Anda di halaman 1dari 59

BAB 2

MODELLING ETABS DAN PEMBEBANAN GEMPA

2.1 STANDAR DESIGN


Peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan gedung ini
adalah sebagai berikut:
1. SNI 1726:2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung Dan Non Gedung
2. SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
3. SNI 1727:2013, Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain.
4. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.

2.2 DATA PERENCANAAN


Data perencanaan meliputi data bahan konstruksi yang digunakan, data
dimensi yang digunakan, serta denah struktur bangunan adalah sebagai berikut:
1. Material properties
a. Mutu beton : 400
b. F’c : 0,83 x 400 / 10 = 33,2 Mpa
c. Modulus elastisitas : 4700 x (33,2)1/2= 27081,137 Mpa
2. Dimensi elemen struktur
a. Balok : 500 x 800
b. Kolom : 600 x 1000
c. Dinding 1 : 300 x 1000
d. Dinding 2 : 300 x 1000
e. Plat lantai : 12 cm
f. Plat atap : 10 cm
g. Total lantai : 12 lantai
h. Fungsi gedung : kampus

4
2.3 LANGKAH KERJA
Langkah kerja yang perlu dilakukan dalam merencanakan gedung
menggunakan aplikasi ETABS adalah sebagai berikut:
1. Menentukan satuan yang digunakan pada ETABS, pada initialization
options pilih use built-in settings with untuk menentukan standard code
maupun units yang digunakan dalam pembuatan model rancangan. Pada
bagian display units memilih Metric SI, kemudian klik OK.

Gambar 2.1 Model Initialization

2. Menentukan grid/ As sebagai penempatan kolom, balok, dan struktur


lainnya. Penentuan As/ grid sesuai dengan gambar denah rencana. Pada
denah terdapat jarak yang berbeda, oleh karena itu dapat memilih custom
grid spacing – edit grid data untuk merubah jarak yang sebenarnya.

5
Gambar 2. 2 Model Grid

3. Mengubah konversi satuan dapat mengaturnya pada bagian pojok kanan


bawah dengan cara klik units-show unit form

Gambar 2.3 Units


4. Membuat material struktur yang akan digunakan pada ETABS, berupa
material beton ataupun baja tulangan yang digunakan pada struktur kolom,
balok, maupun plat.

6
Gambar 2.4 Material properties

5. Membuat dimensi kolom yang akan direncanakan, dengan cara pilih menu
define – section properties – frame sections – maka akan tampil kotak
dialog frame properties. pada kotak dialog frame properties – pilih add
new property – muncul kotak dialog frame property shape type – section
shape pilih concrete rectangular – pada bagian concrete klik bentuk
persegi panjang.

Gambar 2.5 Input Dimensi Kolom

7
Gambar 2.6 Reinforcement Data Column
6. Memasukkan dimensi balok yang digunakan, pada hal ini tidak jauh
berbeda dengan dimensi kolom. Pada bagian ini ubah design type menjadi
beam, maka dimensi yang di-input kan berupa balok.

Gambar 2.7 Input Dimensi Balok

8
7. Merencanakan tebal slab/ plat lantai, dengan cara pilih menu define –
section properties – slab sections – add new property – input data – ok

Gambar 2.8 Input Data Plat Lantai


8. Memasukkan data plat atap yang akan digunakan. Plat lantai dan plat yang
dibuat berbeda, sebab sebuah bangunan pada plat lantai memiliki beban
yang berbeda dengan plat atap.

Gambar 2.9 Input Data Plat Atap

9
9. Memasukkan data sher wall/ diding geser, yang berfungsi sebagai element
struktur untuk menahan gaya geser, gaya lateral akibat gempa bumi atau
gaya lainnya pada gedung bertingkat dan bangunan tinggi.

Gambar 2.10 Input Data Shear Wall


10. Penggambaran elemen kolom harus disesuaikan dengan denah lantai,
berhubung pada denah rencana kolom merupakan kolom tipikal/ sama
secara keseluruhan. Hal ini dapat kita atur terlebih dahulu pada fasilitas
similar stories dengan cara : pilih menu edit – edit stories and grid systems
– modify/show story data – muncul tampilan kotak dialog story data. Pada
kotak dialog, ubahlah similar to menjadi story 1.

Gambar 2.11 Kotak Dialog Story Data

10
11. Penggambaran elemen kolom dapat dilakukan dengan cara klik draw –
draw beam/column/brace objects – quick draw columns.

Gambar 2.12 Penempatan Kolom 600 x 1000

12. Penempatan elemen shear wall/ dinding geser 1 pada denah rencana,
dengan cara memilih draw wall stack. Dinding geser 1 berbentuk siku, hal
ini disesuaikan dengan rencana awal perencanaan bangunan.

Gambar 2.13 Layout Data Shear Wall/ Dinding Geser 1

11
Pada penempatan dinding diputar 2700, posisi shear wall 1 disesuaikan
dengan posisi denah rencana.

Gambar 2.14 Penempatan Shear Wall/ Dinding Geser 1

13. Penempatan elemen shear wall/ dinding geser 2 pada denah rencana,
dengan cara memilih draw wall stack. Dinding geser 2, kemudian dinding
geser 2 diputar 900 sesuai dengan posisinya.

Gambar 2.15 Layout Data Shear Wall/ Dinding Geser 2

12
Gambar 2.16 Penempatan Shear Wall/ Dinding Geser 2

14. Penempatan balok 500 x 800 pada denah rencana, dengan cara
menggunakan menu draw – draw beam/ column/ brace objects – quick
draw beam/columns – perhatikan kotak dialog dibawah ini.

Gambar 2.17 Penempatan Balok 500 x 800

15. Penggambaran untuk elemen plat lantai dan elemen plat atap.
Penggambaran dibuat berbeda dikarenakan elemen plat lantai dengan
elemen plat atap beda tebal antara keduanya. Penggambaran ini dibuat
berbeda karena plat lantai akan menerima beban lebih berat daripada

13
beban yang diterima atap. Terlebih dahulu ubah bagian similar story yang
berarti lantai 1 hingga lantai 11 similar, sedangkan untuk lantai 12 dibuat
berbeda.

Gambar 2.18 Plat Lantai dan Plat Atap

16. Langkah selanjutnya adalah penggambaran daerah void/ terbuka hal ini
berfungsi untuk lift/ tangga bagi bangunan tersebut. Daerah void dapat
dilakukan dengan cara yang sama seperti penggambaran pelat, namun
bedanya adalah pada bagian Property di kotak dialog properties of object
pilihannya adalah “opening”.

Gambar 2.19 Daerah Terbuka/ Void

14
17. Perhitungan dan meng-input beban yang diterima oleh plat atap dan plat
lantai. Plat lantai menerima beban dari pekerjaan finishing sebesar 108
kg/m2, berat plafond 18 kg/m2, berat dinding 180 kg/m2, dan berat dari
pekerjaan elektrikal sebesar 10 kg/m2 sehingga total yang diterima plat
lantai adalah sebesar 316 kg/m2.

Gambar 2.20 Input Beban Mati Tambahan untuk Plat Lantai


18. Perhitungan dan meng-input beban yang diterima oleh plat atap. Plat atap
menerima beban dari pekerjaan finishing sebesar 108 kg/m2, berat plafond
18 kg/m2, dan berat dari pekerjaan elektrikal sebesar 10 kg/m 2 sehingga
total yang diterima plat lantai adalah sebesar 136 kg/m2.

Gambar 2.21 Input Beban Mati Tambahan untuk Plat Atap

15
19. Perhitungan dan meng-input beban hidup yang diterima oleh plat atap dan
plat lantai. Plat lantai menerima beban hidup dari fungsi bangunan sebesar
1,92 kN/m2 adalah sebesar 195,72 kg/m2. Plat atap menerima beban hidup
dari fungsi bangunan sebesar 0,96 kN/m2 adalah sebesar 98 kg/m2.

Gambar 2.22 Input Beban Hidup untuk Plat Lantai dan Atap
20. Mengubah taraf penjepit lateral, untuk analisis gempa dan penulangan,
struktur atas dapat dianggap terjepit pada lantai base/dasar. Perletakan jepit
dipilih karena memiliki kemampuan menahan momen, gaya horizontal,
dan gaya vertikal. Pada bangunan tinggi juga digunakan pondasi dalam
sehingga asumsi perletakan jepit dapat diterima. Mengubah perletakan
menjadi jepit dapat menggunakan cara mengubah similar menjadi one
story lalu memilih menu view – set plan view – pilih base – ok – blok
seluruh denah pada lantai base – pilih menu assign – joint – restraints –
pada bagian fast restraints pilih jepit (kotak pertama) – apply – ok.

