Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN

PELAYANAN FARMASI

RSI Dr. Subkhi Abdulkadir


2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya Alhamdulillah Pedoman Pelayanan RSI Dr.
Subki Abdulkadir telah kita miliki. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan dalam
peningkatan mutu pelayanan di lingkungan RSI Dr. Subki Abdulkadir.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami ucapkan kepada para Direksi
RSI Dr. Subki Abdulkadir yang telah memberikan dukungan moril dan materil
dalam pembuatan pedoman ini, para seluruh staf di Instalasi Farmasi RSI Dr. Subki
Abdulkadir yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan,
pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Semoga dengan pedoman ini, dapat menjadikan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit yang terdepan dan terpercaya dalam kualitas pelayanan dan pendidikan
kefarmasian yang islami, aman, profesional, cepat, nyaman, memenuhi standar
mutu, serta berorientasi pada keselamatan pasien, dapat segera terwujud.

Wassalamu’alaikum Wr Wb
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman
dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah
sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan,
merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan
farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan
farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Mengingat Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana
tercantum dalam Standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka
untuk membantu pihak rumah sakit dalam mengimplementasikan Standar
Pelayanan Rumah Sakit tersebut perlu dibuat Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit. Sehubungan dengan berbagai kendala sebagaimana disebut di
atas, maka farmasi rumah sakit menginventarisasi semua kegiatan farmasi
yang harus dijalankan dan berusaha mengimplementasikan secara prioritas
dan simultan sesuai kondisi rumah sakit.
B. Tujuan Pedoman
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di rumah sakit
3. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian
4. Untuk memperluas fungsi dan peran apoteker farmasi rumah sakit
5. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar


Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi
rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar
dirumah sakit tersebut.
1. Tujuan
a. Memberikan pelayanan pengobatan rasional Islami pada pelanggan dari
aspek klinis, efektif secara farmakoterapi, ekonomis, dan kemanusiaan.
b. Menjamin keselamatan pasien terkait obat
c. Menjamin finansial return yang memadai sehingga rumah sakit dapat
hidup dan berkembang.

2. Tugas Pokok
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan
danformularium rumah sakit.
3. Fungsi
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku.
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan


1) Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
( drug related problem) dan alat kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien dan atau
keluarga pasien.
6) Memberi konseling kepada pasien /keluarga pasien

D. Batasan Operasional

1. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak


mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta
pemulihan kesehatan, pada manusia dan atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
2. Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit
yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM),
pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian kepada
pasien/pelayanan farmasi klinik.

3. Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang


menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan
kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat,
serta penyelenggaraannya sesuai dengan standard pelayanan profesi yang
ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.

4. Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan kedalam


obat keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus diserahkan
kepada pasien oleh Apoteker.

5. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan


siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.

6. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan
obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.

7. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan


untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan
farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan
nutrisi.

8. Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang


digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian difarmasi
rumah sakit.

9. Resep adalah permintaan tertulis ataupun elektronik dari dokter, dokter


gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Personalia pelayanan farmasi rumah sakit adalah sumber daya manusia yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan
organisasi rumah sakit dengan persyaratan sebagai berikut.
1. Terdaftar di Departeman Kesehatan
2. Terdaftar di Asosiasi Profesi
3. Mempunyai izin kerja.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi


profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi
persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun
kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga
mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus
disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta
perkembangan dan visi rumah sakit.

1. Kompetensi
Apoteker : Sebagai
Pimpinan :
a. Mempunyai kemampuan untuk memimpin
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan
mengembangkan pelayanan farmasi
c. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
d. Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain
e. Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan
memecahkan masalah
f. Mampu memberikan pelayanan kefarmasian
g. Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian
h. Mampu mengelola manajemen praktis farmasi
i. Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian
j. Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan
k. Dapat mengoperasionalkan komputer
l. Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi klinik.

