Zulkarnain Massadri
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Mataram
email: massadrizulkarnain@yahoo.co.id
Abstrak: Jalan adalah prasarana dasar yang harus didukung oleh ekonomi daerah yang cukup
memadai sehingga dapat berlangsung, namun ketersediaan dana APBD yang memang terbatas
dan pengalaman daerah dalam menyusun anggaran masih minim, maka kondisi adanya
kekurangan dana penanganan untuk jalan tidak dapat dihindari. Hal ini menandakan bahwa sangat
diperlukan adanya panduan yang jelas bagi daerah dalam memilih jenis pekerjaan untuk
mengalokasikan dana, terutama untuk membiayai pemeliharaan infrastruktur jalan, setidaknya
bahwa agar dana untuk jalan tetap memadai, minimal jalan yang telah ada dapat dipelihara
sehingga dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan yang disebutkan pula mengenai pemeliharaan
jalan di pasal 1 ayat 8, serta pembagian wewenang Pemerintah yang tercantum pada pasal 59 ayat
1. Selain itu, adanya pengkajian, penelitian dan pengembangan di bidang jalan yang mencakup
aspek perencanaan, pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian,
dan pemeliharan, teknologi bahan dan alat, tata laksana serta pengawasan dan pengendalian
tercantum pada pasal 82 ayat 3 dan dijelaskan kembali mengenai pembangunan jalan dan
program penanganan jaringan jalan pada pasal 83 dan pasal 84 ayat 3. Serta dijelaskan lebih
detail mengenai pengoperasian dan pemeliharaan jalan pada Paragraf 6 pasal 96 - pasal 101.
Karena penelitian ini untuk menyusun sistem pendukung keputusan penentuan prioritas
pemeliharaan jalan kabupaten. Atas dasar tersebut maka tujuan penelitian ini adalah dapat
mengidentifikasi jaringan jalan, kerusakan jalan dan jenis pekerjaan pemeliharan jalan. Menyusun
pilihan kriteria jalan berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat kerusakan jalan. Menyusun prioritas
jenis pekerjaan dan rencana anggaran biaya berdasarkan ketersediaan dana di Kabupaten Lombok
Tengah. Penelitian ini dititik beratkan pada tujuan dengan memberi arah yang labih baik dan jelas.
Data jalan kabupaten lombok tengah yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah data jalan
sesuai dengan keputusan Bupati Kabupaten Lombok Tengah tentang Penetapan Status Ruas Jalan
Kabupaten Lombok Tengah No. 327 tahun 2012 tanggal 11 juli 2012 , kelas jalan lokal, dengan
jenis penanganan/permukaan hotmix pada jalan kondisi rusak.Metode penentuan skala prioritas
penanganan pemeliharaan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
yang disandingkan dengan metode SK No.77/KPTS/Db/1990 Dirjen Bina Marga. Kemudian
dianalisa bagaimana urutan skala prioritas berdasarkan SK No.77/KPTS/Db/1990 Dirjen Bina
Marga menggunakan faktor penentu skala prioritas pemeliharaan penanganan jalan adalah faktor
Volume Lalu Lintas (LHR) dan Net Present Value (NPV). Sedangkan metode AHP
mengkombinasikan beberapa faktror adalah kondisi jalan, volume lalu lintas, manfaat ekonomi
dan aspek tataa guna lahan. Hasil penanganan pemeliharaan jalan dengan skala prioritas jenis
pekerjaan di Kabupaten Lombok Tengah adalah hasil pembobotan kriteria berdasarkan persepsi
responden wakil stakeholder Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Masyarakat
menghasilkan bobot kriteria yaitu Kondisi struktur jalan dengan bobot 0,385, Kondisi lalu lintas
dengan bobot 0,329, Kondisi pelayanan dengan bobot 0,149, dan Tuntutan masyarakat dengan
bobot 0,137. Prioritan penanganan pemeliharaan jalan per jenis pekerjaan penanganan
pemeliharaan dilakukan dengan membandingkan matrik kinerja tiap ruas jalan sebagai hasil
perkalian antara bobot kriteria dengan hasil skorring. Penerapan Skenario alokasi dana sebesar
100%, 50%, 25% dari ketersediaan dana yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok
Tengah. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa penilaian dan pembobotan terhadap kriteria dapat
menunjukkan urutan prioritas pemeliharaan jalan yang sesuai dengan kemampuan yang ada.
