabel yang dijelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya
berupa output dan variabel yang menjelaskan berupa input, secara matematis
Y = f(X1,X2, X3,..,Xi..,Xn)…………………………………(2.3)
Dengan fungsi tersebut di atas, maka hubungan X dan Y dapat diketahui sekaligus
hubungan Xi,...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui. Menurut Sukirno (2016)
dalam teori ekonomi terdapat dua perbedaan analisis kegiatan produksi yaitu
analisis produksi jangka pendek dan analisis produksi jangka panjang. Analisis
dianggap tetap misalnya faktor modal seperti mesin dan peralatan , alat produksi
tenaga kerja.
Terdapat beberapa faktor berkaitan dengan kegitan produksi brem, yaitu faktor
bahan baku, tenaga kerja, pengalaman pelaku usaha, serta teknologi yang
1) Bahan Baku
Menurut Mulyadi (2015) dalam Herawati dan Dewi (2016) bahan baku
umum bahan baku merupakan bahan mentah yang menjadi dasar dalam
pembuatan produk yang mana bahan tersebut dapat diolah melalui proses tertentu
untuk dijadikan dalam wujud lain. Bahan baku merupakan bahan yang sebagian
besar membentuk suatu produk jadi, bahan mentah yang diolah perusahaan
manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, maupun hasil pengolahan
sendiri (Kholmi, 2003 dalam Lahu dan Jacky, 2017). Bahan baku utama
18
pembuatan brem adalah beras ketan dan ragi, sehingga biaya bahan baku
merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha brem untuk
mendapatkan beras ketan dan ragi sebagai bahan baku utama dalam pembuatan
brem. Pelaku usaha brem memperoleh beras ketan sebagian dipasok oleh petani
setempat, akan tetapi melihat jumlah produksi brem yang tinggi dengan jumlah
rumah industri yang cukup banyak pasokan bahan baku dari petani setempat tidak
luar daerah. Ketersediaan bahan baku sangat berperan dalam tingkat produktivitas
brem. Ketersediaan bahan baku menurut Herawati dan Dewi (2016) sangat
penting, karena untuk mencapai sasaran yang optimal dengan sumber daya yang
efektif dan efisien adalah dengan persediaan bahan baku sehingga kegiatan
2) Tenaga Kerja
dibagi menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
adalah penduduk atau tenaga kerja dalam usia kerja yang bekerja, atau
mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tdak sedang bekerja dan yang
angkatan kerja) adalah penduduk atau tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak
setiap orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri atau
masyarakat. Tenaga kerja adalah setiap orang yang sedang bekerja atau mencari
suatu negara, di negara berkembang tenaga kerja dapat digolongkan menjadi tiga
19
macam yaitu tenaga kerja yang produktif, tenaga kerja yang kurang produktif, dan
yang memiliki tenaga kerja 1 – 4 orang. Tinggi rendahnya jumlah tenaga kerja yang
digunakan dalam proses produksi brem tergantung dengan berapa banyak brem
3) Teknologi
pengembangan dari alat mesin atau petukaran, material yang membantu manusia
yang digunakan dalam rumah tangga industri brem beragam ada yang
industri brem adalah dalam proses pengukusan beras ketan yang masih
brem yaitu pada saat pengadukan sari brem disebut mixer atau pethokan yang
teknologi yang digunakan dalam produksi. Karena sumber energi dinamo berasal
dari listrik maka biaya teknologi dalam penelitian ini adalah jumlah biaya listrik atau
biaya energi yang dikeluarkan untuk memproduksi brem ini. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sartin (2018) menyatakan bahwa faktor produksi energi adalah bahan
bakar atau listrik yang dikeluarkan dalam proses produksi, hasil penelitiannya
dijalani oleh pelaku usaha atau karyawan dalam suatu bidang pekerjaan yang
sejauh mana seseorang menguasai bidang pekerjaan yang telah ditekuni selama
ini, pada umumnya pengalaman bekerja dilihat dari seberapa lama waktu yang
artinya semakin lama pengalaman bekerja sesorang maka semakin baik pula
penelitian ini pengalaman diukur dengan lama pelaku usaha menekuni industri
brem ini.
Menurut Wijaya dan Made (2016) pendapatan adalah jumlah uang yang
diperoleh dari aktivitas suatu perusahaan baik dalam hal penjualan barang atau
oleh anggota masyarakat pada jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau
bentuk uang yang diperolehnya dari jasa setiap bulan atau dapat diartikan sebagai
keberhasilan usaha (Tohar, 2011 dalam Arifini dan Made, 2013). Dengan demikian
yang dimaksud dengan pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh
seseorang dalam jangka waktu tertentu atas hasil usahanya. Menurut Tigau, dkk
melaksanakan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu
Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total yang diperoleh dari
kegiatan produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha
ini merupakan usaha yang dimiliki sendiri atau keluarga sendiri, nilai sewa
misalnya: penyewaan aset milik sendiri, bunga dari uang, sumbangan pihak
tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi nilai pendapatan seseorang menurut Tigau, dkk (2017)
3) Motivasi
sesorang untuk bekerja maka semakin tinggi pula kesempatan sesorang untuk
4) Keuletan kerja
pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari keberanian seseorang dalam menghadapi
modal yang digunakan. Menurut Bintari (2006) dalam Tigau, dkk (2017) skala
usaha yang besar akan memberikan peluang yang besar pula terhadap
pendapatan seseorang.
Menurut Ham, dkk (2018) pendapatan seseorang dapat diperoleh dari beberapa
1) Pendapatan operasional
terduga dan jarang terjadi dan biasanya tidak diharapkan terjadi dimasa
Upah menurut Sukirno (2016) upah adalah pembayaran ke atas jasa-jasa fisik
maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Kegiatan
produksi tidak terlepas dari faktor tenaga kerja yang berperan didalamnya
berupa upah. Menurut Sukirno (2016) terdapat dua perbedaan pengertian upah
yaitu:
1) Upah uang
Upah uang adalah sejumlah uang yang diterima para pekerja dari para
pengusaha sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik pekerja yang
2) Upah riil
24
Upah riil merupakan tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan
Menurut (Mankiw, 2010 dalam Cahyadinata dan Ida, 2018) tingkat upah
merupakan salah satu faktor yang memilki kaitan erat dengan produksi dan perlu
menurut Sumarso (2013) dalam putra (2012) apabila upah naik maka akan terjadi
1) Ketika tingkat upah mengalami kenaikan maka akan diikuti dengan kenaikan
harga barang yang diproduksi per unit. Terjadinya kenaikan harga biasanya
membeli barang yang berangkutan. Akibatnya banyak barang yang terjual dan
lain tidak berubah maka pengusaha lebih tertarik menggunakan teknologi padat
modal untuk proses produksi dan menggantikan kebuuhan akan tenaga kerja
Menurut teori upah alam Ricardo (1817) dalam Sa’adah dan Putu (2016)
1) Upah menurut kodrat, yaitu upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
2) Upah menurut harga pasar, yaitu upah yang terjadi di pasar dan terbentuk
Menurut Sa’adah dan Putu (2016) terdapat berbagai macam sistem upah yang
berdasarkan lamanya bekerja. Upah ini bisa di berikan berdasarkan jam, harian,
mingguan, bulanan, dan lain sebagianya dengan perjanjian awal antara pekerja
2) Upah menurut satuan hasil, merupakan upah yang diberikan kepada pekerja
berdasarkan jumlah atau hasil produksi barang yang diperoleh. Semakin tinggi
jumlah barang yang diproduksi oleh pekerja maka semakin tinggi pula upah
yang diterima.
oleh pemilik usaha kepada pekerja dengan tujuan sebagai pemberian intesnsif
agar dapat memotivasi pekerja untuk bekerja lebih giat dan bertanggung jawab
Berdasarkan uraian diatas terdapat berbagai macam sistem upah yang oleh
tergantung dengan kebutuhan pemilik usaha. Begitu pula dengan pelaku industri
diatur dan diterapkan, hal ini serupa dengan pernyataan Soedarjadi (2009) dalam
fungsi yaitu:
Berdasarkan pernyataan di atas upah merupakan salah satu hal terpentig bagi
dengan tujuan dapat mencukupi kehidupan yang layak untuk dirinya sendiri
2) Pemenuhan kebutuhan dasar yang minimal bagi tenaga kerja pada tingkat
Menurut Halim (2000) dalam Trimaya (2014) upah memiliki fungsi yang berbeda-
beda tergantung dari sudut pandang dimana upah tersebut dilihat, yaitu:
1) Dari sudut pandang tenaga kerja, besarnya upah yang didapatkan berfungsi
dinamis.
