Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

RECYCLING WATER WUDHU SYSTEM


“SISTEM DAUR ULANG AIR WUDHU DENGAN PEMBUANGAN
TERPUSAT DAN TERINTEGERASI PADA KAWASAN MASJID DI
INDONESIA”

BIDANG KEGIATAN :

PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:

Fadjar Mulya (11/317145/PA/14248)


Himayatus Shalihah (12/334812/PA/15021)
Tubagus Singgih (12/331163/PA/14469)
Aufa Eka Putri (12/331080/PA/14440)
M. Iqbal Alallah (12/331449/PA/14703)

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA
2013

i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis yang berjudul Recycling
Water Wudhu System “Sistem Daur Ulang Air Wudhu dengan Pembuangan
Terpusat dan Terintegerasi pada Kawasan Masjid di Indonesia”.
Seiring penyelesaian Karya Tulis ini, penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan berupa masukan, saran-
saran, bimbingan, serta semangat kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr.rer.nat Nurul Hidayat Aprilita M.Si., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan ilmu, dukungan, semangat dan saran demi
tersusunnya proposal ini,
2. Dr. Ing Ari Setiawan, M.Si., Selaku wakil Dekan bidang akademik dan
kemahasiswaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam
Universitas Gadjah Mada yang mendukung penyusunan karya tulis ini,
3. Dr. Drs. Senawi, M.P., selaku Direktur Kemahasiswaan Universitas
Gadjah Mada yang mendukung penyusunan karya tulis ilmiah ini,
4. dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berperan dalam menyukseskan penyusunan proposal ini.
Karya Tulis ini dibuat dalam rangka usulan Program Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis (PKM- GT ) yang diadakan oleh DIKTI ( Direktor Pendidikan
Tinggi ) serta demi memenuhi hasrat penulis untuk bersama menuangkan gagasan
yang ingin penulis ajukan sebagai salah satu penyelesaian masalah yang sekarang
berkembang di masyarakat mengenai krisis sumber daya manusia yang cakap dan
kompeten dalam bidangnya.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penusunan proposal ini.
Namun, penulis tetap mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga gagasan yang kami tuangkan dalam proposal ini dapat
memberikan inspirasi bagi setiap orang yang membacanya.
Yogyakarta, 5 Maret 2013

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
RINGKASAN.....................................................................................................v
PENDAHULUAN..............................................................................................1
GAGASAN.........................................................................................................2
KESIMPULAN...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
BIODATA DIRI..................................................................................................12

iv
RINGKASAN

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia sedang dihadapi oleh krisis


persediaan air bersih yang menyangkut kesenjangan sosial. Tidak meratanya
distribusi air bersih di beberapa titik menciptakan diskriminasi di daerah terpencil
dimana konsumsi air bersih menjadi langka. Padahal, peran air sebagai „sumber
kehidupan‟ merupakan ranah penting yang harus diprioritaskan mengingat
perannya sebagai komponen pokok dalam keberlangsungan hidup manusia.
Penanggulangan dalam mengatasi hal ini menjadi permasalahan substansial demi
mewujudkan keseimbangan ekosistem.
Islam mengajarkan bagaimana bersikap hemat dan adil sebagaimana
diajarkan dalam sunnah Rasul. Muslim sebagai mayoritas penganut agama di
Indonesia sudah sepatutnya mengambil andil dalam gerakan defensif
menanggulangi krisis air yang sudah memasuki tahapan krusial di Indonesia.
Pentingnya peran dalam merealisasikan program penghematan air harus
digalakkan sebagai upaya dalam terciptanya lingkungan yang lebih kondusif dan
layak untuk keberlangsungan hidup. Termasuk salah satunya penghematan air
untuk bersuci, sebagaimana syarat sah shalat yang merupakan kewajiban umat
muslim.
Oleh karena itu, kami menggagas konsep „recycling water wudhu system‟
sebagai upaya daur ulang limbah air wudhu sebagai solusi menghadapi krisis air
bersih yang terjadi di Indonesia. Sistem ini bekerja secara langsung dengan
menyaring limbah air wudhu menggunakan lapisan penyaring semipermeabel
yang dipasang dalam pipa menggunakan prinsip osmosa terbalik untuk
menghasilkan produk keluaran berupa air bersih yang layak dipakai kembali
untuk proses bersuci. Meskipun dikatakan daur ulang limbah air wudhu, air yang
bisa disebut musta‟la ini, ditinjau secara syar‟i dapat dikategorikan sebagai air
bersih yang mensucikan untuk digunakan kembali dalam proses berwudhu.
Sehingga, tujuan konsep ini, selain dapat mangamalkan sunnah rasul dalam
melakukan penghematan air dan terselenggaranya amalan wajib rukun Islam
untuk shalat dalam keadaan bersuci, hal ini juga menjawab respon atas krisis air
pada kondisi kontemporer.