Untuk itu metode AHP dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan prioritas penanganan
pemeliharaan jalan di Kabupaten Lombok Tengah
Jalan/ Bangun
Untuk masing-masing modus tersebut dapat dibagi
Pelengkap lagi kedalam beberapa jenis kerusakan. Untuk lebih
Jalan (Other cyclic
and 5 23 26 29 32 35 38 41 rinci tentang jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur
reactiveworks)
Overlay secara
akan diuraikan pada buku seri panduan pemeliharaan
periodik dan
Rehabilitasi jalan kabupaten yang lainnya, yaitu Buku Teknik
Perkerasan Jalan
(Periodic overlay and Pemeliharaan Perkerasan Lentur (DPU, Seri
pavement
reconstruction) 6 42 43 44 45 46 47 48 Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, 2005).
Sumber : DPU, Teknik Pengelolaan Jalan, Seri Panduan Tinjauan SK:77/KPTS/Db/1990 Perencanaan Umum
Pemeliharaan Jalan Kabupaten, 2005 Jalan Kabupaten Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Tabel 2.5 Matrik Prioritas Pemeliharaan Jalan Penyusunan Program Jalan Kabupaten ini terhitung
Kategori Lalu sejak tanggal ditetapkannya pada Bulan Juli Tahun
LHR Jenis Perkerasan
lintas 1990 oleh Bina Marga, Dept. PU melalui
Jalan SK:77/KPTS/Db/1990. Sebagai buku petunjuk
LL-1 Strategis Diperkeras
LL-2 > 1.000 Diperkeras teknis maka secara substansial buku ini berisi
LL-3 500 - 1.000 Diperkeras prosedur perencanaan umum dan penyusunan
LL-4 200 - 500 Diperkeras program jalan dan jembatan kabupaten untuk
LL-5 > 200 Tidak Diperkeras pekerjaan berat (rehabilitasi, peningkatan) dan
LL-6 < 200 Diperkeras pekerjaan ringan (terutama pemeliharaan). Sebagai
LL-7 50 - 200 Tidak Diperkeras
catatan buku ini hanya memuat prosedur (urutan
LL-8 < 50 Tidak Diperkeras pelaksanaan kegiatan) dengan asumsi bahwa detail
Sumber : DPU, Teknik Pengelolaan Jalan, untuk perencanaan dan desain teknis sudah dimuat
Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, 2005 dalam buku petunjuk lain. Tujuan umum dari
Jenis Kerusakan Jalan; Jenis kerusakan pada Prosedur Perencanaan dan Penyusunan Program ini
perkerasan jalan dapat dikelompokkan atas 2 macam, adalah untuk membantu kabupaten dalam
yaitu: memelihara dan mengembangkan jaringan jalan
a. Kerusakan Struktural dengan cara yang efisien, agar menunjang
Kerusakan struktural adalah kerusakan pada pengembangan ekonomi dan sosial daerah tersebut.