Gambar 2.23 Perletakan Jepit

16
21. Mengubah angka rigid zone factor untuk kolom menjadi angka 1, hal
disesuaikan dengan asumsi kolom kuat dan balok lemah. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memilih menu select – select – properties – frame
sections – pilih semua tipe kolom – select – close – pilih menu assign –
frame – end length offsets – ganti rigid zone factor menjadi 1 – apply – ok.

Gambar 2.24 Rigid Zone Factor Kolom

22. Mengubah diafragma pada etabs karena diafragma untuk tiap lantai adalah
rigid/ kaku. Analisis struktur harus memperhitungkan kekakuan relatif
diafragma dan elemen vertikal sistem penahan gaya gempa.

Gambar 2.25 Rigid Diafragma

17
23. Menentuka mass source adalah jumlah massa yang akan dihitung oleh
etabs, untuk beban mati sebesar 1 atau bernilai 100% sedangkan untuk
beban hidup 0,25 atau bernilai 25%.

Gambar 2.26 Pendefinisian Mass Source

24. Mengisi jumlah asumsi untuk modal, modal merupakan analisis dinamik
untuk mengetahui prilaku ragam gerak struktur pada setiap mode-
modenya.

Gambar 2.27 Asumsi Jumlah Mode yang Berkontribusi

2.4 RUN ANALYSIS (RUN DINAMIK)

18
Pemodelan pada etabs selesai maka langkah selanjutnya adalah
mendapatkan nilai waktu getar alami fundamental serta mengetahui analisis ragam
gerak yang berkontribusi dengan cara melakukan run analysis. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memilih menu analyze – check model – beri tanda ceklis
untuk semua options pengecekan – ok. Setelah itu pilih analyze kembali – set
active degrees of freedom – pilih full 3d – ok. pilih kembali menu analyze – set
load cases to run – beri tanda ceklis pada calculate diaphragm centers of rigidity –
run now.

Gambar 2.28 Bagian Pengecekkan

Gambar 2.29 Check ModeGambar 2.8 Input Data Plat Lantai

19
Gambar 2.30 Run Analysis

2.5 ANALISA MODE RAGAM


Pola gerak ragam fundamental struktur pada mode tertentu dapat dilihat
dengan gerak animasi pada layar komputer dengan cara : pilih menu Display –
Deformed Shape – klik pilihan modal case – pilih Mode Number 1 untuk ragam 1
(ragam pertama) – OK – klik pilihan Start Animations pada bagian kanan bawah.
Berdasarkan animasi pada layar komputer, gerak ragam pertama struktur
menunjukan gerak translasi sejajar dengan sumbu-Y dan memberikan waktu getar
alami fundamental sebesar Ty = 1,685 detik. Berdasarkan animasi pada layar
komputer, gerak ragam kedua struktur menunjukan gerak translasi sejajar dengan
sumbu-X dan memberikan waktu getar alami fundamental sebesar Tx = 1,59
detik.
Pada mode ke-3 ini gerak struktur sudah menunjukan rotasi karena telah
mengalami puntir terhadap sumbu lokal Z. Selain dari animasi layar komputer,
kita juga dapat melihat pola gerak ragam dari hasil output analisis ETABS dengan
cara pilih menu Display – Show Tables – klik kotak kecil paling kiri dari pilihan
Analysis – klik kotak kecil paling kiri Results – klik kotak kecil paling kiri Modal
Results – beri tanda ceklis pada bagian Modal Participating Mass Ratios dan
Modal Load Participation Ratios – maka pada jendela ETABS akan tampil pilihan
tabel tersebut. Jika ingin mendapatkan output dalam bentuk Microsoft Excel, klik

20
kanan pada tabel, kemudian pilih Export to Excel. Sehingga hasilnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Modal Load Participations Ratios
Static Dynamic
Case Item Type Item
% %
Modal Acceleration UX 100,000 97,810
Modal Acceleration UY 99,990 96,700
Modal Acceleration UZ 0 0

Tabel 2.2 Modal Participating Mass Ratios


Period Sum Sum Sum Sum Sum S
Case Mode UX UY UZ RX RY RZ
Sec UX UY UZ RX RY R
Modal 1 1,685 0,789 0,001 0 0,789 0,001 0 0,000 0,214 0,000 0,000 0,214 0,
Modal 2 1,590 0,001 0,780 0 0,790 0,780 0 0,225 0,000 0,000 0,225 0,214 0,
Modal 3 1,272 0,000 0,000 0 0,790 0,780 0 0,000 0,000 0,785 0,225 0,214 0,
Modal 4 0,540 0,109 0,000 0 0,899 0,780 0 0,000 0,516 0,000 0,225 0,730 0,
Modal 5 0,501 0,000 0,112 0 0,899 0,892 0 0,493 0,000 0,000 0,718 0,730 0,
Modal 6 0,403 0,000 0,000 0 0,899 0,892 0 0,000 0,000 0,104 0,718 0,730 0,
Modal 7 0,300 0,037 0,000 0 0,936 0,892 0 0,000 0,069 0,000 0,718 0,799 0,
Modal 8 0,272 0,000 0,039 0 0,936 0,931 0 0,071 0,000 0,000 0,789 0,799 0,
Modal 9 0,220 0,000 0,000 0 0,936 0,931 0 0,000 0,000 0,039 0,789 0,799 0,
Modal 10 0,202 0,020 0,000 0 0,956 0,931 0 0,000 0,074 0,000 0,789 0,873 0,
Modal 11 0,177 0,000 0,022 0 0,956 0,953 0 0,076 0,000 0,000 0,865 0,873 0,
Modal 12 0,146 0,013 0,000 0 0,969 0,953 0 0,000 0,031 0,000 0,865 0,905 0,
Modal 13 0,143 0,000 0,000 0 0,969 0,953 0 0,000 0,000 0,022 0,865 0,905 0,
Modal 14 0,125 0,000 0,014 0 0,969 0,967 0 0,035 0,000 0,000 0,900 0,905 0,
Modal 15 0,111 0,009 0,000 0 0,978 0,967 0 0,000 0,031 0,000 0,900 0,935 0,

Dari hasil tabel 2.1 dapat dilihat bahwa untuk analisis statik partisipasi
massa sudah mencapai 100% dikedua arah orthogonal dan untuk analisis dinamik
partisipasi massa telah mencapai lebih dari 90%, hal ini sudah sesuai dengan
persyaratan. Jika tidak tercapai tambahkan jumlah mode yang berkontribusi. Dari
hasil tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pada mode 2 nilai faktor translasi UY

21
memberikan angka yang paling besar/dominan yaitu 78% hal ini menunjukan
bahwa gerak translasi arah Y terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi layar
komputer. Pada mode 2 nilai faktor translasi UX memberikan angka yang paling
besar/dominan yaitu 79%. Pada mode 3 nilai RZ dominan yaitu 78,5%.

2.6 PARAMETER GEMPA RENCANA


Perencaan kampus 12 lantai diasumsikan berapa pada wilayah Kalimantan
tepatnya pada kota Banjarmasin. Parameter gempa sesuai dengan peraturan gempa
terbaru SNI 1726 – 2012 bisa kita dapatkan di website http: puskim.pu.go.id. Pada
website ini ganti koordinat dengan nama kota, kemudian input kota rencana.

Gambar 2.31 Desain Spektra Indonesia


Hasil dari website ini seperti Gambar 2.31 berupa data tanah dan wilayah
gempa dari lokasi tersebut. Hal ini akan berguna untuk perencanaan gempa,
dimana letak bangunan tersebut berdiri. Bangunan yang direncanakan akan berdiri
di daerah banjarmasin, kalimatan.