v
1

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan komponen penting dalam kehidupan sebagaimana
dibutuhkan manusia, hewan, dan tumbuhan dalam keberlangsungan hidup.
Hampir tidak ada aktivitas manusia yang lepas dari fungsi air untuk minum,
mandi, berwudhu, mencuci, dan aktivitas lainnya. Di samping itu, kegunaan air
dalam kehidupan meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rekreasi, dan
aktivitas lingkungan. Berdasarkan paparan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa
eksistensi air sangat „vital‟ bagi kehidupan. Fungsi tersebut membawa kita pada
pernyataan bahwa akses mendapatkan air bersih merupakan hal fundamental
dalam hak asasi manusia.
Namun, seiring dengan bertambahnya populasi manusia di bumi termasuk
di Indonesia, keperluan untuk menjamin keamanan dan ketersediaan air untuk
masyarakat pun semakin meningkat. Ketersediaan air bersih tersebut tidak
diimbangi dengan pertamahan kuanitas penduduk dunia secara pasti, terutama
pada daerah yang sumber airnya terbatas maupun pengelolaan airnya kurang baik.
Meskipun telah diterapkan beberapa solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini
seperti melakukan upaya konservasi air dengan cara menampung atau menyimpan
air saat berlebih, pembangunan waduk namun masalah ini belum teratasi dengan
baik dan pelaksanaan secara optimal. Fenomena ini membawa kita untuk berpikir
kritis dan inovatif tentang penggunaan efektifitas air bersih.
Masalah kelangkaan air tersebut menjadi suatu ancaman bagi masyarakat
Indonesia yang faktanya didominasi oleh umat muslim. Hal itu dikarenakan
kebutuhan akan air bersih sangat penting terutama untuk bersuci. Salah satu
bentuk bersuci adalah wudhu sebagai salah satu syarat sah sholat yang wajib
dilakukan orang mukmin sebelum melakukan shalat. Dilakukan dengan
membasuh beberapa bagian dari tubuh secara tertib, teratur, dan sesuai rukunnya,
dengan menggunakan air yang suci, bersih dari kotoran, dan mengalir.
Penggunaan air wudhu yang sejatinya memang harus dipakai demi sahnya
ibadah shalat termasuk dalam daftar konsumsi air bersih di dunia, yang akhirnya
ikut berimbas pada menipisnya jumlah persediaan air di bumi. Dalam sehari umat
muslim menggunakan air untuk berwudhu sebanyak 5 kali. Jumlah air tersebut
relatif banyak apabila dikalikan dengan penduduk muslim yang setiap harinya
melakukan shalat 5 waktu. Setelah air tersebut dipakai untuk berwudhu, air
tersebut mengalir ke tempat pembuangan. Padahal apabila kita cermati bersama
air wudhu merupakan limbah air yang paling higienis diantara limbah air yang
kita gunakan selain untuk berwudhu. Hal ini dikarenakan air wudhu tersebut
hanya terkena bagian tubuh kita yang tidak mengandung bahan kimia. Lain ketika
kita menggunakan air tersebut untuk mandi, mencuci dan lain sebagainya yang
pada saat digunakan tercampur dengan bahan-bahan kimia lainnya yang melekat
di tubuh. Sehingga, potensi untuk mendaur ulang air tersebut merupakan salah
satu langkah untuk menghemat penggunaan air.
Oleh karena itu, hendaknya kita bertugas untuk mencari cara agar tidak
terjadi krisis sumber daya air bersih sehingga air bersih tersebut dapat terus
tersuplai dengan baik. Konsep kami menawarkan gagasan dalam menciptakan
suatu sistem daur ulang air wudhu. Prinsip “Recycling Water Wudhu System”
merupakan salah solusi dalam menjaga kelestarian air bekerja dengan cara
menyaring bekas air wudhu menggunakan selaput semipermeabel yang di pasang
sedemikian rupa dalam pipa. Kebersihan air juga sangat diutamakan terhadap
hasil dari proses penyaringan ini dengan harapan, sistem daur ulang ini dapat
mengurangi pasokan limbah air wudhu yang terbuang sia-sia serta, membantu
mengurangi dampak dari krisis air bersih di dunia.