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk uang yang telah ditetapkan berdasarkan persetujuan atau peraturan
2) Upah minimum dibagi menjadi dua yaitu upah minimum bedasarkan wilayah
dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang
bersangkutan.
4) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Bagi
bersangkutan wajib melaksanakan upah minimum yang berrlaku pada saat itu
tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku
1) Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap.
2) Upah minimum wajib dibayar kepada bekerja secara bupanan atau dengan
3) Besarnya upah pekerja yang berstatus tetap, tidak tetap, atau dalam masa
4) Upah minimum hanya berlaku untuk pekerja yang bekerja dibawah satu tahun.
dan pengusaha.
7) Upah pekerja harian lepas ditetapkan secara bulanan berdasar hari kehadiran
10) Pengusaha yang tidak mampu menerapkan kebijakan upah minimum untuk
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat
hidup layak secara fisik, non fisik dan sosial untuk kebutuhan satu bulan.
dari kebutuhan hidup minimum. KHL terdiri dari beberapa komponen yaitu:
sejumlah 2 komponen.
3) Nilai KHL diperoleh dari survei harga dilakukan oleh tim yang terdiri dari unsur
tripartite yang dibentuk oleh Ketua Dewan Pengupahan Provinsi dan atau
Kabupaten/Kota.
setempat menetapkan nilai KHL. Nilai KHL digunakan sebagai salah satu bahan
berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari satu tahun. Dalam
30
ekonomi dan usaha yang paling tidak mampu (marginal). Produktivitas yang
Bruto (PDRB) dengan jumlah tenaga kerja pada periode yang sama.
Definisi kesejahteraan memang beragam dan dapat dilihat dari berbagai aspek
kesejahteraan yaitu:
melimpah.
3) Kesejahteraan dari sisi spiritual, dari sisi ini kesejahteraan tidak hanya terkait
rumah tangga, hal ini serupa dengan pernyataan BPS (2002) dalam Sinaga (2016)
bahwa untuk melihat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa
nonmaterial tidak akan pernah memberikan kebahagiaan lahir batin. Secara lebih
Kebutuhan material yang paling mendasar dan dibutuhkan oleh manusia adalah
kebutuhan dasar tersebut manusia dapat hidup secara layak. Cakupan unsur
fungsinya tetap sama yaitu menjamin agar seseorang dapat hidup secara layak
kehidupan yang baik lagi, keamanan jiwa menjadi prasyarat mutlak bagi
berkualitas.
2.6 Brem
Brem merupakan makanan khas Wonogiri yang berbahan baku utama dari
Kabupaten Wonogiri yaitu sentra industri brem. Kelompok rumah tangga industri
brem ini di beri nama “Mekar Sari”. Industri brem di Kecamatan Nguntoronadi
berpusat di dua desa yaitu Desa Gebang dan Desa Bumiharjo. Industri brem ini
sudah berkembang sejak tahun 1990 (Oktavianti, 2017). Menurut Suseno dan Edi
(2018) brem yang berasal dari Wonogiri berbentuk lempeng pipih bundar dengan
langsung dari sinar matahari selama tiga hari hingga menghasilkan tekstur yang
5) Rebus sari ketan dan aduk sampai mengental, kemudian masukkan adonan
8) Brem siap untuk dinikmati atau siap dijual untuk usaha dikemas dengan plastik
penelitian baik dari segi teori maupun konsep. Penelitian terdahulu di bawah ini
memiliki kaitan yang erat dan fokus terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
Penelitian ini dilakukan oleh Sumolang, dkk (2017) yang berjudul “Analisis
modal kerja, bahan baku, tenaga kerja, serta pasar terhadap produksi industri kecil
olahan ikan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif dengan regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menerangkan
35
bahwa variabel modal kerja, bahan baku, tenaga kerja, dan pasar berpengaruh
Penelitian ini dilakukan oleh Tukasno (2017) yang berjudul “Pengaruh Biaya
Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Terhadap Volume Produksi Tungku di Desa
Braja Mulya Kecamatan Braja Selebah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja terhadap volume
produksi tungku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
analisis regresi linier berganda. Adapun hasil dari penelitian ini menerangkan
bahwa variabel biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja berpengaruh positif dan
Penelitian ini dilakukan oleh Putra dan Gede (2019) yang berjudul “Pengaruh
Tenaga Kerja Pengrajin Ukiran Kayu”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
teknologi terhadap produktivitas tenaga kerja pengerajin ukiran kayu. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini menerangkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
Penelitian ini dilakukan oleh Handayani dan Ida (2019) yang berjudul “Analisis
bahan baku, energi bahan bakar, dan tenaga kerja terhadap produksi genteng
serta mengetahui skala ekonomi dan efisiensi ekonomi produksi genteng. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bahan baku, energi bahan bakar,
36
dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produksi
genteng, dan efisiensi dari penggunaan input produksi genteng berada pada posisi
Penelitian ini dilakukan oleh Efendi, dkk (2014) yang berjudul “Pengaruh
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat produktivitas
kerja terhadap pendapatan usaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
berganda. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui adanya pengaruh kontribusi
Penelitian ini dilakukan oleh Arifin (2011) dengan judul “Struktur Industri,
Hidup Layak (Studi Empiris Perajin Tahu Desa Kalisari, Cilongok VS Perajin Tahu
penelitian ini adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengukur struktur
hidup layak dilakukan dengan membandingkan nilai upah dengan UMK dan KHL
untuk mengetahui sudah layak atau belum penghasilan/upah yang diperoleh. Hasil
dari penelitian ini adalah kedua industri tersebut merupakan pasar persaingan
kedua perajin tahu tersebut sudah efisien secara ekonomis dan memenuhi standar
Tingkat Upah dengan Produktivitas Kerja Pada Perusahaan Kecap Sumber Rasa
di Desa Temukus Tahun 2014”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat upah dan produktivitas kerja serta hubungan antara keduanya.
Metode penelitian yang digunakan yaitu korelasi product moment. Hasil dari
1.291.666,67,- setiap bulannya dan tingkat produksi paling tinggi sejumlah 541,67
botol setiap bulannya, dan terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat
Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka dapat diuraikan bahwa input produksi
brem dibagi menjadi empat yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
38
pengalaman pelaku usaha, dan biaya energi. Keempat input tersebut merupakan
usaha dan upah tenaga kerja. Pendapatan dan upah merupakan salah satu tolok
pendapatan pelaku usaha dan upah tenaga kerja dapat memenuhi standar hidup
yang layak yaitu dengan membandingkan nilai pendapatan pelaku usaha dan upah
tenaga kerja dengan nilai Upah Minimum Kabupaten Wonogiri dengan nilai
2.10 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu proporsi yang mungkin benar dan sering digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan atau untuk dasar penelitian lebih lanjut,
berdasarkan teori ekonomi dan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan
produktivitas brem.
produktivitas brem.
produktivitas brem.
tenaga kerja.
39
7) Diduga pendapatan pelaku usaha dan upah tenaga kerja sudah memenuhi
BAB III
METODE PENELITAN
yang telah ditetapkan. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, pengalaman pelaku usaha dan biaya energi
variabel tingkat produktivitas brem terhadap upah tenaga kerja. Metode Kuantitatif
ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk mengetahui
pendapatan pelaku usaha dan upah tenaga kerja yaitu dengan membandingkan
pendapatan rata-rata dan upah rata-rata terhadap nilai UMK dan KHL (Arifin,
2011).
41
sehingga dapat diambil sumber data dari suatu populasi sebagai bahan penelitian.
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudiaan ditarik
yang lain untuk melakukan pengukuran dengan cara yang sama atau
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini meliputi variabel terikat dan variabel
Variabel dependen (Y) atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas (Sugiyono, 2017). Variabel terikat pada penelitian ini terdapat tiga
industri (Y1), pendapatan pelaku usaha (Y2), dan upah tenaga kerja (Y3) industri
Variabel Independen (X) atau variabel bebas merupakan variabel yang yang
1) Biaya bahan baku (X1), merupakan unsur pokok dalam produksi brem di
biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk memperoleh bahan baku
pembuatan brem. Adapun bahan baku pembutan brem adalah beras ketan,
2) Biaya Tenaga Kerja (X2), merupakan total biaya yang dikeluarkan pelaku usaha
yang maksimal.