Gambar 2.32 Parameter Kelas Situs SD (Tanah Halus)

22
Penentuan klasifikasi jenis tanah diatur pada SNI 1726 – 2012 klasifikasi
kelas situs tanah dibagi menjadi 5, yaitu SA (batuan keras), SB (batuan), SC
(tanah keras), SD (tanah sedang), SE (tanah lunak), dan SF (tanah khusus) yang
didapat berdasarkan perhitungan 3 parameter yaitu kecepatan rata-rata gelombang
geser, tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata dan tahanan penetrasi standar
rata-rata untuk lapisan tanah non-kohesif, serta kuat geser niralir rata-rata. Pada
perancangan ini diasumsikan gedung berdiri di atas tanah sedang di wilayah kota
banjarmasin. Parameter spektral tanah lunak Kota Banjarmasin berdasarkan web
Desain Spektra Indonesia adalah:
- PGA (g) = 0,033
- SS (g) = 0,060
- S1 (g) = 0,036
- CRS = 0,915
- CR1 = 0,916
- FPGA = 2,500
- FA = 2,500
- FV = 3,500
- PSA (g) = 0,082
- SMS (g) = 0,151
- SM1 (g) = 0,125
- SDS (g) = 0,1
- SD1 (g) = 0,083
- T0 (detik) = 0,166
- TS (detik) = 0,829
Dengan menggunakan web tersebut kita langsung secara otomatis
mendapatkan data lengkap dari parameter spektral yang dibutuhkan untuk
perencanaan gempa. Untuk perhitungan manual, penentuan parameter desain
spektral dijelaskan dalam SNI 1726 – 2012.

23
2.7 PEMBEBANAN GEMPA STATIK MANUAL
Pembebanan gempa mengacu pada peraturan SNI 1726 – 2012 dengan
rincian sebagai berikut (keterangan tabel dalam pembahasan ini disesuaikan
dengan nomor tabel pada SNI 1726-2012):

2.7.1 Kategori Resiko Bangunan (Risk Category)


Berdasarkan Pasal 4.1.2, Gedung Perkantoran masuk kedalam kategori
risiko II dengan nilai faktor keutamaan gempa, Ie = 1,5 (Tabel 2-Faktor
Keutamaan Gempa).

2.7.2 Kategori Desain Seismic (SDS = Seismic Design Category)


Kategori Desain Seismik akan menentukan tingkat keparahan suatu
wilayah gempa. Terdapat 6 jenis kateori desain seismik, yaitu Kategori Desain
Seismik A, B tergolong dalam tingkat risiko kegempaan yang rendah, Kategori
Desain Seismik C tergolong dalam tingkat risiko kegempaan menengah, dan
Kategori Desain Seismik D, E, F tergolong dalam tingkat risiko kegempaan yang
tinggi. Berdasarkan Pasal 6.5 penentuan tingkat keparahan daerah gempa/ kategori
desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan SDS dan SD1. Nilai
SDS = 0,1 dan Nilai SD1 = 0,083 dalam Kategori Desain Seismik E.

2.7.3 Sistem Struktur dan Parameternya


Pemilihan sistem struktur berhubungan dengan elemen penahan beban
lateral dan juga Kategori Desain Seismik yang direncanakan. Pada perancangan
ini akan digunakan sistem ganda sebagai penahan beban lateral. Asumsi pemilihan
sistem struktur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya berhubungan
dengan ketinggian bangunan, untuk bangunan rendah sampai menengah dibawah
10 lantai biasanya digunakan sistem rangka pemikul momen. Pada bangunan
tinggi untuk mengantisipasi perilaku gempa secara dinamik biasanya sistem ganda
yang merupakan gabungan antara dinding geser dengan rangka pemikul momen
banyak digunakan. Selain dari ketinggian bangunan, wilayah dimana gedung
berdiri juga dapat menjadi pertimbangan. Pada daerah yang terletak di zona rawan

24
gempa harus memiliki elemen penahan beban lateral yang lebih baik
dibandingkan dengan daerah yang bukan rawan gempa

Gambar 2.33 Parameter Sistem Struktur

Pada tabel diatas, terdapat 2 jenis sistem ganda, yaitu sistem ganda yang
menggunakan rangka pemikul momen khusus (point D) dan rangka pemikul
momen menengah (point E). Pada perancangan ini sistem struktur untuk kedua
arah orthogonal X dan Y menggunakan Sistem Ganda dengan Rangka Pemikul
Momen Khusus yang mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa yang
ditetapkan dan Dinding Geser Beton Bertulang Khusus. Berdasarkan sistem
struktur yang akan digunakan, maka parameter faktor gempa yang digunakan
adalah :
- Koefisien Modifikasi Respons, R = 7
- Faktor Kuat Lebih Sistem, Ω0 = 2,5
- Faktir Pembesaran Defleksi, Cd = 5,5

25
2.7.4 Penentuan Periode Desain
Waktu Getar/ Perioda alami fundamental struktur merupakan waktu yang
dibutuhkan struktur untuk menempuh satu siklus gerakan yang nilainya
dipengaruhi oleh fungsi massa dan kekakuan. Nilai perioda desain akan digunakan
untuk mendapatkan beban gempa rencana. Penentuan perioda desain dalam SNI
1726 – 2012 berbeda dengan SNI 1726 – 2002 sebagai peraturan terdahulunya,
dalam SNI 1726 – 2002 perioda/ waktu getar suatu struktur dibatasi oleh nilai
hasil perkalian antara suatu koefisien berdasarkan zona gempa dengan jumlah
lantai tingkatnya.
Pada SNI 1726 – 2012 nilai perioda struktur dibatasi oleh batas bawah
perioda (perioda fundamental pendekatan) dengan batas atas perioda (perioda
maksimum). Perioda Fundamental pendekatan atau. batas perioda minimum
adalah:
Ta = Cthnx

Gambar 2.34 Nilai Parameter Perioda Pendekatan

Tipe struktur yang digunakan adalah “Semua Sistem Struktur Lainnya”


karena menggunakan sistem ganda dan ketinggian total dari dasar = 60 m.
Ta = Cthnx
Ta = 0,0488 x 480,75
Ta = 0,890 detik . ………. Batas bawah
Jika tidak digunakan analisis struktur dengan bantuan program untuk
mendapatkan waktu getar alami struktur yang akurat, maka nilai perioda

26
pendekatan diatas dapat digunakan untuk menghitung beban gempa statik
rencana. Jika telah dilakukan analisis struktur dengan program dan mendapatkan
waktu getar yang akurat sesuai massa dan kekakuan struktur, maka harus
dilakukan pengecekan terhadap batas atas perioda, yaitu:
T = CuTa, dengan nilai Cu berdasarkan tabel berikut ini:

Gambar 2.35 Koefisien Batas Atas Perioda

T = 1,7 x 0,890 detik


T = 1,513 detik. ………. Batas atas
Jadi Perioda Desain yang akan digunakan adalah:
Tx = 1,59 detik > 1,513 detik…… Tx = 1,513 detik
Ty = 1,685 detik > 1,513 detik…… Ty = 1,513 detik

2.7.5 Penentuan Koefisien Respons Seismik


Perhitungan koefisien respon seismik diatur dalam pasal 7.8.1.1 dengan
perincian sebagai berikut:
- SDS (g) = 0,1
- SD1 (g) = 0,083
Karena perioda desain arah x = arah y, maka hanya dilakukan 1 kali
penghitungan Cs, namun jika diperoleh perioda desain yang berbeda maka dapat
dilakukan perhitungan secara terpisah antara arah x dan arah y.
S DS 0,1
CS    0,021
R  7  , nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi
   
 I e   1,5 
daripada nilai Cs berikut ini:

27
S DS 0,1
CS    0,012
R   7 
T   1,513 
 Ie   1,5 

Cs min = 0,044 SDS x Ie > 0,01


Cs min = 0,044 x 0,1 x 1,5 > 0,01
Cs min = 0,0066
Jadi Cs min = (koefisien gaya geser untuk arah x dan y)

2.7.6 Berat Seismik Efektif


Berat Sesimik Efektif merupakan berat total desain hasil penjumlahan dari
beban mati struktur + beban mati tambahan + beban hidup yang tereduksi. Berat
Seismik per-lantai dapat langsung kita peroleh melalui program ETABS dengan
cara sebagai berikut : pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results –
Structure Results – beri tanda ceklis pada Centers of Mass and Rigidity – OK –
Export to Excel.

