Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Unram

KAJIAN SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DI LOMBOK TENGAH


DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP

Zulkarnain Massadri
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Mataram
email: massadrizulkarnain@yahoo.co.id
Abstrak: Jalan adalah prasarana dasar yang harus didukung oleh ekonomi daerah yang cukup
memadai sehingga dapat berlangsung, namun ketersediaan dana APBD yang memang terbatas
dan pengalaman daerah dalam menyusun anggaran masih minim, maka kondisi adanya
kekurangan dana penanganan untuk jalan tidak dapat dihindari. Hal ini menandakan bahwa sangat
diperlukan adanya panduan yang jelas bagi daerah dalam memilih jenis pekerjaan untuk
mengalokasikan dana, terutama untuk membiayai pemeliharaan infrastruktur jalan, setidaknya
bahwa agar dana untuk jalan tetap memadai, minimal jalan yang telah ada dapat dipelihara
sehingga dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan yang disebutkan pula mengenai pemeliharaan
jalan di pasal 1 ayat 8, serta pembagian wewenang Pemerintah yang tercantum pada pasal 59 ayat
1. Selain itu, adanya pengkajian, penelitian dan pengembangan di bidang jalan yang mencakup
aspek perencanaan, pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian,
dan pemeliharan, teknologi bahan dan alat, tata laksana serta pengawasan dan pengendalian
tercantum pada pasal 82 ayat 3 dan dijelaskan kembali mengenai pembangunan jalan dan
program penanganan jaringan jalan pada pasal 83 dan pasal 84 ayat 3. Serta dijelaskan lebih
detail mengenai pengoperasian dan pemeliharaan jalan pada Paragraf 6 pasal 96 - pasal 101.
Karena penelitian ini untuk menyusun sistem pendukung keputusan penentuan prioritas
pemeliharaan jalan kabupaten. Atas dasar tersebut maka tujuan penelitian ini adalah dapat
mengidentifikasi jaringan jalan, kerusakan jalan dan jenis pekerjaan pemeliharan jalan. Menyusun
pilihan kriteria jalan berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat kerusakan jalan. Menyusun prioritas
jenis pekerjaan dan rencana anggaran biaya berdasarkan ketersediaan dana di Kabupaten Lombok
Tengah. Penelitian ini dititik beratkan pada tujuan dengan memberi arah yang labih baik dan jelas.
Data jalan kabupaten lombok tengah yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah data jalan
sesuai dengan keputusan Bupati Kabupaten Lombok Tengah tentang Penetapan Status Ruas Jalan
Kabupaten Lombok Tengah No. 327 tahun 2012 tanggal 11 juli 2012 , kelas jalan lokal, dengan
jenis penanganan/permukaan hotmix pada jalan kondisi rusak.Metode penentuan skala prioritas
penanganan pemeliharaan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
yang disandingkan dengan metode SK No.77/KPTS/Db/1990 Dirjen Bina Marga. Kemudian
dianalisa bagaimana urutan skala prioritas berdasarkan SK No.77/KPTS/Db/1990 Dirjen Bina
Marga menggunakan faktor penentu skala prioritas pemeliharaan penanganan jalan adalah faktor
Volume Lalu Lintas (LHR) dan Net Present Value (NPV). Sedangkan metode AHP
mengkombinasikan beberapa faktror adalah kondisi jalan, volume lalu lintas, manfaat ekonomi
dan aspek tataa guna lahan. Hasil penanganan pemeliharaan jalan dengan skala prioritas jenis
pekerjaan di Kabupaten Lombok Tengah adalah hasil pembobotan kriteria berdasarkan persepsi
responden wakil stakeholder Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Masyarakat
menghasilkan bobot kriteria yaitu Kondisi struktur jalan dengan bobot 0,385, Kondisi lalu lintas
dengan bobot 0,329, Kondisi pelayanan dengan bobot 0,149, dan Tuntutan masyarakat dengan
bobot 0,137. Prioritan penanganan pemeliharaan jalan per jenis pekerjaan penanganan
pemeliharaan dilakukan dengan membandingkan matrik kinerja tiap ruas jalan sebagai hasil
perkalian antara bobot kriteria dengan hasil skorring. Penerapan Skenario alokasi dana sebesar
100%, 50%, 25% dari ketersediaan dana yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok
Tengah. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa penilaian dan pembobotan terhadap kriteria dapat
menunjukkan urutan prioritas pemeliharaan jalan yang sesuai dengan kemampuan yang ada.
Untuk itu metode AHP dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan prioritas penanganan
pemeliharaan jalan di Kabupaten Lombok Tengah

Kata kunci : Kajian Pemeliharaan, Jalan Kabupaten, dan AHP.


Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Unram
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Unram
PENDAHULUAN Dalam hal ini kasus penanganan jalan akan
Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik dikonsentrasikan untuk jalan kabupaten dimana
Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan yang perannya sebagai jalan sekunder cukup berarti dalam
disebutkan pula mengenai pemeliharaan jalan di pasal sistem distribusi, namun seperti telah dijelaskan
1 ayat 8, serta pembagian wewenang Pemerintah yang sebelumnya bahwa kemampuan pendanaan
tercantum pada pasal 59 ayat 1. Selain itu, adanya Pemerintah Kabupaten rata-rata lebih kecil dibanding
pengkajian, penelitian dan pengembangan di bidang dengan dana penanganan jalan yang dibutuhkan.
jalan yang mencakup aspek perencanaan, Salah satu fokus penelitian ini adalah penyusunan
pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan jenis pekerjaan pemeliharaan jalan atas dasar
konstruksi, pengoperasian, dan pemeliharan, pendanaan pemeliharaan jalan untuk menghasilkan
teknologi bahan dan alat, tata laksana serta prioritas penanganan jalan sesuai dengan tingkat
pengawasan dan pengendalian tercantum pada pasal kepentingan ruas jalan tersebut bagi wilayah
82 ayat 3 dan dijelaskan kembali mengenai pelayanannya. Proses prioritas ini dilakukan dengan
pembangunan jalan dan program penanganan jaringan menggunakan kriteria yang sesederhana mungkin
jalan pada pasal 83 dan pasal 84 ayat 3. Serta sehingga dapat dengan mudah diaplikasikan. Dengan
dijelaskan lebih detail mengenai pengoperasian dan demikian hasil studi ini diharapkan dapat
pemeliharaan jalan pada Paragraf 6 pasal 96-pasal dikembangkan lebih lanjut dan diaplikasikan oleh
101. instansi terkait di daerah dalam menyusun program
Tingkat kerusakan jalan akibat pembebanan penanganan jalan tahunan.
muatan lebih (excessive over loading) dan sistem Dari studi terdahulu banyak mengkaji
penanganan yang belum memadai, berakibat pada masalah prioritas penanganan jalan propinsi. Pada
rusaknya jalan sebelum umur teknis jalan tersebut penelitian ini yang akan dikaji adalah prioritas
tercapai. Hal tersebut akan membutuhkan biaya penanganan jalan kabupaten yang secara fungsi
tambahan untuk mempertahankan fungsi jalan tersebut pelayanannya sangat berbeda dengan jalan propinsi.
dan mengurangi alokasi dana untuk jalan yang lain, Selain itu pada studi ini disusun program penanganan
sehingga pada akhirnya pengelolaan seluruh jaringan jalan tahunan yang disesuaikan dengan jenis
jalan akan terganggu. Selain itu, kerugian paling besar pekerjaan atas dasar anggaran tahunan untuk program
secara langsung akan dialami oleh pengguna jalan pemeliharaan jalan dengan beberapa skenario jenis
yaitu bertambahnya waktu tempuh perjalanan pekerjaan. Diharapkan dengan skenario dana
sehingga biaya operasional kendaraan akan semakin penanganan pemeliharaan jalan ini memberikan
tinggi, serta akibat tak langsung komponen biaya gambaran yang nyata terhadap jenis pekerjaan sesuai
transportasi pada proses distribusi barang semakin dengan alokasi anggaran untuk penanganan
bertambah. Dengan mekanisme pendanaan yang baru pemeliharaan jalan kabupaten.
ini sebagian daerah merasa kesulitan dalam Berdasarkan latar belakang diatas didapat
melaksanakan kegiatan perencanaan dan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan
pemprograman penanganan pemeliharaan jalan yang penanganan pekerjaan pemeliharaan, adalah sebagai
menjadi kewenangannya. Hal ini sebagai akibat dari berikut :
adanya kehilangan sumber pendanaan yang biasanya Adanya Jenis pekerjaan dan keterbatasan dana
sudah ditentukan alokasi dan besaran penggunaannya pemeliharaan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
dari pusat. Sekarang ini daerah harus melakukan pemeliharaan seluruh ruas jalan, sehingga dalam
penyusunan program penanganan jalan sendiri (sesuai menentukan prioritas penanganan harus dilakukan
kewenangannya berdasarkan status jalan ) dari APBD secara cepat dan tepat. Perkerasan jalan akan lebih
yang pembagiannya harus dikompromikan dengan cepat rusak apabila terjadi keterlambatan penanganan
ketersediaan dana dan kebutuhan dana untuk sektor jenis pekerjaan yang akan menyebabkan
lain. meningkatnya biaya operasi kendaraan dan
Jalan adalah prasarana dasar yang harus pemeliharaan jalan.
didukung oleh ekonomi daerah yang cukup memadahi Karena penelitian ini dikonsentrasikan untuk
sehingga dapat berlangsung, namun ketersediaan dana menyusun sistem pendukung keputusan penentuan
APBD yang memang terbatas dan pengalaman daerah prioritas pemeliharaan jalan kabupaten. Atas dasar
dalam menyusun anggaran masih minim, maka tersebut maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
kondisi adanya kekurangan dana penanganan untuk berikut : Dapat mengidentifikasi jaringan jalan,
jalan tidak dapat dihindari. Hal ini menandakan bahwa kerusakan jalan dan jenis pekerjaan pemeliharan jalan
sangat diperlukan adanya panduan yang jelas bagi di Kabupaten Lombok Tengah. Menyusun pilihan
daerah dalam memilih jenis pekerjaan untuk kriteria jalan berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat
mengalokasikan dana, terutama untuk membiayai kerusakan jalan di Kabupaten Lombok Tengah.
pemeliharaan infrastruktur jalan, setidaknya bahwa Menyusun prioritas jenis pekerjaan dan rencana
agar dana untuk jalan tetap memadai, minimal jalan anggaran biaya berdasarkan ketersediaan dana di
yang telah ada dapat dipelihara sehingga dapat Kabupaten Lombok Tengah. Instansi pengelola
beroperasi sebagaimana mestinya. prasarana jalan kabupaten dan pihak-pihak terkait
Pada penelitian ini dikaji faktor-faktor yang dalam menentukan prioritas pemeliharaan dan
perlu dipertimbangkan dalam mengalokasi dana untuk penanganan jenis pekerjaan pemeliharaan dalam satu
pemeliharaan dan jenis pekerjaan jalan kabupaten. tahun anggaran di Kabupaten Lombok Tengah. Hasil
penelitian ini menjadi dasar pengambilan kebijakan Volume lalu lintas pada kelas jalan tersebut
peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan di dikelompokkan kedalam volume lalu lintas rendah,
Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini dititik seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Namun
beratkan pada tujuan dengan memberi arah yang kadangkala dimungkinkan terjadi pada jalan tersebut
labih baik dan jelas. Dalam penelitian permasalahan dengan volume lalu lintas normal. Sehingga dalam
hanya pada : Data jalan kabupaten lombok metode perencanaannya, baik tebal perkerasan dan
tengah yang digunakan dalam penelitian tesis ini juga perencanaan geometriknya harus disesuaikan
adalah data jalan sesuai dengan keputusan Bupati dengan keadaan volume lalu lintas yang ada, yaitu
Kabupaten Lombok Tengah No. 327 tahun 2012 volume lalu lintas rendah (LHR < 1.000 smp) atau
tanggal 11 juli 2012,, kelas jalan lokal, dengan jenis volume lalu lintas normal (LHR > 1.000 smp).
penanganan/permukaan hotmix pada jalan kondisi Syarat minimal digunakan bila anggaran tidak
rusak. Metode penentuan skala prioritas penanganan mencukupi, pekerjaan layak secara ekonomis, dan
pemeliharaan dengan menggunakan metode sumber daya mendukung/ memadai. Tujuan
Analytical Hierarchy Process (AHP) yang penanganan prasarana jalan adalah untuk menjaga
disandingkan dengan metode SK kinerja jalan sehingga fungsinya dalam sistem
No.77/KPTS/Db/1990 Dirjen Bina Marga. infrastruktur jalan (atau lebih dikenal sebagai
jaringan jalan) dapat berjalan sebagai mana mestinya
sesuai tujuan penyelenggaraan prasarana jalan itu
DASAR TEORI sendiri. Dengan kata lain, secara lebih spesifik dapat
PENGELOLAAN JALAN dikatakan bahwa tujuan penanganan jalan adalah
Negara memberikan wewenang kepada untuk menjaga kondisi fisik dan operasional dari
pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten untuk jaringan jalan agar tetap dalam kondisi baik sehingga
melaksanakan penyelenggaraan jalan. Pada UU 38/ dapat dioperasikan atau memberikan pelayanan
2004 tentang jalan juga menyebutkan bahwa sebagai mana mestinya. Departemen Kimpraswil
masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan (Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001)
jalan. Khususnya untuk pemerintah kabupaten, memiliki definisi mengenai tujuan penanganan jalan
negara memberikan wewenang penyelenggaraan yakni 100% jalan mantap. Tingkat kemantapan jalan
jalan yang meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten ditentukan oleh dua kriteria, yakni mantap secara
dan jalan desa. Selanjutnya sesuai dengan sistem konstruksi dan mantap dalam layanan lalu lintas.
pemerintahan yang berlaku di Indonesia wewenang a. Definisi Kemantapan Jalan
tersebut dilimpahkan kepada instansi yang ditunjuk Adapun definisi kondisi pelayanan mantap,
di daerah. Wewenang penyelenggaraan jalan tersebut tidak mantap, dan kritis didefinisikan sebagai
meliputi kegiatan penyelenggaraan jalan yang berikut:
meliputi kegiatan-kegiatan yang meliputi seluruh Kondisi Pelayanan Mantap
siklus kegiatan dan perwujudan jalan yang meliputi Kondisi pelayanan sejak konstruksi masih
pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan baru sampai dengan kondisi pelayanan pada batas
pengawasan jalan. Dalam Undang-Undang No. 38 kemantapan (akhir umur rencana), dengan
Tahun 2004, tugas-tugas tersebut dibagi secara penurunan nilai kemantapan wajar seperti yang
terstruktur dirangkum dalam Tabel 2.1. Jalan diperhitungkan. Yang termasuk dalam kondisi ini
kabupaten adalah merupakan jalan lokal dalam adalah jalan dengan kondisi baik dan sedang.
sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk Kondisi Pelayanan Tidak Mantap
dalam jalan nasional atau jalan propinsi, yang Kondisi pelayanan berada diantara batas
menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kemantapan sampai dengan batas kritis. Termasuk
kecamatan, antar ibu kota kecamatan, ibu kota dalam kondisi ini adalah jalan dengan kondisi rusak