2. Analisa Kebutuhan Tenaga


a. Jenis Ketenagaan
Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga :
1) Apoteker
2) Sarjana Farmasi
3) Asisten Apoteker (AMF, SMF)
4) Operator Komputer /Teknisi yang memahami kefarmasian
5) Tenaga Administrasi

b. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-
faktor yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu
:
1) Kapasitas tempat tidur dan BOR
2) Jumlah resep atau formulir per hari
3) Volume perbekalan farmasi
4) Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian)

c. Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan
kebutuhan tenaga harus dipertimbangkan :
1) Kualifikasi pendidikan disesuaikan dengan jenis pelayanan/tugas fungsi
2) Penambahan pengetahuan disesuaikan dengan tanggung jawab
3) Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas.

d. Waktu Pelayanan
1) Pelayanan 3 shift (24 jam)
2) Pelayanan 2 shift
3) Pelayanan 1 shift
Disesuaikan dengan sistem pendistribusian perbekalan farmasi di rumah
sakit.
B. Pengaturan Jaga
jadwal pengaturan jaga di Instalasi Farmasi
Keterangan Waktu Petugas
Shift 1 07.30 – 14.30
Shift 2 14.00 – 21.00
Shift 3 21.00 – 07.30
Middle 11.00 – 19.00

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah
Ruang
(terlampir)

B. Standar Fasilitas Dan Peralatan


1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan
kefarmasian di rumah sakit.
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispansing serta ada penanganan
limbah.
d. Memenuhi persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan,
kelembapan, tekanan dan keamanan baik dari pencuri maupun
binatang pengerat.
e. Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, sinar/cahaya, kelembapan, ventilasi dan sistem pemisahan
untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas.
f. Ruang pelayanan harus cukup untuk seluruh kegiatan pelayanan
farmasi rumah sakit dan terpisah antara ruang pelayanan pasien rawat
jalan, pelayanan pasien rawat inap dan pelayanan kebutuhan ruangan.
g. Tersedia ruang khusus untuk apoteker yang akan memberikan
konsultasi kepada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan kepatuhan pasien.
h. Tersedia ruangan untuk menyimpan sumber informasi yang dilengkapi
dengan teknologi komunikasi dan sistem penanganan informasi yang
memadai untuk mempermudah pelayanan informasi obat.
2. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, maupun cair untuk obat luar
dan dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan
memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap
tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia:
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik
nonsteril maupun aseptik.
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip.
c. Perangkat komputer untuk menjalankan sistem informasi manajemen
unutuk kepentingan pengelolaan perbekalan farmasi, pengelolaan data
pengobatan pasien dan informasi obat.
d. Perangkat digital, audio-vidio dan kepustakaan yang memadai untuk
melaksanakan pelayanan informasi obat.
e. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropika
f. Lemari pendingin dan AC untuk perbekalan farmasi yang termolabil
g. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang
baik.
h. Pemadam kebakaran.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan farmasi klinik merupakan fungsional apoteker dalam penggunaan


obat dan alat kesehatan melalui pendekatan professional yang bertanggung jawab
dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif,
aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian,
ketrampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi
kesehatan lain. Pelayanan farmasi klinik dilaksanakan oleh seluruh apoteker yang
sudah memiliki SURAT IJIN PRAKTEK APOTEKER (SIPA).

A. Pengkajian resep
Kegiatan ini meliputi upaya pengkajian resep untuk mengidentifikasi Drug
Related Problem baik problem administratif, farmasetis maupun problem klinis.
Problem administratif meliputi:
a. Nama, jenis kelamin, umur pasien
b. Nama dan paraf dokter
c. Tanggal dan unit / ruang asal resep
d. Persyaratan penjamin (untuk pasien relasi)
e. Bentuk dan kekuatan sediaan
f. Dosis dan jumlah obat
g. Stabilitas dan ketersediaan
h. Aturan dan cara penggunaan
i. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
j. Duplikasi pengobatan
k. Alergi, integrasi dan efek samping obat

Identifikasi dan pemecahan problem administratif dan farmasetif dapat dilakukan


oleh asisten apoteker dibawah supervisi apoteker, namun problem klinis harus
dilakukan oleh apoteker.