3) Pengalaman Pelaku Usaha (X3), pada variabel ini diukur dengan lamanya
4) Biaya Energi (X4), merupakan total biaya yang dikeluarkan pelaku usaha atas
mesin pengaduk atau mixer sari ketan yaitu dengan menggunakan dinamo,
sumber energi dinamo berasal dari listrik. Sehingga biaya energi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah total biaya listrik yang dikeluarkan pelaku usaha
3.4 Populasi
Populasi suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini populasinya adalah para pelaku usaha brem di Desa Gebang dan
pelaku usaha. Responden diambil dari seluruh pelaku usaha brem. Adapun jumlah
Untuk memfokuskan penelitian ini supaya penelitian tidak meluas atau keluar
dari ruang lingkupnya. Peneliti hanya akan membahas penelitian ini pada variabel
Kabupaten Wonogiri yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, pengalaman
pelaku usaha dan biaya energi atas penggunaan teknologi, pengaruh produktivitas
44
tenaga kerja, serta menganalisis bagaiamana pendapatan pelaku usaha dan upah
Jenis data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data
sekunder. Untuk data primer diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data isian kuisioner yang
telah diisi dengan lengkap oleh responden dan dikembalikan kepada peneliti pada
waktu yang ditetapkan. Data primer yang dihimpun merupakan data kuantitatif
yang dapat diukur dalam skala numerik. Adapun data yang digunakan termasuk
kategori data cross section. Data cross section merupakan data yang terdiri dari
satu atau lebih variabel yang dikumpulkan pada satu periode yang sama (Gujarati,
2015). Sedangkan untuk data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung atau data yang sudah diolah dalam bentuk: tabel, grafik, diagram,
gambar, serta data-data lain yang bersifat mendukung serta memiliki relevansi
Metode pengumpulan data yang tepat untuk penelitian ini adalah survei
yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai
alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survei dibatasi pada penelitian yang
45
datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi yang mewakili seluruh populasi.
Dalam survei data diperoleh dari responden berasal dari instrumen yang telah
disiapkan oleh peneliti. Data dikumpulkan melalui daftar pertanyaan atau kuisioner
terstruktur. Selain itu, dengan studi pustaka yaitu peneliti mengambil referensi dari
Agar data yang dikumpulkan dapat dimanfaatkan, maka data tersebut diolah
dan dianalisis yang nantinya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
regresi linier berganda dan dianalisa secara deskriptif. Metode analisis data yang
akan penulis gunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan secara lengkap di
bawah ini:
yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai variabel yang
digunakan dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2017), statistik deskriptif itu
Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendiskripsikan data
sampel. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain: adalah penyajian data
melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, dan lain
biaya tenaga kerja, pengalaman pelaku usaha, dan biaya energi atas penggunaan
46
pelaku usaha, serta pengaruh produktivitas terhadap upah tenaga kerja di industri
berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Analisis ini digunakan
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, pengalaman pelaku usaha, dan biaya
Produktivitas brem merupakan fungsi dari besaran biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, pengalaman pelaku usaha, dan biaya energi atas penggunaan
Y = f (X1,X2,X3,X4)..................................................(3.1)
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh luas lahan, biaya input petanian,
sebagai berikut:
Berdasarkan rumus (3.2) terlihat jelas bahwa hubungan antara kedua input dan
Keterangan:
β0 = Intersep
e = Error
di dalam input biaya bahan baku, dengan menganggap input biaya tenaga kerja,
pengalaman pelaku usaha, dan biaya energi bersifat konstan. Demikian pula
tiga kali dari keadaan awal maka outputnya juga akan berlipat ganda
Y2 = β0 + β1 X5 + e..................................................(3.4)
Keterangan:
β0 = Intersep
β1 = Koefisien
X5 = Produktivitas Brem
E = Error
Y3 = β0 + β1 X5 + e..................................................(3.4)
Keterangan:
β0 = Intersep
β1 = Koefisien
X5 = Produktivitas Brem
E = Error
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mencapai asumsi BLUE (Best Linear
pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square). Pengujian ini dilakukan melaui
2009).
49
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model yang dipakai bisa
dikatakan baik atau tidak. Suatu model dikatakan baik jika mempunyai variabel
penganggu yang terdistribusi secara normal. Uji normalitas terpenuhi jika nilai
adanya korelasi antar variabel independennya. Model yang baik adalah model
dampak dari variabel lainnya karena tingginya korelasi variabel bebas (Ghozali,
2009). Jika terdapat korelasi yang kuat diantara sesama variabel independen
independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang
menyebabkan R-Squared tinggi namun tidak banyak variabel yang signifikan dari
uji t-test. Cara untuk mengetahui gejala multikolinieritas adalah dengan uji Varian
50
Infiaction Factor (VIF). Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka model tersebut
masalah multikolinieritas dapat melihat matriks korelasi dari variabel bebas, jika
terjadi koefisien korelasi lebih dari 0,80 maka terdapat multikolinieritas (Ghozali,
2009).
Digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang terbentuk memiliki
varian yang konstan atau tidak. Suatu model yang baik adalah memiliki varian dari
dimana asumsi tersebut tidak tercapai, dengan kata lain dimana varians dari eror
dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar
tersebut harus dihilang kandari model regresi dan tidak mengganggu uji t-test dan
standart error & covariance. Hasil yang diperlukan dari hasil uji ini adalah nilai
H0 = Homoskedasticity
H1 = Heterokedasticity
(Ghozali, 2009).
Uji parsial atau uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari setiap variabel
T hitung > T tabel maka H0 ditolak dan menerima H1 (signifikan), sedangkan jika
digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana
Uji simultan atau uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
nilai F tabel. Bila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1.
Koefisien determinasi juga digunakan untuk mengukur presentasi dari variasi total
52
pada Y yang dijelaskan oleh model regresi. Bila nilai R2 mendekati 1, maka
hubungan antar variabel independen dan variabel dependen kuat (Ghozali, 2018).
53
BAB IV
PEMBAHASAN
410 meter di atas permukaan air laut. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan
Tata guna lahan (land use) merupakan setiap bentuk campur tangan atau
hidupnya baik secara material maupun spiritual (Vink, 1975 dalam Widayanti,
2010). Luas wilayah Kecamatan Nguntoronadi merupakan salah satu potensi yang
mana penduduk masyarakat dapat mendayagunakan luas lahan yang ada agar
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui jumlah penduduk laki-laki sejumlah 12.987 jiwa
dan penduduk perempuan sejumlah 12.760 jiwa. Dengan demikian maka dapat
∑ Penduduk laki-laki
Sex ratio = x 100
∑ Penduduk perempuan
12.987
Sex ratio = x 100
12.760
Angka sex ratio di Kecamatan Nguntoronadi adalah 101,77. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki. Dengan
demikian, pembagian kerja yang harus ditanggung oleh keduanya tidak jauh
berbeda.
yaitu sebanyak 32,38%. Hal ini adap diartikan bahwa kesadaran penduduk akan
pendidikan yang rendah biasanya penduduk akan sulit menerima suatu inovasi
atau perubahan.
56
penilitian ini digambarkan sesuai dengan jenjang usia produktif penduduk. Menurut
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu pertama, kelompok umur muda, dibawah
kelompok umur tua yaitu diatas 65 tahun. Jumlah penduduk produktif Kecamatan
Nguntoronadi yang tergolong dalam usia produktif jauh lebih banyak dibaNdingkan
dengan usia yang tidak produktif. Tingginya usia produktif tersebut diharapkan
48,15 artinya dari 100 penduduk umur produktif menanggung 48 penduduk umur
yang produktif atau bekerja lebih banyak dibandingkan dengan usia non-produktif.
Keadaan industri pada penelitian ini menggambarkan jumlah unit dari macam-
sentra memiliki tujuan untuk mengelopokkan jenis industri yang memiliki sifat
serupa (Pratomo dan Soejono, 2004 dalam Ingranti, dkk 2012). Keberadaan
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa sentra industri kecil
bambu, abon ikan, dan tepung tapioka bukan merupakan produk kebutuhan
terjadinya kegiatan jual beli. Berdasarkan data BPS Kabupaten Wonogiri (2018) di
jumlah pasar desa masih rendah, bahkan setiap desa belum tentu meimiliki pasar
Kecamatan Nguntoronadi. Selain itu, toko/kios buka setiap hari sedangkan pasar
maupun keadaan sarana transportasi yang dimiliki atau yang ada di Kecamatan
59
Kecamatan Nguntoronadi sudah baik, salah satunya ialah keadaan jalan yang
sudah diaspal dan mudah diakses oleh semua orang. Selain itu, alat transportasi
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa secara umum keadaan
jalan yang sudah diaspal membuat masyarakat lebih mudah dalam melaksanakan
kegiatan perekonomian.
penelitian ini akan dibedakan menjadi dua, yaitu usia produktif dan usia tidak
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa usia responden pelaku usaha
usaha brem tersebut mayoritas masih tergolong dalam usia produktif. Sebanyak
20 orang atau 90,9% pelaku usaha masih tergolong usia produktif, sedangkan
9,10% pelaku usaha tergolong usia non produktif. Usia dapat mempengaruhi
pelaku usaha dalam menerima inovasi atau sesuatu yang baru serta dalam
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa usia tenaga kerja
tenaga kerja di Industri tersebut memiliki usia yang masih tergolong dalam usia
yang produktif. usia produktif tenaga kerja tersebut dapat berpengaruh terhadap
kinerja. Pada umumnya, tenaga kerja yang masih tergolong dalam usia produktif
sehingga jumlah tenaga kerja yang bekerja di Industri brem ini tidak banyak, yaitu
terakhir yang pernah di tempuh oleh pelaku usaha brem. Pendidikan merupakan
suatu hal yang penting yang dapat berpengaruh terhadap wawasan, penerimaan
informasi, maupun cara berpikir pelaku usaha dalam membuat suatu keputusan.