struktur jalan, sebagian atau keseluruhanya, yang Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu memberi pengetahuan kepada staf kabupaten di
mendukung beban lalu lintas. Untuk itu perlu adanya dalam melaksanakan pekerjaan survey, analisa dan
perkuatan struktur dari perkerasan dengan cara evaluasi, sesuai dengan prosedur yang sistematis dan
pemberian pelapisan ulang (overlay) atau perbaikan menuju ke arah persiapan yang tepat waktu dari
kembali terhadap lapisan perkerasan yang ada. program tahunan dalam standar yang konsisten,
b. Kerusakan Fungsional memberi kepastian bahwa alokasi sumber daya
Kerusakan fungsional adalah kerusakan pada berdasarkan kategori pekerjaan (yakni, pekerjaan
permukaan jalan yang dapat menyebabkan berat, pemeliharaan dan pekerjaan ringan lain)
terganggunya fungsi jalan tersebut. Kerusakan ini ditentukan secara rasional, memberi kepastian bahwa
dapat berhubungan atau tidak dengan kerusakan penentuan pemilihan prioritas pekerjaan berat,
struktural. Pada kerusakan fungsional, perkerasan didasarkan atas kriteria ekonomi yang sederhana
jalan masih mampu menahan beban yg bekerja namun rasional, sehingga dapat memberikan tingkat
namun tidak memberikan tingkat kenyamanan dan kepercayaan yang memadai baik bagi donor maupun
keamanan seperti yang diinginkan. Untuk itu lapisan instansi pemerintah bahwa investasi yang diusulkan
permukaan perkerasan harus dirawat agar permukaan telah sesuai, mendokumentasikan dan membangun
kembali baik. Indikasi yang menunjukkan kearah database dari informasi mengenai jaringan jalan
kerusakan jalan, baik kerusakan fungsional dan untuk keperluan pemantauan dan perencanaan lebih
kerusakan struktural, dapat bermacam-macam yang lanjut, dapat mencakup perencanaan bagi semua
dapat dilihat dari bentuk dan proses terjadinya. pembiayaan jalan kabupaten, tanpa melihat dari
Indikasi yang timbul pada permukaan perkerasan mana sumber pendanaannya. Klasifikasi Kondisi
dapat mempengaruhi nilai kekasaran pada Jalan. Dalam analisis perencanaan dan penyusunan
perkerasan. Secara garis besar, kerusakan pada program jalan kabupaten ruas jalan secara umum
perkerasan beraspal dapat dikelompokkan atas empat dikelompokkan dalam 2 bagian, yakni: Jalan
modus kejadian, yaitu (Austorads, 1987) retak, cacat Mantap, yakni jalan stabil dan selalu dapat
diandalkan untuk dilalui kendaraan roda empat Judgment, prinsip ini berarti membuat penilaian
sepanjang tahun, terutama yang kondisinya sudah tentang kepentingan relatif dan elemen pada suatu
baik/sedang, Jalan Tidak Mantap, yakni jalan yang tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan
tidak stabil dan tidak dapat diandalkan untuk dilalui diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP,
kendaraan roda empat sepanjang tahun, terutama karena akan berpengaruh pada prioritas elemen-
yang kondisinya rusak/rusak berat. Dalam hal ini elemen. Synthesis of Priority, dari setiap matriks
jalan tidak mantap dikelompokkan ulang menjadi: pairwise comparison vector eigennya mendapat
jalan terbuka yang dapat dilalui kendaraan roda prioritas lokal, karena pairwise comparison terdapat
empat sepanjang tahun, jalan tertutup yang tidak pada setiap tingkat, maka untuk melakukan
dapat dilalui kendaraan roda empat untuk sepanjang penggabungan harus dilakukan perpaduan diantara
atau sebagian tahun. Klasifikasi kondisi ruas jalan prioritas lokal, prosedur melakukan perpaduan
apakah masuk dalam kelompok mantap ataupun tidak berbeda menurut bentuk hirarki. Logical
mantap dalam dokumen SK:77/KPTS/Db/1990 tidak Consistency, konsistensi memiliki dua makna yang
disampaikan secara eksplisit, namun pada bagian pertama bahwa obyek-obyek yang serupa dapat
kanan bawah Formulir S1 disampaikan kriteria dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya.