B. Pelayanan Informasi Obat

Apoteker berkewajiban memberikan informasi segala aspek mengenai obat


kepada pasien atau keluarga pasien, serta tenaga kesehatan lain di rumah
sakit.
Macam-macam pelayanan informasi obat yang bisa diberikan adalah:
1. Menjawab pertanyaan, baik yang berasal dari pasien/keluarga pasien,
dokter, perawat dan petugas kesehatan lain.
2. Dalam aktifitas farmasi dan terapi, berupa pengembangan kebijakan
penggunaan obat di RS, serta monograph obat sebagai konsiderasi
proses penyusunan formularium.
3. Publikasi, berupa leaflet, bulletin atau publikasi ilmiah untuk media massa.
4. Dalam bidang pendidikan dan pelatihan, berupa materi-materi ilmiah
mengenai penggunaan obat.
5. Informasi mengenai evaluasi penggunaan obat, yang diperlukan oleh
pihak menajemen rumah sakit.
6. Sebaiknya tersedia ruangan, sumber informasi dan teknologi komunikasi
dan penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah
pelayanan informasi obat. Sesuai dengan standar pelayanan farmasi,
luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat pada
rumah sakit dengan 200 tempat tidur adalah 20 m².

C. Pelayanan Konsultasi Obat/Konseling


Konseling dilakukan kepada pasien untuk memecahkan masalah penggunaan
obat oleh pasien, dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan
pasien terhadap instruksi pengobatan. Konseling sebaiknya diberikan dalam
ruang khusus yang menjamin privasi dan kenyamanan pasien. Pada pasien
rawat inap, konseling dapat diberikan di tempat tidur pasien ( bed side
counseling) maupun di ruangan khusus (kepada keluarga pasien).
Kriteria pasien yang perlu diberikan konseling:
1. Pasien rujukan dokter
2. Pasien dengan penyakit kronis
3. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi
4. Pasien geriatic
5. Pasien pediatric
6. Pasien pulang sesuai dengan criteria diatas ( patient discharge)

D. Evaluasi Penggunaan Obat


Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang testruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat di
rumah sakit
2. Membandingkan pola penggunaan obat di rumah sakit dengan standar
tertentu
3. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik
4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat
Evaluasi penggunaan obat bisa juga dilakukan untuk melihat sejauh mana
kepatuhan terhadap standar terapi yang berlaku di rumah sakit.

BAB V
LOGISTIK

Seluruh perbekalan farmasi yang digunakan di rumah sakit harus melalui


Instalasi Farmasi (Kebijakan Satu Pintu) dan dikelola secara efisien sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen operasi. Perbekalan farmasi yang dikelola oleh Instalasi
Farmasi meliputi obat, bahan baku obat, alat kesehatan habis pakai, reagensia,
film dan kontras radiologi, gas medik, cairan antiseptik dan desinfektan, nutrisi
eternal dan parenteral, alat bantu fisioterapi, kosmetika, bahan konservasi dan
dekoratif gigi, serta indikator sterilisasi.

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai


dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan.

A. Pemilihan Obat Yang Digunakan di RS


1. Pengertian
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menetukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
2. Tujuan
Proses seleksi bertujuan menjamin penggunaan obat yang rasional,
pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan kualitas perbekalan
farmasi yang digunakan di rumah sakit.
3. Pelaksana seleksi dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi dengan
melibatkan peran aktif apoteker. PFT mengadakan pertemuan secara rutin
untuk melakukan revisi formularium.
4. Mekanisme pemilihan obaat melalui rapat Panitia Farmasi dan Terapi
dengan mempertibangkan :
a. Relevan dengan pola penyakit
b. Terbukti aman dan efektif
c. Performa baik dalam berbagai setting
d. Kualitas memadai termasuk bioavailabilitas, bioekivalensi dan stabilitas
serta memiliki Certificare of Analysis (CoA)
e. Memiliki rasio cost-benefit yang tinggi dihitung dari total biaya perawatan.
f. Diutamakan obat yang sudah dikenal baik dengan profil farmakokinetik
yang baik dan dibuat di dalam negeri.
g. Diproduksi oleh perusahaan farmasi yang sudah memiliki sertifikat mutu
CPOB/GMP
h. Diutamakan obat esensial dan senyawa tunggal.