SLTA/sederajat.
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha
Pendidikan terakhir pelaku usaha tersebut dapat mempengaruhi pola pikir pelaku
62
inovasi atau perubahan baru. Semakin tinggi pendidikan pelaku usaha, semakin
terbuka dalam menerima inovasi baru yang dapat mendorong tingkat produksi
Pengalaman pelaku usaha dalam penelitian ini diukur dengan lama seseorang
atau pelaku usaha dari awal berdiri/memulai usaha brem sampai dengan waktu
terhadap tingkat produksi brem. Pelaku usaha brem yang memiliki pengalaman
usaha yang lebih lama apabila menghadapi suatu kendala dalam kegiatan
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata lama pelaku
usaha brem dalam menjalankan usahanya adalah 18,77 tahun. Artinya para
pelaku usaha brem memiliki pengalaman usaha yang cukup lama. Sehingga para
berkembang agar kegiatan produksinya lebih mudah dan lebih produktif dari
sebelumnya.
Produksi brem dalam penelitian ini merupakan rata-rata jumlah brem yang
diproduksi oleh pelaku usaha dalam kurun waktu satu bulan. Kegiatan produksi
brem dilakukan setiap hari. Tinggi rendahnya jumlah produksi brem tentu
dipengaruhi oleh beberapa faktor input. Berikut merupakan jumlah produksi brem
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata produksi brem
setiap bulan dari seluruh total pelaku usaha adalah 891,36 kg. Tinggi rendahnya
faktor produksi brem dipengaruhi oleh beberapa faktor input serta berbagai
kendala yang mungkin di hadapi oleh pelaku usaha saat melakukan proses
cuaca tidak mendukung atau tidak adanya sinar matahari membuat brem
membutuhkan waktu yang lama untuk kering, sehingga brem yang biasanya
64
berwarna putih dapat berubah menjadi agak kekuningan. Para pelaku usaha
sampai saat ini belum menemukan solusi untuk mengatasi kendala tersebut.
Apabila musim penghujan tiba, para pelaku usaha lebih memilih untuk mengurangi
yang mampu mengatasi kendala tersebut, sehingga para pelaku usaha tetap
Biaya bahan baku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total biaya yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha brem untuk membeli bahan baku pembuatan brem.
Adapun bahan baku yang digunakan untuk membuat brem adalah beras ketan dan
ragi instan. Berikut merupakan biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh
responden:
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya bahan baku
digunakan dalam pembuatan brem adalah beras ketan dan ragi instan, harga
beras ketan per kilo adalah Rp 11.000.000,00 dan 1 butir ragi instan adalah Rp
320,00. Perbandingan saat produksi brem adalah 1 kg beras ketan : 1 butir ragi
65
kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Para pelaku usaha memperoleh bahan
baku sebagian di pasok oleh petani setempat dan sebagian diperoleh dari pasar
Biaya tenaga kerja dalam penelitian ini merupakan total biaya yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk membayar tenaga kerja yang membantu
dalam kegiatan proses pembuatan brem. Para tenaga kerja bekerja 7 jam/hari
dengan besaran upah yang beragam. Berikut merupakan total biaya tenaga kerja
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata total biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan oleh pelaku usaha adalah sebesar Rp 1.643.182,00. Besar
kecilnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh setiap pelaku usaha berbeda-
beda jumlahnya. Tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan tidak terdapat
sama. Total tenaga kerja yang bekerja di industri brem Kecamatan Nguntoronadi
sebanyak 30 orang, setiap rumah tangga industri jumlah tenaga kerjanya berbeda-
beda. Karena rumah industru brem ini termasuk industri rumah tangga maka
66
jumlah tenaga kerjanya hanya 1 – 4 orang. Berikut merupakan jumlah upah yang
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata upah yang
kuisioner penelitian yang telah dilakukan para tenaga kerja tersebut tidak memiliki
pekerjaan lain selain di industri brem. Tenaga kerja memulai pekerjaannya dari
pukul 07.00 sampai dengan pukul 14.00 atau 7 jam kerja. Tenaga kerja bekerja
Pengalaman pelaku usaha pada penelitian ini merupakan lama pelaku usaha
dalam menjalankan usaha brem mulai dari awal berdirinya hingga penelitian ini
temurun dari keluarga. Sebagian besar pelaku usaha yang pengalaman dalam
memulai usahanya belum lama adalah mereka yang meneruskan usaha orang
tuanya. Industri brem yang dikelola oleh pelaku usaha saat ini adalah industri brem
yang telah dikembangkan oleh orang tua atau keluarga pelaku usaha sebelumnya.
Sehingga para pelaku usaha brem saat ini memiliki pengetahuan tentang industri
brem sejak saat keluarganya mengelola industri tersebut. Berikut merupakan data
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata lama pelaku
pelaku usaha brem tersebut tergolong cukup lama, sehingga para pelaku usaha
brem tersebut cukup mengetahui bagaimana solusi yang tepat ketika terjadi suatu
menjalankan suatu usaha, para pelaku usaha yang sudah berpengalaman cukup
Biaya energi dalam penelitian ini adalah total biaya yang dikeluarkan oleh
pelaku usaha untuk membayar energi yang di gunakan dalam proses produksi
brem. Dalam kegiatan produksi brem terdapat proses pengadukan, dalam proses
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata biaya energi
masih ada yang menggunakan pengaduk manual. Selain itu, terdapat pelaku
Pendapatan pelaku usaha pada penelitian ini adalah total hasil yang diterima
oleh pelaku usaha atas kegiatan produksi brem dalam kurun waktu satu bulan.
Pendapatan pelaku usaha brem dibagi menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan kotor
diperoleh dari total hasil penjualan brem. Harga brem perkilo adalah Rp
69
50.000.000,00. Jika jumlah brem yang diproduksi sama antara pelaku usaha
dengan pelaku usaha lainnya maka jumlah pendapatan kotor antara pelaku usaha
tersebut adalah sama. Akan tetapi jumlah pendapatan bersihnya berbeda, karena
biaya input produksi. Berikut merupakan pendapatan bersih yang diterima oleh
pelaku usaha:
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih yang
Pendapatan bersih pelaku usaha diperoleh dari pendapatan kotor dikurangi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya energi yang digunakan saat proses
produksi brem berlangsung. Besar kecilnya pendapatan bersih yang diterima oleh
pelaku usaha sangat bergantung dengan besarnya biaya input produksi yang
digunakan.
upah tenaga kerja terhadap standar KHL dan UMK Kabupaten Wonogiri.
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, pengalaman pelaku usaha dan biaya energi
bentuk logaritma natural. Logaritma natural dari keempat variabel input yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, pengalaman pelaku usaha, dan biaya energi.
Logaritma natural dari variabel output atau nilai produksi brem dijadikan variabel
Berdasarkan Tabel 4.20 di atas hasil analisis regresi linier berganda dapat
0.063835 + e
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.18 di atas maka dapat interpretasikan
sebagai berikut:
pengaruh dari variabel biaya bahan baku (X1), biaya tenga kerja (X2),
pengalaman pelaku usaha (X3), dan biaya energi (X4) maka nilai variabel
produksi brem (Y) adalah -12.15208. Walaupun hasil estimasi konstanta pada
penelitian ini adalah negatif. Nilai konstanta yang negatif pada umumnya tidak
(1994).
b. Nilai koefisien biaya bahan baku (X1) sebesar 0.893715 yang menunjukkan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumolang, dkk (2017)
hubungan yang positif, sehingga jika jumlah biaya tenaga kerja (X2) mengalami
peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai produksi brem (Y) pada industri brem
satuan dengan asumsi cetiris paribus. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tukasno (2017) yang berjudul “Pengaruh Biaya Bahan Baku dan
Biaya Tenaga Kerja Terhadap Volume Produksi Tungku di Desa Braja Mulya
dengan asumsi cetiris paribus. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian
yang dilakukan oleh Putra dan Gede (2019) yang berjudul “Pengaruh
yang positif, sehingga jika biaya energi (X3) mengalami peningkatan sebesar 1
penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Ida
Tabanan”.