Tujuan dan Manfaat yang Ingin Dicapai


Tujuan
1. Memberikan pemahaman akan pentingnya efisiensi air serta mendaur
ulang air
2. Mengenalkan salah satu solusi dalam menghemat air yaitu Recycling
Water Wudhu
3. Mengaplikasikan sistem recycle pada air wudhu di masjid yang tersebar di
Indonesia
Manfaat
1. Membantu mengurangi masalah krisis air bersih
2. Menjaga agar sumber daya air bersih dapat terus tersuplai dengan baik
3. Mengurangi limbah air yang terbuang sia-sia

B. GAGASAN

Kondisi Kekinian
Air merupakan komponen terpenting dalam berlangsungnya keseimbangan
ekosistem. Penggunaan air sangat vital bagi keberlangsungan hidup, mengingat
perannya yang begitu besar : tubuh manusia sendiri mengandung 55% sampai
77% komposisi air, daratan bumi juga telah diselimuti diselumuti 71%-nya, juga
peran pentingnya dalam proses metabolisme, zat palarut, maupun sistem regulasi
tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal terpenting adalah fakta bahwa
bumi menjadi planet yang layak dihuni atas dasar eksistensi air. Tak ayal lagi jika
dalam berbagai kesempatan, air sering disebut sebagai „sumber kehidupan‟.

‫شي ء حي‬
ِِ ‫ء‬ ‫و َج َع ْلنَا‬
‫َما ْل ا َل‬
‫َه م ك‬
“Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air.” (al-Anbiya :
30)
Pada kondisi kekinian, beberapa daerah di Indonesia mengalami krisis
persediaan air bersih. Padahal, ditinjau dari letak teritorial dan kondisi geografis
meneguhkan, Indonesia mencakup daerah maritim. Hal ini terjadi sebagai akibat
dari ekspansi industri maupun perluasan pemukiman penduduk tanpa meninjau
prinsip konservasi lingkungan. Pencemaran lingkungan yang terjadi baik oleh zat
kimia berbahaya hasil dari limbah domestik industri yang kurang arif dalam
mengelola zat buangan dan pemukiman yang tidak menerapkan prinsip ramah
lingkungan. Berbagai kasus seperti pencemaran lingkungan di sepanjang sungai
Tangerang sungai Ciujung, sungai Cisadane, dan sungai Cirarab akibat dari
pengolahan limbah industri yang tidak memenuhi kriteria standar keamanan
lingkungan. Pencemaran Daerah Aliran Sungai (DAS) di Bengkulu,
Nusakambangan Cilacap, dan beberapa daerah lainnya yang tersebar di kepulauan
Indonesia.
Dalam mengatasi kondisi krisis air, peran dari 3-R (reuse, reduce, recycle)
menzjadi ranah substansial. Hal ini didasari oleh paradoks : meningkatnya
kebutuhan konsumsi air, namun tidak diimbangi dengan krisis air yang sudah
dalam tahap krusial.
Sunnah Rasulullah SAW mengajarkan tentang keutamaan menghemat air,
sebagaimana diriwayatkan dalam hadist yang berbunyi :
Dari Abdullah bin Zaid radhiyallahu anhu, sesungguhnya Nabi
Shallallaahu „Alaihi wa Sallam diberi air dua pertiga mud lalu beliau mulai
menggosok dua tangannya dengan air itu.” (HR Ahmad dan dinyatakan shahih
oleh Ibnu Khuzaimah).
Hal ini mengindikasikan keutamaan dalam berhemat air sebagaimana
diamalkan oleh Rasulullah SAW dalam memanfaatkan dua pertiga mud
segenggam penuh air bila kedua telapak tangan dipenuhi air ( Abu, 2010).
Berdasarkan hal itu pula, penduduk muslim (sebagai mayoritas penduduk
Indonesia) sudah seyogyanya berpartisipasi dalam melakukan penghematan air.
Hal ini berdasarkan pada penggunaan air yang dibutuhkan untuk bersuci, sebagai
kaitannya dalam berwudhu, menyucikan diri membasuh wajah, tangan, dan kaki
untuk berwudhu lima kali sehari membutuhkan sedikitnya 41 liter (Hasina, 2012).
Kondisi ini menuntut adanya kesadaran dalam pemanfaatan limbah air wudhu
seefektif mungkin untuk meningkatkan efektifitas air, termasuk menggagas
teknologi daur ulang limbah air wudhu.