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat atau kurang baik.
kegiatan lokal. Serta jalan umum dalam sistim Kondisi Kritis
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, Kondisi pelayanan dengan nilai kemantapan
dan jalan strategis kabupaten. Sedangkan berdasarkan mulai dari batas kekritisan sampai dengan tidak
perkiraan LHR (Lalu lintas Harian Rata-rata) yang terukur lagi, dimana kondisi tersebut menyebabkan
melalui jalan tersebut sesuai dengan umur rencana kapasitas jalan menurun. Termasuk dalam kondisi ini
yang ditetapkan, maka jalan tersebut diklasifikasikan adalah jalan dengan kondisi rusak berat atau buruk.
menjadi beberapa kelas sesuai dengan umur rencana b. Kriteria Kemantapan Jalan
yang ditetapkan, yaitu: Kelas IIIA, IIIB dan IIIC Guna menentukan suatu jalan dalam koridor
dengan muatan sumbu terberat (MST) sebesar 8 Ton.
"mantap" maka diperlukan beberapa parameter yang dilakukan adalah dengan interval penanganan kurang
dapat dijadikan tolok ukur untuk menganalisisnya. dari 1 (satu) tahun. Kegiatan pemeliharaan rutin ini
Untuk keperluan praktis maka parameter yang dibedakan atas yang direncanakan secara rutin
dibutuhkan harus memenuhi beberapa syarat utama, (cyclic) dan tidak direncanakan yang tergantung
antara lain: parameter dapat mewakili/mencerminkan pada kejadian kerusakan (reactive).
kondisi jalan yang ditinjau, tersedia untuk seluruh Pemeliharaan Periodik
jalan yang akan dievaluasi, diperbarui minimal setiap Frekuensi pemeliharaan yang dilakukan
tahun dengan biaya yang murah (ekonomis). adalah secara periodik dengan interval penanganan
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 beberapa tahun. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan
dimana akibat kondisi lalu lintas dan kondisi non lalu baik untuk menambah nilai struktural ataupun
lintas lainnya maka jalan akan mengalami penurunan memperbaiki nilai fungsionalnya yang meliputi
kondisi yang diindikasikan terjadinya kerusakan pada kegiatan yang bersifat pencegahan (preventive),
permukaan perkerasan jalan. Penurunan kondisi pelaburan (resurfacing), pelapisan tambah (overlay),
tersebut mengakibatkan umur perkerasan jalan akan dan rekonstruksi perkerasan (rehabilitation).
berkurang. Pekerjaan Darurat
Kegiatan Pemeliharaan Jalan Frekuensi pemeliharaan darurat ini tidak
Pengelolaan pemeliharaan jalan bukanlah dapat diperkirakan sebelumnya karena kejadiannya
pekerjaan yang mudah, lebihlebih pada saat kondisi tersebut tidak dapat diperkirakan atau diprediksi.
anggaran yang terbatas serta beban kendaraan yang Pekerjaan pemeliharaan yang termasuk dalam
cenderung jauh melampaui batas dan kondisi cuaca kegiatan ini adalah perbaikan sementara untuk jalan
yang kurang bersahabat. Disamping itu, makin tertutup akibat longsoran, banjir atau bekas
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk kecelakaan kendaraan.
menyampaikan tuntutannya atas penyediaan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, 2005
prasarana jalan merupakan tantangan yang perlu b. Fisik Pekerjaan
mendapat perhatian oleh penyelenggaran jalan. Jenis kegiatan pemeliharaan jalan
Tujuan utama dari pelaksanaan pemeliharaan jalan ini berdasarkan fisik dalam kegiatan pelaksanaannya
adalah agar jalan yang bersangkutan dapat melayani dapat dikelompokan menjadi : perawatan,
lalu lintas sesuai dengan lingkungannya dalam rehabilitasi, penunjangan, dan peningkatan. Masing-
batasan repetisi beben standar maupun kemampuan masing jenis kegiatan pemeliharaan tersebut dapat
struktur yang telah direncanakan. Dengan dijelaskan sebagai berikut:
dilaksanakannya program pemeliharaan jalan sesuai Perawatan Jalan
dengan ketentuan tersebut diharapkan jalan Perawatan jalan adalah kegiatan merawat
kabupaten yang berkondisi mantap akan dapat serta memperbaiki kerusakan-kerusakan setempat
dipertahankan tetap mantap sampai jangka waktu yang terjadi pada jalan. Kegiatan ini dilaksanakan
pencapaian repetisi beban yang telah direncanakan. secara terencana sesuai dengan kebutuhan agar
Kegiatan pemeliharaan jalan dapat dikelompokan kondisi pelayanannya dapat dipertahankan dan
atas beberapa kategori kegiatan pemeliharaan menurun secara wajar seperti yang diperhitungkan.
berdasarkan: frekuensi penanganan atau waktu Rehabilitasi
pelaksanaan, bentuk fisik pekerjaan, dan nilai Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan
pekerjaannya. penanganan terhadap setiap kerusakan yang tidak
a. Waktu Penanganan diperhitungkan dalam desain, yang berakibat
Menurut frekuensi penanganannya, menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/
pemeliharaan yang dilakukan tersebut dapat tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi
dikelompokan atas beberapa kategori pemeliharaan pelayanan mantap. Dengan rehabilitasi, maka
yang masing-masing jenis kegiatan pemeliharaan. penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat
Sedangkan untuk kegiatan pelebaran jalan, perbaikan dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai
geometri jalan, dan sudah tentu juga dengan rencana yang diperkirakan. Kegiatan ini
pembangunan seksi jalan tidak termasuk dalam dilaksanakan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan
kegiatan pemeliharaan jalan, melainkan masuk dalam pada segmen tertentu yang mengakibatkan
kegiatan pembangunan jalan. penurunan yang tidak wajar pada kemampuan
Kategori kegiatan pemeliharaan berdasarkan waktu pelayanan jalan pada bagian-bagian tertentu.
penanganan tersebut adalah terdiri dari: Penunjangan Jalan
Pemeliharaan Rutin . Frekuensi pemeliharaan yang Penunjangan jalan merupakan kegiatan
penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan perkerasannya; atau memperlebar lapisan perkerasan
pelayanan pada ruas jalan pada kondisi kemampuan yang ada. Pekerjaan Rehabilitasi Pekerjaan ini
pelayanan tidak mantap atau kritis, agar ruas jalan dilaksanakan bila pekerjaan pemeliharaan yang
tersebut tetap dapat berfungsi melayani lalu lintas dan secara tetap dan seharusnya dilaksanakan tersebut
agar kondisi jalan pada setiap saat tidak semakin diabaikan atau pemeliharaan berkala/ pelapisan
menurun. Kegiatan ini merupakan kegiatan ulang terlalu lama ditunda sehingga keadaan lapisan
pemeliharaan jalan yang bersifat darurat/ sementara. semakin memburuk. Yang termasuk dalam kategori
Peningkatan Jalan ini adalah perbaikan terhadap kerusakan lapisan
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan permukaan seperti lubang-lubang dan kerusakan
adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kondisi struktural seperti amblas, asalkan kerusakan tersebut
jalan yang kemampuannya tidak mantap atau kritis, kurang dari 15-20% dari seluruh perkerasan yang
sampai suatu kondisi pelayanan yang mantap sesuai biasanya berkaitan dengan lapisan aus baru.
dengan umur rencana yang ditetapkan. Kegiatan ini Pembangunan kembali secara total biasanya
merupakan kegiatan penanganan jalan yang dapat diperlukan bila kerusakan struktural sudah tersebar
meningkatkan kemampuan strukturalnya sesuai luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan,
dengan umur rencana jalan tersebut. atau kekuatan desain yang tidak sesuai, atau karena
umur yang telah terlampau. Pemeliharaan Berkala
c. Nilai Pekerjaan Yaitu pekerjaan perbaikan dengan frekuensi yang
Pengelompokan berdasarkan jenis direncanakan dalam satu tahun atau lebih pada suatu
pemeliharaan berdasarkan nilai pekerjaan ini lokasi, seperti pengaspalan atau pelapisan ulang
umumnya dilakukan untuk kegiatan pengelolaan permukaan jalan beraspal berkala dan pengkerikilan
jalan pada tahapan perencanaan umum dan ulang jalan kerikil serta pekerjaan drainase.
pemrograman tahunan. Ditinjau dari biaya dan nilai Pekerjaan ini dilakukan untuk jalan dengan kondisi
pekerjaan, jenis pemeliharaan jalan dibedakan atas: sedang. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah
pekerjaan berat, pemeliharaan berkala, pemeliharaan persiapan dan pekerjaan perbaikan lain untuk
rutin, penyangga, dan pekerjaan darurat. Masing- mempertahankan, agar jalan tetap pada kondisi baik.
masing akan diuraikan sebagai berikut: Pekerjaan Apabila pekerjaan pengaspalan atau pelapisan
Berat (PK). Pekerjaan ini disebut juga pekerjaan ulang dilakukan pada suatu segmen, maka seluruh
peningkatan dan dilakukan untuk jalan berkondisi pekerjaan pemeliharaan, termasuk pekerjaan
rusak/ rusak berat. Pekerjaan berat ini dimaksudkan drainase, dinyatakan sebagai pekerjaan berkala.
untuk meningkatkan jalan ke arah standar minimum Pemeliharaan Rutin Adalah pekerjaan ringan dan
yang sesuai dengan tingkat lalu lintas yang pekerjaan rutin umum, yang dilaksanakan pada
diperkirakan, dan biasanya merupakan pembangunan jangka waktu yang teratur dalam setahun.
kembali perkerasannya. Pekerjaan berat ini dapat Dikatakan pekerjaan ringan karena pekerjaan
berupa pembangunan baru, peningkatan atau ini tidak membutuhkan alat berat namun
rehabilitasi dengan umur rencana paling sedikit 10 pekerjaannya tersebut dilakukan untuk jalan yang
tahun dengan ketentuan sebagai berikut: berkondisi baik yang tersebar dalam suatu jaringan
Pembangunan Baru jalan. Jenis kegiatan dalam pekerjaan ini antara lain
Pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk dapat berupa penambalan lapis permukaan dan
meningkatkan jalan tanah atau jalan setapak agar pemotongan rumput. Pekerjaan Penyangga.
dapat dilintasi oleh kendaraan roda empat sesuai Pekerjaan penyangga ini dilakukan untuk jalan yang
dengan standar minimalnya. Kondisi jalan yang berat berkondisi rusak/ rusak berat namun tidak dapat
ini, memerlukan biaya yang besar dan biasanya dilakukan kegiatan peningkatan (karena keterbatasan
pekerjaan tanah yang besar pula. dana). Pada intinya dari pekerjaan ini adalah
Pekerjaan Peningkatan menjaga agar jalan tersebut tidak lebih memburuk
Pekerjaan ini untuk meningkatkan standar atau makin parah sehingga jalan tersebut masih dapat
pelayanan dari jalan yang ada; baik yang berupa dilalui oleh kendaraan. Dana yang memadai perlu