Pada tingkat elastisitas ini fungsi produksi menunjukkan sifat yang increasing
return to scale. Hal ini berarti setiap penambahan input biaya bahan baku, biaya
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mencapai asumsi BLUE (Best Linear
pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square). Pengujian ini dilakukan melaui
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model yang dipakai bisa
dikatakan baik atau tidak. Suatu model dikatakan baik jika mempunyai variabel
penganggu atau residual yang terdistribusi secara normal. Uji normalitas terpenuhi
jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata yang digunakan
Jarque-Bera 1.0580813
Probability 0.580813
α (0,05) 0.05
Berdasarkan tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa Probability Jarque-Bera > α
(0,05) yaitu 0.580813 > 0.05 sehingga menerima H0 artinya residual atau error
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independennya. Model yang baik adalah
model yang tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Untuk mengetahui
gejala multikolinieritas adalah dengan uji Varian Infiaction Factor (VIF). Jika nilai
VIF lebih besar dari 10 maka model tersebut terindikasi adanya multikoliniertitas.
74
Berdasarkan tabel 4.22 di atas dapat diketahui bahwa hasil penelitian yang telah
3) Uji Heterokedastisitas
yang lain. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas (Ghozali, 2018). Metode
covariance. Hasil yang diperlukan dari hasil uji ini adalah nilai Prob.Obs*R-
H0 = Homoskedasticity
H1 = Heterokedasticity
(Ghozali, 2009).
Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa nilai Prob Obs*R-squared > α
(0,05) yaitu 0.2063 > 0,05 atau H0 diterima sehingga persamaan atau model dalam
Nilai dari koefisien determinasi (R2) pada penelitian ini sebesar 0,982831.
Nilai tersebut berarti seluruh variabel dalam model yang terdiri dari variabel biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, pengalaman pelaku usaha, dan biaya energi
mampu menjelaskan variasi dari variabel produksi brem sebagai variabel terikat
sebesar 98%. Sedangkan 2% lagi dapat dijelaskan oleh variabel yang lain di luar
model penelitian.
76
Uji simultan atau uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
nilai F tabel. Bila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan jika nilai F hitung < F
bahwa nilai f statistik yang dihasilkan sebesar 243.3932 dengan nilai f tabel
sebesar 2,96. Selain itu nilai probabilitas f statistik yang dihasilkan adalah
0,000000. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel
bersamaan (menolak H0). Hal tersebut dibuktikan oleh nilai f statistik > f tabel atau
243.3932 > 2,96 dan nilai probabilitas f statistik < α atau 0,0000 < 0,05.
Hasil pengujian dilakukan dengan melihat nilai uji t dan hasil signifikansi
pengujiannya. Uji signifikansi individu (uji t) adalah suatu prosedur dengan sampel
digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis nol. Ide dasarnya merupakan
hipotesis nol. Input untuk menerima atau menolak H0 dibuat atas dasar nilai
statistik uji yang diperoleh dari data yang dimiliki (Gujarati, 2015).
Hipotesis:
brem
77
probabilitas sebesar 0.0000. Nilai t-tabel dalam persamaan ini adalah 1,740
diperoleh dengan melihat posisi (α/1;df) atau (0,05;17) pada tabel nilai t. Dimana
t-statistik lebih besar daripada t-tabel yaitu 9,939107 > 1,740 dan nilai signifikansi
t statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata yaitu 0.0000 < 0,05 maka hal ini berarti
bahwa biaya bahan baku memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumolang, dkk (2017) yang berjudul
Kota Manado”. Pada penelitian tersebut biaya bahan baku merupakan salah satu
Tungku.
Biaya bahan baku dalam proses pembuatan brem adalah beras ketan dan ragi
instan. Harga biaya bahan baku beras ketan perkilogramnya adalah Rp 11.000,00
sedangkan harga ragi instan perbiji Rp 320,00. Rata-rata biaya bahan baku yang
jumlah brem yang diproduksi sangat tergantung dengan ketersediaan bahan baku.
Para pelaku usaha tidak mengalami kesulitan atau kendala dalam memperoleh
bahan baku. Bahan baku beras ketan yang digunakan untuk produksi brem
sebagian besar dipasok oleh penjual beras ketan yang sudah menjadi langganan
dan sebagian dipasok oleh petani setempat. Harga beras ketan yang dijual oleh
penjual beras dan petani sama. Namun terdapat perbedaan kualitas beras ketan
yang dipasok oleh penjual beras dengan petani, biasanya beras ketan yang
dipasok oleh petani kualitasnya lebih baik, sedangkan yang dipasok oleh penjual
beras kualitasnya kurang baik karena berupa beras ketan campuran dari berbagai
78
macam jenis ketan. Perbandingan antara beras ketan dan ragi instan juga
instan adalah 1kg : 1 butir. Apabila perbandingan antara keduanya tidak tepat
Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh pelaku usaha setiap bulannya
beragam atau tidak menentu. Karena harga beras ketan yang tidak stabil, akan
tetapi para pelaku usaha tetap menjalankan produksi seperti biasanya. Ketika
harga ketan naik, maka harga brem juga naik. Harga brem perkilo adalah Rp
50.000,00. Biaya transport dalam membeli bahan baku tidak termasuk ke dalam
biaya bahan baku, karena biaya transport bahan baku dari penjual beras ketan
dan petani sudah ditanggung keduanya, sehingga pelaku usaha sudah menerima
Hipotesis:
brem
probabilitas sebesar 0.0000. Nilai t-tabel dalam persamaan ini adalah 1,740
diperoleh dengan melihat posisi (α/1;df) atau (0,05;17) pada tabel t. Dimana t
statistik lebih besar daripada t-tabel yaitu 2.847684 > 1,740 dan nilai signifikansi t
statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata yaitu 0.0000 < 0,05 maka hal ini berarti
bahwa biaya tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Tukasno (2017) yang berjudul
79
“Pengaruh Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Terhadap Volume Produksi
Tungku di Desa Braja Mulya Kecamatan Braja Selebah, salah satu dari variabel
penelitian ini yaitu variabel biaya tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan
Peran tenaga kerja dalam kegiatan produksi merupakan hal yang sangat
Tenaga kerja sangat berperan dalam kegiatan produksi brem, mulai dari
pencucian bahan hingga pengepakan brem untuk siap dipasarkan atau diambil
oleh pelanggan. Tenaga kerja industri brem bekerja selama 7 jam dalam sehari.
Karena industri brem merupakan industri rumah tangga, maka tenaga kerja yang
terserap dalam industri ini tidak banyak hanya berkisar 1 – 4 orang. Tidak ada
pembeda dalam sistem pengupahan antara tenaga kerja laki-laki dengan tenaga
kerja perempuan. Jumlah biaya yang dikeluarkan pelaku usaha untuk tenaga kerja
2 orang tenaga kerja saja. Setiap tenaga kerja menerima upah berkisar antara Rp
produksi brem yang tinggi, mereka mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja yang
lebih tinggi pula karena mengejar target produksi yang jumlahnya banyak.
Hipotesis:
produksi brem
brem
dengan probabilitas sebesar 0.3366. Nilai t-tabel dalam persamaan ini adalah
1,740 diperoleh dengan melihat posisi (α/1;df) atau (0,05;17) pada tabel nilai t.
Dimana t statistik lebih kecil daripada t-tabel yaitu 0,988767 < 1,740 dan nilai
signifikansi t statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata yaitu 0.3366 > 0,05 maka
hal ini berarti bahwa pengalaman pelaku usaha tidak memiliki memiliki pengaruh
Wonogiri.