Gambar 2.36 Mass Output

28
Tabel 2.3 Berat Struktur Tiap Lantai
Cumulative Cumulative
Story Diaphragm Mass X Mass Y XCM YCM
X Y
Kg Kg m M Kg Kg
Story12 D1 440284,79 440284,8 16 8 440284,79 440284,79
Story11 D1 592677,72 592677,7 16 8 1032962,51 1032962,51
Story10 D1 592677,72 592677,7 16 8 1625640,22 1625640,22
Story9 D1 592677,72 592677,7 16 8 2218317,94 2218317,94
Story8 D1 592677,72 592677,7 16 8 2810995,66 2810995,66
Story7 D1 592677,72 592677,7 16 8 3403673,37 3403673,37
Story6 D1 592677,72 592677,7 16 8 3996351,09 3996351,09
Story5 D1 592677,72 592677,7 16 8 4589028,81 4589028,81
Story4 D1 592677,72 592677,7 16 8 5181706,52 5181706,52
Story3 D1 592677,72 592677,7 16 8 5774384,24 5774384,24
Story2 D1 592677,72 592677,7 16 8 6367061,95 6367061,95
Story1 D1 592677,72 592677,7 16 8 6959739,67 6959739,67

Pada tabel hasil output ETABS di atas, didapat data berat total per-lantai
dari mass source yang sudah dimasukkan sebelumnya. Berat keseluruhan struktur
juga dapat dilihat pada kolom kumulatif. Jadi total berat seismik efektif untuk
desain adalah:
WTOTAL = 6959739,71 Kg

2.7.7 Gaya Geser Dasar (Base Shear)


V = CsW, dimana:
V = Geser dasar seismik
Cs = Koefisien respons seismik desain
W = Berat seismik efektif total
Vx = 0,012 x 6959739,71 Kg = 81820,972 Kgf
Vy = 0,012 x 6959739,71 Kg = 81820,972 Kgf

2.7.8 Distribusi Gaya Gempa Statik Tiap Lantai


Distribusi gaya gempa lateral (F) pada setiap lantai diatur dalam Pasal
7.8.3 dengan rumus seperti dibawah ini :
F  CV  V , dan

29
k
wi hi
CV  n

w h
k
i i
i 1

Interpolasi nilai k untuk nilai perioda desain pada rentang 0,5 < T < 2,5
adalah sebagai berikut:
k= 0,5 T + 0,75
k = 0,5 (1,513) + 0,75
k = 1,506

Tabel 2.4 Distribusi Gaya Gempa Statik Ekivalen Tiap Lantai


STORY H Wi K Wihik Cv Fx=Fy
Story12 48 440284,790 150109661,800 0,147 12059,031
Story11 44 592677,720 177242424,559 0,174 14238,737
Story10 40 592677,720 153536781,471 0,151 12334,348
Story9 36 592677,720 131003199,237 0,129 10524,117
Story8 32 592677,720 109704419,666 0,108 8813,084
Story7 28 592677,720 89714619,934 0,088 7207,207
1,506
Story6 24 592677,720 71123392,005 0,070 5713,684
Story5 20 592677,720 54041989,389 0,053 4341,453
Story4 16 592677,720 38613842,408 0,038 3102,036
Story3 12 592677,720 25034063,885 0,025 2011,107
Story2 8 592677,720 13591328,682 0,013 1091,857
Story1 4 592677,720 4783885,876 0,005 384,313

2.7.9 Gaya Geser Statik Tiap Lantai


Gaya geser tiap lantai akibat beban gempa desain dapat dihitung sesuai
pasal 7.84 dengan menggunakan persamaan:
n
V X   Fi , gaya geser merupakan kumulatif dari penjumlahan gaya
ix

gempa statik ekivalen tiap lantai.


Contoh perhitungan:
Gaya Geser Story 12, V12 = F12 = 12059,031 Kgf
Gaya Geser Story 11, V11 = V12 + F11 = 26297,768 Kgf

30
Gaya Geser Story 10, V10 = V11 + F10 = 38632,116 Kgf
Dst…..
Gaya Geser Story 1, V1 = V2 + F1 = 81820,973 = VBASE SHEAR

Tabel 2.5 Distribusi Gaya Gempa Statik Ekivalen Tiap Lantai


STORY Fx Vx Fy Vy
Story12 12059,031 12059,031 12059,031 12059,031
Story11 14238,737 26297,768 14238,737 26297,768
Story10 12334,348 38632,116 12334,348 38632,116
Story9 10524,117 49156,233 10524,117 49156,233
Story8 8813,084 57969,317 8813,084 57969,317
Story7 7207,207 65176,524 7207,207 65176,524
Story6 5713,684 70890,208 5713,684 70890,208
Story5 4341,453 75231,661 4341,453 75231,661
Story4 3102,036 78333,696 3102,036 78333,696
Story3 2011,107 80344,803 2011,107 80344,803
Story2 1091,857 81436,660 1091,857 81436,660
Story1 384,313 81820,973 384,313 81820,973

2.8 PEMBEBANAN GEMPA STATIK OTOMATIS ETABS


Sebelum memulai input gempa statik ekivalen secara otomatis dengan
program ETABS, terlebih dahulu buka kunci jendela ETABS karena sebelumnya
telah dilakukan proses Run Analysis dengan cara klik icon seperti gambar di
bawah ini sehingga menjadi Unlock Model.
Kemudian pilih menu Define – Load Patterns – Input Gaya Lateral Arah X
(EX) seperti gambar berikut ini – Click To Add New Load.

Gambar 2.37 Input Gaya Lateral EX


Keterangan:

31
- Load = isikan EX sebagai gempa statik arah x
- Type = Seismic (gempa) - Self Weight Multiplier = 0
- Auto Lateral Load = ASCE 7 – 10

Kemudian klik Modify Lateral Load sehingga tampil kotak dialog seperti
dibawah ini.

Gambar 2.38 Seismic Loading X-Derection (Time Period Program Calculated)

Keterangan:
- Direction and Eccentricity : pilih X Dir
- Metode Pemilihan Time Period :
a. Approximate = jika memilih metode ini maka perhitungan Time
Period program berdasarkan formula perioda pendekatan atau
perioda minimum sesuai dengan fungsi Ct (ft), x.
b. Program Calculated = jika memilih metode ini maka program akan
langsung menghitung otomatis waktu getar/perioda desain dengan
mempertimbangkan batas atas dan batas bawah perioda .

32
c. User Defined = Jika memilih metode ini kita dapat langsung
memberikan nilai perioda desain yang telah kita hitung sebelumnya.
Untuk metode pertama kita pilih dengan Program Calculated dengan
fungsi Ct (ft), x sesuai dengan sistem ganda. Pemilihan fungsi Ct
(ft), x pada program ETABS sesuai dengan kode ASCE 7 – 10 yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Gambar 2.39 Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x

Berdasarkan tabel diatas, untuk All other structural systems nilai Ct = 0,02
dengan nilai metric ekuivalen (0,0488) dan x = 0,75. Maka untuk sistem ganda
dalam program, fungsi perioda pendekatannya adalah Ct (ft), x = 0,02; 0,75.
- Story Range :
a. Top Story for Seismic Loads = Story 12 (Lantai paling atas)
b. Bottom Story for Seismic Loads = Base (Lantai dasar penjepitan lateral)
- Factors : Nilai faktor diisi sesuai dengan parameter jenis sistem struktur, dalam
hal ini adalah sistem ganda dan faktor keutamaan bangunan, yaitu
a. Response Modification, R = 7
b. System Overstrength, omega = 2,5
c. Deflection Amplification, Cd = 5,5
d. Occupancy Important, Ie = 1,5
- Seismic Coefficients :
a. 0,2 Sec Spectral Accel, SS = 0,060
b. 1 Sec Spectral Accel, S1 = 0,036

33
c. Long Period-Transition Period = 8 sec, diambil dari peta Long Period-
Transtition Period
d. Site Class = E (Situs SD,tanah lunak)

Gambar 2.40 Input Gaya Lateral EY

Gambar 2.41 Seismic Loading Y-Derection (Time Period Program Calculated)

Setelah input beban EX dan EY melalui otomatis program, lakukan


analisis dengan pilih menu Analyze – Set Load Cases To Run – Run Now. Setelah
prose run analysis selesai, pilih Display – Show Tables – Analysis – Results –

34
Reactions – beri tanda centang pada Base Reactions – OK – klik kanan pada tabel
output – Export To Excel.
Tabel 2.6 Base Reactions Time Period Program Calculated
Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo Kgf Kgf Kgf kgf-m kgf-m kgf-m
DL 0 0 6726198 53809582 -107619163 -0,00004436
LL 0 0 1095634 8765071,616 -17530143 -0,000005475
EX -82799,282 5,55E-07 0 -0,00001774 -2903727 662394,2581
EY 0 -82799,282 0 2903727,084 0,00001299 -1324789

Dari hasil analisis program dengan menggunakan ASCE 7 – 10


berdasarkan metode Time Period Program Calculated didapat:
Vx = 82799,282 Kgf
Vy = 82799,282 Kgf
Pada metode kedua ini akan dijelaskan input beban gempa statik ekivalen
dengan Time Period User Defined.
Kembali pada jendela ETABS klik icon Unlock Model (Buka Kunci) –
pilih kembali menu Define – Load Patterns – pilih Loads EX – klik Modify
Lateral Load – pada bagian Time Period pilih User Defined dan isi nilai T =
TDESAIN = 1,513 sec – OK. Lakukan hal yang sama untuk memilih Loads EY.