umum klasifikasi kondisi jalan berdasarkan % Kedua adalah tingkat hubungan antar obyek-obyek
kerusakan jalan menurut tipe kerusakan relatif yang didasarkan pada kriteria tertentu. Beberapa
terhadap total luas jalan yang disurvey. Pada Tabel keuntungan menggunakan AHP (Saaty, 1986)
2.7 disampaikan kriteria klasifikasi kondisi jalan sebagai alat analisis adalah: Dapat memberi model
Kabupaten baik untuk jalan yang beraspal maupun tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
jalan tanah. beragam persoalan yang tak berstruktur. Dapat
Tabel 2.7 Kriteria Klasifikasi Kondisi Jalan memadukan rancangan deduktif dan rancangan
Kabupaten berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan
Tingkat kerusakan permukaan (m2/km) kompleks. Dapat menangani saling ketergantungan
No Tipe Kerusakan
Baik Sedang Rusak
Rusak elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak
Berat
memaksakan pemikiran linier. Mencerminkan
1 Jalan Beraspal
kecendrungan alami pemikiran untuk memilah-milah
1.A Lubang-lubang 0 - 40 40 - 200 200 - 600 >600
1.B Legokan 0 - 100 100 - 500 500 - 1000 >1000
elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat
1.C Retak-retak 0 - 200 200 - 400 400 - 2000 >2000 dan mengelompokkan unsur-unsur yang serupa
1.D Alur bekas roda 0 - 100 100 - 200 200 - 1000 >1000 dalam setiap tingkat. Memberi suatu skala dalam
2 Jalan Tanah Tingkat kerusakan permukaan (% luas) mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk
A Lubang-lubang 0-3 3 - 10 10 – 25 > 25 mendapatkan prioritas. Melacak konsistensi logis
B Titik-titik lembek 0-3 3 - 10 10 – 25 > 25 dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
C Erosi permukaan 0-3 3 - 10 10 – 25 > 25
dalam menetapkan berbagai prioritas. Menuntun
D Alur bekas roda 0-5 5 - 15 15 – 50 > 50
E Bergelombang 0-3 3 - 10 10 – 50 > 50 kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebijakan
Sumber: Formulir S1 Survey Penjajagan Kondisi Jalan, setiap alternatif. Mempertimbangkan prioritas-
SK:77/KPTS/Db/1990 prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan
Penentuan Skala Prioritas Dengan Analyrtical memungkinkan orang memilih alternatif terbaik
Hierarchi Process (AHP) berdasarkan tujuan mereka. Tidak melaksanakan
Analytical Hierarchi Process (AHP) atau proses konsensus tetapi mensintesis suatu hasil refresentatif
hirarki analitik adalah suatu metode yang sederhana dari penilaian yang berbeda-beda. Memungkinkan
dan fleksibel yang manampung kreatifitas dalam orang memperluas definisi mereka dalam suatu
penenganannya terhadap suatu masalah. Metode ini persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta
merupakan masalah dalam bentuk hirarki dan pengertian mereka melalui pengulangan. AHP dapat
masukan pertimbangan-pertimbangan untuk digunakan dalam memecahkan berbagai masalah
menghasilkan skala prioritas relatif (Saaty, 1986). diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya,
Dalam penyelesaian persoalan dengan metode AHP analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan
tersebut, dijelaskan pula beberapa prinsip dasar pringkat beberapa alternatif, melaksanakan
proses hirarki analitik yaitu : perencanaan kemasa depan yang diproyeksikan dan
Dekomposisi, setelah mendefinisikan menetapkan skala prioritas pengembangan suatu unit
permasalahan, maka perlu dilakukan dekomposisi usaha dan permasalahan kompleks lainnya (Anonim,
yaitu memecah persoalan utuh menjadi unsur- 1998). Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk
unsurnya sampai yang sekecil-kecilnya. Comparative memahami masalah yang kompleks dimana masalah
tersebut diuraikan kedalam elemen-elemen yang bobot dari suatu kriteria didasarkan pada ide yang
bersangkutan. Menyusun elemen-elemen tersebut relatif lanjut dari aljabar matriks dan menghitung
secara hirarki dan melakukan penilaian atas elemen bobot sebagai elemen dari suatu eigenvector yang
tersebut sekaligus menentukan keputusan mana yang diasosiasikan dengan maksimum eigenvector dari
diambil. Proses penyusunan elemen secara hirarki suatu matriks.