membuat lapisan menjadi lebih halus, seperti dicadangkan untuk kegiatan penyangga ini.
pengaspalan terhadap jalan yang belum diaspal atau Pekerjaan Darurat.
menambah Lapisan Tipis Aspal Beton-Lataston (Hot Pekerjaan ini sangat diperlukan untuk
Rolled Sheet); atau menambah lapisan struktur lain mengatasi jalan yang berkondisi baik, sedang dan
seperti Lapis Penetrasi Makadam atau Lapis Aspal rusak dimana pada jalan terebut baru saja tertutup
Beton (Asphalt Concrete) guna memperkuat struktur untuk lalu lintas kendaraan roda empat karena
keadaan yang mendadak seperti terjadinya tebing kebutuhan pemeliharaan berdasarkan hasil survai
jembatan yang roboh atau akibat kecelakaan. Dana kondisi atau hasil perhitungan perencanaan kegiatan
untuk kegiatan darurat ini tidak dapat disiapkan pemeliharaan yang akan dilakukan. Namun, untuk
sebelumnya, tetapi sebaiknya perlu dicadangkan memperkirakan kebutuhan jumlah tenaga kerja dan
dalam jumlah yang sepadan. Untuk melaksanakan peralatan adalah relatif sulit. Salah satu faktor yang
kegiatan pengelolaan jalan didaerah dibutuhkan suatu menentukan kebutuhan tenaga kerja dan peralatan
organisasi yang tetap dan bekerja sepanjang tahun. yang akan digunakan dalam kegiatan pemeliharaan
Organisasi tersebut khusus menangani adalah metode kerja yang akan digunakan. Apakah
kegiatan pemeliharaan jalan yang meliputi kegiatan- akan menggunakan metode padat karya (labour
kegiatan antara lain: Melakukan inventarisasi jalan, based) atau padat alat (mechanical based). Saat ini,
yaitu mencatat daftar ruas-ruas jalan yang menjadi Dalam hal perkiraan biaya untuk kegiatan
tanggung jawab pengelolaannya dan karakteristik pemeliharaan kabupaten digunakan prosedur yang
dasar tiap seksi dari jaringan jalan yang ada. terdapat dalam Petunjuk Teknik Analisa dan Harga
Melakukan inspeksi lapangan, untuk mengevaluasi Satuan Pekerjaan Jalan Kabupaten
jaringan jalan dan mengukur dan mencatat kondisi No.015/T/Bt/1995, yang dikenal dengan Analisa K.
yang ada. Melakukan penentuan kegiatan Namun penggunaan dari pada analisa K tersebut
pemeliharaan yang dibutuhkan, menganalisa akibat harus diperhatikan juga dengan asumsi-asumsi yang
dan penyebab dari kerusakan yang ada dan digunakan pada persyaratan teknis pekerjaan seperti
menentukan kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan yang tercantum pada Buku Spesifikasi yang terkait.
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Perkiraan Bila kegiatan pekerjaan pemeliharaan tidak tersedia
kebutuhan sumber daya, yaitu memperkirakan dalam Analisa K, maka maka penentuan analisa
kebutuhan biaya untuk kegiatan pemeliharaan secara harga untuk pekerjaan tersebut digunakan Panduan
keseluruhan dan juga biaya detail untuk masing- Analisa Harga Satuan yang diterbitkan oleh Bina
masing ruas jalan. Menentukan prioritas penentuan Marga sebagai standar pada penentukan Perkiraan
pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan Teknik (Engineer’s Estimate) dan Perkiraan Pemilik
mengingat dengan adanya keterbatasan dana yang (Owner’s Estimate) untuk pekerjaan-pekerjaan jalan.
ada. Melakukan penjadwalan kerja dan pelaksanaan Metode perhitungan tersebut harus digunakan baik
kegaitan pemeliharaan, termasuk didalamnya adalah untuk pemeliharaan rutin, pemeliharaan periodik,
kegiatan persiapan kontrak yaitu persiapan untuk maupun pekerjaan darurat.
dokumen kontrak dan penentuan pemenang kontrak a. Estimasi Biaya untuk Pemeliharaan Rutin
dan pengawasan kegiatan pemeliharaan jalan. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk sebagai
Melakukan monitoring, dengan cara melakukan kegiatan pemeliharaan rutin adalah perbaikan-
pengecekan mutu, kemajuan dan efektifitas dari perbaikan kecil perkerasan jalan, pemotongan
pekerjaan pemeliharaan jalan. rumput beserta pengendalian tumbuh-tumbuhan dan
Cakupan dari pekerjaan pemeliharaan jalan pembersihan saluran. Perkerjaan pemeliharaan rutin
yang menjadi obyek kegiatan pemeliharaan jalan ini yang masuk dalam pekerjaan jalan adalah :
adalah pada daerah yang merupakan pemanfaatan pekerjaan dengan lapis penutup, perbaikan dan
jalan, yaitu meliputi : Perkerasan jalan. Bahu jalan, penambalan lubang-lubang, bagian amblas, tepi
Drainase selokan tepi jalan. Bangunan pelengkap jalan, retak-retak dan alur bekas roda (rutting),
jalan, seperti: gorong-gorong, jembatan, tembok jalan kerikil, perbaikan-perbaikan lubang dan
penahan tanah. Faktor-faktor yang perlu daerah-daerah lunak, pembentukan ulang dan
dipertimbangkan dalam menentukan strategi kegiatan perataan, pengendalian vegetasi (tumbuh-tumbuhan),
pemeliharaan suatu ruas jalan, antara lain: Kerusakan termasuk pemotongan rumput dan perapihan bahu
(jenis, keparahan, luas, penyebaran). Jenis perkerasan jalan, rambu lalu lintas, pembersihan dan pengecatan
(beraspal, Lapen Makadam, beton aspal, tidak ulang, jembatan-jembatan, pembersihan lantai
beraspal), Lalu lintas. Cuaca (terutama curah hujan). jembatan, kanal dan saluran outlet. Perkiraan biaya
Umur sisa perkerasan. Ketersedianya sumber daya. tahunan kegiatan ini dibuat berdasarkan hasil survai
Perencanaan Biaya Pemeliharaan kondisi permukaan jalan untuk masing-masing item
Kegiatan operasional pemeliharaan yang akan pekerjaan tersebut yang dikalikan dengan harga
dilakukan di lapangan berkaitan dengan material, satuan masing-masing pekerjaan sehingga
tenaga kerja, dan peralatan. Untuk memperkirakan didapatkan biaya pemeliharaan secara keseluruhan.
kebutuhan material dalam kegiatan pemeliharaan b. Estimasi Biaya untuk Pemeliharaan
adalah mudah, yaitu dengan mengukur langsung Periodik Pekerjaan pemeliharaan periodik
(berkala) dilakukan untuk pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan terbatas, maka perlu dilakukan
pembentukan ulang permukaan sehingga jalan-jalan penentuan prioritas agar dapat diketahui kebutuhan
tersebut selalu dalam kondisi baik dan siap dipakai. mendesak khususnya yang harus dilakukan untuk
Yang termasuk dalam pekerjaan pemeliharaan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin. Sedangkan
periodik jalan adalah sebagai berikut : pekerjaan untuk pelaksanaan periodik tidaklah demikian,
dengan lapis penutup: pekerjaan perbaikan dan karena pada jenis kegiatan penanganannya telah
pekerjaan persiapan untuk pembentukan ulang ditentukan pada tahapan pemrograman dan tahapan
permukaan, lapis penutup aspal (Burtu, Burda, persiapan pelaksanaan. Secara ideal pemeliharaan
Lapen) dan lapis ulang permukaan (overlay), jalan dilakukan pada seluruh ruas jaringan jalan yang ada.
kerikil: perbaikan-perbaikan lubang dan daerah- Namun karena adanya keterbatasan sumber daya,
daerah lunak, pembentukan ulang dan peralatan, maka perlu diadakan penentuan prioritas agar dapat
drainase jalan: penyediaan gorong-gorong dan dicapai pemanfaatan sumber daya secara efektif.
saluran baru, dinding kepala dan dinding sayap, bahu Sebagai pedoman, penentuan prioritas untuk
jalan: pembuatan dan pembentukan kembali bahu operasional kegiatan pemeliharaan dapat ditentukan
jalan, jembatan-jembatan: perbaikan konstruksi, dengan menggunakan matrik hubungan antara
penggantian lantai jembatan, dan pengecetan ulang hirarki lalu lintas dengan hirarki aktifitas
pekerjaan baja. Sebelum pekerjaan pemeliharaan pemeliharaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel
periodik direncanakan, perlu dilakukan survai yang 2.4 ( Road Note 1, 1987 & Richard R., 1998 ).
lebih detail mengenai kekuatan struktur perkerasan, Prioritas pemeliharaan dilakukan dengan
baik dengan menggunakan Dinamic Cone urutan 1 ( prioritas tertinggi; pemeliharaan darurat
Penetrometer atau Survai Benkelman Beam dan pada jalan yang strategis) ke 2 ( prioritas terendah;
sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) pekerjaan overlay pada lalu lintas yang sangat
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan survai kondisi rendah ). Sedangkan urutan prioritas untuk lalu lintas
untuk memperbaiki kondisi permukaan. tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.5, dengan
c. Estimasi Biaya untuk Pemeliharaan pertimbangan bahwa untuk ruas jalan dengan lalu
Kegiatan pemeliharaan darurat ini ditujukan lintas yang tinggi, biasanya jalan tersebut adalah
untuk mengatasi kerusakan yang tidak terduga baik jalan yang penting dari sudut ekonomi dan jalan
yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan ataupun tersebut seringkali cepat rusak/aus. Penanganan
bencana alam. Dalam banyak kasus, akibat dari pekerjaan pemeliharaan di daerah dapat dilakukan
bencana ini akan membutuhkan sumber daya yang secara swakelola ataupun dikontrakkan dengan
besar sekali agar ruas pada jaringan jalan yang ada menggunakan kontraktor lokal/daerah. Pemilihan
dapat dipelihara agar dapat terbuka sepanjang tahun. penanganan pekerjaan tesrebut harus diseuaikan
Kegiatan pemeliharaan ini tidak dapat diperkirakan dengan kondisi dan keadaan setempat. Masing-
melalui evaluasi kondisi jalan yang tiap tahun masing pola penanganan tersebut mempunyai
dilakukan dan tidak ada perencanaan khusus yang kelebihan dan kekurangan, untuk itu pemilihan pola
dapat dilakukan. Namun, mengingat pentingnya penanganan harus dilakukan dengan hati-hati dan
kegiatan ini, maka untuk setiap tahunnya dapat juga dilakukan dengan petunjuk pengelolaan dana
dialokasikan porsi dana untuk mengantisipasi yang berlaku.
kegiatan ini. Jika tidak dapat dialokasikan secara Tabel 2.4 Matrik Prioritas Pemeliharaan Jalan
khusus, maka biaya penanganan pemeliharaan khusus Peringkat Kegiatan Prioritas
Kategori Lalu Lintas
ini dapat dimasukan ke dalam biaya pemeliharaan Pemeliharaan
LL-1
LL-
2
LL
-3
LL
-4
LL
-5
LL-
6
LL
-7
LL
-8
rutin, hanya sifatnya diluar rencana/ program. Agar (Emergency works)
Pekerjaan Darurat
1 7 8 9 10 11 12 13
lebih realistik dalam merencanakan dan Pekerjaan
mengorganisasikan kegaiatan darurat ini, maka ketika Pemeliharaan
Drainase (Cyclic
kerusakan tersebut terjadi, adalah penting untuk drainage work) 2 14 15 16 17 18 19 20