“Recycling Water Wudhu System” dalam Pandangan Islam


Perspektif Islam mendefinisikan „air‟ merupakan media mensucikan diri.
Ilmu mensucikan diri (disebut juga thaharah), dimana air berfungsi untuk
membersihkan diri dari najis atau kotoran yang melekat pada tubuh. Meski
dikatakan air suci, tidak semua kategori yang termasuk dapat secara sah
digunakan untuk mensucikan.
Termasuk dalam kriteria „air suci yang mensucikan‟ yang digunakan
sebagai media untuk berwudhu (‫)الوضضضوء‬. Karena mensucikan diri dengan air
(wudhu) adalah hal wajib yang dilakukan sebelum shalat.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat
maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu
serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki." (Q.S. Al-Maidah : 6).
Secara syariah, air suci dibagi menjadi 2 kategori yakni muthlaq dan
musta‟mal. Muthlaq masuk dalam kategori air suci yang mensucikan, digunakan
secara umum untuk membersihkan diri dari hajat dan kotoran lainnya di tubuh,
dan sah digunakan untuk berwudhu. Air suci yang termasuk dalam kategori
muthlaq termasuk dalam 7 kriteria : air hujan, salju, embun, air laut, air mata-air,
air sumur, dan air sungai.
Sedangkan musta‟mal (ََ‫ )مل ْع ُمستَ ْل ا‬secara harfiah merupakan air suci yang
sudah digunakan. Air dikatakan musta‟mal dalam kondisi ; air yang telah
digunakan untuk bersuci (Abu, 2011). Dalam kategori ini, menyinggung tentang
penggunaan secara sah limbah air wudhu memang mengundang kontroversi.
Beberapa ulama berpendapat air tersebut termasuk dalam kategori air suci namun
tidak mensucikan, karena air tersebut telah digunakan dalam mengangkat hadast
atau dikenai najis yang terangkat ketika berwudhu. Meski begitu, argumen
tersebut tidak didukung dengan hadist. Dalam perspektif lain mengatakan air
musta‟mal termasuk dalam kategori air suci yang mensucikan. Seperti yang
termaktub dalam hadist riwayat Bukhari :
Dari Al-Miswar bin Makhramah radhiallahu anhu dia berkata:
‫َصلى‬ ‫َت َوضأَ َالنبِي‬ ‫وِإ َذا‬
‫وضو ِئ ِه‬ ‫عَل ْي ِه وسلَ َم كا ُدوا يَ ْ َُِقتتلو َن َعلى‬ ‫ُلل‬
“Jika Nabi shallallahu „alaihi wasallam berwudhu, hampir-hampir saja mereka
berkelahi memperebutkan air bekas wudhu beliau.”(HR. Al-Bukhari no. 516)
Air musta‟mal ini dipandang suci karena pada dasarnya suci (Anonimos,
2012). Parameter yang mengubah kesucian air pun tidak berubah warna, bau, rasa.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri telah mengeluarkan fatwa bawa air daur
ulang wudhu adalah suci dan menyucikan sesuai dengan ketentuan fikih.
Disebutkan dalam riwayat Rubayyi bin Mu‟awidz ketika ia menjelaskan cara
wudhu Rasulullah saw, “Rasulullah mengusap kepalanya dengan sisa air (air
musta‟mal) wudhu yang terdapat pada kedua lengannya.” (HR. Ahmad dan Abu
Daud).
Hal ini pula yang menggagas kami untuk menggalakkan optimalisasi
penghematan air dengan memanfaatkan limbah air wudhu.