rata 18,77 tahun, yang mana rentang pengalaman setiap pelaku usaha berkisar
penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan produksi brem
karena pelaku usaha yang memiliki pengalaman usaha yang cukup lama belum
tentu jumlah brem yang diproduksi banyak. Tinggi rendahnya jumlah produksi
finansial pelaku usaha, mereka yang memiliki pengalaman belum lama atau
pengalamannya lebih dari 30 tahun. Hal ini dikarenakan pelaku usaha tersebut
atau kendala dan cara mengambil keputusan yang tepat. Para pelaku usaha yang
memiliki pengalaman belum lama, belum tentu pelaku usaha tersebut tidak
mengerti dalam mengelola usaha, justru mereka jauh lebih mengerti karena usaha
tersebut merupakan usaha turun temurun dari keluarga yang sejak kecil pelaku
usaha tersebut sudah mengetahui bagaimana cara kerja dan manajemen keluarga
dalam mengelola usaha brem tersebut. Pelaku usaha yang belum lama memulai
usahanya memiliki usia yang lebih muda dan memiliki tingkat pendidikan yang
81
lebih tinggi dibandingkan dengan pelaku usaha yang memiliki pengalaman usaha
lebih lama. Hal ini tentu sangat mempengaruhi bagaimana pelaku usaha tersebut
dimasyarakat saat ini. Pelaku usaha yang memiliki pengalaman usaha yang lama
adalah pelaku usaha yang sebagian proses produksinya masih menggunakan alat
brem cukup lama belum tentu pelaku usaha brem tersebut menghasilkan jumlah
Hipotesis:
sebesar 0,6176. Nilai t-tabel dalam persamaan ini adalah 1,740 diperoleh dengan
melihat posisi (α/1;df) atau (0,05;17) pada tabel nilai t. Dimana t statistik lebih kecil
daripada t-tabel yaitu 0,508515 < 1,740 dan nilai signifikansi t statistik tersebut
lebih besar dari taraf nyata yaitu 0,6176 > 0,05 maka hal ini berarti bahwa biaya
Biaya energi merupakan total biaya yang dikeluarkan pelaku usaha atas
energi untuk alat yang digunakan dalam proses produksi brem. Energi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tenaga listrik yang digunakan untuk
untuk dijadikan brem. Jadi biaya energi merupakan biaya listrik yang dikeluarkan
oleh pelaku usaha untuk kegiatan produksinya dalam waktu satu bulan. Biaya
energi dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan
produksi brem. Sebagian pelaku usaha yang memiliki produktivitas tinggi masih
input produksi.
berbeda atau jauh lebih baik menggunakan mesin atau dynamo. Akan tetapi
sebagian pelaku usaha yang sudah lama mengelola industri brem tersebut lebih
kualitasnya tidak jauh berbeda meski lebih membutuhkan waktu yang lama dan
terhadap jumlah produksi brem yang dihasilkan, karena sebagian pelaku usaha
pendapatan sebagai variabel dependen dan nilai produksi brem sebagai variabel
independen. Persamaan kedua ini akan diubah menjadi logaritma natural (Ln)
dengan tujuan untuk mengurangi fluktuasi data yang terlalu berlebihan. Menurut
Agusalim (2016) model berubah menjadi Ln memiliki tujuan agar data mudah
diinterpretasikan hasilnya karena pada umumnya nilai variabel sangat besar dan
83
satuan variabel satu dengan lainnya berbeda. Berikut merupakan hasil regresi
persamaan 2:
Berdasarkan Tabel 4.24 di atas hasil analisis regresi linier berganda dapat
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.18 di atas maka dapat interpretasikan
sebagai berikut:
pengaruh dari variabel produksi brem (X1), maka nilai variabel pendapatan
maka nilai pendapatan pelaku usaha (Y) di rumah tangga industri brem
1.125194% dengan asumsi cetiris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Efendi, dkk (2014) yang berjudul “Pengaruh Produktivitas
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mencapai asumsi BLUE (Best Linear
pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square) (Ghozali, 2018). Pengujian ini
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model yang dipakai bisa
dikatakan baik atau tidak. Suatu model dikatakan baik jika mempunyai variabel
penganggu atau residual yang terdistribusi secara normal. Uji normalitas terpenuhi
jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata yang digunakan
Jarque-Bera 0.568766
Probability 0.752479
α (0,05) 0.05
Berdasarkan tabel 4.25 di atas dapat diketahui bahwa Probability Jarque-Bera > α
(0,05) yaitu 0.752479 > 0.05 sehingga menerima H0 artinya residual atau error
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independennya. Model yang baik adalah
model yang tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Untuk mengetahui
gejala multikolinieritas adalah dengan uji Varian Infiaction Factor (VIF). Jika nilai
VIF lebih besar dari 10 maka model tersebut terindikasi adanya multikoliniertitas.
Berdasarkan tabel 4.26 di atas dapat diketahui bahwa hasil penelitian yang telah
angka Varian Infiaction Factor (VIF) variabel produksi padi di bawah 10.
3) Uji Heterokedastisitas
yang lain. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas (Ghozali, 2018). Metode
covariance. Hasil yang diperlukan dari hasil uji ini adalah nilai Prob.Obs*R-
H0 = Homoskedasticity
H1 = Heterokedasticity
(Ghozali, 2018).
Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui bahwa nilai Prob Obs*R-squared > α
(0,05) yaitu 0.5258 > 0,05 atau H0 diterima sehingga persamaan atau model dalam
Nilai dari koefisien determinasi (R2) pada penelitian ini sebesar 0,975644.
Nilai tersebut berarti variabel dalam model yaitu variabel nilai produksi brem
variabel terikat sebesar 98%. Sedangkan 2% lagi dapat dijelaskan oleh variabel
Uji simultan atau uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
nilai F tabel. Bila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan jika nilai F hitung < F
bahwa nilai f statistik yang dihasilkan sebesar 801.1376 dengan nilai f tabel
sebesar 4,35. Selain itu nilai probabilitas f statistik yang dihasilkan adalah
0,000000. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
(menolak H0). Hal tersebut dibuktikan oleh nilai f statistik > f tabel atau 801.1376
> 4,35 dan nilai probabilitas f statistik < α atau 0,0000 < 0,05.
Hasil pengujian dilakukan dengan melihat nilai uji t dan hasil signifikansi
pengujiannya. Uji signifikansi individu (uji t) adalah suatu prosedur dengan sampel
digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis nol. Ide dasarnya merupakan
hipotesis nol. Input untuk menerima atau menolak H0 dibuat atas dasar nilai
statistik uji yang diperoleh dari data yang dimiliki (Gujarati, 2015).
Hipotesis:
pelaku usaha
usaha
sebesar 0.0000. Nilai t-tabel dalam persamaan ini adalah 1,725 diperoleh dengan
melihat posisi (α/1;df) atau (0,05;20) pada tabel nilai t. Dimana t-statistik lebih
besar daripada t-tabel yaitu 34,50416 > 1,725 dan nilai signifikansi t statistik
tersebut lebih kecil dari taraf nyata yaitu 0.0000 < 0,05 maka hal ini berarti bahwa
produksi brem memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan
Hasil penilitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Efendi, dkk
salah satu variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan
Pendapatan pelaku usaha dalam penelitian ini adalah total hasil bersih yang
pendapatan bersih yang diterima oleh pelaku usaha setiap bulannya adalah Rp
sama akan tetapi jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap pelaku usaha
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena manajemen biaya input oleh setiap
pelaku usaha yang berbeda-beda. Takaran bahan baku pada umumnya setiap
pelaku usaha adalah sama, hanya saja berbeda dalam penggunaan input tenaga
89
kerja dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi, karena semakin
banyak tenaga kerja yang digunakan dan teknologi yang digunakan semakin
modern maka semakin tinggi biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha yang
tingginya jumlah brem yang diproduksi merupakan salah satu faktor utama yang
usaha. Pelaku usaha lebih memilih meminimalisir biaya input seperti biaya tenaga
bantu dengan anggota keluarga. Sehingga jumlah biaya input tenaga kerja yang
dikeluarkan tidak terlalu banyak. Sebagian pelaku usaha juga lebih memilih
pengaduk dengan dynamo yang bersumber dari listrik, biasanya tenaga kerjanya
produksi brem terhadap pendapatan pelaku upah tenaga kerja. Pada persamaan
ini upah tenaga kerja sebagai variabel dependen dan nilai produksi brem sebagai
variabel independen. Persamaan kedua ini akan diubah menjadi logaritma natural
(Ln) dengan tujuan untuk mengurangi fluktuasi data yang terlalu berlebihan.
Menurut Agusalim (2016) model berubah menjadi Ln memiliki tujuan agar data
besar dan satuan variabel satu dengan lainnya berbeda. Berikut merupakan hasil
regresi persamaan 2:
Berdasarkan Tabel 4.28 di atas hasil analisis regresi linier berganda dapat
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.18 di atas maka dapat interpretasikan
sebagai berikut:
pengaruh dari variabel produksi brem (X1), maka nilai variabel upah tenaga
maka nilai upah tenaga kerja (Y) di rumah tangga industri brem Kecamatan
asumsi cetiris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mencapai asumsi BLUE (Best Linear
pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square) (Ghozali, 2018). Pengujian ini
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model yang dipakai bisa
dikatakan baik atau tidak. Suatu model dikatakan baik jika mempunyai variabel
penganggu atau residual yang terdistribusi secara normal. Uji normalitas terpenuhi
jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata yang digunakan
Jarque-Bera 1.863468
Probability 0.393870
α (0,05) 0.05
Berdasarkan tabel 4.29 di atas dapat diketahui bahwa Probability Jarque-Bera > α
(0,05) yaitu 0.393870 > 0.05 sehingga menerima H0 artinya residual atau error
2) Uji Multikolinieritas
92
Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independennya. Model yang baik adalah
model yang tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Untuk mengetahui
gejala multikolinieritas adalah dengan uji Varian Infiaction Factor (VIF). Jika nilai
VIF lebih besar dari 10 maka model tersebut terindikasi adanya multikoliniertitas.