mengidentifikasi jenis dan keparahan yang terjadi,


sehingga dapat diperkirakan kebutuhan sumber daya Pekerjaan
Kerusakan
Perbaikan

yang diperlukan (bahan, tenaga, dan peralatan), Perkerasan


(Reactive works on
kebutuhan biaya, rencana kerja dan pengendalian pavement)
Pekerjaan Pelaburan
3 21 24 27 30 33 36 39

pekerjaan yang diperlukan . Ulang dan


Pencegahan secara
Periodik (Periodic
preventive and
d. Prioritas Kegiatan Pemeliharaan Rutin resurfacing work)
Pekerjaan
4 22 25 28 31 34 37 40

Dalam hal terdapatnya kondisi dimana dana Pengendalian


Tanaman dan
permukaan, deformasi, dan cacat tepi perkerasan.
Pembersihan

Jalan/ Bangun
Untuk masing-masing modus tersebut dapat dibagi
Pelengkap lagi kedalam beberapa jenis kerusakan. Untuk lebih
Jalan (Other cyclic
and 5 23 26 29 32 35 38 41 rinci tentang jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur
reactiveworks)
Overlay secara
akan diuraikan pada buku seri panduan pemeliharaan
periodik dan
Rehabilitasi jalan kabupaten yang lainnya, yaitu Buku Teknik
Perkerasan Jalan
(Periodic overlay and Pemeliharaan Perkerasan Lentur (DPU, Seri
pavement
reconstruction) 6 42 43 44 45 46 47 48 Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, 2005).
Sumber : DPU, Teknik Pengelolaan Jalan, Seri Panduan Tinjauan SK:77/KPTS/Db/1990 Perencanaan Umum
Pemeliharaan Jalan Kabupaten, 2005 Jalan Kabupaten Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Tabel 2.5 Matrik Prioritas Pemeliharaan Jalan Penyusunan Program Jalan Kabupaten ini terhitung
Kategori Lalu sejak tanggal ditetapkannya pada Bulan Juli Tahun
LHR Jenis Perkerasan
lintas 1990 oleh Bina Marga, Dept. PU melalui
Jalan SK:77/KPTS/Db/1990. Sebagai buku petunjuk
LL-1 Strategis Diperkeras
LL-2 > 1.000 Diperkeras teknis maka secara substansial buku ini berisi
LL-3 500 - 1.000 Diperkeras prosedur perencanaan umum dan penyusunan
LL-4 200 - 500 Diperkeras program jalan dan jembatan kabupaten untuk
LL-5 > 200 Tidak Diperkeras pekerjaan berat (rehabilitasi, peningkatan) dan
LL-6 < 200 Diperkeras pekerjaan ringan (terutama pemeliharaan). Sebagai
LL-7 50 - 200 Tidak Diperkeras
catatan buku ini hanya memuat prosedur (urutan
LL-8 < 50 Tidak Diperkeras pelaksanaan kegiatan) dengan asumsi bahwa detail
Sumber : DPU, Teknik Pengelolaan Jalan, untuk perencanaan dan desain teknis sudah dimuat
Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, 2005 dalam buku petunjuk lain. Tujuan umum dari
Jenis Kerusakan Jalan; Jenis kerusakan pada Prosedur Perencanaan dan Penyusunan Program ini
perkerasan jalan dapat dikelompokkan atas 2 macam, adalah untuk membantu kabupaten dalam
yaitu: memelihara dan mengembangkan jaringan jalan
a. Kerusakan Struktural dengan cara yang efisien, agar menunjang
Kerusakan struktural adalah kerusakan pada pengembangan ekonomi dan sosial daerah tersebut.
struktur jalan, sebagian atau keseluruhanya, yang Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu memberi pengetahuan kepada staf kabupaten di
mendukung beban lalu lintas. Untuk itu perlu adanya dalam melaksanakan pekerjaan survey, analisa dan
perkuatan struktur dari perkerasan dengan cara evaluasi, sesuai dengan prosedur yang sistematis dan
pemberian pelapisan ulang (overlay) atau perbaikan menuju ke arah persiapan yang tepat waktu dari
kembali terhadap lapisan perkerasan yang ada. program tahunan dalam standar yang konsisten,
b. Kerusakan Fungsional memberi kepastian bahwa alokasi sumber daya
Kerusakan fungsional adalah kerusakan pada berdasarkan kategori pekerjaan (yakni, pekerjaan
permukaan jalan yang dapat menyebabkan berat, pemeliharaan dan pekerjaan ringan lain)
terganggunya fungsi jalan tersebut. Kerusakan ini ditentukan secara rasional, memberi kepastian bahwa
dapat berhubungan atau tidak dengan kerusakan penentuan pemilihan prioritas pekerjaan berat,
struktural. Pada kerusakan fungsional, perkerasan didasarkan atas kriteria ekonomi yang sederhana
jalan masih mampu menahan beban yg bekerja namun rasional, sehingga dapat memberikan tingkat
namun tidak memberikan tingkat kenyamanan dan kepercayaan yang memadai baik bagi donor maupun
keamanan seperti yang diinginkan. Untuk itu lapisan instansi pemerintah bahwa investasi yang diusulkan
permukaan perkerasan harus dirawat agar permukaan telah sesuai, mendokumentasikan dan membangun
kembali baik. Indikasi yang menunjukkan kearah database dari informasi mengenai jaringan jalan
kerusakan jalan, baik kerusakan fungsional dan untuk keperluan pemantauan dan perencanaan lebih
kerusakan struktural, dapat bermacam-macam yang lanjut, dapat mencakup perencanaan bagi semua
dapat dilihat dari bentuk dan proses terjadinya. pembiayaan jalan kabupaten, tanpa melihat dari
Indikasi yang timbul pada permukaan perkerasan mana sumber pendanaannya. Klasifikasi Kondisi
dapat mempengaruhi nilai kekasaran pada Jalan. Dalam analisis perencanaan dan penyusunan
perkerasan. Secara garis besar, kerusakan pada program jalan kabupaten ruas jalan secara umum
perkerasan beraspal dapat dikelompokkan atas empat dikelompokkan dalam 2 bagian, yakni: Jalan
modus kejadian, yaitu (Austorads, 1987) retak, cacat Mantap, yakni jalan stabil dan selalu dapat
diandalkan untuk dilalui kendaraan roda empat Judgment, prinsip ini berarti membuat penilaian
sepanjang tahun, terutama yang kondisinya sudah tentang kepentingan relatif dan elemen pada suatu
baik/sedang, Jalan Tidak Mantap, yakni jalan yang tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan
tidak stabil dan tidak dapat diandalkan untuk dilalui diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP,
kendaraan roda empat sepanjang tahun, terutama karena akan berpengaruh pada prioritas elemen-
yang kondisinya rusak/rusak berat. Dalam hal ini elemen. Synthesis of Priority, dari setiap matriks
jalan tidak mantap dikelompokkan ulang menjadi: pairwise comparison vector eigennya mendapat
jalan terbuka yang dapat dilalui kendaraan roda prioritas lokal, karena pairwise comparison terdapat
empat sepanjang tahun, jalan tertutup yang tidak pada setiap tingkat, maka untuk melakukan
dapat dilalui kendaraan roda empat untuk sepanjang penggabungan harus dilakukan perpaduan diantara
atau sebagian tahun. Klasifikasi kondisi ruas jalan prioritas lokal, prosedur melakukan perpaduan
apakah masuk dalam kelompok mantap ataupun tidak berbeda menurut bentuk hirarki. Logical
mantap dalam dokumen SK:77/KPTS/Db/1990 tidak Consistency, konsistensi memiliki dua makna yang
disampaikan secara eksplisit, namun pada bagian pertama bahwa obyek-obyek yang serupa dapat
kanan bawah Formulir S1 disampaikan kriteria dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya.
umum klasifikasi kondisi jalan berdasarkan % Kedua adalah tingkat hubungan antar obyek-obyek
kerusakan jalan menurut tipe kerusakan relatif yang didasarkan pada kriteria tertentu. Beberapa
terhadap total luas jalan yang disurvey. Pada Tabel keuntungan menggunakan AHP (Saaty, 1986)
2.7 disampaikan kriteria klasifikasi kondisi jalan sebagai alat analisis adalah: Dapat memberi model
Kabupaten baik untuk jalan yang beraspal maupun tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
jalan tanah. beragam persoalan yang tak berstruktur. Dapat
Tabel 2.7 Kriteria Klasifikasi Kondisi Jalan memadukan rancangan deduktif dan rancangan
Kabupaten berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan
Tingkat kerusakan permukaan (m2/km) kompleks. Dapat menangani saling ketergantungan
No Tipe Kerusakan
Baik Sedang Rusak
Rusak elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak
Berat
memaksakan pemikiran linier. Mencerminkan
1 Jalan Beraspal
kecendrungan alami pemikiran untuk memilah-milah
1.A Lubang-lubang 0 - 40 40 - 200 200 - 600 >600
1.B Legokan 0 - 100 100 - 500 500 - 1000 >1000
elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat
1.C Retak-retak 0 - 200 200 - 400 400 - 2000 >2000 dan mengelompokkan unsur-unsur yang serupa
1.D Alur bekas roda 0 - 100 100 - 200 200 - 1000 >1000 dalam setiap tingkat. Memberi suatu skala dalam
2 Jalan Tanah Tingkat kerusakan permukaan (% luas) mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk
A Lubang-lubang 0-3 3 - 10 10 – 25 > 25 mendapatkan prioritas. Melacak konsistensi logis
B Titik-titik lembek 0-3 3 - 10 10 – 25 > 25 dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
C Erosi permukaan 0-3 3 - 10 10 – 25 > 25
dalam menetapkan berbagai prioritas. Menuntun
D Alur bekas roda 0-5 5 - 15 15 – 50 > 50
E Bergelombang 0-3 3 - 10 10 – 50 > 50 kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebijakan
Sumber: Formulir S1 Survey Penjajagan Kondisi Jalan, setiap alternatif. Mempertimbangkan prioritas-
SK:77/KPTS/Db/1990 prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan
Penentuan Skala Prioritas Dengan Analyrtical memungkinkan orang memilih alternatif terbaik
Hierarchi Process (AHP) berdasarkan tujuan mereka. Tidak melaksanakan
Analytical Hierarchi Process (AHP) atau proses konsensus tetapi mensintesis suatu hasil refresentatif
hirarki analitik adalah suatu metode yang sederhana dari penilaian yang berbeda-beda. Memungkinkan
dan fleksibel yang manampung kreatifitas dalam orang memperluas definisi mereka dalam suatu
penenganannya terhadap suatu masalah. Metode ini persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta
merupakan masalah dalam bentuk hirarki dan pengertian mereka melalui pengulangan. AHP dapat
masukan pertimbangan-pertimbangan untuk digunakan dalam memecahkan berbagai masalah
menghasilkan skala prioritas relatif (Saaty, 1986). diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya,
Dalam penyelesaian persoalan dengan metode AHP analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan
tersebut, dijelaskan pula beberapa prinsip dasar pringkat beberapa alternatif, melaksanakan
proses hirarki analitik yaitu : perencanaan kemasa depan yang diproyeksikan dan
Dekomposisi, setelah mendefinisikan menetapkan skala prioritas pengembangan suatu unit
permasalahan, maka perlu dilakukan dekomposisi usaha dan permasalahan kompleks lainnya (Anonim,
yaitu memecah persoalan utuh menjadi unsur- 1998). Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk
unsurnya sampai yang sekecil-kecilnya. Comparative memahami masalah yang kompleks dimana masalah
tersebut diuraikan kedalam elemen-elemen yang bobot dari suatu kriteria didasarkan pada ide yang
bersangkutan. Menyusun elemen-elemen tersebut relatif lanjut dari aljabar matriks dan menghitung
secara hirarki dan melakukan penilaian atas elemen bobot sebagai elemen dari suatu eigenvector yang
tersebut sekaligus menentukan keputusan mana yang diasosiasikan dengan maksimum eigenvector dari
diambil. Proses penyusunan elemen secara hirarki suatu matriks.
meliputi pengelompokan elemen komponen yang
sifatnya homogen dan penyususnan komponen
tersebut dalam level hirarki yang tepat. Hirarki juga
merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang
mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan
dampaknya pada sistem. Abstraksi ini mempunyai
bentuk yang saling terkait tersusun dalam suatu
sasaran utama (ultimate goal) turun ke sub-sub
tujuan, ke pelaku (aktor) yang memberi dorongan dan
turun ketujuan pelaku, kemudian kebijakan- Tabel 2.8 Skala penilaian antar Kriteria
kebijakan, strateg-strategi tersebut. Adapun abstraksi Perbandingan Nilai
Relatif antara
susunan hirarki keputusan seperti diperlihatkan pada Kriteria i dan
Difinisi
Penjelasan
Penilaian
Gambar 2.2 berikut ini Kriteria j
( Xy )
Level 1 : Fokus/sasaran/goal 1 Sama Dua kriteria (i dan j)
Level 2 : Fokus/kriteria Penting memiliki tingkat
Level 3 : Alternatif/sub kriteria kepentingan terhadap
efektifitas pemenuhan
Analytical Hierarchi Process mendeskripsikan tujuan yang sama
suatu pendekatan terstruktur dalam mengambil 3 Relatif Kriteria i sedikit lebih
Lebih penting/efektif
keputusan sebagai suatu pilihan umum (overall penting dibandingkan kriteria j
preference) diantara sejumlah alternatif yang dalam memenuhi tujuan
5 Lebih Kriteria i memiliki
dianggap mampu memenuhi serangkaian tujuan Penting tingkat kepentingan
(objectives). Pembobotan (weighting) diperoleh dari yang cukup besar
pairwise comparison hasil persepsi stakeholders dibandingkan kriteria j
dalam memenuhi tujuan
(aktor). Sedangkan skoring untuk jumlah alternatif 7 Sangat Kriteria i memliki
yang banyak paling cocok dilakukan dengan Penting tingkat kepentingan
yang sangat besar
pendekatan expert judgement dari ahli (dalam hal ini dibandingkan kriteria j
diwakili peneliti). Proses skoring dapat diminimalisir dalam memenuhi tujuan
porsi judgemental-nya jika variabel alternatif 9 Jauh Lebih Kriteria i memiliki
Penting tingkat kepentingan
diusahakan berupa data kuantitatif yang dapat yang
diperbandingkan secara langsung besarannya. Inti jauh lebih besar
dibandingkan kriteria j
dari Analytical Hierarchi Process adalah pada metoda dalam memenuhi tujuan
untuk mengkonversi perkiraan subyektif dari tingkat 2, 4, 6, 8 Nilai Penilaian diantara nilai
Antara relatif
kepentingan relatif ke dalam suatu set skor atau bobot Lainny
total. Metoda ini pertama kali dikemukakan oleh Sumber : Saaty, 1986
Saaty (1986). Input dasar untuk AHP adalah jawaban
para pengambil keputusan terhadap serangkaian Dari hasil perbandingan berpasangan tersebut akan
pertanyaan yang dalam bentuk umum dapat diperoleh suatu matrik perbandingan berpasangan,
diekspresikan sebagai berikut: "Seberapa penting contohnya disampaikan pada Tabel 2.9.
kriteria A relatif terhadap kriteria B?". Kondisi ini Tabel 2.9 Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan
menyatakan adanya perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Dalam hal ini penilaian Kriteria a b c d e f g