Solusi yang Pernah Ditawarkan


Pengembangan teknologi daur ulang limbah air wudhu belum secara
umum diaplikasikan dalam lingkungan sosial. Dalam kontes Environment Contest
yang dilaksanakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, konsep Green Wudhu
mendapatkan penghargaan atas gagasan tentang proyek pemanfaatan air wudhu
dengan mendaur ulang kembali untuk digunakan dalam sistem irigasi tanaman
(Vivian, 2012). Potensi daur ulang limbah air wudhu lainnya juga telah diterapkan
oleh beberapa negara, seperti dalam ajang Youth Engineering the Future Trust
(YEF) di Cape Town, Afrika Selatan dalam konsep „Green Masjid Project‟
sebagai proses utilitas limbah air wudhu untuk digunakan kembali untuk
berwudhu (Hasina, 2012).
Di Indonesia sendiri, teknologi ini telah diterapkan di Masjid Salman
Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Unit Riset Lembaga Pemberdayaan
Umat (Salman Institute for Community Development). Hal ini juga berlaku serupa
di Pondok Pesantren Daarut Tauhid (Imam, 2007).
Beberapa contoh tersebut mengindikasikan bahwa selama ini penggunaan
limbah air wudhu belum ada pemanfaatan secara optimal dibiarkan mengalir
menjadi limbah. Padahal, jika program ini diterapkan, merupakan potensi besar
untuk dapat menggunakan secara bijaksana 11,8 miliar liter air per tahun.
Konsep daur ulang air sendiri sering menghadapi banyak kendala dalam
hal penjaminan reliabilitas produksi air daur ulang penyediaan infrastruktur,
proses pengendalian dan operatur ahli yang kompeten dan berpengalaman, serta
ketersedaan sistem jaminan mutu (Suprihatin, 2009).
„Recycling water wudhu system‟ dengan sistem filtrasi selaput
semi permeabel adalah konsep mendaur ulang limbah air wudhu (musta‟mal) untuk
digunakan kembali dalam berwudhu. Dalam hemat kami, aplikasi „recycling
water wudhu system‟ ini berfungsi untuk menabung air bersih sebagai
proses penggalakkan secara efektif limbah air wudhu.

Teknologi „Recycling Water Wudhu System’ dengan Filter Selaput


Semi Permiabel
Syarat air dikatakan bersih suci adalah ; jernih (tidak berwarna), tidak
berbau, pH berkisar takaran 7 dengan kandungan air bersih (paling sedikit
mengandung 5 ppm/part per million DO Dissolved Oxygen, maksimum
kandungan zat padat terlarut 1000 ppm, mengandung BOD Biological Oxygen
Demand kurang dari 1 ppm) (Yoga, 2011).
Air bersih dibutuhkan dalam kegiatan berwudhu sebagai proses penyucian
individu dari segala macam najis yang melekat di tubuhnya. Islam memandang
sakral kegiatan berwudhu dengan membutuhkan air bersih dalam rangka
menghadap diri kepada Yang Maha Kuasa. Namun, fakta bahwa dalam lapisan
masyarakat Indonesia, masih banyak kondisi krusial yang mengalami mengalami
kekurangan air bersih. Sehingga, kondisi tersebut memaksa mereka melakukan
usaha yang lebih sebagai jalan berat yang harus ditempuh. Oleh karena itu,
gagasan kami menawarkan solusi untuk menyelesaikan krisis air bersih terkait
secara syar‟i menggunakan limbah air wudhu.
Konsep „recyclying water wudhu system‟ menggunakan prinsip
osmosis terbalik dengan lapisan semipermeabel berlapis sebagaimana fungsinya
untuk menyaring pertikel kotor dalam air. Lapisan semipermiable merupakan
membran selektif yang berfungsi sebagai penyaringan air yang dapat dilewati zat
pelarut (atau bagian kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti
molekul berukuran besar dan ion-ion. Sementara prinsip osmosis terbalik (reverse
osmosis) sendiri adalah suatu metode penyaringan dengan kapabilitas filter
berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberikan
tekanan pada larutan saat berada di salah satu sisi membran seleksi lapisan
semipermeabel (Shun Dar Lin, 2001).

Gambar 1. Skema recycling water wudhu system


Lapisan semipermeabel di pasang berlapis diletakkan pada pipa yang
mengalirkan limbah air wudhu. Bagian ini digunakan sebagai jalur antara limbah
air wudhu yang nantinya akan di-filter oleh lapisan penyaring. Jika air kran
dinyalakan, maka secara otomatis air yang terpompa adalah air yang sudah di-
filter oleh lapisan penyaring. Air wudhu yang telah tersaring kemudian
dikembalikan dengan cara dipompa sehingga dapat masuk ke dalam tampung
penyimpanan. Air yang telah ditampung siap untuk digunakan kembali.
Adapun, kelebihan dari gagasan kami, selain dapat menghasilkan air
bersih sebagai produk daur ulang limbah air wudhu, konsep ini juga dapat
meningkatkan kesejahteraan daerah terkonsentrasi paa daerah yang mengalami
krisis air bersih. Namun, dalam setiap gagasan, jelas terdapat beberapa
kekurangan. Hal ini membutuhkan