5. Monitoring dan Evaluasi kepatuhan formularium


Monitoring terhadap pelaksanaan formularium dilakukan oleh Kepala
Instalasi secara berkala meliputi kesesuaian penulisan resep dengan
formularium dan penulisan obat di luar formularium.
6. Evaluasi terhadap proses seleksi dilakukan setiap 1 tahun sekali meliputi:
a. Persentase obat DOEN terhadap formularium (kesesuaian resep
dengan formularium)
b. Persentase kepatuhan terhadap formularium (kesesuaian resep
dengan formularium)
c. Persentase usulan kebijakan yang diterima oleh direktur.

B. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi


1. Perbekalan farmasi yang direncanakan pengadaannya oleh Instalasi
Farmasi adalah obat sesuai dengan formularium dan suplemen
formularium serta perbekalan farmasi lainnya.
2. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Kepala Instalasi dibantu
oleh supervisor/kepala urusan logistik menggunakan metode konsumsi
dengan beberapa penyesuaian.
3. Hasil perencanaan kemudian dikonversi anggaran untuk diajukan ke
Direktur Pelayanan Medik dan tim anggaran.
4. Evaluasi proses perencanaan dilakukan setiap tahun meliputi:
a. Persentase dana yang tersedia dibandingkan dengan keseluruhan
dana yang sesungguhnya dibutuhkan
b. Penyimpangan perencanaan baik dari sisi angaran, maupun jenis dan
jumlah produk
c. Kecukupan obat
d. Kesesuaian pelaksanaan SPO perencanaan dengan pelaksanaan.
C. Pengadaan perbekalan farmasi
Pengadaan dilakukan oleh Apoteker Kepala Instalasi Farmasi atau Apoteker
yang ditunjuk oleh Pimpinan Rumah Sakit dan apabila berhalangan dapat
didelegasikan kepada Kepala Urusan Logistik Farmasi dengan tanggung jawab
sepenuhnya berada di tangan Kepala Instalasi. Pengadaan perbekalan farmasi
di RSI Dr. Subkhi Abdulkadir meliputi: Pembelian, produksi, dan Donasi.
1. Pembelian
a. Sistem pengadaan dengan pembelian adalah pembelian langsung
(direct procurement) dan pembelian dengan negosiasi (negotiation
procurement ) atau kontrak, dilakukan setiap hari kerja, menggunakan
analisa ROP ( Re-order point), Dalam kondisi tertentu seperti adanya
penawaran khusus, penyesuaian harga atau program rumah sakit,
pembelian dapat dilakukan dalam jumlah besar dengan memperhatikan
anggaran dan kondisi keuangan rumah sakit. Negosiasi dengan
pemasok (principal dan distributor) dilakukan oleh Kepala Instalasi.

b. Distributor yang dipilih harus memenuhi standar mutu dan alat


kesehatan serta harus memenuhi persyaratan pemasok sebagai
berikut:
1) Memiliki Surat Izin Usaha Pedagang Besar Farmasi dari Badan POM RI
2) Memiliki Suran Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
3) Memiliki Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak beserta nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4) Memiliki Surat Tanda Daftar Perusahaan
5) Lebih diutamakan pemasok yang memiliki Sertifikat Mutu
6) Memberikan jaminan pelayanan, meliputi:
a) Jaminan sustainibilitas dan kontinuitas produk
b) Pemberian informasi yang jelas mengenai produk, termasuk
informasi perubahan harga, informasi stock out, informasi
discontinue serta penarikan produk
c) Memiliki kebijakan yang jelas mengenai retur obat kadaluarsa
dan penarikan obat, lebih diutamakan pemasok yang memiliki
kebijakan retur obat pada bulan kadaluarsa dan kemasan jual
terkecil.
d) Pengiriman tepat waktu, diutamakan pemasok dengan lead
time tidak lebih dari 6 jam.
e) Memberikan waktu jatuh tempo pembayaran yang fleksibel
f) Ketepatan packing dan labeling serta bersedia menerima retur
apabila packing dan labeling tidak sesuai
g) Pengadaaan obat/alkes diluar formularium atau apabila terjadi
keterlambatan suplai dari pemasok resmi dapat dilakukan ke
apotek rekanan atau apotek/rumah sakit lain yang memiliki izin
resmi. Instalasi Farmasi tidak diperkenankan membeli
perbekalan farmasi di jalur nonformal.

2. Produksi
a. Staff Farmasi RSI Dr. Subkhi Abdulkadir diperkenankan memproduksi
obat-obatan yang sering diresepkan dokter dan tidak ada di pasaran,
melakukan pengenceran sediaan cair, melakukan pengemasan
kembali obat-obatan. Staf farmasi bertanggung jawab atas persediaan
obat-obatan racikan yang diperlukan diruang rawat inap, rawat jalan
dan bagian yang membutuhkan ketersediaan farmasi lainnya. Produksi
dilakukan oleh Asisten Apoteker berpengalaman dibawah supervisi
Apoteker

b. Kriteria obat yang diproduksi:


1) Sediaan farmasi dengan formulasi khusus
2) Sediaan farmasi dengan harga murah
3) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil

c. Peran bagian produksi yaitu:


1) Membuat sediaan steril dan non steril, seperti:
a) Sediaan pulveres
b) Sediaan kapsul
c) Sediaan salep
2) Melakukan pengenceran, seperti alcohol 70%

3. Donasi
Obat-obat donasi atau bantuan baik dari lembaga pemerintahan maupun
swasta dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dievaluasi serta
dilaporkan minimal setiap 6 bulan.
D. Penerimaan Perbekalan Farmasi

1. Penerimaan perbekalan IFRS Dr. Subkhi Abdulkadir dilakukan di gunakan


farmasi setiap hari kerja, antara jam 08.00 sd 16.30 WIB

2. Tugas dari bagian penerimaan barang adalah mengecek kesamaan


antara surat pesanan yang telah dibuat oleh bagian pengadaan IFRS
dengan faktur dan barang yang diterima. Barang yang datang dicek
berdasarkan nama, kekuatan, bentuk sediaan, jumlah, tanggal kadaluarsa,
nomor batch, kualitas barang, keutuhan bentuk kemasan, standar suhu
penyimpanan obat tersebut, misalnya untuk obat yang disimpan dalam
suhu 2-8 C harus menggunakan ice-box.

3. Apabila barang datang melebihi pesanan, maka harus dilakukan


konfirmasi. Jika barang yang dimiliki jumlahnya sedikit maka selanjutnya
barang yang lebih tersebut akan diterima dan dibuatkan surat pesanan
untuk selanjutnya diproses. Setelah proses pengecekan maka selanjutnya
dilakukan entry data kedalam sistem.

E. Penyimpanan Perbekalan Farmasi

1. Penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi dilakukan sesuai


persyaratan mutu yang ditetapkan. Sistematika penyimpanan harus
memperhatikan stabilitas (sifat fisika kimia) perbekalan farmasi yang
direkomendasikan dalam package insert serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengelompokan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan. Obat-obat narkotika dan psikotropika harus disimpan dalam
lemari tersendiri dan selalu terkunci. Hanya Apoteker atau Asisten Apoteker
yang sudah memiliki Surat Izin Kerja yang berhak untuk mengambil obat-
obat narkotika dan psikotropika. Bahan yang mudah terbakar, korosif,
eksplosig, iritatif, karsinogenik disimpan di tempat tersendiri terpisah dari
obat lain.

2. Perbekalan farmasi disimpan dengan prinsip FIFO ( First In First Out ),


dimana barang yang datang lebih dahulu harus dikeluarkan lebih dahulu
dan FEFO ( First Expired First Out ) dimana barang yang memiliki waktu
kadaluarsa lebih dekat harus dikeluarkan lebih dahulu.
3. Monitoring penyimpanan dilakukan setiap hari meliputi monitoring suhu
dan kelembapan.

F. Distribusi
1. Perbekalan farmasi yang didistribusikan oleh Instalasi Farmasi adalah obat
sesuai dengan formularium dan suplemen formularium, alat kesehatan habis
pakai serta perbekalan farmasi lain yang dibutuhkan dalam pelayanan
kesehatan rumah sakit.
2. Sistem distribusi/dispending (peresepan individu) dan Unit Dose
Dispending. Obat hanya bisa diberikan berdasarkan resep/instruksi
pengobatan dari dokter dan resep dikaji dan divalidasi terlebih dahulu
sebelum disiapkan dan diserahkan kepada perawat. Obat persediaan di
ruangan meliputi obat-obat life saving dalam bentuk emergency kit serta
obat simptomatis dan alkes yang sering digunakan. Penentuan jenis dan
jumlah persediaan di ruangan dilakukan oleh staff Farmasi
3. Distribusi /dispensing obat kepada pasien rawat jalan. (Out-patient)
menggunakan sistem Individual Prescription (peresepan individu). Resep
dikaji dan divalidasi terlebih dahulu sebelum disiapkan dan diserahkan
kepada pasien disertai informasi mengenai aturan pakai, cara
penyimpanan dan informasi lain mengenai penggunaan obat. Apabila
diperlukan dapat dilakukan proses konseling oleh Apoteker kepada
pasien/keluarga pasien. Apoteker diperkenankan mekalukan dispensing
obat-obat bebas, obat bebas terbatas dan Obat Wajib Apotek (OWA) untuk
karyawan rumah sakit dan keluarganya, serta pasien rumah sakit lainnya
setelah melalui proses assesment sesuai dengan standar pelayanan yang
berlaku.

5. Obat dan alat kesehatan yang diperlukan untuk tindakan operasi dan
gawat darurat disediakan di Kamar Operasi dan Unit Gawat Darurat,
dikelola oleh Asisten Apoteker sesuai dengan kebijakan pengelolaan obat
rumah sakit.

6. Apabila terjadi kesalahan dalam proses dispensing (dispensing error) yang


berakibat fatal, harus segera dilaporkan kepada Apoteker, untuk kemudian
dilakukan tindak lanjut.
F. Pemusnahan

Pemusnahan perbekalan farmasi yang telah melampaui masa kadaluarsa ataupun


rusak di RSI Dr. Subki Abdulkadir

]
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu difahami


dan disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
1. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD ( Adverse Event )
2. Kejadian Nyaris Cedera/KNC ( Near miss)
3. Kejadan Sentinel
4. Adverse Drug Event
5. Adverse Drug Reaction
6. Medication Error
7. Efek samping obat

A. Ringkasan Definisi Yang Berhubungan Dengan Cedera Akibat Obat


Istilah Definisi Contoh
Kejadian cedera pada pasien Iritasi pada kulit
Kejadian yang tidak selama karena
diharapkan (Adverse proses terapi/penatalaksanaan penggunaan perban.
Jatuh dari tempat
Event ) medis. Penatalaksanaan medis tidur.
mencakup seluruh aspek
pelayanan,
termasuk diagnosa, terapi,
kegagalan diagnosa/terapi,
sistem,
peralatan untuk pelayanan.
Adverse
event dapat dicegah atau tidak
dapat dicegah.
Reaksi obat yang Kejadian
Cedera dapat terjadi atau tidakcedera pada pasien
terjadi
Medication
tidak Error Kejadian
selama yang dapat dicegah Peresepan obat
Steven-Johnson
akibat Syndrom
yang : Sulfa,
diharapkan (Adverse penggunaan
proses terapiobat,
akibatyang tidak rasional.
penggunaan Obat
menyebabkan cedera. Kesalahan
Drug Reaction) obat. epilepsi dll
Kejadian tentang perhitungan
dosis pada
obat Respons yang tidak diharapkan - Shok anafilaksis
yang tidak peracikan.
pada
Ketidakpatuhan
diharapkan terhadap terapi obat dan penggunaan
pasien
sehingga terjadi
dosis
(Adverse Drug antbiotik
berlebih.
Event)
Efek Samping mengganggu
Efek atau
yang dapat menimbulkan
diprediksi, golongan istilah ini
(sebaiknya
cedera pada penggunaan obat
tergantung pada dosis, yang dihindarkan)
dosis penisilin
bukan
normal. Reaksi Obat Yang Tidak - Mengantuk pada
Diharapkan (ROTD) ada yang
penggunaan CTM

Apoteker harus mampu mengenali istilah-istilah di atas beserta contohnya


sehingga dapat membedakan dan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang
berkaitan dengan cedera akibat penggunaan obat dalam melaksanakan program
Keselamatan pasien.
Tujuan utama farmakoterapi adalah mencapai kepastian keluaran klinik
sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien dan meminimalkan risiko baik yang
tampak maupun yang potensial meliputi obat (bebas maupun dengan resep), alat
kesehatan pendukung proses pengobatan (drug administration devices).
Timbulnya kejadian yang tidak sesuai dengan tujuan (incidence/hazard) dikatakan
sebagai drug misadventuring, terdiri dari medication errors dan adverse drug
reaction. Ada beberapa pengelompokan medication error sesuai dengan dampak
dan proses. Konsistensi pengelompokan ini penting sebagai dasar analisa dan
intervensi yang tepat.
Berbagai metode pendekatan organisasi sebagai upaya menurunkan
medication error yang jika dipaparkan menurut urutan dampak efektifitas terbesar
adalah :
1. Mendorong fungsi dan pembatasan (forcing function& constraints) : suatu upaya
mendesain sistem yang mendorong seseorang melakukan hal yang baik,
contoh : sediaan potasium klorida siap pakai dalam konsentrasi 10% Nacl
0.9%, karena sediaan di pasar dalam konsentrasi 20% (>10%) yang
mengakibatkan fatal (henti jantung dan nekrosis pada tempat injeksi)

2. Otomasi dan komputer (Computerized Prescribing Order Entry) : membuat


statis /robotisasi pekerjaan berulang yang sudah pasti dengan dukungan
teknologi, contoh : komputerisasi proses penulisan resep oleh dokter diikuti
dengan ”tanda peringatan” jika di luar standar (ada penanda otomatis ketika
digoxin ditulis 0.5g)

4. Sistem daftar tilik dan cek ulang : alat kontrol berupa daftar tilik dan penetapan
cek ulang setiap langkah kritis dalam pelayanan. Untuk mendukung efektifitas
sistem ini diperlukan pemetaan analisis titik kritis dalam sistem.

5. Peraturan dan Kebijakan : untuk mendukung keamanan proses manajemen obat


pasien.
contoh : semua resep rawat inap harus melalui supervisi apoteker

6. Pendidikan dan Informasi : penyediaan informasi setiap saat tentang obat,


pengobatan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang prosedur untuk
meningkatkan kompetensi dan mendukung kesulitan pengambilan keputusan
saat memerlukan informasi

7. Lebih hati-hati dan waspada : membangun lingkungan kondusif untuk mencegah


kesalahan, contoh : baca sekali lagi nama pasien sebelum menyerahkan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Untuk terlaksananya K3 IFRS secara optimal maka perlu dilakukan


tahapan sebagai berikut :

A. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis


Identifikasi, pengukuran dan analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja, seperti :
1. Kondisi fisik pekerja hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebagai
berikut terhadap pekerja :
a. Sebelum dipekerjakan
b. Secara berkala, paling sedikit setahun sekali
c. Secara khusus, yaitu :
- Sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran pernafasan
(TBC) dan penyakit menular lain
- Terhadap pekerja yang terpapar di suatu lingkungan dimana
terjadi wabah, dan apabila dicurigai terkena penyakit akibat kerja
2. Sifat dan beban kerja
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus dipikul oleh pekerja
dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tidak
mendukung merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
3. Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan kegiatan IFRS dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2
bentuk yaitu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
a. Kecelakaan kerja di IFRS bahaya kecelakaan yang ada di lingkungan
IFRS dapat dijabarkan dalam setiap tempat dan proses antara lain :
- Terpeleset, tersengat listrik, terjepit Pintu
- Di gudang : terpeleset, tersandung, Terjatuh, kejatuhan barang
- Di ruang pelayanan : terpeleset, Tersandung, terjatuh, tersengat listrik
b. Penyakit akibat kerja di rumah sakit
- Tertular pasien
- Alergi obat
- Keracunan obat
- Resistensi obat
B. Pengendalian
1. Legislatif control
2. Administratif control
3. Medikal control
4. Engenering control
BAB VIII
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU

Evaluasi dan Pengendalian Mutu merupakan kegiatan pengawasan,


pemeliharaan dan audit terhadap pengelolaan perbekalan farmasi untuk menjamin
mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak serta keamanannya sesuai dengan
Kesehatan, Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3) serta terhadap proses pelayanan
untuk mencapai pelayanan farmasi yang islami, aman, profesional, cepat, nyaman,
memenuhi standar mutu, serta berorientasi pada keselamatan pasien.

Program pengendalian mutu di Instalasi Farmasi harus disertai dengan


kerangka acuan dan sesuai dengan standar pelayanan farmasi yang sudah baku
baik regional, nasional maupun internasional.
Untuk memenuhi standar mutu, aspek yang harus diperhatikan:
A. Standar input
1. Tersedia kebijakan, pedoman pelayanan farmasi, standar operating
prosedur serta instruksi kerja yang mencakup semua aspek pelayanan
farmasi.
2. Tersedia dana, sarana dan prasarana yang memadai yang meliputi
perbekalan farmasi, gedung dan perlengkapannya, tempat dan sarana
penyimpanan, peralatan pelayanan resep dan peracikan obat, sistem
informasi yang valid dan reliable serta perlengakpan administrasi lainnya.
3. Adanya tenaga kefarmasian dan non kefarmasian dalam jumlah cukup,
sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, serta job
description untuk masing-masing staff yang didahului dengan analisa
jabatan dan terkoordinir dalam sistem organisasi rumah sakit.
4. Adanya rencana dan program kerja
5. Adanya program pengembangan dan pelatihan serta pendidikan
berkelanjutan
6. Adanya sasaran mutu yang ingin dicapai beserta tahap-tahap dan
monitoring pencapaiannya.

B. Standar proses
1. Dilaksanakannya program dan kegiatan pelayanan sesuai pedoman, prosedur
tetap dan instruksi kerja yang sudah ditetapkan
2.Dilaksanakannya peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan
3. Dilaksanakannya evaluasi terhadap input, proses dan output yang disertai
dengan analisis dan tindak lanjut.

C. Standar output
1. Teselenggaranya pelayanan farmasi yang bermutu dan dapat
dipertanggung-jawabkan secara hukum, etika dan moral keislaman
2. Tersedianya perbekalan farmasi yang aman, bermutu baik dan dikelola
secara efektif-efisien sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
3. Terselenggaranya pelayanan farmasi yang berorientasi pada keselamatan
pasien dengan Zero deffect
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Farmasi di RSI Dr. Subkhi Abdulkadir sesuai dengan


tujuannya, seluruh petugas rumah sakit yang berkaitan dengan pelayanan pasien di
rumah sakit ini mengetahuinya, dan mengacu pada pedoman ini, diharapkan
mempergunakannya sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan di
tempat terkait.

Pedoman ini belum sempurna dan akan selalu diperbaiki dan


disempurnakan, untuk unit-unit layanan yang belum dicakup oleh pedoman ini akan
dibuat pedoman khusus.

Kepada petugas/ instalasi/ unit layanan yang tidak melaksanakan/


berpedoman kepada ketentuan diatas, dikenakan sanksi administratif oleh pejabat
yang berwenang berupa teguran lisan, teguran tertulis, penghentian kegiatan
sementara dan/ atau pencabutan Surat Izin Kerja personil yang bersangkutan.

Pada saat pedoman ini berlaku semua Instalasi serta unit pelayanan yang
sudah ada harus menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam pedoman
ini.

Anda mungkin juga menyukai