meliputi pengelompokan elemen komponen yang
sifatnya homogen dan penyususnan komponen
tersebut dalam level hirarki yang tepat. Hirarki juga
merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang
mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan
dampaknya pada sistem. Abstraksi ini mempunyai
bentuk yang saling terkait tersusun dalam suatu
sasaran utama (ultimate goal) turun ke sub-sub
tujuan, ke pelaku (aktor) yang memberi dorongan dan
turun ketujuan pelaku, kemudian kebijakan- Tabel 2.8 Skala penilaian antar Kriteria
kebijakan, strateg-strategi tersebut. Adapun abstraksi Perbandingan Nilai
Relatif antara
susunan hirarki keputusan seperti diperlihatkan pada Kriteria i dan
Difinisi
Penjelasan
Penilaian
Gambar 2.2 berikut ini Kriteria j
( Xy )
Level 1 : Fokus/sasaran/goal 1 Sama Dua kriteria (i dan j)
Level 2 : Fokus/kriteria Penting memiliki tingkat
Level 3 : Alternatif/sub kriteria kepentingan terhadap
efektifitas pemenuhan
Analytical Hierarchi Process mendeskripsikan tujuan yang sama
suatu pendekatan terstruktur dalam mengambil 3 Relatif Kriteria i sedikit lebih
Lebih penting/efektif
keputusan sebagai suatu pilihan umum (overall penting dibandingkan kriteria j
preference) diantara sejumlah alternatif yang dalam memenuhi tujuan
5 Lebih Kriteria i memiliki
dianggap mampu memenuhi serangkaian tujuan Penting tingkat kepentingan
(objectives). Pembobotan (weighting) diperoleh dari yang cukup besar
pairwise comparison hasil persepsi stakeholders dibandingkan kriteria j
dalam memenuhi tujuan
(aktor). Sedangkan skoring untuk jumlah alternatif 7 Sangat Kriteria i memliki
yang banyak paling cocok dilakukan dengan Penting tingkat kepentingan
yang sangat besar
pendekatan expert judgement dari ahli (dalam hal ini dibandingkan kriteria j
diwakili peneliti). Proses skoring dapat diminimalisir dalam memenuhi tujuan
porsi judgemental-nya jika variabel alternatif 9 Jauh Lebih Kriteria i memiliki
Penting tingkat kepentingan
diusahakan berupa data kuantitatif yang dapat yang
diperbandingkan secara langsung besarannya. Inti jauh lebih besar
dibandingkan kriteria j
dari Analytical Hierarchi Process adalah pada metoda dalam memenuhi tujuan
untuk mengkonversi perkiraan subyektif dari tingkat 2, 4, 6, 8 Nilai Penilaian diantara nilai
Antara relatif
kepentingan relatif ke dalam suatu set skor atau bobot Lainny
total. Metoda ini pertama kali dikemukakan oleh Sumber : Saaty, 1986
Saaty (1986). Input dasar untuk AHP adalah jawaban
para pengambil keputusan terhadap serangkaian Dari hasil perbandingan berpasangan tersebut akan
pertanyaan yang dalam bentuk umum dapat diperoleh suatu matrik perbandingan berpasangan,
diekspresikan sebagai berikut: "Seberapa penting contohnya disampaikan pada Tabel 2.9.
kriteria A relatif terhadap kriteria B?". Kondisi ini Tabel 2.9 Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan
menyatakan adanya perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Dalam hal ini penilaian Kriteria a b c d e f g
yang dikembangkan Saaty untuk mengidentifikasi e Xea b Xec Xed 1 Xef Xeg
Xf Xf penanganan pemeliharaan jalan Kabupaten Lombok
f Xfa b c Xfd Xfe 1 Xf
Xg Xg
Tengah yang diperoleh dari metode AHP akan
g Xga
Sumber : Saaty, 1986
b Xgc Xgd e Xgf 1 disandingkan dengan skala prioritas berdasarkab SK
Prosedur estimasinya relatif kompleks, dalam hal ini No. 77/KPTS/Db/1990 Dirjen Bina Marga. Adapun
alternatif yang lebih pantas adalah dengan mengikuti langkah-langkah penelitian ini, ditunjukkan pada
alur berikut ini: Diagram Alir Penelitian pad Gambar 3.1.