Langkah Strategi yang Dapat Dilakukan


Sistematisasi strategi yang dapat dilakukan adalah :

PENINJAUAN LINGKUNGAN SEBAGAI SASARAN DALAM MEREALISASIKAN KONSEP

PENELITIAN (MEMANTAU KESUKSESAN KONSEP)

SOSIALISASI KONSEP PADA MASYARAKAT

IMPLEMENTASI SEBAGAI WUJUD KONTRIBUSI

Gambar 2. Skema langkah strategi


Peninjauan Lingkungan
Studi akan kondisi kekinian di masyarakat merupakan langkah untuk
mengetahui permasalahan kontemporer apa saja yang sedang dihadapi dalam
suatu daerah. Membuat data statistik berdasarkan kondisi lingkungan yang
memiliki kondisi permasalahan akses air bersih paling minim. Hal ini demi
membuat skala prioritas daerah yang sebaiknya dan dianggap pantas untuk sukses
menggalakkan gagasan ini.

Penelitian
Konsep „recycling water wudhu system‟ dengan menggunakan sistem
selaput semipermeabel diaplikasikan dalam daerah yang ditentukan, untuk
menghitung probablitis kesuksesan gagasan dengan relasinya terhadap kondisi
dalam lingkungan terkait dan permasalahan kontemporernya.

Sosialisasi
Setelah dianggap penelitian yang sukses dan seluruh data relasi kebutuhan
masyarakat kesuksesan konsep dengan berbagai situasi kondisi tertentu didapat,
perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat demi suksesnya aplikasi gagasan ini.

Aplikasi
Sebagai poin utama dan membuktikan klimaks dari keberhasilan konsep
dalam merealisasikan tujuannya : meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
peningkatan akses air bersih untuk bersuci dengan pemanfaatan limbah air wudhu
sendiri.

Subjek yang Membantu Merealisasikan Gagasan „Recycling Water Wudhu


System‟
Gagasan kami membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak dalam kehidupan
sosial masyarakat. Adapun, subjek yang terkait adalah :
a. Pemerintah
Tingkat kesuksesan gagasan ini bergantung pada kerjasama dalam
berbagai pihak. Dalam hal ini, pemerintah memegang peran
substansial untuk memberikan kontribusi berupa dukungan material
dan moral kepada seluruh pihak terkait. Dukungan ini dapat berupa
inisiasi dan perizinan penelitian konsep yang kami ajukan untuk hasil
yang lebih optimal, melakukan sosialisasi kepada masyarakat, serta
bersinergi pada khalayak dalam proses perealisasiannya.

b. Designer dan Teknisi Mesin


Sebagai golongan yang memastikan kesuksesan „recycling water
wudhu system‟ dalam aplikasinya. Designer menentukan konsep secara
matang dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada an
diperlukan, sementara penggagas dari teknik mesin memastikan alat
daur ulang limbah air sesuai dengan design dan dapat bekerja secara
maksimal.

c. Ahli Hadist dan Fiqih


Dalam hal ini, pakar agama memegang andil menjadi narasumber
terpercaya. Hal ini dimaksudkan untuk sosialisasi kepada masyarakat
tentang hukum dari penggunaan limbah air wudhu, bertujuan
menghindarkan persepsi negatif yang menganggap tidak sah (najis)
menggunakan limbah air wudhu untuk bersuci. Melalui sosialisasi dari
tokoh agama terkemuka akan memberikan doktrinasi kuat kepada
khalayak demi suksesnya program ini.

d. Media Sosial
Pemanfaatan perkembangan teknologi di era globalisasi menjadi
batu loncatan besar dalam menyebarkan konsep „recycling water
wudhu system‟. Sebagai katalisator penyebar berita, media
sosial diharapkan sebaik mungkin dapat memposisikan diri melakukan
metode pendekatan dan persuasi pada masyarakat melalui tokoh-tokoh
agama untuk menjelaskan hukum bersuci menggunakan limbah air
wudhu.

e. Masyarakat
Sebagai subjek eksekusi gagasan ini, masyarakat sebagai golongan
yang seyogyanya diberikan indoktrinasi tentang penggunaan
„recycling water wudhu system‟. Tingkat kesuksesan implementasi
konsep ini sangat tergantung dari daya partisipasi masyarakat dalam
mendukung program efektifitas penggunaan air.

C. KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan

„Recycling water wudhu system‟ merupakan salah satu solusi cerdas


untuk menyelesaikan permasalahan persediaan air yang terbatas. Sistem ini
menawarkan konsepdaur ulang limbah air wudhu yang telah digunakan sehingga
dapat dimanfaatkan kembali dengan menggunakan prinsip osmosa terbalik.
Dimana osmosa terbalik ini adalah suatu metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar berupa kotoran dengan cara memberi tekanan
pada air ketika berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring).
Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan semipermeable yang
berlapis- lapis sehingga menghasilkan air yang higenis.

Penggunaan limbah air wudhu secara syar‟i pun diperbolehkan sehingga,


dalam Islam, „Recycling water wudhu system‟ dapat digunakan kembali
sebagai
media bersuci. Hal ini dapat diaplikasikan di berbagai masjid untuk berwudhu
sebagai solusi menghadapi krisis air bersih di Indonesia.

Teknik Implementasi Gagasan

Konsep „recycling water wudhu system‟ digalakkan dalam tempat ibadah


diutamakan pada daerah tempat air bersih sulit untuk dijangkau sebagai proses
dalam melakukan penghematan air. Pemanfaatan ini dapat secara optimal
dilakukan apabila terdapat kooperasi antara berbagai subjek terkait program ini.

Untuk mengimplementasikan gagasan ini diperlukan beberapa teknik dan


upaya, diantaranya :

1. Menentukan daerah sasaran tujuan yang dikonsentrasikan di daerah krisis


air bersih
2. Menciptakan berbagai kooperasi dengan pihak-pihak terkait ; teknisi
mesin, ahli fiqh, media.
3. Design skema sistem daur ulang air wudhu
4. Sosialisasi pada masyarakat melalui media melalui metode pendekatan dan
pengenalan terkait hukum menggunakan air musta‟mal
5. Implementasi dari skema sistem daur ulang air wudhu

Prediksi Keberhasilan Gagasan

Gagasan Recycling air wudhu ini dapat sukses dijalankan jika semua
pihak sadar dan peduli akan krisis air bersih dan solusi dalam mengatasinya.
Masjid sebagai media dalam menerapkan gagasan ini dapat mendukung secara
penuh sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Begitu pula dibutuhkan
peran dan kontribusi pihak-pihak terkait pemerintah, teknisi mesin, ahli fiqih,
hingga ke lapisan masyarakat. Melalui „Recycling water wudhu system‟
sebagai awal gerakan Indonesia menuju aksi „save water‟ dalam mengatasi
krisis air bersih di dunia.

DAFTAR PUSTAKA
Alkarami, Imam. 2007. Salman Water Recycling.
http://alkarami.wordpress.com/2007/11/08/salman-water-recycling/.
Diakses tanggal 03 Maret 2013.
Anonim. 2012. Hukum air Musta‟mal. http://islampos.com/hukum-air-mustamal- 24121/.
Diakses tanggal 03 Maret 2013.
Dzakira, Abu. 2010. Islam Hemat Air.
http://abudzakira.wordpress.com/category/uswatun-hasanah/. Dakses
tanggal 05 Maret 2013.
Gori, Hasina. 2012. Mosque goes Green for Nature.
http://www.salatomatic.com/cbe.php?id=142. Diakses tanggal 03 Maret
2013.
Lin, Shun Dar. 2001.
Osmosis.
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/osmosis.html. Diakses tanggal
04 Maret 2013.
Muawiah, Abu. 2011. Air musta‟mal dan hukumnya. http://al-atsariyyah.com/air-
mustamal-dan-hukumnya.html. Diakses tanggal 03 Maret 2013.
Nereim, Vivian. 2012. Green wudhu‟ wins student environment contest.
http://www.thenational.ae/news/uae-news/green-wudhu-wins-student-
environment-contest. Diakses tanggal 03 Maret 2013.
Suprihatin. 2009. Penerapan Air Daur Ulang di Berbagai Negara. Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Pertanian
Bogor : Bogor.
Yoga. 2011. Teknologi Daur Ulang Air Wudhu.
http://yogadetraveler.wordpress.com/2011/01/27/teknologi-daur-ulang-air-
wudhu/. Diakses tanggal 05 Maret 2013.
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai