Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata kuliah Magang Universitas Hamzanwadi merupakan salah satu
kulminasi atau muara program yang memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk memantapkan kompetensi pedagogic, kepribadian,
professional, dan social dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas. Selain itu magang diharapkan dapat memberikan
pengalaman belajar bagi mahasiswa, terutama dalam hal pengalaman
pembelajaran, memperluas wawasan, melatih dan mengembangkan kompetensi
yang diperlukan dalam bidangnya, meningkatkan keterampilan, kemandirian,
tanggung jawab dan kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah
pendidikan.
Kegiatan Magang dilaksanakan untuk memberikan kesempatan pada
mahasiswa agar terjadi interaksi-interaksi yang dapat menumbuhkembangkan
kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang calon guru. Magang
diselenggarakan oleh Universitas Hamzanwadi dilaksanakan secara individual,
yaitu seorang mahasiswa (praktikan) mampu memahami strategi pembelajaran
(metode, model, pendekatan), memahami pengembangan bahan ajar (sumber
belajar), dan sistem evaluasi pembelajaran, dan mengimplementasikannya
secara mandiri di bawah dosen pembimbing magang (DPM), bimbingan guru
pamong, dan kepala sekolah. Magang Universitas Hamzanwadi ini didesain
untuk membangun kebersamaan mahasiswa (praktikan) dengan warga sekolah
atau lingkungannya.
Kebersamaan ini diharapkan terjadi sharing pengalaman dan pengetahuan
dalam menyusun persiapan dan pelaksanaan pembelajaran. Kebersamaan ini
tidak akan mengurangi kemandirian praktikan, karena praktikan tetap
menyiapkan diri dalam menyusun perangkat pembelajaran secara mandiri,
demikian pula harus memperbaikinya berdasarkan hasil diskusi/pembahasan
yang telah dilakukan. Kegiatan observasi akan memberikan kesempatan pada
para praktikan untuk berlatih dalam mengevaluasi pembelajaran yang di
dalamnya tersirat adanya keterampilan dalam mengumpulkan data, mengolah
dan mengemukakan hasilnya. Kemampuan ini sangat penting bagi calon guru
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari untuk senantiasa memperbaiki atau
meningkatkan mutu pembelajarannya yang didasarkan hasil observasi.
Pelaksanaan Magang Universitas Hamzanwadi melibatkan banyak pihak,
yakni: kepala sekolah/madrasah, guru pamong, DPM, dan mahasiswa.
Keterlibatan berbagai pihak tersebut menimbulkan terjadinya perbedaan
persepsi dalam menangani pelaksanaan magang. Untuk itu diperlukan pedoman
magang, agar semua pihak yang terlibat memiliki kesamaan persepsi yang
akhirnya dapat mewujudkan proses dan hasil program magang sebagaimana
yang diharapkan.
 Visi dan Misi Magang
 Visi Magang
Wahana pembentukan calon guru yang santri, professional, dan
kompeten.
 Misi Magang
1. Menyiapkan dan menghasilkan tenaga kependidikan atau calon
guru yang memiliki nilai dan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
professional.
2. Mengintegrasikan dan mengimplementasikan ilmu yang telah
dikuasai ke dalam praktik keguruan.
3. Memantapkan kemitraan FMIPA, FBSH, FIP & FISE Universitas
Hamzanwadi dengan sekolah/madrasah.
4. Mengkaji dan mengembangkan praktik keguruan.
 Prinsip Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan Magang FMIPA, FBSH, FIP & FISE Universitas
Hamzanwadi berprinsip pada adanya kerjasama sesama mahasiswa,
sehingga saling memberi dan menerima (sharing) pengalaman belajar
memahami strategi pembelajaran, system evaluasi pembelajaran,
mengobservasi, dan melakukan refleksi pada kegiatan-kegiatan tersebut.
Secara rinci prinsip pelaksanaan Magang Universitas Hamzanwadi
sebagai berikut:
1. Kegiatan magang bertolak dari permasalahan pembelajaran suatu
bidang studi.
2. Semua kegiatan magang dilaksanakan secara kolaborasi antara
mahasiswa dan DPM berdasarkan prinsip-prinsip kemitraan dan
mutual learning (pembelajaran yang saling membantu).
3. Pembelajaran yang dilakukan harus berorientasi pada kegiatan siswa
dalam rangka mengembangkan potensinya.
4. Adanya kegiatan refleksi yang dilaksanakan sesegera mungkin setelah
selesai praktik pembelajaran dan observasi.
5. Diskusi dalam kegiatan refleksi didasarkan pada hasil observasi, bukan
hanya berdasarkan pada teori/opini.
6. Adanya komitmen bersama di antara anggota kelompok mahasiswa
untuk meningkatkan pembelajaran di kelas.
7. Praktikan harus menyusun laporan magang sesuai dengan sistematika
yang ditentukan dalam pedoman ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah model pembelajaran Discovery Learning efektif digunakan dalam
pembelajaran Matematika?
2. Bagaimana metode yang digunakan agar siswa lebih mudah memahami
materi pembelajaran?
C. Tujuan dan Manfaat Magang
1. Tujuan Magang
Melalui kegiatan Magang FMIPA, FBSH, FIP & FISE Universitas
Hamzanwadi, mahasiswa diharapkan untuk mampu:
1) Mendalami karakteristik dari peserta didik dalam rangka memotivasi
belajarnya.
2) Melakukan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.
3) Mampu mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajarannya secara
lisan dan tertulis.
4) Mampu bekerja sama dalam mengembangkan kepribadiannya sebagai
calon guru.
2. Manfaat Magang
a. Bagi Mahasiswa
1) Menambah pemahaman dan penghayatan mahasiswa tentang proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah.
2) Memperoleh pengalaman tentang cara berfikir dan bekerja secara
interdisipliner, sehingga dapat memahami adanya keterkaitan ilmu
dalam mengatasi permasalahan pendidikan yang ada di
sekolah/madrasah.
3) Memperoleh daya penalaran dalam melakukan penelaahan,
perumusan dan pemecahan masalah pendidikan yang ada di
sekolah/madrasah.
4) Memperoleh pengalaman dan keterampilan untuk melaksanakan
pembelajaran dan kegiatan manajerial di sekolah/madrasah.
b. Bagi Sekolah/Madrasah
1) Memperoleh kesempatan untuk dapat andil dalam menyiapkan calon
guru.
2) Mendapatkan bantuan pemikiran, tenaga, ilmu, dan teknologi dalam
merencanakan serta melaksanakan pengembangan
sekolah/madrasah.
3) Meningkatkan hubungan kemitraan antara FMIPA, FBSH, FIP &
FISE Universitas Hamzanwadi, pemerintah daerah melalui dinas
terkait (Dinas Pendidikan), sekolah/madrasah.
c. Bagi FMIPA, FBSH, FIP & FISE Universitas Hamzanwadi
1) Memperoleh umpan balik dari sekolah/madrasah guna
pengembangan kurikulum dan IPTEKS yang sesuai dengan
kebutuhan stakeholders.
2) Memperoleh berbagai sumber belajar dan menemukan berbagai
permasalahan untuk pengembangan penelitian dan kualitas
pendidikan.
3) Terjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemerintah daerah dan
instansi terkait untuk pengembangan pelaksanaan Tri Dharma
perguruan tinggi.
D. Kondisi dan Kultur Sekolah
1. PROFIL SEKOLAH
Nama : MA Unwanul Falah NW Pao’ Lombok
Alamat Sekolah : Pao’ Lombok Desa Paok Lombok Kec.
Suralaga
No. Telpon : 081997843476
Kecamatan : Suralaga
Kabupaten/Kota : Kabupaten Lombok Timur
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Tahun Berdiri : 1977
Tanggal Pengesahan : 06 Desember 2011
Status Akreditasi : Terakreditasi A
Nomor Akreditasi : 011975
Nomor Statistik : 131252030027
Nama Organisasi Induk : Nahdlatul Wathan
Keadaan Tanah :
- Luas : 3150 m2
- Status Kepemilikan : Milik Sendiri
- Letak : Pedesaan
Luas Bangunan : 655,8 m2
Waktu Penyelenggaraan Belajar
- Pagi : 07.00 – 14.30
- Sore :-
Jumlah Jam Pelajaran Per Minggu : 705
2. Data Siswa MA Unwanul Falah Pao’ Lombok
Tabel 1.1 Data Siswa MA Unwanul Falah NW Pao’ Lombok
Jumlah Jumlah IPA IPS I IPS 2 Agama 1 Agama 2 Jumlah
No
Rombel Kelas Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Siswa

1. X IPA 10 22 32

2. X IPS 1 9 20 29

3. X IPS 2 11 16 27

4. X AG 1 13 10 23

5. X AG 2 15 8 23

6. XI IPA 15 14 30

7. XI IPS 1 8 13 21

8. XI IPS 2 9 13 22

9. XI AG 1 15 13 26

10. XI AG 2 17 5 22

11. XII IPA 15 18 33

12. XII IPS 1 15 17 32

13. XII IPS 2 10 12 22


14. XII AG 1 12 13 25

15. XII AG 2 11 15 26

JUMLAH 40 54 32 50 30 41 40 36 43 28 391

3. Sarana dan Prasarana Sekolah


Table 1.2 Sarana dan Prasarana Sekolah
Kondisi
Jumlah B RR RB Ket.
Ruang Belajar 15 12 3 -
Ruang Kepala 1 - 1 -
Ruang Tata Usaha 1 - 1 -
Ruang Guru 1 1 - -
Ruang Perpustakaan 1 1 - -
Ruang Laboratorium
- Lab. IPA 1 1 - -
- Lab. Komputer 1 1 - -
- Lab. Bahasa 1 1 - -
Kamar Mandi 5 2 3
Ruang BP/BK 1 1 - -
Ruang P3K/PMR 1 1 - -
Gudang 1 1 - -
Mushala 1 1 - -
Kantin 1 1 - -
Jumlah 32 24 8 0

4. Data Guru
Tabel 1.3 Jumlah Guru
Guru PNS
Laki-Laki Perempuan Jumlah
S2 - - 0
S1 1 2 3
DIII - - 0
DII - - 0
DI - - 0
SLTA - - 0
Jumlah 1 2 3
Guru Non PNS
Laki-Laki Perempuan Jumlah
S2 1 - 1
S1 23 10 33
DIII 1 - 1
DII - - 0
DI - - 0
SLTA 2 - 2
Jumlah 27 10 37

5. Data Pegawai Tata Usaha


Tabel 1.4 Jumlah Pegawai Tata Usaha
PNS
Laki-Laki Perempuan Jumlah
S1 - - 0
DIII - - 0
DII - - 0
DI - - 0
SLTA - - 0
Jumlah 0
Non PNS
Laki-Laki Perempuan Jumlah
SI 3 - 3
DIII - - 0
DII - - 0
DI - - 0
SLTA 1 1 2
Jumlah 4 1 5

Tabel 1.5 Nama Pegawai TU MA Unwanul Falah NW Pao’ Lombok


Tempat/ Pendidikan Terakhir
N Mulai
Nama NIP Tgl Jabatan SL
o S2 S1 DIII DII DI Kerja
Lahir TA

Pancor
Ramli, Kopong, KTU/ 6/15/20
1. √
S.Pd 15 Juni Operator 15
1987
Lalu Paok
Ahmad Lombok 15/07/2
2. Staf TU √
Jaelani Timur, 3 017
S.Tp Mei 1992
Pao’
Abd
Lombok 6/15/20
3. Rahman, Bendahara √
Timur 00
S.Ag
1960
Sembalu Bagian 6/15/20
4 Hj. Faridah √
n, 1980 Umum 10

6. Data Keadaan Inventaris Sekolah


Tabel 1.6 Data Keadaan Inventaris MA Unwanul Falah Pao’ Lombok
Nama Kondisi
No Jumlah Lokasi Ket.
Barang/Alat B RR RB
Nama Kondisi
No Jumlah Lokasi Ket.
Barang/Alat B RR RB
Meja Bangku 200
1. 130 50 20 Kelas
Siswa Steel
Meja Kursi
2. 15 Set 11 3 - Kelas
Guru
3. Papan Tulis 15 buah 12 3 - Kelas
4. Lemari R.Guru/R.Kepal
6 buah 5 1 -
a/R.TU
5. Rak Buku Ruang
4 buah 4 - -
Perpustakaan
6. Papan Absen
15 buah 15 - - Kelas
Kelas
7. Papan
15 buah 13 1 1 Kelas
Program
8. Filing Cabinet 40 buah 30 8 2 Ruang Guru
9. Kursi Tamu R.Kepala/R.Gur
2 Set 2 - -
u
10. Globe 1 buah 1 - - Ruang Guru
11. Peta Indonesia 2 buah - 2 - Ruang Guru
12. Peta Dunia 2 buah 1 1 - Ruang Guru
13. Rangka Ruang
1 buah - 1 -
Manusia Laboratorium
14. Lain-lain - - - -
15. Bola Kaki 1 buah 1 - - Ruang TU
16. Bola Volly 2 buah 1 1 - Ruang TU
17. Tennis Meja Ruang
1 buah - 1 -
Serbaguna
Nama Kondisi
No Jumlah Lokasi Ket.
Barang/Alat B RR RB
18. Bola Takraw 1 buah 1 - - Ruang TU
19. Lembing 1 buah 1 - - Ruang Gudang
20. Cakram 2 buah 2 - - Ruang Gudang
21. Papan data
Profil 1 buah 1 - - Ruang Guru
Madrasah
22. Papan Data
Tugas Kepala 1 buah 1 - - Ruang Guru
Sekolah
23. Papan Data 10
Kemampuan 1 buah 1 - - Ruang Guru
Guru
24. Papan Data
Program Kerja 1 buah 1 - - Ruang Guru
Tahunan
25. Papan
Struktur
1 buah 1 - - Ruang Guru
Organisasi
MA
26. Papan
Struktur OSIS 1 buah 1 - - Ruang OSIS
MA
27. Papan Bank
1 buah 1 - - Ruang Guru
Data Siswa
28. Papan
1 buah 1 - - Ruang Guru
Rekapitulasi
Nama Kondisi
No Jumlah Lokasi Ket.
Barang/Alat B RR RB
Pegawai
29. Papan Visi
dan Misi 1 buah 1 - - Ruang Guru
Madrasah
30 Kotak UKS 1 buah 1 - - Ruang UKS
31. Corong 3 buah 3 - - Ruang Guru
32. Komputer 1 buah - - 1 Ruang Guru
1 buah - 1 - Ruang TU
Ruang
11 buah 9 2 -
Lab.Komputer
33. Meja Panjang
1 buah 1 - - Ruang Guru
Guru
34. LCD Ruang Lab.
2 buah 2 - -
Proyektor Komputer
35. Alat Lab. Ruang Lab.
1 Set 1 - -
Bahasa Bahasa
36. Kursi Plastik Ruang
50 buah 40 10 - Guru/Lab.
Komputer
37. Meja Biro 20 buah 20 - - Ruang Guru
38. Galon Air 1 buah 1 - - Ruang Guru
39. Werles 1 buah 1 - - Ruang Guru
40. Kompor 1 buah 1 - - Ruang Dapur
41. Mesin Air 3 buah 3 - - Ruang TU
42. Mic 2 buah 1 1 - Ruang Guru
43. Kipas Angin 2 buah 1 1 - Ruang KAMAD
Nama Kondisi
No Jumlah Lokasi Ket.
Barang/Alat B RR RB
Besar
44. Piala Ruang Kepala
20 buah 20 - -
Madrasah
45. Bangku Depan Ruang
1 buah 1 - -
Panjang Guru
46. Meja Ruang Lab.
11 buah 11 - -
Komputer Komputer
47. Rak Piring
1 buah 1 - - Ruang Dapur
dan Gelas
48. Papan
6 buah 6 - - Depan Kelas
Kaligrafi
49. Printer
3 buah 3 - - Ruang TU
Komputer
50. Jam Tembok R.Guru/R.
20 buah 14 4 2
KAMAD/Kelas

7. Visi Dan Misi Ma Unwanul Falah Nw Pao’ Lombok


 VISI
Terciptanya manusia utuh, integral, berilmu amaliah dan beramal
ilmiah.
 MISI
1. Meningkatkan mutu dan wawasan keilmuan.
2. Meningkatkan Profesionalisme dan dedikasi yang tinggi.
3. Mengembangkan potensi cipta, rasa, karsa, dan karya.
4. Membina pikiran dan jiwa sosial berlandaskan syari’at Islam.
8. Tata Tertib MA Unwanul Falah Pao’ Lombok
Tabel 1.7 Tata Tertib MA Unwanul Falah Pao’ Lombok
No Jenis Pelanggaran Skor
1. Terlambat masuk sekolah 5
2. Bolos/Pulang tanpa izin 10
3. Tidak masuk tanpa keterangan 10
4. Keluar dari kelas pada jam pelajaran tanpa izin 5
5. Tidak melakukan tugas komisaris 5
6. Tidak memakai seragam dan atribut (songkok dan jilbab) 5
7. Merusak sarana dan prasarana sekolah 20
8. Tidak memasukan baju 5
9. Menulis pakaian seragam 5
10. Memakai sepatu, ikat pinggang tidak semestinya 5
11. Menggunakan aksesoris bagi siswa putra 10
12. Merokok 20
13. Meminum-minuman keras 50
14. Mengkonsumsi narkoba 75
15. Membawa gambar, majalah, buku, kaset dan HP porno 50
16. Membawa HP 10
17. Membawa senjata tajam 20
18. Berkelahi 20
19. Membuat lingkungan sekolah menjadi kotor 10
20. Mencuri 50
21. Hubungan bebas/intim 100
22. Rambut gondrong 10
23. Tidak ikut upacara atau kegiatan lainnya 10
24. Menghina sesama teman 10
25. Melecehkan, menyakiti atau menghina guru 50
26. Tidak masuk kegiatan sore hari 10
Membuat keributan baik waktu belajar atau diluar jam
27. 10
belajar
28. Keluar dengan izin guru lebih dari 16 menit 10
29. Keluar tanpa izin guru atu petugas madrasah 15
30. Masuk dan pulang sekolah dengan locat pagar/tembok 10
BAB II

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menurut Kunandar (2011 : 263), rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan persiapan yang
harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan di sini dapat diartikan
persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin
dibangun, lingkungan belajar yang produktif termasuk meyakinkan
pembelajar untuk mau terlibat secara penuh.
Menurut Wahyuni dan Ibrahim (2012: 69), rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Rencana pembelajaran perlu 18 dilakukan untuk mengkoordinasikan
komponen-komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi pokok,
indikator, dan penilaian berbasis kelas. Menurut Mulyasa (2007: 212) RPP
merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), yang dalam pengembangannya harus dilakukan secara Profesional.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa RPP adalah rencana
pembelajaran yang dibuat oleh guru untuk memperkirakan tindakan dalam
pembelajaran.
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran
Tujuan RPP menurut Kunandar (2011: 264) adalah untuk: (1)
mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar
mengajar; (2) dengan menyusun RPP secara profesional, sistematis dan
berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis,
dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis
dan terencana.
Kunandar (2011: 264) mengatakan bahwa fungsi RPP adalah sebagai
acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan
pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain RPP berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh
karena itu, RPP hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan memberi
kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respons siswa dalam
proses pembelajaran sesungguhnya.
3. Unsur-Unsur yang perlu Diperhatikan dalam Penyusunan RPP
Menurut Kunandar (2011: 265), unsur-unsur yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan RPP adalah:
1) Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai
siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang
telah dikembangkan di dalam silabus;
2) Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang
memberikan kecakapan hidup (life skill) sesuai dengan permasalahan dan
lingkungan sehari-hari;
3) Menggunakan metode dan media sesuai, yang mendekatkan siswa dengan
pengalaman langsung;
4) Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan
didasarkan pada sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan
pengembangan silabus.
4. Komponen-Komponen RPP
Komponen-komponen RPP menurut Permendiknas Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses adalah sebagai berikut.
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran meliputi; satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran, jumlah pertemuan.
2) Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester
pada suatu mata pelajaran
3) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indicator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4) Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
5) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6) Materi Ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
7) Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar.
8) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi
dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
9) Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditunjukkan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan
peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai, dan menyampaikan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti
ini dilakukan secara sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru: melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dengan belajar dari aneka sumber; menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan
di laboratorium, studio, dan lapangan.
Dalam kegiatan elaborasi, guru: membiasakan peserta didik
membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna; memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan dan tertulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta didik membuat
laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik untuk
menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; memfasilitasi
peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival serta produk
yang dihasilkan; dan memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan
yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun
hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai
sumber; memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; dan
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan
tindak lanjut. Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan
peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; dan
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik; dan menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
10) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar
disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu
kepada Standar Penilaian.
11) Sumber Belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
5. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP
Prinsip-prinsip penyusunan RPP menurut Permendiknas Nomor 41
tahun 2007 tentang Standar Proses adalah sebagai berikut.
1) Memerhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangakan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan pengayaan, dan remedi.
5) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memerlihatkan keterkaitan dan keterpaduan
antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
pencapaian kompetensi, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangakan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
6. Langkah-Langkah Penyusunan RPP
Menurut Kunandar (2011: 271), langkah-langkah menyusun suatu
RPP meliputi beberapa hal berikut.
1) Identitas mata pelajaran
Menuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu
(jam pertemuan).
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Menuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai standar isi.
3) Indikator
Pengembangan indikator dilakukan dengan beberapa pertimbangan
berikut.
(1) Setiap KD dikembangakan menjadi beberapa indikator (lebih dari
dua).
(2) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
dan/atau diobservasi.
(3) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan
kata kerja dalam KD maupun SK.
(4) Prinsip pengembangan indikator adalah urgensi, kuntinuitas,
relevansi, dan kontekstual.
(5) Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan kemampuan
bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten.
4) Materi Pembelajaran
Mencantumkan materi pembelajaran dan melengkapi dengan
uraianuraiannya yang telah dikembangkan dalam silabus, pengalaman
belajar yang bagaimana yang ingin diciptakan dalam proses pembelajaran
yang didukung oleh uraian materi untuk mencapai kompetensi tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan materi adalah
kemanfaatan, alokasi waktu, kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi
lingkungan masyarakat, kemampuan guru, tingkat perkembangan peserta
didik, dan fasilitas.
5) Tujuan Pembelajaran
Dalam tujuan pembelajaran dijelaskan apa tujuan dari pembelajaran
tersebut. Tujuan pembelajaran diambil dari indikator.
6) Strategi dan Skenario Pembelajaran
Strategi atau skenario pembelajaran adalah strategi atau skenario apa
dan bagaimana dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa
secara terarah, aktif, dan efektif, bermakna, dan menyenangkan. Strategi
atau scenario pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru secara beruntun untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting
artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.
7) Sarana dan Sumber Belajar
Dalam proses belajar mengajar, sarana pembelajaran sangat membantu
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud dengan
sarana pembelajaran dalam uraian ini lebih ditekankan pada sarana dalam
arti media/alat peraga. Sarana berfungsi memudahkan terjadinya proses
pembelajaran. Sementara itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dijadikan sumber dalam proses belajar mengajar.
8) Penilaian dan Tindak Lanjut
Sistem penilaian dan prosedur yang digunakan untuk menilai
pencapaian belajar siswa berdasarkan penilaian yang telah dikembengkan
selaras dengan pengembangan silabus. Penilaian merupakan serangakaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
sikap, dan penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
B. Metode atau Pendekatan dalam Pembelajaran
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain.
Menurut Adi (dalam Suprihatiningrum, 2013: 142) memberikan
definisi model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
berfungsi sebagai pedoman guru dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Winataputra (1993) mengartikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar-mengajar (Suyanto dan Jihad, 2013: 134).
Konsep model pembalajaran menurut Trianto (2010: 51),
menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk
di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan pola pilihan para guru untuk merancang
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapakan. Model pembelajaran merupakan suatu
prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Berfungsi sebagi pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses
belajar mengajar.
b. Model Discovery Learning
1) Definisi Discovery Learning
Menurut Bruner (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103)
“Model Discovery Learning didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dalm bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri”.
Menurut Budiningsih (2005:43), “Model Discovery Learning
adalah cara belajar memahami konsep, arti, dan hubungan melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan”.
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund
”discovery adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental
tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20), sedangkan menurut
Bruner, “penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam
mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item
pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner,
belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana
seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang
tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan
(Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai
fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam
model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri
sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau
data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4)
Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model
pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh
siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada
umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pengertian yang telah dijabarkan tersebut dapat disimpulkan
bahwa Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk menemukan secara mandiri pemahaman
yang harus dicapai dengan bimbingan dan pengawasan guru.
2) Ciri-Ciri Discovery Learning
Model discovery learning memiliki ciri tersendiri sehingga dapat
ditemukan perbedaan dengan model pembelajaran lainnya, berikut
tiga ciri utama belajar dengan model pembelajaran discovery learning
atau penemuan yaitu:
(1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.
(2) Berpusat pada peserta didik.
(3) Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah ada.
3) Karakteristik Discovery Learning
Pembelajaran ini memiliki karakter yang dapat ditemukan ketika
pembelajaran berlangsung, berikut tiga karakter tersebut:
(1) Peran guru sebagai pembimbing.
(2) Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan.
(3) Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik
melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.
4) Langkah-Langkah dalam Menerapkan Model Discovery Learning
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode
Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai
berikut:
(1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk
tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan
PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku,
dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner
memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya
yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong
eksplorasi.
(2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah) (Syah 2004 : 244), sedangkan menurut permasalahan
yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pernyataan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan
teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
(3) Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (Syah, 2004 : 244).
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, uji coba sendiri dan
sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif
untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak
disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan
yang telah dimiliki.
(4) Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004 : 244), pengolahan data merupakan
kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para
siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002 : 22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean
coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep
dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternative
jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara
logis.
(5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing (Syah, 2004:244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan informasi
yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan
terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
(6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi / menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa
harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan
pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau
prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang,
serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu.
5) Kelebihan Discovery Learning
Model pembelajaran yang beragam tentunya memiliki kelebihan dan
kekurang yang berdeda pula, kelebihan discovery learning yakni:
(1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.
(2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
(3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
(4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuaidengan kecepatannya sendiri.
(5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
(6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
(7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
(8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-ragu) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
(9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
(10) Membantu dan mengembangkan
6) Kelemahan Discovery Learning
Disamping kelebihan dalam menggunakan model pembelajaran,
tentunya akan memiliki kekurangan pula dalam aspek yang lain,
berikut kekurangan model pembelajaran discovery learning:
(1) Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar bagi siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan
abstrak atau berpikir, mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
(2) Model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
(3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini akan kacau
jika berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
(4) Lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat
metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan
semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani
yang berarti cara atau jalan. Sudjana (2005: 76) berpendapat bahwa
metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan
materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang
bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.
Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas
kebenarannya, sedangkan metode bersifat procedural yaitu pendekatan
dengan menerapkan langkah-langkah. Metode bersifat prosedural
maksudnya penerapan dalam pembelajaran dikerjakan melalui langkah-
langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar,
dan penilaian hasil belajar.
Menurut Sangidu (2004: 14) metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salamun (dalam Sudrajat, 2009:7)
menyatakan bahwa metode pembelajaran ialah sebuah cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah
kondisi yang berbeda. Hal itu berarti pemilihan metode pembelajaran
harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran
yang ingin dicapai.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem
dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan
secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda.
b. Macam-Macam Metode Pembelajaran
1) Metode Diskusi
Diskusi menurut Suryosubroto (2009:167) adalah percakapan
ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk
saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama
mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu
masalah.
Menurut Wahab (2008:100) diskusi adalah suatu tugas yang
benarbenar memerlukan keahlian sedangkan menurut Sagala
(2011:208) Diskusi adalah percakapan ilmiah yang reponsif berisikan
pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan
problematic pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun
pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam
kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan
masalahnya dan untuk mencari kebenaran. Dalam diskusi selalu ada
suatu pokok yang dibicarakan. Dalam percakapan itu diharapkan para
pembicara tidak menyimpang dari pokok pembicaraan. Mereka harus
selalu senantiasa kembali kepada pokok masalahnya. Pada hakikatnya
diskusi berbeda dengan percakapan, situasi lebih santai kadang
diselingi dengan humor. Dalam diskusi, semua anggota turut berfikir
dan diperlukan disiplin yang ketat.
Metode diskusi menurut Suryosubroto (2009:167) adalah suatu
cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan
kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas
sesuatu masalah.
Ada beberapa keuntungan metode diskusi menurut
Suryosubroto (2009:172) yaitu:
(1) Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam
proses belajar.
(2) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan
bahan pelajarannya masing-masing.
(3) Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara
berpikir dan sikap ilmiah.
(4) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam
diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
(5) Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan
sikap social dan sikap demokrasi para siswa.
Adapun beberapa kelemahan metode diskusi antara lain yaitu:
(1) Diskusi terlampau menyerap waktu. Kadang-kadang diskusi larut
dengan keasyikannya dan dapat mengganggu pelajaran lain.
(2) Pada umumnya peserta didik tidak berlatih untuk melakukan
diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan baik, maka
kecenderungannya mereka tidak sanggup berdiskusi.
(3) Kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan
diskusi, maka kecenderungannya diskusi menjadi tanya jawab.
(4) Kelemahan ini menunjukkan bersumber dari guru yang kurang
menguasai penggunaan dan manfaat metode diskusi dalam
membahas materi pelajaran.
Kelemahan juga dating dari peserta didik yaitu kurang mampu
melaksanakan diskusi dengan baik, karena terjebak dengan tanya
jawab atau debat kusir, sehingga makna diskusi sebagai suatu teknik
untuk memahami materi pelajaran tidak terpenuhi dengan baik.
Usaha yang dapat dilakukan oleh guru supaya diskusi bisa
berhasil dengan baik.
(1) Masalahnya harus controversial, artinya mengandung pertanyaan
dari peserta didik. Masalah itu menarik perhatian mereka karena
berhubungan erat dengan pengalaman mereka.
(2) Guru harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi. Guru
harus membagi-bagi pertanyaan dan member petunjuk tentang
jalannya diskusi. Guru juga berperan sebagai penangkis terhadap
pertanyaan yang diajukan peserta didik.
(3) Guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar fungsi guru
sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
Menurut Zain (2010:86) menyebutkan langkah-langkah umum
pelaksanaan diskusi sebagai berikut:
(1) Merumuskan masalah secara jelas.
(2) Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-
kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris,
pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan
sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi.
(3) Siswa diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru dalam
melakukan diskusi.
(4) Guru memberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
(5) Materi diskusi harus dikerjakan oleh seluruh anggota kelompok
tidak memerintah salah satu siswa untuk mengerjakan.
(6) Seluruh siswa mencatat hasil diskusi dengan baik dan sistematik
dan menyampaikan di depan kelas.
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar dengan menggunakan pertanyaan yang
diajukan oleh guru kepada murid. Metode ini bertujuan untuk
merangsang perhatian siswa dan mengukur kemampuan siswa
terhadap materi yang dibahas.
Metode ini tepat digunakan untuk mengarahkan pengamatan dan
proses berfikir dan digunakan sebagai selingan dalam metode cerita
atau ceramah.
Langkah-langkah menggunakan tanya jawab
a) Langkah Persiapan
(1) Merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
(2) Menyusun bahan-bahan pertanyaan yang dapat
membangkitkan minat dan perhatian murid serta bisa
mendorong inisiatif murid.
b) Langkah Pelaksanaan
(1) Guru bertanya kepada murid sekitar materi yang dibahas pada
saat itu secara bergiliran dan merata agar perhatian murid
tertuju pada murid.
(2) Ketika murid menjawab pertanyaan dari guru, dan jawabannya
benar, maka guru bisa memberikan reward kepa murid dan
bila jawabannya salah guru dapat melempar pertanyaan itu
kepada murid yang lain, sampai jawaban yang diberikan oleh
murid benar. Dan bila tidak ada satupun jawaban yang benar
dari seluruh murid maka guru bisa sedikit membuka
jawabannya untuk memancing murid barangkali ada yang bisa
menjawabnya. Kalau setelah jawabannya dibuka sedikit dan
ternyata murid tidak bisa guru baru boleh menjawab
pertanyaan yang diberikan.
c) Langkah Penutup
Dalam mengakhiri metode pembelajaran tanya jawab ini guru
bisa memberikan penguatan-penguatan dari jawaban para murid
dengan cara mengulas sedikit dari materi pertanyaan yang telah
disampaikan kepada murid. Hal iniperlu dilakukan untuk
menguatkan ingatan para murid agar materi yang ditanyakan tidak
cepat lupa.
Kelebihan metode tanya jawab antara lain sebagai berikut:
(1) Suasana kelas lebih hidup karena para murid aktif berfikir dan
menyampaikan buah pikirannya melalui jawaban dari pertanyaan
yang diberikan oleh guru.
(2) Sangat positif untuk melatih keberanian anak mengemukakan
pendapat secara lisan.
(3) Meskipun pelajaran berjalan agak lamban tetapi guru dapat
mengontrol terhadap pemahaman dan pengertian murid tentang
materi yang dibicarakan.
Kelemahan metode tanya jawab yaitu Memakan waktu yang cukup
lama, karena waktu yang tersedia habis untuk kegiatan tanya jawab
dengan seluruh murid.
3) Metode Penugasan / Pemberian Tugas
Metode Penugasan atau metode pemberian tugas adalah cara
dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas
kepada siswa. Tugas-tugas itu dapat berupa mengikhtisarkan
karangan, (dari surat kabar, majalah atau buku bacaan) membuat
kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan dapat pula menyusun
karangan. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas
dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya
dapat diberikan secara individual maupun kelompok.
Dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya didorong
untuk melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan proses
kegiatan kreatif. Oleh karena itu metode pemberian tugas dapat
dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran yang lain.
3. Pendekatan Pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Proses pembelajaran tidak terlepas dengan suatu pendekatan
pembelajaran agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan
baik, menyenangkan, dan lebih bermakna. Menurut Rusman (2012: 380)
pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran. Sementara itu, menurut Komalasari (2013: 54)
pendekatan pembelajaran diartikan sebagai sudut pandang terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum yang didalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam
memandang suatu masalah (Sanjaya, 2008: 127). Jadi, pendekatan adalah
sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang masih umum
kemudian dikuatkan menggunakan model dan metode pembelajaran yang
sesuai. Pendekatan pembelajaran dikelompokkan menjadi dua yaitu
pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional atau tradisional.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih
kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus
mennggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana.
Artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar
yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.

b. Pendekatan Saintifik
Di dalam Kurikulum 2013 yang sekarang mulai diterapkan di
sebagian sekolah-sekolah piloting ada dikenal namanya istilah
Pendekatan Saintifik. Secara Istilah pengertian dari pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, meng-analisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atauprinsip yang
“ditemukan”
Proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan saintifik
menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) meliputi lima
langkah yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan. Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengamati, yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera
penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan
peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat
bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi
lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data,
menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di
media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar
dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi
masalah.
2) Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin
diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa,
suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat
pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum
diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru,
narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan
bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan.
Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira.
Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis.
Hasil belajar dari kegiatan menanya adalah siswa dapat merumuskan
masalah dan merumuskan hipotesis.
3) Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa mencari informasi
sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan
mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara membaca buku,
mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba
(eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain.
Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat
menguji hipotesis.
4) Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk
serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan
tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan
klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan
menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan
sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam
mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep,
menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data
untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data
yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik
simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang
bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman,
dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan
menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian
dari hipotesis.
5) Mengkomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan
menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang
ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam
bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan
perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan
komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan mengomunikasikan adalah
siswa dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan
pembuktian hipotesis.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran, perencanaan pembelajaran sangatlah
dibutuhkan untuk merencanakan strategi dalam pelaksanaan pembelajaran.
Banyak hal yang harus dipersiapkan oleh mahasiswa magang antara lain yaitu
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai gambaran
atau langkah awal yang akan dilakukan oleh mahasiswa di dalam kelas pada saat
mengajar agar pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih terarah. Praktikan
menyiapkan RPP dengan materi yaitu matriks dan transformasi geometri.
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dipersiapkan oleh
praktikan didalamnya menggunakan model Discovery Learning. Dalam proses
pembelajaran dengan model Discovery Learning, guru hanya bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep,
dalil, prosedur, algoritma, dan semacamnya. Dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dipersiapkan oleh praktikan di dalamnya juga
menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan
antara lain yaitu metode diskusi, tanya jawab, dan penugasan.
Selain itu, praktikan juga menyiapkan media pembelajaran yang sudah
dipersiapkan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan oleh praktikan.
Media pembelajaran diadakan untuk menunjang proses pembelajaran agar lebih
menyenangkan sehingga membuat siswa tertarik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Tabel 3.1
Kegiatan yang dilakukan Mahasiswa Magang Selama di MA Unwanul
Falah NW Pao’ Lombok
Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Tempat
Pelepasan Mahasiswa
14 Agustus 2019 Ruang Guru
Magang oleh DPM
Observasi Lingkungan Ruang Guru,
14-15 Agustus 2019
Sekolah dan Kondisi Kelas Ruang Kelas
Ikut serta Apel Lapangan
17 Agustus 2019
Kemerdekaan Indonesia Yayasan
Pembagian Kelas dan
19 Agustus 2019 Ruang Guru
Guru Pamong
Penyerahan Administrasi
20-25 Agustus 2019 Ruang Guru
Pembelajaran
22,29 Agustus 2019
Posko Magang
5, 12,19,26 september 2019 Bimbingan DPM
dan KKN
3, 10 Oktober 2019
Lingkungan
14 Oktober 2019 Penarikan
Yayasan

Tabel 3.2
Jadwal Mahasiswa Magang dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar di
Kelas Semester Ganjil
Nama Guru
Kelas Mapel Hari Waktu
Mahasiswa Pamong
Selasa 09.55 – 11.15 Arrofiki
Novia Sukma X IPS 2 Ekonomi
Rabu 10.35 – 11.15 Autada, S.E
Rusmayadi X Agama 2 Penjaskes Rabu 08.20 – 09.40 Lalu Muh.
Imam
Jum'at 10.35 – 11.00
Wahyudi
Rabiatul
Khaerul Bahasa
Senin 11.15 – 12.35 Adawiyah,
Anam Inggris
S.Pd
Muh. Azni Rabiatul
Bahasa
Habiburrahm X Agama 1 Senin 11.15 – 12.35 Adawiyah,
Inggris
an S.Pd
Rabu 08.20 – 09.40 Lalu Muh.
Sholeha X Agama 2 Penjaskes Imam
Jum'at 10.35 – 11.00
Wahyudi
Selasa 09.55 – 11.15 Arrofiki
Farida Helmi X IPS 2 Ekonomi
Rabu 10.35 – 11.15 Autada, S.E
Ismun
Hudaebi X IPA 1 Seni Budaya Kamis 07.00 – 08.20 Farijah,
S.Pd
Ismun
Ahmad
X IPA 1 Seni Budaya Kamis 07.00 – 08.20 Farijah,
Nirwan Nur
S.Pd
Imania Rabu 07.00 – 08.20 Haisiah,
XI IPA 2 Matematika
Pratiwi Kamis 08.20 – 09.40 S.Pd
Bahasa Rabiatul
Siti Zulaikho X Agama 1 Inggris Senin 11.15 – 12.35 Adawiyah,
S.Pd
Siti Azmiatin Bahasa Selasa 08.20 – 09.40 Abdul Aziz,
X IPS 1
Hasna Indonesia Sabtu 09.55 – 11.15 M.Pd
Selasa 07.00 – 08.20 Abdul
Leni Yuliani X IPA 2 Fisika
Sabtu 11.55 – 12.35 Kadir, S.Pd
Perencanaan pembelajaran dimulai dari tahap observasi yang dilakukanpada
minggu pertama setelah pelepasan, bertujuan untuk mempelajari keadaan dan
kultur dalam pembelajaran di sekolah khususnya di kelas dan umumnya di MA
Unwanul Falah NW Pao’ Lombok pada pelajaran Matematika.
Pelaksanaan observasi dilakukan untuk dapat membaca keadaan dan mampu
mempersiapkan perangkat yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
sekaligus bimbingan dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti:
1. Kalender Pendidikan dan Jadwal Pembelajaran
2. Analisis SK/KD
3. Pemetaan Materi Pembelajaran
4. Penentuan KKM
5. Program Tahunan
6. Program Semester
7. Analisis Program Semester
8. Pengembangan Silabus
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan Magang Universitas Hamzanwadi dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai dengan Oktober atau bertepatan dengan tanggal 14 Agustus
2019 sampai dengan 14 Oktober 2019, yang terdiri dari 12 orang, 2 orang
mahasiswa ekonomi, 3 orang mahasiswa bahasa inggris, 2 orang mahasiswa
penjaskesrek, 2 orang mahasiswa sendratasik, 1 orang mahasiswa matematika, 1
orang mahasiswa fisika, 1 orang mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.
Daftar Kelompok Mahasiswa Magang
Ketua : Rusmayadi
Sekretaris : Siti Azmiatin Hasna
Bendahara : Novia Sukma
Anggota : 1. Ahmad Nirwan Nur
2. Farida Helmi
3. Hudaebi
4. Imania Pratiwi
5. Khaerul Anam
6. Leni Yuliani
7. Muh.Azni Habiburrahman
8. Sholeha
9. Siti Zulaikho