Hitung rata-rata geometrik dari setiap baris dalam Studi Pendahulun (Penentuan lokasi studi, tinjauan pustaka,
matriks, identifikasi data, (Kondisi Jalan, Vol. Lalu Lintas, Manfaat, Tata
Guna Lahan ), dan perangkat lunak yang digunakan
Jumlahkan seluruh rata-rata geornetrik yang
dihasilkan pada langkah (1),
Normalisasi setiap rata-rata geometrik dengan
Latar belakang dan rumusan masalah
membaginya dengan total seluruh rata-rata geometrik
yang dihitung pada langkah (2).
Dengan bobot kriteria dan skor yang dihitung dengan Tujuan
perbandingan berpasangan, maka pengambilan Penelituan
keputusan dapat dilakukan dengan linear additive
model, di mana semua alternatif akan memiliki skor Pengumpulan data
terbobotkan (weighted score). Dalam hal ini alternatif
yang lebih disukai akan memiliki nilai skor Data Perimer : Kuisioner/ Data Sekunder : Data
penangana jalan
Wawancara Volume lalu lintas
terbobotkan yang tertinggi. , dan Tata guna lahan
Kabupaten Lombok
Tenagah T.A 2014-2015
c.Legokan-legokan/amblas k. Alur bekas 4 = Rusak berat : Bahu terlalu tinggi/rendah >10 cm atau tanpa bahu padahal
roda diperlukan
d. Retak-retak
Bahu jalan pada jalan tidak beraspal diasumsikan integreal (jad satu) dengan
l.Bergelombang perkerasan. Sebagai pedoman, kisaran prosentase luas di atas memil;iki ukuran
dalam meter persegi perkilometer dengan asumsi lebar perkerasan empat meter.
e.Alur bekas roda (+ rusak Untuk suatu bagian seratus meter angka-angka tersebut harus dibagi sepuluh
tepi) m. Kemiringan sebagai contoh : suatu bagian jalan beraspal dengan lubang-lubang seluas 4 – 20
melintang m2 , masuk dalam kategori sedang..
f. Bahu jalan Tabel 5.3 Luas Kerusakan Yang Terjadi Terhadap Luas Seluruh Perkerasan
Persatuan Jarak
g. Kemiringan Jalan Beraspal Tingkat Kerusakan
melintang
(B) (S) (R) (SR)
Rusak
Baik Rusak Rusak Berat
Sumber : SK No. 77.KPTS?Db?1990 Dirjen Bina
Marga. B. Lubang-lubang 0-40 40-200 200-600 >600
400-
C. Legokan/Amblas 0-200 200-400 2000 >2000
Tabel 5.2 Prosentase Luas Kerusakan Yang Terjadi 500-
D. Retak-retak 0-100 100-500 1000 >1000
Terhadap Luas Seluruh Perkerasan Persatuan Jarak 200-
(Untuk Jalan Beraspal) e. Alur bekas roda 0-100 100-200 1000 >1000
Jalan Beraspal Tingkat Kerusakan Jalan Tak Beraspal (B) (S) (R) (SR)
400-
(B) (S) (R) (SR) f. Lubang-lubang 0-100 100-400 1000 >1000
Rusa 400-
Bai Rusa k g. Titik-titik lembek 0-100 100-400 1000 >1000
400-
k k Rusak Berat h. Erosi permukaan 0-100 100-400 1000 >1000
B. Lubang-lubang 0-1 1-5 5-15 > 15 600-
l. Alur bekas roda 0-200 200-600 1000 >1000
C. Legokan/Amblas 0-5 5-10 10-50 >50 400-
j. Bergelombang 0-100 100-400 1000 >1000
D. Retak-retak 0-3 3-12 12-25 >25
e. Alur bekas roda 0-3 3-5 5-25 >25 Sumber : SK No. 77.KPTS?Db?1990 Dirjen Bina Marga.
Pengkerikilan ulang
Pekerjaan berat
2 = Sedang : 2 – 0 % Berat ( B ) Pekerjaan drainase (PK) :
rehabilitasi /
Pekerjaan jembatan rekonstruksi
3 = Rusak : tidak rata, kemiringan buruk
Pekerjaan campuran
Simpulan