Berdasarkan tabel 4.30 di atas dapat diketahui bahwa hasil penelitian yang telah
angka Varian Infiaction Factor (VIF) variabel produksi padi di bawah 10.
3) Uji Heterokedastisitas
yang lain. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas (Ghozali, 2018). Metode
covariance. Hasil yang diperlukan dari hasil uji ini adalah nilai Prob.Obs*R-
H0 = Homoskedasticity
93
H1 = Heterokedasticity
(Ghozali, 2018).
Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa nilai Prob Obs*R-squared > α
(0,05) yaitu 0.7051> 0,05 atau H0 diterima sehingga persamaan atau model dalam
Nilai dari koefisien determinasi (R2) pada penelitian ini sebesar 0,202276.
Nilai tersebut berarti variabel dalam model yaitu variabel nilai produksi brem
mampu menjelaskan variasi dari variabel upah tenaga kerja sebagai variabel
terikat sebesar 20%. Sedangkan 80% lagi dapat dijelaskan oleh variabel yang lain
Uji simultan atau uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
nilai F tabel. Bila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan jika nilai F hitung < F
bahwa nilai f statistik yang dihasilkan sebesar 7.099853 dengan nilai f tabel
sebesar 4,20. Selain itu nilai probabilitas f statistik yang dihasilkan adalah
0,012646. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
(menolak H0). Hal tersebut dibuktikan oleh nilai f statistik > f tabel atau 7.099853
> 4,20 dan nilai probabilitas f statistik < α atau 0,012646 < 0,05.
Hasil pengujian dilakukan dengan melihat nilai uji t dan hasil signifikansi
pengujiannya. Uji signifikansi individu (uji t) adalah suatu prosedur dengan sampel
digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis nol. Ide dasarnya merupakan
hipotesis nol. Input untuk menerima atau menolak H0 dibuat atas dasar nilai
statistik uji yang diperoleh dari data yang dimiliki (Gujarati, 2015).
Hipotesis:
pelaku usaha
95
usaha
sebesar 0.0126. Nilai t-tabel dalam persamaan ini adalah 1,701 diperoleh dengan
melihat posisi (α/1;df) atau (0,05;28) pada tabel nilai t. Dimana t-statistik lebih
besar daripada t-tabel yaitu 2,664555 > 1,701 dan nilai signifikansi t statistik
tersebut lebih kecil dari taraf nyata yaitu 0.0126 < 0,05 maka hal ini berarti bahwa
produksi brem memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap upah tenaga
penilitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiantara (2015) yang
Sumber Rasa di Desa Temukus Tahun 2015”. Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat upah memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan
produktivitas kerja.
Upah dalam penelitian ini adalah jumlah hasil yang diterima oleh tenaga kerja
atas kegiatannya membantu pelaku usaha dalam memproduksi brem dalam kurun
waktu satu bulan. Rata-rata upah yang diterima oleh tenaga kerja industri brem
dalam kurun waktu satu bulan adalah Rp 1.196.667,00. Upah yang diterima oleh
setiap tenaga kerja di rumah tangga industri satu dengan rumah tangga industri
lainnya berbeda beda, ada yang upahnya sebesar Rp 800.000,00 sampai dengan
menggunakan mesin pengaduk. Hal ini membuat tenaga kerja harus lebih keras
bekerja karena dalam pengadukan sari ketan membutuhkan tenaga yang cukup
besar. Sehingga setiap rumah tangga industri yang masih menggunakan teknologi
96
manual mereka membayar upah tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan
karena tidak membutuhkan tenaga yang besar sehingga upah yang dikeluarkan
jumlahnya lebih kecil. Besarnya upah juga tergantung dengan banyaknya tingkat
tenaga kerja yang produktif dan mampu bekerja cepat meskipun jumlah tenaga
kerjanya tidak banyak, akan tetapi pelaku usaha juga memberikan upah yang
lebih. Semakin rendahnya jumlah produksi maka semakin rendah pula upah yang
diterima oleh tenaga kerja, karena tenaga kerja tidak harus bekerja terlalu keras
seperti tenaga kerja yang bekerja di rumah tangga industri brem yang jumlah
produksinya banyak. Jumlah tenaga kerja antara rumah tangga industri brem yang
jumlah produksinya banyak dan rumah tangga industri yang jumlah produksinya
sedikit adalah sama atau tidak jauh berbeda, yang membedakan adalah kapasitas
kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja, sehingga upah yang diterima setiap tenaga
Pada penelitian ini pendapatan pelaku usaha dan upah tenaga kerja akan
dibandingkan dengan nilai standar kebutuhan hidup layak (KHL) dan upah
usaha dan upah tenaga kerja tersebut sudah melebihi besarnya standar KHL atau
malah sudah melebihi besarnya nilai UMK di Kabupaten Wonogiri. Besarnya Upah
survei KHL pada tahun 2016 sebesar Rp 1.293.962,- (BPS Kabupaten Wonogiri,
2018).
adalah rata-rata dari pendapatan bersih yang di terima oleh seluruh pelaku usaha
waktu satu bulan dengan jumlah Rp 19.834.627,00. Upah tenaga kerja yang
dimaksud adalah rata-rata dari jumlah upah yang diterima oleh seluruh tenaga
Kabupaten Wonogiri dalam waktu satu bulan dengan jumlah rata-rata sebesar Rp
diterima oleh pelaku usaha brem lebih besar dari nilai standar KHL dan UMK
Kabupaten Wonogiri yaitu sebesar Rp 19.834.627,00 dengan besar KHL dan UMK
Berdasarkan Tabel 4.33 dapat diketahui bahwa sebesar 100% pelaku usaha rata-
rata jumlah pendapatan yang diterima melebihi besarnya staandar KHL dan UMK
Kabupaten Wonogiri. Hal ini disebabkan karena rata-rata tingkat produksi brem
yang tinggi. Selain itu, kemampuan manajemen usaha atau pengelolaan biaya
input pelaku usaha dalam menjalankan proses produksi brem juga berpengaruh
terhadap total pendapatan pelaku usaha. Rata-rata upah tenaga kerja yang
diterima masih kurang dari standar KHL dan UMK yaitu besarnya rata-rata upah
1.293.962,00 dan Rp 1.655.000,00. Hal ini dapat dikatakan bahwa upah yang
diterima oleh pelaku usaha masih termasuk dalam kategori kurang layak.
Berdasarkan Tabel 4.33 dapat diketahui bahwa sebnyak 63,33% tenaga kerja
mendapatkan upah di bawah standar KHL, dan sebesar 100% tenaga kerja
brem tidak memliki pekerjaan lain selain bekerja sebagai buruh di industri. Hal ini
industri brem tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi buruh di industri.
99
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Variabel biaya bahan baku memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap produksi brem. Sehingga semakin besar biaya input yang dikeluarkan
oleh pelaku usaha maka semakin meningkat pula total produksi brem yang
Kabupaten Wonogiri.
2) Variabel biaya tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap produksi brem. Sehingga semakin besar biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha maka semakin meningkat pula total produksi
4) Variabel biaya energi memiliki pengaruh yang positif tapi tidak signifikan
5) Variabel produksi brem memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
diproduksi maka semakin tinggi pula jumlah pendapatan yang diperoleh pelaku
6) Variabel produksi brem memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
upah tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah brem
yang diproduksi maka semakin tinggi pula tingkat upah yang diterima oleh
kerja masih di bawah standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan Upah
5.2 Saran
1) Pemerintah
modal kepada pelaku usaha baru karena modal yang dibutuhkan dalam industri
pemasok bahan baku, sebagai tenaga kerja, dan sebagai pemasar produk.
101
2) Pelaku Usaha
Tingkat produksi brem yang tinggi tidak terlepas dari menajemen produski
yang baik, salah satunya adalah menejemen dalam mengatur input produksi
selain berdampak pada kualitas produksi, hal ini juga berpengaruh terhadap
yang dterima oleh tenaga kerja masih jauh dari standar KHL dan UMK
memiliki hak yang harus dipenuhi salah satunya adalah memperoleh upah yang
layak.
102
DAFTAR PUSTAKA
Adiati, N.A, dan Made Dwi S.M. 2013. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri
Gamelan di Desa Tihingan Kabupaten Klungkung. Bali: Universitas
Udayana.
Amalia, Fitri. 2014. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Pada Kegiatan Sektor
Usaha Mikro di Lingkungan UIN Syarid Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN
Syarid Hidayatullah.
Arianti, Nyayu Neti, dkk. 2007. Penentuan Harga Pokok Produksi, Kontribusi
Pendapatan Usaha, dan Pemasaran Brem di Desa Gebang Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Bengkulu:
Universitas Bengkulu.
Arifin, Agus. 2011. Struktur Industri, Tingkat Produktivitas, dan Efisiensi Ekonomis
dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (Studi Empiris Perajin Tahu
Desa Kalisari, Cilongok VS Perajin Tahu Desa Kalikabong, Kalimanah,
Purbalingga. Purwokerto: Universitas Jenderal Sudirman.
Arifini, N.K. dan Madi Dwi S.M. 2013. Analisis Pendapatan Pengrajin Perak di Desa
Kamasan Kabupaten Klungkung. Bali: Universitas Udayana.
BPS. 2018. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri.
Diakses pada 16 Juli 2019, https://www.wonogirikab.bps.go.id/.
BPS. 2018. Kabupaten Wonogiri Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Wonogiri.
BPS. 2018. Kecamatan Nguntoronadi Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Wonogiri. Diakses pada 1 November 2019.
https://www.wonogirikab.bps.go.id/
BPS. 2018. Provinsi Jawa Tengah dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Tengah. Diakses pada 16 Juli 2019, https://www.jateng.bps.go.id/.
103
BPS. 2019. [Seri 2010] Distribusi PDB Triwulan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Persen). Badan Pusat Statistik. Diakses pada 15 Juli
2019, https://www.bps.go.id/
BPS. 2019. Kecamatan Nguntoronadi Dalam Angka 2019. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Wonogiri. Diakses pada 1 November 2019.
https://www.wonogirikab.bps.go.id/
Cahyadinata, I.W.P, dan Ida B.D. 2018. Pengaruh Upah, Modal, Bahan Baku dan
Tenaga Kerja Terhadap Produksi Industri Kerajinan Kayu di Kabupaten
Giayanyar. Bali: Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas KUKM dan Perindag. 2019. Industri Sentra Kabupaten Wonogiri. Dinas
KUKM dan Perindag Kabupaten Wonogiri.
Efendi, A.A, Marijono, dan Deditiani T.I. 2014. Pengaruh Produktivitas Kerja
Terhadap Tingkat Pendapatan Usaha Kerajinan Sayangan di Desa
Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru Kabupaten Bayuwangi Tahun 2014.
Jember: Universitas Jember.
Handayani, I.A.P.S, dan Ida B.P.P. 2018. Analisis Economic os Scale dan Efisiensi
Penggunaan Input Terhadap Output pada Industri Genteng di Kecamatan
Kediri Kabupaten Tabanan. Bali: Universitas Udayana.
Herawati, Efi. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku,
Tenaga Kerja dan Mesin Terhadap Produksi Glycerine Pada PT. Flora
Sawta Chemindo Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Herawati, H, dan Dewi M. 2016. Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Proses
Produksi Terhadap Kualitas Produ Pada UD. Tahu Rosydi Puspan Maron
Probolinggo. Probolinggo: Universitas Puspan Maron
Ingranti, Mentari, dkk. 2012. Analisis Pengaruh Komponen Teknologi dan Nilai
Tambah Terhadap Perkembangan Sentra Industri Kerupuk Udang
104
Ismail, Munawar, Dwi Budi S, dan Ahmad Erani Y. 2014. Sistem Ekonomi
Indonesia Tafsiran Pancasila dan UUD 1945. Jakarta: Erlangga.
Lahu, E.P, dan Jacky S.B.S. 2006. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Guna Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado.
Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Lubis, Zulfikar, dan Sandy T.P. 2010. Penentuan Harga dan Satuan Pekerjaan
Ditinjau Dari Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi Pada Setiap Jenjang
Keahlian di Lapangan. Lamongan: Universitas Islam Lamongan.
Nugroho, Satya, dan Muchamad J.B. 2014. Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, dan
Teknologi terhadap Hasil Produksi Susu Kabupaten Boyolali. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Oktaviani, Diah. 2017. Dinamika Sentra Industri Kecil Brem di Desa Gebang
Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun 1990-2015. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.
Pratomo, Devanto S, dan Putu M.A.S. 2016. Kebijakan Upah Minimum Pekerja
Untuk Perekonomian yang Berkeadilan: Tinjauan UUD 1945. Malang:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Putra, Rizky Eka. 2012. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Sa’adah, N.W, Dan Adyan P.S. 2016. Analisis Pengaruh Upah Minimum Pekerja
dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Tingkat Pengangguran di
Surabaya. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Sari, Merrana Puspita, dkk. 2009. Pergeseran Pekerjaan Remaja dari Sektor
Pertanian ke Sektor Industri. Bali: Universitas Udayana
Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES
Sumolang, Z.V, Tri O.R, dan Daisy S.M.E. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Industri Olahan Ikan di Kota Manando. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/66 Tahun 2018 Tentang
Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Tigau, Reinaldi, Debby Ch.R, dan Patrick C.W. 2013. Analisis Pendapatan dan
Pola Konsumen Pekerja Sektor Informal di Bukit Kasih Desa Kanonang
Dua Kecamatan Kawangkoan Barat. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Tuhasno. 2017. Pengaruh Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Terhadap
Volume Produksi Tungku di Desa Broja Mulya Kecamatan Braja Selebah.
Lampung: STIE Lampung Timur.
Wiantara, Ketut Alit. 2015. Hubungan Tingkat Upah dengan Produktivitas Kerja
Pada Perusahaan Kecap Sumber Rasa di Desa Temukus Tahun 2014.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Widayanti, Rina. 2010. Formulasi Model Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan
Terhadap Angkutan Kota di Kota Depok. Universitas Gunadarma: Depok
Wijaya, I.B.K, dan Made S.U. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Industri Kerajinan Bambu di Kabupaten Bangli. Bali:
Universitas Udayana.
107
LAMPIRAN
108
KUISIONER PENELITIAN
Judul Penelitian:
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pengalaman Pelaku Usaha Brem: Tahun
6. Pekerjaan Lain :
7. Aspek Pendapatan Pendapatan Pelaku Usaha Brem
Keterangan Jumlah
Keterangan: Jumlah
kg
Rata-rata brem yang diproduksi per bulan
Rp.
1.
2.
3.
2.
3.
4.
Jumlah
No Upah
Produksi
1 350 1000000
2 600 1200000
3 1500 1200000
4 1500 1500000
5 900 900000
6 900 900000
7 200 800000
8 1500 800000
9 1500 800000
10 400 1000000
11 400 800000
12 1500 1500000
13 400 800000
14 400 1000000
15 1080 1500000
16 1200 1500000
17 450 1500000
18 450 1300000
19 1200 1600000
20 600 1200000
21 750 1500000
22 1500 1500000
23 1500 1500000
24 480 1250000
25 550 1000000
26 1700 1250000
27 1700 1600000
28 1400 1250000
29 1400 1250000
30 1000 1000000
112
6
Series: Residuals
Sample 1 22
5 Observations 22
4 Mean 2.32e-15
Median -0.006912
Maximum 0.143051
3 Minimum -0.121250
Std. Dev. 0.079205
Skewness 0.310047
2
Kurtosis 2.105057
1 Jarque-Bera 1.086653
Probability 0.580813
0
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
113
C 0.631868 1793.776 NA
LN_BIAYA_BAHAN_BAKU 0.008085 6480.054 7.579748
LN_BIAYA_TENAGA_KERJA 0.005106 2945.211 1.755132
LN_PENGALAMAN 0.000880 19.89685 1.081807
LN_BIAYA_ENERGI 0.015758 7004.034 7.838798
114
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/02/19 Time: 06:42
Sample: 1 22
Included observations: 22
5
Series: Residuals
Sample 1 22
4 Observations 22
Mean -3.63e-15
3
Median 0.008418
Maximum 0.192841
Minimum -0.206310
Std. Dev. 0.107467
2
Skewness 0.008173
Kurtosis 2.212469
1 Jarque-Bera 0.568766
Probability 0.752479
0
-0.25 -0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
116
C 0.070101 127.1775 NA
LN_PRODUKSI_BREM 0.001580 127.1775 1.000000
JJSDSDHSD
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/02/19 Time: 09:04
Sample: 1 22
Included observations: 22
8
Series: Residuals
7 Sample 1 30
Observations 30
6
Mean 3.22e-15
5 Median -0.010401
Maximum 0.362038
4 Minimum -0.482035
Std. Dev. 0.216441
3 Skewness -0.586380
Kurtosis 2.660280
2
Jarque-Bera 1.863468
1 Probability 0.393870
0
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
118
C 0.205068 126.7936 NA
LN_PRODUKSI_BREM 0.004511 126.7936 1.000000
HS
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/03/19 Time: 18:12
Sample: 1 30
Included observations: 30