dapat dilakukan dengan memberikan suatu skala a 1


Xa
b c
Xa
Xad Xae Xaf Xag
penilaian yang menunjukkan seberapa besar Xb
b Xba 1 Xbc d Xbe Xbf Xbg
perbedaan tingkat kepentingan antara dua kriteria, Xc Xc
sebagai contoh Tabel 2.8 memberikan skala penilaian c Xca b 1 Xcd Xce Xcf g

yang lazim digunakan untuk membandingkan tingkat d Xda


Xd
b Xdc 1 e
Xd
Xdf Xdg
kepentingan antara dua variabel. Dalam metoda dasar Xe

yang dikembangkan Saaty untuk mengidentifikasi e Xea b Xec Xed 1 Xef Xeg
Xf Xf penanganan pemeliharaan jalan Kabupaten Lombok
f Xfa b c Xfd Xfe 1 Xf

Xg Xg
Tengah yang diperoleh dari metode AHP akan
g Xga
Sumber : Saaty, 1986
b Xgc Xgd e Xgf 1 disandingkan dengan skala prioritas berdasarkab SK
Prosedur estimasinya relatif kompleks, dalam hal ini No. 77/KPTS/Db/1990 Dirjen Bina Marga. Adapun
alternatif yang lebih pantas adalah dengan mengikuti langkah-langkah penelitian ini, ditunjukkan pada
alur berikut ini: Diagram Alir Penelitian pad Gambar 3.1.
Hitung rata-rata geometrik dari setiap baris dalam Studi Pendahulun (Penentuan lokasi studi, tinjauan pustaka,
matriks, identifikasi data, (Kondisi Jalan, Vol. Lalu Lintas, Manfaat, Tata
Guna Lahan ), dan perangkat lunak yang digunakan
Jumlahkan seluruh rata-rata geornetrik yang
dihasilkan pada langkah (1),
Normalisasi setiap rata-rata geometrik dengan
Latar belakang dan rumusan masalah
membaginya dengan total seluruh rata-rata geometrik
yang dihitung pada langkah (2).
Dengan bobot kriteria dan skor yang dihitung dengan Tujuan
perbandingan berpasangan, maka pengambilan Penelituan
keputusan dapat dilakukan dengan linear additive
model, di mana semua alternatif akan memiliki skor Pengumpulan data
terbobotkan (weighted score). Dalam hal ini alternatif
yang lebih disukai akan memiliki nilai skor Data Perimer : Kuisioner/ Data Sekunder : Data
penangana jalan
Wawancara Volume lalu lintas
terbobotkan yang tertinggi. , dan Tata guna lahan
Kabupaten Lombok
Tenagah T.A 2014-2015

Penyusunan Hirarki Model

METODOLOGI AHP Penentuan kriteria

1. TAHAPAN PENELITIAN Penentuan Sub Kriteria Analisis penentuan


Skala prioritas jalan
Tahapan dalam penelitian ini dimulai dengan berdasarkan SK
No.77/KPTS/Db/199
melakukan studi pendahuluan yang meliputi : Analisis pembobotan dalam 0
Penentuan skala prioritas jalan
pengnalan daerah studi, tinjauan pustaka, identifikasi dengan metode AHP
data dan perangkat lunak yang digunakan. Dari studi
pendahuluan yang dilakukan, dilanjutkan dengan
identifikasi masalah sehingga dapat disusun latar
belakang masalah dan rumusan masalah serta
penetapan tujuan penelitian ini. Selanjutnya
dilakukan pengumpulan data baik diperoleh dari data
primer maupun dari data sekunder. Data primer
Uji Konsistensi
dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner atau CR ≤ 1
wawancara kepada pihak-pihak (stakeholder) yang
berkompeten dalam penangan jalan Kabupaten
Lombok Tengah. Sedangkan data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari data penanganan jalan Ya
A B
Kabupaten Lombok Tengah pada tahun anggaran
2012-2016 serta pedoman perencanaan Kabupaten
Lombok Tengah sesuai SK No.77/KPTS/Db/1990
Dirjen Bina Marga. Langkah selanjutnya akan Analisis skala prioritas dengan metode AHP
dilakukan penentuan urutan perioritas penanganan
jalan Kabupaten dengan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) yang diawali dengan penyusunan Penyandingn hasil Skala prioritas jalan AHP
hirarki yaitu dengan penentuan keriteria dan dengan SK o.77/KPTS/Db/1990
penentuan subkriteria. Selanjutnya dilakukan analisis
pembobotan dalam penentuan sekala prioritas jalan
Kesimpulan dan Saran
dengan metode AHP. Hasil skala prioritas
yaitu Bappeda Kabupaten Lombok Tengah dan
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang
2. STUDI PENDAHULUAN Bina Marga Kabupaten Lombok Tengah. Data
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam tersebut meliputi : data kondisi jalan, data volume
studi pendahuluan ini pada dasarnya adalah untuk lalu lintas, dana anggaran biaya penanganan
mengidentifikasi ketersediaan sarana pendukung pemeliharaan jalan permeter persegi, kebijakan dan
dalam melakukan penelitian ini. Hal-hal tersebut tata guna lahan serta pedoman perencanaan jalan
meliputi pemilihan lokasi studi, ketersediaan data, kabupaten berdasarkan SK No. 77/KPTS/Db/1990
ketersediaan pustaka atau literatur referensi dan Dirjen Bina Marga. Cara-cara pengumpulan data
ketersediaan alat bantu dalam hal ini perangkat lunak sekunder yaitu : Permintaan data diajukan secara
untuk melakukan analisis data. Hal ini dilakukan tertulis, data yang diminta adalah : Kriteria yang
mengingat suatu studi tentu dibatasi oleh digunakan untuk menentukan skala prioritas
ketersediaan waktu dan dana. Hasil dari studi penanganan pemeliharaan jalan kabupatn di
pendahuluan ini adalah sebagai berikut : Lokasi Kabupaten Lombok Tengah. Data yang berhubungan
penelitian, yaitu 35 ruas jalan tinjauan diwilayah dengan kriteria yang digunakan untuk penentuan
Kabupaten Lombok Tengah. Waktu penelitian, skala prioritas penanganan pemeliharaan jalan
penelitian ini dilakukan dari pagi jam 07.00 sampai kabupaten di Kabupaten Lombok Tengah. Data harus
sore jam 18.00 disesuaikan dengan jam kerja sesuai dengan indikator 1 (satu), maka data tersebut
pemerintah. Obyek penelitian dilakukan pada Bidang direkapitulasi dan dikompilasi ke masing-masing
Bina Marga Dinas PU Kabupaten Lombok Tengah, unsur kelompok penanganan jalan kabupaten,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dengan tujuan : Sebagai dasar dalam penyusunan
Kabupaten Lombok Tengah, Dinas Perhubungan struktur hirarki, Sebagai dasar olahan dalam
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lombok penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan
Tengah, Anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah jalan kabupaten yang akan ditinjau. Selanjutnya
pada Komisi Pembangunan. Data perencanaan disusun kuisioner untuk digunakan sebagai
penanganan jalan kota tahun anggaran 2012-2016 di instrumen dalam pengumpulan data primer.
dapat dari Bidang Perencanaan Teknis Rancangam kuisioner dalam penelitian ini
Kebinamargaan Dinas Pekerjaan Umum dan diperlihatkan pada lampiran B. Pada penelitian ini,
Penataan Ruang Kabupaten Lombok Tengah. Pustaka penyusunan kuisioner berdasarkan kriteria yang
atau literatur referensi sebagai acuan landasan teori ditentukan dengan melibatkan beberapa stakeholders
diperoleh dari beberapa textbook yang berkaitan yang berkompeten dalam penanganan pemeliharaan
dengan metode AHP dan acuan berdasarkan Surat jalan di Kabupaten Lombok Tengah yaitu Kepala
keputusan Dirjen Bina Marga N0. 77/KPTS/Db/1990 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Jalan dan Kabupaten Lombok Tengah, Kepala Bidang Bina
Penyusunn Program Jalan Kabupaten. Perangkat Marga, Staf Teknis dari Bappeda Kabupaten
lunak sebagai alat bantu yang digunakan dalam Lombok Tengah. Skala pengukuran sikap responden
melakukan analisis dapat digunakan program dalam penentuan prioritas penanganan pemeliharaan
Microsoft Excell. jalan kabupaten di Kabupaten Lombok Tengah
3 PENGUMPULAN DATA digunakan skala penilaian saaty (1986). Untuk
Pada studi ini dilakukan pengumpulan data mempermudah responden dalam memberi jawaban
yang meliputi data primer dan data sekunder. Data atas penilaiannya maka kisioner disusun dalam
perimer yang diperoleh adalah data yang dicatat dan bentuk interval dalam sekala 1 sampai dengan 9
didapat langsung dari obyek penelitian melalui berdasarkan nilai preferensi berpasangan dari Saaty
wawancara/interview dan data sekunder diambil (1986) dan dengan melingkari/member tanda √ pada
langsung dari instansi pemerintah Kabupaten salah satu angka pada interval terhadap penilaian
Lombok Tengah. Adapun cara-cara pengumpulan yang diberikan, dimana masing-masing skala
data dalam penelitian ini penjelasannya pada sub-sub menunjukkan tingkat kepentingan indikator kriteria
bab berikutnya. yang dibandingkan terhadap indikator kriteria yang
1 Pengumpulan Data Sekunder. melingkupinya. Pada penelitian ini dilakukan
Pengumpulan data sekunder adalah untuk penyebaran kuisioner dengan wawancara langsung
menentukan skala prioritas penanganan jalan kepada responden yang mempunyai tugas, fungsi
Kabupaten Lombok Tengah. Data sekunder diperoleh dan pengalaman di bidang penanganan pemeliharaan
dari instansi pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan perencanaan jalan kabupaten di Kabupaten
Lombok Tengah. Penyebaran kuisioner kepada 30 tidak, dan apabila ada pertanyaan yang
(tiga puluh) responden dipilih secara perposive yaitu membingungkan bai para responden maka interview
pemilihan responden berdasarkan pertimbangan tidak dapat dilanjutkan sampai pada batas responden
dengan persyaratan responden yang dipilih memiliki mengerti betul terhadap pertanyaan yang akan
pengetahuan dan kompetensi dibidang penanganan dijawab. Apabila ada pertanyaan hal-hal yang masih
pemeliharaan jalan. Adapun respons expert yang meragukan/membingungkan responden maka
dipilih terdiri dari :Pemerintah Kabupaten Lombok dilakukan penjelasan ulang terhadap pertanyaan akan
Tengah; Kadis PU Kabupaten Lombok Tengah (1 dijawab. Hasil jawaban penilaian level hirarki yang
orang), Kabid Bina Marga (1 orang), Kasi diperoleh dari responden sangat menentukan
Pemeliharaan dan Rehabilitasi jalan Bidang Bina besarnya bobot elemen level hirarki yang diperoleh
Marga ( 1 orang), Kasi perencanaan kebinamargaan dari responden level hirarki, apabila ditemukan hasil
( 1 orang), Kasi peningkatan dan pembangunan jalan penilaian responden setelah diuji tingkat konsisten
Bidang Bina Marga ( 1 orang), Staf seksi (rasio konsisten) jawaban responden melebihi batas
perencanaan Bidang Bina Marga ( 10 orang), Kabid 100% maka dilakukan pengulangan interview
Tata Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum dan sampai memperoeh tingkat konsistensi ≤ 10%.
Penataan Ruang ( 1 orang), Staf Ka Bidang Tata 3. Jenis Data
Ruang ( 5 orang), Kabid Bidang Fisik dan Prasarana Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
di Bappeda (1 orang), Staf Kabid Bidang Fisik dan yaitu : Data primer adalah data yang diperoleh
Prasarana di Bappeda ( 2 orang),. Akademisi, Kepala secara langsung dari hasil penelitian lapangan (Field
laboratorium Transportasi Universitas Mataram ( 1 Research) melalui wawancara langsung yang dalam
orang), Staf laboratorium Trasportasi Universitas penelitian ini menggunakan kuisioner yaitu daftar
Mataram ( 1 orang). Badan Legislatif. Anggota pertanyaan yang relepan dengan objek penelitian
DPRD Kabupaten Lombok Tengah Komisi C ( 1 pada instansi terkait dikabupaten Lombok Tengah.
orang). Wakil Masyarakat (Tokoh Masyarakat). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak
Kepala Dusun pada masing-masing ruas jalan yang lain maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan
diteliti dipilih secara acak ( 2 orang)/ Waktu penelitian ini.
penyebaran kuisioner kepada responden dilaksanakan 4 Sumber Data
selama 2 (dua) bulan. Adapun data yang dikumpulkan bersumber
2. Pengumpulan Data primer dari : Data kuantitatif adalah data numerik yang
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam dapat memberikan penapsiran yang kokoh atau
penelitian ini pengumpulan data primer dengan kata lain data yang berupa angka-angka yang
menggunakan metode kuisioner/interview. Tahapan diperoleh dari realisasi Dokumen Anggaran Satuan
dalam melakukan kuisioner pada responden dalam Kerja (DASK) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
penelitian ini : Memberikan pertanyaan pada Ruang Kabupaten Lombok Tengah Bidang Bina
responden secara tertulis dengan model pertanyaan Marga Periode 2012-2016. Data kualitatif adalah
berupa skala prioritas. Kuisioner diberikan pada data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
responden, kemudian dijelaskan secara umum pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian.
maksud dan cara menjawab dari masing-masing Populasi dan Metode Penarikan Sampel; Menurut
pertanyaan pada kuisioner yang harus dijawab. Sugiyono (1999:72) Populasi adalah wilayah
Interview dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
yang disepakati oleh para responden dengan mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
pertimbangan: Waktu dari para responden untuk ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
mempelajari dan memahami pertanyaan yang harus kemudian diambil kesimpulannya. Sedangkan
dijawab. Waktu yang paling luang untuk menurut Bintoro (1996:42) Populasi adalah
melaksanakan interview. Beban psikologis responden himpunan individu/subjek yang banyak, terbatas atau
saat menjawab pertanyaan. Akibat pertimbangan tidak terbatas. Berdasarkan pengertian tersebut diatas
pada item 3.c para responden diharapkan menjawab maka yang menjadi populasi dari penelitian ini yaitu
pertanyaan pada saat tidak terjadi beban fsikologis, seluruh subjek/objek individu yang berkompeten
sehingga interview hanya dilakukan terhadap hal-hal berkaitan dengan objek penelitian di instansi terkait
atau pertanyaan yang meragukan/membingungkan di Kabupaten Lombok Tengah yaitu berdasarkan
responden. Saat dilakukan interview, responden yang dikatakan oleh Sugiyono dengan cara
ditanya apakah dari pertanyaan yang akan ditanyakan menetukan ukuran sampel yang sangat praktis, yaitu
membingungkan/meragukan bagi responden apa dengan tabel Krejccie. Dengan cara tersebut tidak
perlu dilakukan perhitungan yang rumit. Krejcie Kabupaten Lombok Tengah. Level II (Kriteria)
dalam melakukan perhitungansampel didasarkan atas terdiri dari beberapa kriteria dalam menentukan
kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu prioritas penanganan pemeliharaan jalan. Kriteria
mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. tersebut yaitu Faktor Kondisi Jalan (A), Faktor
Tabel 3.1. Tabel Krejcie (Perhitungan Sampel) Volume Lalu Lintas (B), Faktor Ekonomi (C),
N S N S N S Faktor-Faktor Tata Guna Lahan (D). Level III
10 10 220 140 1,200 291 (Pengembangan dari level II, yang disebut Sub
15 14 230 144 1,300 297 kriteria kondisi jalan, volume lalu lintas, ekonomi,
20 19 240 148 1,400 302 diperoleh dari SK No. 77/KPTS/Db/1990 Dirjen
25 24 250 152 1,500 306 Bina Marga. Sedangkan Sub kriteria tata guna lahan
30 28 260 155 1,600 310 diperoleh dari RTRW Kabupaten Lombok Tengah
35 32 270 159 1,700 313 No. Tahun 2011.
40 36 280 162 1,800 317 3.5. Analisis Data
45 40 290 165 1,900 320 Analisis data merupakan pekerjaan yang terintegrasi
setelah data didapatkan, kemudian dikumpulkan
50 44 300 169 2,000 322
untuk direkapitulasi sesuai kebutuhan dan
55 48 320 175 2,200 327
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode
60 52 340 181 2,400 331
AHP dan membandingkan hasil analisis tersebut
65 56 360 186 2,600 335 dengan hasil analisis yang didapat berdasarkan SK
70 59 380 191 2,800 338 No. 77/KPTS/Db/1990 Dirjen Bina Marga.
75 63 400 196 3,000 341 Selanjutnya diperoleh hasil yang dapat memberikan
80 66 420 201 3,500 346 gambaran yang jelas untuk menentukan pilihan
85 70 440 205 4,000 351 penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan
90 73 460 210 4,500 354 jalan dari kedua metode tersebut. Diagram alir
95 76 480 214 5,000 357 analisis data penentuan skala prioritas penanganan
100 80 500 217 6,000 361 pemeliharaan jalan kabupaten di Kabupaten Lombok
110 86 550 226 7,000 364 Tengah.
120 92 600 234 8,000 367
130 97 650 242 9,000 368
140 103 700 248 10,000 170 HASIL DAN PEMBAHASAN
150 108 750 254 15,000 375
160 113 800 260 20,000 377 Berdasarkan bobot kriteria dengan metode AHP,
170 118 850 265 30,000 379 diaplikasikan pada pelaksanaan penentuan prioritas
180 123 900 269 40,000 380 pemeliharaan penenganan jalan seperti dijelaskan
190 127 950 274 50,000 381 berikut ini :
100
200 132 0 278 75,000 382 Kondisi jalan di Kabupaten Lombok Tengah
dikelompokkan menjadi 3 kategori penilaian yaitu :
110 100,00 Nilai (1) kondisi baik, Nilai (2) kiondis sedang, Nilai
210 136 0 285 0 384 (3) kondisi rusak. Tingkat kerusakan ditentukan pada
N = Populasi S = Sampel prosentase luas kerusakan yang terjadi terhadap luas
Sumber : Sugiyono (2005 : 63) seluruh perkerasan. Type dan kategori kerusakan jalan
ditrentukan sebagai berikut :
3.4 VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang dipakai pada penelitian ini
terdiri dari kriteria/pertimbangan yang menjadi latar Tabel 5.1 Klasifikasi Kerusakan Permukaan Jalan
belakang prioritas penanganan pemeliharaan jalan
kabupaten di Kabupaten Lombok Tengah. Variabel Jalan Beraspal Jalan Tak Beraspal
pada penelitian ini baru akan dirumuskan dalam
bentuk struktur hirarki setelah didapatkan data a. Tampak h. Lubang-
sekunder. Dalam penelitian ini penyusunan level permukaan/tekstur (tidak lubang
hirarki yang digunakan dalam metode Analytical digunakan untuk
Hierarchy Process (AHP) terdiri dari 3 (tiga) level penilaian) i.Titik-titik lembek
yaitu : Level I (Tujuan) adalah menentukan skala
prioritas penanganan pemeliharaan jalan kabupaten di
2 = Sedang : Bentuk dan kemiringan buruk

b. Lubang-lubang j. Erosi permukaan 3 = Rusak : Bahu terlalu tinggi/rendah < 10 cm

c.Legokan-legokan/amblas k. Alur bekas 4 = Rusak berat : Bahu terlalu tinggi/rendah >10 cm atau tanpa bahu padahal
roda diperlukan

d. Retak-retak
Bahu jalan pada jalan tidak beraspal diasumsikan integreal (jad satu) dengan
l.Bergelombang perkerasan. Sebagai pedoman, kisaran prosentase luas di atas memil;iki ukuran
dalam meter persegi perkilometer dengan asumsi lebar perkerasan empat meter.
e.Alur bekas roda (+ rusak Untuk suatu bagian seratus meter angka-angka tersebut harus dibagi sepuluh
tepi) m. Kemiringan sebagai contoh : suatu bagian jalan beraspal dengan lubang-lubang seluas 4 – 20
melintang m2 , masuk dalam kategori sedang..

f. Bahu jalan Tabel 5.3 Luas Kerusakan Yang Terjadi Terhadap Luas Seluruh Perkerasan
Persatuan Jarak
g. Kemiringan Jalan Beraspal Tingkat Kerusakan
melintang
(B) (S) (R) (SR)
Rusak
Baik Rusak Rusak Berat
Sumber : SK No. 77.KPTS?Db?1990 Dirjen Bina
Marga. B. Lubang-lubang 0-40 40-200 200-600 >600
400-
C. Legokan/Amblas 0-200 200-400 2000 >2000
Tabel 5.2 Prosentase Luas Kerusakan Yang Terjadi 500-
D. Retak-retak 0-100 100-500 1000 >1000
Terhadap Luas Seluruh Perkerasan Persatuan Jarak 200-
(Untuk Jalan Beraspal) e. Alur bekas roda 0-100 100-200 1000 >1000

Jalan Beraspal Tingkat Kerusakan Jalan Tak Beraspal (B) (S) (R) (SR)
400-
(B) (S) (R) (SR) f. Lubang-lubang 0-100 100-400 1000 >1000
Rusa 400-
Bai Rusa k g. Titik-titik lembek 0-100 100-400 1000 >1000
400-
k k Rusak Berat h. Erosi permukaan 0-100 100-400 1000 >1000
B. Lubang-lubang 0-1 1-5 5-15 > 15 600-
l. Alur bekas roda 0-200 200-600 1000 >1000
C. Legokan/Amblas 0-5 5-10 10-50 >50 400-
j. Bergelombang 0-100 100-400 1000 >1000
D. Retak-retak 0-3 3-12 12-25 >25
e. Alur bekas roda 0-3 3-5 5-25 >25 Sumber : SK No. 77.KPTS?Db?1990 Dirjen Bina Marga.

Tabel 5.4 Kategori Pekerjaan Pemeliharaan


Sumber : SK No. 77.KPTS?Db?1990 Dirjen Bina
Marga. Nilai (6-10) Nilai (11-16) Nilai (16-24)
Pemkeliharaan Pemeliharaan
Rutin Pemeliharaan Periodik Lainnya
Untuk kategori K (kemiringan melintang jalan) (MR) (Baik) (MP) (Sedang) (Rusak/Jelek/Berat)
dilakukan penilaian sebagai berikut : Pengaspalan tipis Pekerjaan
Ringan ( R ) ulang penyangga (H)

1 = Baik : 4 – 2 % Sedang ( S ) Pe4lapisan aspal/

Pengkerikilan ulang
Pekerjaan berat
2 = Sedang : 2 – 0 % Berat ( B ) Pekerjaan drainase (PK) :
rehabilitasi /
Pekerjaan jembatan rekonstruksi
3 = Rusak : tidak rata, kemiringan buruk
Pekerjaan campuran

4 = Rusak berat : tidak bebrbentuk


Sumber : SK No. 77.KPTS?Db?1990 Dirjen Bina
Untuk kondisi L (kondisi bahu jalan) dilakukan penilaian sebagai berikut : Marga.

1 = Baik : Bentuk dan kemiringan memadai Selanjutnya dapat dikelompokkan prioritas


pemeliharaan penanganan jalan tersebut berdasarkan menentukan prioritas pemeliharaan penanganan
penilaian yang dilakukan. Penilaian ruas jalan jalan dengan permasalahan yang lebih kompleks
berdasarkan tingkat kerusakan jalan di Kabupaten sedangkan SK No. 77.KPTS?Db?1990 Dirjen
Lombok Tengah. Bina Marga untuk menentukan prioritas
pemeliharaan penanganan jalan dengan
Dari data hasil perhitungan prioritas pemeliharaan permasalahan yang sederhana terutama pada
penanganan jalan yang diperoleh berdasarkan SK No. faktor kepadatan lalu lintas (LHR).
77.KPTS?Db?1990 Dirjen Bina Marga. Dengan
pembobotan kriteria mendapatkan perubahan urutan
prioritas pemeliharaan penanganan jalan, terjadi
disebabkan oleh hal-hal yakni :

1. Jumlah penilaian pada jalan kondisi maksimal

2. Jumlah LHR tinggi

3. Jumlah NPV tinggi

4. Biaya kegiatan tinggi

5. Pemanfaatan tata guna lahan tinggi

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan


maka dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Perioritas pemeliharaan penanganan jalan


Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan
metode AHP, dengan koefisien faktor-faktor
yang digunakan yaitu : faktor, jenis
pekerjaan, kondisi jalan, volume lalu lintas,
tata guna lahan dan faktor ekonomi. Ukuran
pertama Prioritas pemeliharaan penanganan
jalan pada jalan--jalan penghubung pariwisata
dan jalur prekonomian dan urutan terendah
pemeliharaan pananganan jalan yaitu pada
ruas-ruas jalan pertanian dan perkebunan dan
jalan yang menuju kepedesaan.

2. Perbandingan urutan pemeliharaan


penanganan jalan bila kita bandingkan
dengan kedua data yaitu data berdasarkan SK
No. 77.KPTS?Db?1990 Dirjen Bina Marga dan
data-data hasil survey dan kuisioner diperoleh
bahwa penentuan urutan prioritas pemeliharaan
penanganan jalan yaitu metode AHP menempati
prioritas pemeliharaan jalan urutan pertama
sedangkan dari analisa data SK No. 77.KPTS?
Db?1990 Dirjen Bina Marga menempati urutan
kedua disebabkan karena metode AHP untuk

Anda mungkin juga menyukai