Gambar 2.42 Seismic Loading X-Direction (Time Period User Defined)

35
Gambar 2.43 Seismic Loading Y-Direction (Time Period User Defined)

Setelah itu lakukan analisis kembali dengan pilih menu Analyze – Set
Load Cases To Run – Run Now. Setelah proses run analysis selesai, pilih Display
– Show Tables – Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada Base
Reactions – OK – klik kanan pada tabel output – Export To Excel.

Tabel 2.7 Base Reactions Time Period User Defined


Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo Kgf kgf Kgf kgf-m kgf-m kgf-m
DL 0 0 6726198 53809582 -107619163 -0,00004436
LL 0 0 1095634 8765071,616 -17530143 -0,000005475
EX -82799,282 5,55E-07 0 -0,00001774 -2903727 662394,2581
EY 0 -82799,282 0 2903727,084 0,00001299 -1324789

Dari hasil analisis program dengan menggunakan ASCE 7 – 10


berdasarkan metode Time Period User Defined didapat :
Vx = -82799,282 Kgf
Vy = -82799,282 Kgf
Maka hasil analisis nilai Gaya Geser Statik dengan menggunakan 3
metode yaitu perhitungan manual, ASCE 7 – 10 Time Period Program Calculaed,
dan ASCE 7 – 10 Time Period User Defined dapat dilihat pada tabel perbandingan
dibawah ini.

36
Tabel 2.8 Perbandingan Nilai Base Shear Statik
NO METODE Vx Vy
1 Perhitungan manual 81820,97 81820,97
2 ASCE 7-10 time periode program calculated 82883,27 82883,27
3 ASCE 7-10 time periode user defined 82799,28 82799,28

Berdasarkan tabel di atas, perbandingan antara nilai base shear statik


dengan perhitungan manual dan metode ASCE 7-10 time period user defined
memberikan hasil yang terbaik dimana keduanya memberikan angka yang sangat
dekat. Dari hasil ke-3 analisis ini dapat membuktikan bahwa analisis base shear
dengan program ETABS berdasarkan ASCE 7 – 10 sudah sangat relevan dengan
peraturan gempa Indonesia SNI 1726 – 2012, sehingga dapat digunakan untuk
desain ataupun sekedar pengecekan terhadap perhitungan manual.

2.9 PEMBEBANAN GEMPA DINAMIK RESPONS SPEKTRA


Pembebanan gempa dengan respons spektra berguna untuk melihat
perilaku dinamik dari pola gaya geser bangunan-bangunan tinggi yang
dipengaruhi oleh banyak mode/modal yang berkontribusi. Bangunan-bangunan
yang memiliki sisi ketidakberaturan/irregurality juga harus menyertakan analisis
gempa dinamik dalam perencanaan. Semakin tinggi bangunan dan semakin
banyak mode yang berkontribusi maka perilaku dinamik akan menentukan dan
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mendapatkan nilai gaya geser rencana
yang juga dibandingkan dengan analisis statik ekivalennya, sehingga didapat
nilai-nilai gaya geser dengan distribusi yang bagus sepanjang tinggi gedung.
Pembebanan gempa dinamik respons spektra dapat dianalisis langsung
menggunakan program ETABS dengan terlebih dahulu membuat kurva respons
spektrum sesuai parameter spektral wilayah tempat gedung berdiri dan jenis
tanahnya. Kurva Spektrum Respons Desain merupakan fungsi percepatan spektral
(Sa) terhadap perioda (T), kurva ini digunakan dalam analisis dinamik untuk
mendapatkan nilai percepatan tanah desain dari masing-masing modal yang ada.
Perhitungan Kurva Spektrum Respons Desain diatur dalam Pasal 6.4.

37
Tabel 2.9 Perbandingan Nilai Base Shear Statik
T SA
(detik) (g)
0 0,055
0,166 0,1
0,83 0,1
1 0,083
1,2 0,069
1,4 0,059
1,6 0,052
1,8 0,046
2 0,042
2,2 0,038
2,4 0,035
2,6 0,032
2,8 0,030
3 0,028
3,2 0,026
3,4 0,024
3,6 0,023
3,8 0,022
4 0,021

Gambar 2.44 Respons Spektrum Desain


Respons Spektrum Desain dapat langsung dibuat dengan menggunakan
Microsoft Excel dengan memperhatikan nilai-nilai berikut ini:
a. Untuk perioda yang lebih dari T0 (T < T0), spektrum respons desain (Sa):

38
 T 
S a  S DS  0,4  0,6 
 T0 
b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS (T0 ≤ T ≤ TS) , spektrum respons desain (Sa):
S a  S DS

c. Untuk perioda yang lebih besar daripada TS (T > TS), spektrum respons
desain (Sa) :
S D1
Sa 
T
Keterangan:
S D1
T0  0,2
S DS

S D1
TS 
S DS

Berikut ini akan ditampilkan kurva respons desain dengan SNI 1726 –
2012 dan sebagai perbandingan juga akan ditambahkan kurva respons spektrum
dengan wilayah dan jenis tanah yang sama menggunakan SNI 1726 – 2002.

Gambar 2.45 Kurva Spektrum

Setelah melakukan perhitungan kurva spektrum desain berdasarkan SNI


1726 – 2012 dengan menggunakan Microsoft Excel. Copy – paste nilai T dan Sa

39
menjadi 2 kolom ke dalan Notepad pada komputer dan save dengan hasil seperti
di bawah ini.
Setalah membuat spektrum desain, kembali pada jendela ETABS pilih
Unlock Model – Define – Functions – Response Spectrum – Choose Functions
Type to Add pilih From File – pilih Add New Function – Browse – OK

Gambar 2.46 Seismic Loading Y-Direction (Time Period User Defined)

Keterangan:
- Function Name : ganti menjadi “SPEKTRA BANJARMASIN”
- Function Damping Ratio : 5% Damping
- Values are : Period vs Value
- Browse : Cari file notepad spektrum yang telah dibuat
- Function Graph : Lihat hasil kurva T vs Sa

Setelah input kurva spektrum, pendefinisian beban gempa dinamik dapat


dilakukan dengan cara : pilih menu Define – Load Cases – Click To Add New
Case – Isi kotak dialog Load Case Data – OK.
Tabel 2.10 Gaya Geser Dinamik
FX FY FZ MX MY MZ

40
Load
kgf Kgf Kgf kgf-m kgf-m kgf-m
Case/Combo
SPEC-X Max 61688,025 1215,4713 0 38883,438 1913481,4 488367,718
SPEC-Y Max 1215,473 64293,238 0 2010002,9 38495,041 1032874,07

VSPEC-X = 61688,025 Kgf


VSPEC-Y = 64293,238 Kgf

Pembebanan gempa dinamik respons spektrum juga dapat dilakukan dengan


menggunakan kurva respons spektrum secara otomatis pada program ETABS.
Seperti halnya pembebanan gempa statik ekivalen otomatis, kurva respons
spektrum juga didapat dengan menggunakan metode ASCE 7 – 10 dengan cara :
Unlock Model – menu Define – Functions – Response Spectrum – pada bagian
Choose Function Type to Add pilih ASCE 7-10 – Click To Add New Function –
isi kotak dialog Response Spectrum ASCE 7-10 – OK.

Gambar 2.47 Respon Spektrum dengan ASCE 7-10

- Function Name : ASCE 7-10 SPEKTRA SEMARANG


- Damping Ratio : 0,05 (5%)
- 0,2 Sec Spectral Accel, SS : 0,970 (sesuai data)
- 1 Sec Spectral Accel, S1 : 0,328 (sesuai data)
- Site Class : D (tanah sedang, situs SD)

41
- Plot Options : Linear X – Linear Y

Untuk mengganti pembebanan gempa dinamik dari kurva spektrum yang


sebelumnya menggunakan fasilitas from file dengan kurva spektrum otomatis
ASCE 7 – 10, kembali ke menu Define – Load Cases – pilih beban gempa SPECX
– Click To Modify/Show Case – pada pilihan Function pilih ASCE 7 – 10
SPEKTRA SEMARANG – OK – lakukan hal yang sama untuk beban gempa
SPEC-Y – OK.

Gambar 2.48 Input Function dengan ASCE 7-10 arah X dan Y

Tabel 2.11 Gaya Geser Dinamik Spektrum Otomatis


Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo kgf kgf Kgf kgf-m kgf-m kgf-m
SPEC-X Max 61048,512 1203,2762 0 38475,694 1891698,1 483335,037
SPEC-Y Max 1203,2779 63710,736 0 1990063,7 38091,397 1023527,23

VSPEC-X = 219327,09 Kgf


VSPEC-Y = 237528,35 Kgf

Hasil perbandingan gaya geser dengan menggunakan spektrum manual


dan otomatis ETABS dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

42
Tabel 2.12 Hasil Perbandingan Gaya Geser Dinamik
No Metode Vx Vy
1 Respon Spectrum Manual 61048,512 63710,736
2 Respon Spectrum Otamatis ASCE 7-10 61688,025 64293,238

2.10 RELASI BEBAN GEMPA STATIK-DINAMIK


Berdasarkan SNI 1726 – 2012, beban gempa dinamik tidak boleh kurang
dari 85% beban gempa statik, atau dengan kata lain VDINAMIK ≥
0,85VSTATIK , jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka beban gempa dinamik
harus dikalikan dengan faktor skala sebesar :
0,85  VBASE STATIK
scale factor 
VBASE DINAMIK

Pada analisis sebelumnya sudah didapatkan nilai beban gempa


menggunakan metode gaya lateral statik ekivalen dan dinamik respons spektra
dengan berbagai metode. Dalam perhitungan desain ini akan digunakan nilai
beban gempa statik ekivalen hasil dari perhitungan manual berdasarkan Tabel 2.5
dan beban gempa dinamik respons spektrum dengan metode ASCE 7 – 10
berdasarkan Tabel 2.11.
Gaya geser statik ekivalen tiap lantai didapat berdasarkan hasil
perhitungan dari Tabel 2.5. Gaya geser dinamik tiap lantai dapat dilihat dari hasil
output ETABS dengan cara pilih menu Display – Story Response Plot – akan
tampak kotak dialog Story Response seperti gambar dibawah ini.

43
Gambar 2.49 Gaya Geser Dinamik Arah X

Gambar 2.50 Gaya Geser Dinamik Arah Y

44
Tabel 2.13 Gaya Geser Dinamik – X Tiap Lantai
Elevation X-Dir Y-Dir
Story Location
M Kgf Kgf
Top 8472,757 147,6988
Story12 48
Bottom 8472,757 147,6988
Top 17958,25 329,4307
Story11 44
Bottom 17958,25 329,4307
Top 25831,3 491,0092
Story10 40
Bottom 25831,3 491,0092
Top 32409,47 631,3515
Story9 36
Bottom 32409,47 631,3515
Top 37974,05 753,0681
Story8 32
Bottom 37974,05 753,0681
Top 42802,42 859,4804
Story7 28
Bottom 42802,42 859,4804
Top 47135,74 953,2314
Story6 24
Bottom 47135,74 953,2314
Top 51105,16 1035,435
Story5 20
Bottom 51105,16 1035,435
Top 54709,79 1104,975
Story4 16
Bottom 54709,79 1104,975
Top 57780,71 1158,522
Story3 12
Bottom 57780,71 1158,522
Top 60046,26 1191,693
Story2 8
Bottom 60046,26 1191,693
Top 61048,51 1203,276
Story1 4
Bottom 61048,51 1203,276
Top 0 0
Base 0
Bottom 0 0

Tabel 2.14 Gaya Geser Dinamik – Y Tiap Lantai

45
Elevation X-Dir Y-Dir
Story Location
M Kgf Kgf
Top 144,3945 8880,126
Story12 48
Bottom 144,3945 8880,126
Top 323,9804 18810,06
Story11 44
Bottom 323,9804 18810,06
Top 483,4937 27021,2
Story10 40
Bottom 483,4937 27021,2
Top 622,5997 33961,04
Story9 36
Bottom 622,5997 33961,04
Top 743,1249 39856,44
Story8 32
Bottom 743,1249 39856,44
Top 848,6664 44997,27
Story7 28
Bottom 848,6664 44997,27
Top 941,8726 49592,57
Story6 24
Bottom 941,8726 49592,57
Top 1024,168 53763,98
Story5 20
Bottom 1024,168 53763,98
Top 1095,018 57486,94
Story4 16
Bottom 1095,018 57486,94
Top 1151,407 60572,24
Story3 12
Bottom 1151,407 60572,24
Top 1188,813 62791,34
Story2 8
Bottom 1188,813 62791,34
Top 1203,278 63710,74
Story1 4
Bottom 1203,278 63710,74
Top 0 0
Base 0
Bottom 0 0

Tabel 2.15 Gaya Geser Statik dan Dinamik Tiap Lantai


Statik Dinamik
STORY Vx Vy Vspec-x Vspec-y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 12059,031 12059,031 8472,757 8880,126
Story11 26297,768 26297,768 17958,249 18810,063
Story10 38632,116 38632,116 25831,301 27021,203
Story9 49156,233 49156,233 32409,473 33961,040
Story8 57969,317 57969,317 37974,047 39856,438
Story7 65176,524 65176,524 42802,418 44997,272

46
Story6 70890,208 70890,208 47135,744 49592,571
Story5 75231,661 75231,661 51105,165 53763,975
Story4 78333,696 78333,696 54709,789 57486,939
Story3 80344,803 80344,803 57780,707 60572,237
Story2 81436,660 81436,660 60046,257 62791,341
Story1 81820,973 81820,973 61048,512 63710,736

Tabel 2.16 Gaya Geser Statik-Dinamik


Gaya Gempa Vx Vy
STATIK 81820,973 81820,973
85% STATIK 69547,8267 69547,8267
DINAMIK 61048,512 63710,736

Berdasarkan tabel diatas, VDINAMIK < 85% VSTATIK, maka faktor skala gaya
yang harus diberikan adalah :
69547,8267
scale factor arah X   1,139
61048,512

69547,8267
scale factor arah Y   1,091
63710,736

Tabel 2.17 Gaya Geser Dinamik Terkoreksi (Dinamik Correction)


DINAMIK
Statik Dinamik Skala gaya
CORRECTION
STORY X- V V
Vx Vy Vspec-x Vspec-y Y-dir
dir SPEC-X SPEC-Y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 12059,031 12059,031 8472,757 8880,126 1,139 1,092 9652,354 9693,711
Story11 26297,768 26297,768 17958,249 18810,063 20458,438 20533,415
Story10 38632,116 38632,116 25831,301 27021,203 29427,594 29496,849
Story9 49156,233 49156,233 32409,473 33961,040 36921,595 37072,504
Story8 57969,317 57969,317 37974,047 39856,438 43260,882 43508,030
Story7 65176,524 65176,524 42802,418 44997,272 48761,470 49119,861
Story6 70890,208 70890,208 47135,744 49592,571 53698,092 54136,175
Story5 75231,661 75231,661 51105,165 53763,975 58220,144 58689,757

47
Story4 78333,696 78333,696 54709,789 57486,939 62326,612 62753,814
Story3 80344,803 80344,803 57780,707 60572,237 65825,070 66121,783
Story2 81436,660 81436,660 60046,257 62791,341 68406,036 68544,198
Story1 81820,973 81820,973 61048,512 63710,736 69547,827 69547,827

2.11 BEBAN GEMPA DESAIN


Dari hasil relasi antara gempa statik dan dinamik, kita dapat menentukan
gaya gempa desain dengan distribusi yang baik dan sesuai sepanjang tinggi
gedung. Gaya gempa desain mempertimbangkan nilai antara gaya geser statik
minimal yang disyaratkan (85%) dan gaya gempa dari hasil dinamik respons
spektra yang hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.18 Gaya Geser Desain Tiap Lantai


STORY Statik 85 % Statik DINAMIK GAYA GESER
CORRECTION DESAIN

48
V V
Vx Vy Vx Vy Vx Vy
SPEC-X SPEC-Y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 12059,03 12059,03 10250,18 10250,18 9652,35 9693,71 10250,18 10250,18
Story11 26297,77 26297,77 22353,10 22353,10 20458,44 20533,42 22353,10 22353,10
Story10 38632,12 38632,12 32837,30 32837,30 29427,59 29496,85 32837,30 32837,30
Story9 49156,23 49156,23 41782,80 41782,80 36921,60 37072,50 41782,80 41782,80
Story8 57969,32 57969,32 49273,92 49273,92 43260,88 43508,03 49273,92 49273,92
Story7 65176,52 65176,52 55400,05 55400,05 48761,47 49119,86 55400,05 55400,05
Story6 70890,21 70890,21 60256,68 60256,68 53698,09 54136,17 60256,68 60256,68
Story5 75231,66 75231,66 63946,91 63946,91 58220,14 58689,76 63946,91 63946,91
Story4 78333,70 78333,70 66583,64 66583,64 62326,61 62753,81 66583,64 66583,64
Story3 80344,80 80344,80 68293,08 68293,08 65825,07 66121,78 68293,08 68293,08
Story2 81436,66 81436,66 69221,16 69221,16 68406,04 68544,20 69221,16 69221,16
Story1 81820,97 81820,97 69547,83 69547,83 69547,83 69547,83 69547,83 69547,83

Nilai gaya geser desain didapat dari nilai maksimum antara gaya gempa
85% statik dan gaya gempa dinamik correction (dinamik terkoreksi).

Gambar 2.51 Distribusi Gaya Geser Gempa Arah X Setinggi Gedung

49
Gambar 2.52 Distribusi Gaya Geser Gempa Arah Y Setinggi Gedung

Dari gambar distribusi gaya geser di atas dapat dilihat bahwa gempa
dinamik correction memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap gaya
geser pada lantai-lantai paling atas karena nilai gaya gesernya lebih besar daripada
gaya gempa statiknya, sedangkan pada lantai bawah nilai gaya geser desain sudah
memenuhi syarat minimal 85% statik. Hal itulah yang menyebabkan perlunya
pertimbangan antara relasi gempa statik dan dinamik, karena semakin tinggi
bangunan dapat mempengaruhi perilaku dinamiknya yang bisa lebih dominan.

2.12 GAYA GEMPA LATERAL DESAIN


Gaya gempa lateral desain tiap lantai didapat dari gaya geser tiap lantai
desain hasil analisis sebelumnya. Gaya gempa pada suatu lantai merupakan selisih
dari gaya geser antar lantai tersebut, sehingga nilainya masing-masing dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.19 Gaya Geser Desain
GAYA GESER
F, GESER DESAIN
DESAIN
STORY
Vx Vy Fx Fy
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 10250,176 10250,176 10250,176 10250,176
Story11 22353,103 22353,103 12102,926 12102,926
Story10 32837,298 32837,298 10484,196 10484,196

50
Story9 41782,798 41782,798 8945,500 8945,500
Story8 49273,919 49273,919 7491,121 7491,121
Story7 55400,045 55400,045 6126,126 6126,126
Story6 60256,677 60256,677 4856,632 4856,632
Story5 63946,912 63946,912 3690,235 3690,235
Story4 66583,642 66583,642 2636,730 2636,730
Story3 68293,083 68293,083 1709,441 1709,441
Story2 69221,161 69221,161 928,078 928,078
Story1 69547,827 69547,827 326,666 326,666

Contoh perhitungan Gaya Gempa Desain arah X (FX) :


F12 = V12 = 10250,176
F11 = V11 – V12 = 22353,103 – 10250,176 = 12102,926
F10 = V10 – V11 = 32837,298 – 22353,103 = 10484,196
F9 = V9 – V10 = 41782,798 – 32837,298 = 8945,500…….dst

Setelah mendapatkan nilai gaya gempa desain, input gaya-gaya tersebut ke


program ETABS dengan cara Gaya Gempa Desain Arah X : Unlock Model – pilih
menu Define – Load Patterns – pada kotak dialog Define Load Patterns pilih Load
“EX” – pada kotak pilihan Auto Lateral Load pilih User Loads – Click To Modify
Load.
Gaya Gempa Desain Arah Y: Unlock Model – pilih menu Define – Load
Patterns – pada kotak dialog Define Load Patterns pilih Load “EY” – pada kotak
pilihan Auto Lateral Load pilih User Loads – Click To Modify Load.
Setelah mengganti Auto Lateral Load menjadi User Loads, klik Modify
Lateral Load di sebelah kanan kemudian masukkan nilai gempa FX desain ke
dalam kotak tabulasi atau gunakan copy – paste dari Excel yang dibuat.

51
Gambar 2.53 Input Gaya Gempa Desain Fx

Gambar 2.54 Input Gaya Gempa Desain Fy


2.13 KONTROL DESAIN
Kontrol desain struktur dilakukan terhadap pengecekan batas simpangan
antar lantai yang diatur dalam pasal 7.8.6 dan 7.12.1 serta kestabilan akibat efek
P-Delta yang diatur dalam pasal 7.8.7. Setelah input gaya gempa desain arah x
dan arah y, lakukan kembali proses Run Analysis. Untuk melihat nilai simpangan
maksimum tiap lantai pilih menu Display – Story Response Plots – kemudian isi

52
kotak dialog seperti tampak pada gambar di bawah ini – Formatted ke dalam
bentuk excel.

Gambar 2.55 Maximum Story Displacement Akibat Gempa EX

Gambar 2.56 Maximum Story Displacement Akibat Gempa EY


Tabel 2.20 Simpangan Maksimum Lantai Akibat Gempa Arah X
Story Elevation Location X-Dir Y-Dir
M Mm Mm
Story12 48 Top 13,265 0,781
Story11 44 Top 12,78 0,755
Story10 40 Top 12,107 0,717
Story9 36 Top 11,235 0,667
Story8 32 Top 10,191 0,606

53
Story7 28 Top 9,005 0,535
Story6 24 Top 7,708 0,457
Story5 20 Top 6,329 0,373
Story4 16 Top 4,9 0,285
Story3 12 Top 3,446 0,196
Story2 8 Top 2,018 0,11
Story1 4 Top 0,704 0,036

Tabel 2.21 Simpangan Maksimum Lantai Akibat Gempa Arah Y


Story Elevation Location X-Dir Y-Dir
m Mm Mm
Story12 48 Top 0,781 13,112
Story11 44 Top 0,755 12,605
Story10 40 Top 0,718 11,915
Story9 36 Top 0,667 11,034
Story8 32 Top 0,606 9,984
Story7 28 Top 0,535 8,792
Story6 24 Top 0,457 7,49
Story5 20 Top 0,373 6,108
Story4 16 Top 0,285 4,679
Story3 12 Top 0,196 3,234
Story2 8 Top 0,11 1,841
Story1 4 Top 0,035 0,618

Tabel 2.22 Simpangan Antar Tingkat Ijin X – Dir

Hsx ðe Δ Δi Δi ijin
Story KETERANGAN
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Story12 4000 13,265 48,638 1,778 40 TRUE
Story11 4000 12,78 46,860 2,468 40 TRUE
Story10 4000 12,107 44,392 3,197 40 TRUE
Story9 4000 11,235 41,195 3,828 40 TRUE
Story8 4000 10,191 37,367 4,349 40 TRUE

54
Story7 4000 9,005 33,018 4,756 40 TRUE
Story6 4000 7,708 28,263 5,056 40 TRUE
Story5 4000 6,329 23,206 5,240 40 TRUE
Story4 4000 4,9 17,967 5,331 40 TRUE
Story3 4000 3,446 12,635 5,236 40 TRUE
Story2 4000 2,018 7,399 4,818 40 TRUE
Story1 4000 0,704 2,581 2,581 40 TRUE

Tabel 2.23 Simpangan Antar Tingkat Ijin Y – Dir


Hsx ðe Δ Δi Δi ijin
Story KETERANGAN
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Story12 4000 13,112 48,077 1,859 40 TRUE
Story11 4000 12,605 46,218 2,530 40 TRUE
Story10 4000 11,915 43,688 3,230 40 TRUE
Story9 4000 11,034 40,458 3,850 40 TRUE
Story8 4000 9,984 36,608 4,371 40 TRUE
Story7 4000 8,792 32,237 4,774 40 TRUE
Story6 4000 7,49 27,463 5,067 40 TRUE
Story5 4000 6,108 22,396 5,240 40 TRUE
Story4 4000 4,679 17,156 5,298 40 TRUE
Story3 4000 3,234 11,858 5,108 40 TRUE
Story2 4000 1,841 6,750 4,484 40 TRUE
Story1 4000 0,618 2,266 2,266 40 TRUE

Berdasarkan tabel 16 Simpangan antar lantai ijin SNI 1726 – 2012 untuk
jenis struktur yang masuk kedalam tipe semua struktur lainnya dan berada pada
kategori risiko II, batas simpangan antar lantai ijin adalah 0,020 hsx, dimana hsx
merupakan tinggi antar tingkat. Maka dari perhitungan diatas didapat:

∆ijin = 0,020 x hsx


∆ijin = 0,020 x 4000
∆ijin = 80
∆12 < ∆ijin = 1,859 < 80 ………………oke

Pada analisis kontrol selanjutnya yaitu pengecekan kestabilan bangunan/


efek P-Delta, dibutuhkan nilai beban kumulatif gravity pada tiap lantai dengan

55
faktor beban individu tidak melebihi 1,0. Oleh karena itu diambil kombinasi untuk
pengecekan P-Delta adalah CombP-delta = 1,0 DL + 0,3 LL
Untuk memasukkan kombinasi ke dalam ETABS adalah dengan cara pilih
menu Define – Load Combination – klik Add New Combo – Buat kombinasi
seperti gambar dibawah ini – OK.

Gambar 2.57 Kombinasi Beban Gravity P-Delta

Setelah itu pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results –


Structure Results – Story Forces – klik kanan pada tabel output – Export To Excel
– Sort and Filter berdasarkan Comb P-Delta dengan Location Bottom.

Tabel 2.24 Beban P (Gravity) Kumulatif


P
Story Load Case/Combo Location
Kgf
Story12 COMBO P-DELTA Bottom 483160,121
Story11 COMBO P-DELTA Bottom 1080589,92
Story10 COMBO P-DELTA Bottom 1678019,72
Story9 COMBO P-DELTA Bottom 2275449,52
Story8 COMBO P-DELTA Bottom 2872879,31

56
Story7 COMBO P-DELTA Bottom 3470309,11
Story6 COMBO P-DELTA Bottom 4067738,91
Story5 COMBO P-DELTA Bottom 4665168,71
Story4 COMBO P-DELTA Bottom 5262598,5
Story3 COMBO P-DELTA Bottom 5860028,3
Story2 COMBO P-DELTA Bottom 6457458,1
Story1 COMBO P-DELTA Bottom 7054887,9

Tabel 2.25 Cek Kestabilan Akibat Gempa X dan Y


Hsx Δi P Vx
Story Ө Өmax CEK
(mm) (mm) kgf (Kgf)
12 4000 1,778 483160,121 10250,176 0,006 0,090909 STABIL
11 4000 2,468 1080589,919 22353,103 0,008 0,090909 STABIL
10 4000 3,197 1678019,717 32837,298 0,011 0,090909 STABIL
9 4000 3,828 2275449,515 41782,798 0,014 0,090909 STABIL
8 4000 4,349 2872879,313 49273,919 0,017 0,090909 STABIL
7 4000 4,756 3470309,111 55400,045 0,020 0,090909 STABIL
6 4000 5,056 4067738,909 60256,677 0,023 0,090909 STABIL
5 4000 5,240 4665168,707 63946,912 0,026 0,090909 STABIL
4 4000 5,331 5262598,505 66583,642 0,029 0,090909 STABIL
3 4000 5,236 5860028,303 68293,083 0,031 0,090909 STABIL
2 4000 4,818 6457458,101 69221,161 0,031 0,090909 STABIL
1 4000 2,581 7054887,899 69547,827 0,018 0,090909 STABIL

2.14 ANALISIS SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)


Pengecekan terhadap gaya geser desain yang ditahan oleh pemikul momen
dan dinding geser (shear wall) harus dilakukan sebagai syarat Sistem Ganda.
Gaya geser desain selanjutnya akan digunakan untuk tahap perhitungan
penulangan, sehingga pengaruh efektifitas penampang retak (cracked) harus
diperhatikan dan ditinjau untuk setiap komponen elemen struktur penahan beban
gempa sesuai acuan pada SNI Beton 2847 – 2013.

57
a. Icracked Balok Pilih menu Define – Section Properties – Frame
Sections – pilih salah satu tipe balok – Modify/Show Property – pilih
Modify/Show Modifiers – ganti nilai Moment of Inertia about 3 axis
menjadi 0,35 – OK. Lakukan hal yang sama untuk tipe balok lainnya.

Gambar 2.58 Icracked Balok

b. Icracked Kolom Pilih menu Define – Section Properties – Frame


Sections – pilih salah satu tipe kolom – Modify/Show Property – pilih
Modify/Show Modifiers – ganti nilai Moment of Inertia about 2 axis
dan Moment of Inertia about 3 axis menjadi 0,7 – OK. Lakukan hal
yang sama untuk tipe kolom lainnya.

58
Gambar 2.59 Icracked Kolom
c. Icracked Shear Wall Pilih menu Define – Section Properties – Wall
Sections – pilih tipe shear wall – Modify/Show Property – pilih
Modify/Show Modifiers – ganti nilai Membrane Direction menjadi 0,7
(kondisi uncracked) dan Bending Direction menjadi 0,35 (kondisi
cracked) – OK

Setelah mengganti efektifitas penampang utuh menjadi kondisi cracked,


lakukan kembali proses Run Analysis.
Untuk mengetahui distribusi beban gempa pada kolom dan shear wall agar
diketahui masing-masing persentasenya, kita dapat lihat pada tabel Reactions
namun sebelumnya kita harus mengetahui joint label masing-masing titik kolom
dan shear wall terlebih dahulu dengan cara : tampilkan plan 2D Base dengan
memilih menu View – Set Plan View – pilih Base – OK – kemudian pilih menu
View – Set Display Options – pada kotak dialog Set View Options pilih Object
Assignments – pada bagian Joint Assignments beri tanda ceklis pada Labels –
OK.
Untuk mengetahui besarnya gaya geser yang diterima pada titik-titik
tersebut pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results – Reactions – beri
tanda ceklis pada pilihan Design Reactions – OK – klik kanan pada tabel output

59
tersebut – Export to Excel. ETABS akan memberikan semua informasi nilai gaya
dalam dari hasil Run masing-masing Load Case/Combo, untuk memudahkan
mengetahui reaksi dari pembebanan gempa desain, pilih sort & filter pada
Microsoft excel kemudian select hanya untuk pembebanan gempa X (EX) dan
gempa Y (EY). Hasil design reaction masing-masing joint dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.26 Joint Reactions Akibat Gempa EX
Story Joint Label Load Case/Combo FX (Kgf)
Base 1 EX -2148,8
Base 2 EX -3058,7
Base 3 EX -3360,9
Base 4 EX -3339,9
Base 5 EX -3225,3
Base 6 EX -3507
Base 7 EX -3358,8
Base 8 EX -2913,3
Base 9 EX -2145,4
Base 10 EX -3403,1
Base 11 EX -110,18
Base 12 EX -6794,1
Base 13 EX -350,2
Base 14 EX -8796,3
Base 15 EX -90,767
Base 16 EX -1818,5
Base 17 EX -92,936
Base 18 EX -9086,1
Base 19 EX 1206,88
Base 20 EX -11009
Base 21 EX -73,33
Base 22 EX -503,5
Base 23 EX -558,83
Base 24 EX -510,25
Base 25 EX -499,32
TOTAL -69548

60
Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah X (EX) shear wall dan kolom
menahan gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :
Vshear wall = -42489,7807
% Vshear wall = 61,094%
Vkolom = -27058,046
% Vkolom = 38,905%
Tabel 2.27 Joint Reactions Akibat Gempa EY

Story Joint Label Load Case/Combo FY (kgf)


Base 1 EY -3349,3
Base 2 EY -2157,4
Base 3 EY -3361,2
Base 4 EY -2147,1
Base 5 EY -4196,9
Base 6 EY -2415,8
Base 7 EY -3788,5
Base 8 EY -2431,4
Base 9 EY -4224,9
Base 10 EY -1691,2
Base 11 EY -5145,1
Base 12 EY -76,456
Base 13 EY 2350,35
Base 14 EY -47,447
Base 15 EY -10345
Base 16 EY -3,0731
Base 17 EY -8837,8
Base 18 EY -47,599
Base 19 EY 393,261
Base 20 EY -76,145
Base 21 EY -6558
Base 22 EY 8088,49
Base 23 EY -13784
Base 24 EY -13768
Base 25 EY 8072,26
TOTAL -69548

Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah Y (EY) shear wall dan kolom
menahan gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :

61
Vshear wall = -41475,51
% Vshear wall = 59,635 %
Vkolom = -28072,32
% Vkolom = 40,36 %

62

Anda mungkin juga menyukai