Sebelum melakukan praktikan mengajar di kelas, kami selaku Mahasiswa


Magang terlebih dahulu mempelajari beberapa administrasi guru dalam
menunjang proses belajar mengajar di dalam kelas. Beberapa hal yang kami
lakukan terkait dengan administrasi guru adalah menganalisi kalender pendidikan
untuk penyusunan perangkat pembelajaran, mempelajari jadwal belajar siswa,
mempelajari beberapa peraturan sekolah. Untuk tercapainya tujuan dari pada
pendidikan, maka dalam proses kegiatan belajar mengajar kita harus bisa
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa sehingga
mahasiswa magang dituntut untuk membuat perangkat pembelajaran.
Adapun perangkat pembelajaran yang harus dibuat oleh mahasiswa magang
antara lain:
1. Kalender Pendidikan dan Jadwal Pembelajaran
2. Analisis SK/KD
3. Pemetaan Materi Pembelajaran
4. Penentuan KKM
5. Program Tahunan
6. Program Semester
7. Analisis Program Semester
8. Pengembangan Silabus
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pembuatan perangkat pembelajaran diselesaikan sebelum masuk mengajar di
kelas. Dalam praktik magang sebagai salah satu langkah kongkrit untuk
mencetak calon guru yang kompeten dalam akademik maupun sosial
dilaksanakan secara bertahap yaitu terdiri dari dua siklus di lokasi praktik.
Kegiatan praktik Magang meliputi 4 tahapan yaitu:
1. Perencanaan atau pembahasan RPP
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Observasi
4. Hasil Refleksi Pembelajaran
Empat tahap ini dilakukan melalui pengkajian bersama dengan kelompok
guna di dalam menentukan strategi belajar mengajar yang akan digunakan agar
proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien, kedua kegiatan tersebut
dapat dipraktikan melalui praktik mengajar di kelas.
Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (Matematika Wajib)
No Hari Jam ke (WITA) Kelas Mata Pelajaran
Matematika
1. Rabu 07.00 - 08.20 XI IPA 2
Wajib
Matematika
2. Kamis 08.20 – 09.40 XI IPA 2
Wajib

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, praktikan melakukan langkah-


langkah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan atau Pembahasan RPP
Pada tanggal 14-18 Agustus, sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran praktikan mempersiapkan perangkat pembelajaran,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan sumber pembelajaran
untuk kelancaran proses belajar mengajar.
Pada tahap pembahasan perangkat pembelajaran, mahasiswa
magang membahas persiapan pembuatan RPP berdasarkan Kurikulum
yang digunakan yaitu Kurikulum 2013, Kompetensi Inti (KI), dan
Kompetensi Dasar (KD) yang sudah ditentukan. Pada mata pelajaran
Matematika, untuk semester ganjil ini terdiri dari Kompetensi Dasar
berjumlah (12 KD) dan masing-masing RPP dibuat urut berdasarkan
nomor urut Kompetensi Dasar.
Pada siklus I ini, mahasiswa magang membuat RPP untuk semua
Kompetensi Dasar.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, yang dilaksanakan pada tanggal
26 Agustus 2019 sampai dengan 12 Oktober 2019, praktikan
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan, dengan
kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada Materi
pokok pembahasan “Matriks dan Transformasi Geometri”. Pada tahap ini
ditetapkan pelaksanaan siklus dari bulan Agustus sampai bulan Oktober
yang dalam satu pekan terdapat 4 jam pelajaran dan evaluasi
dilaksanakan dengan ulangan harian selama 1 pekan di bulan September
dan Ulangan Tengah Semester di bulan Oktober.
c. Tahap Observasi/Pengamatan
Dalam proses belajar mengajar, praktikan melakukan pengamatan
terhadap aktivitas dan kegiatan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah tersedia.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus I ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1
Keterangan
No Aspek yang diamati
Ya Tidak
I Pra Pembelajaran

1. Siswa menempati tempat duduknya masing-



masing
2. Kesiapan menerima pembelajaran 
Kegiatan Membuka Pembelajaran

1. Siswa berdoa sebelum memulai pembelajaran 


2. Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi. 
3. Menyimak dengan seksama kompetensi yang 
hendak dicapai.
Kegiatan Inti Pembelajaran

1. Menyimak dengan seksama penjelasan materi 


pembelajaran
2. Aktif bertanya dalam proses penjelasan materi 
3. Adanya interaksi positif antar siswa 
4. Adanya interaksi positif antara siswa-guru 
5. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 
6. Siswa memberikan pendapatnya ketika 
diberikan kesempatan
7. Siswa aktif mencatat berbagai penjelasan yang 
diberikan
Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1. Siswa merasa terbimbing 


2. Siswa mampu menjawab dengan benar 
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
3. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya 
dengan lancar
4. Siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan 
lugas
Penutup

1. Siswa secara aktif memberikan rangkuman 


2. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan 
senang

Tabel 3.5
Analisis Hasil Siklus I pada Siswa Kelas XI IPA 2 (Hasil Ulangan
Harian KD 3.5 & 3.6)
No Nama Siswa Skor Keterangan
1. Bq. Ziadah 25 TT
2. Aulia Diana Zulfa 85 T
3. Gina Sonia 36 TT
4. Hiyaratul Ilmi 70 T
5. Jannatul Ma’wa 52 TT
6. Kowa Daturrizkoh 52 TT
7. Leni Marsehhataini 52 TT
8. Mafadhilah Paoziah Suhaedi
9. Nispul Laili 23 TT
10. Rika Indi Sartika -
11. Rofi’ah Nur 75 T
12. Saumi Nurfitriana 75 T
13. Siti Khadijah 35 TT
14. Siti Mukminah 70 T
15. Sopiyani Safitri 72 T
16. Sukma Ayu 25 TT
17. Taifah Masrurah 20 TT
18. Tita Intan Kurnia 70 T
19. Yuliana Rahmawati S. 55 TT

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Hasil belajar siswa dari hasil pengamatan atau observasi yang
dilaksanakan selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
Discovery Learning belum menampakkan adanya hasil belajar siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran matematika.pengukuran hasil
belajar yang didapatkan dari penyebaran soal yang telah dibuat
memperlihatkan bahwa diperoleh dari penyebaran soal yang telah dibuat
memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I termasuk dalam
kategori rendah. Hal ini disebabkan karena masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai di bawah KKM. Selain itu juga terdapat kekurangan-
kekurangan dalam proses pembelajaran dalam siklus I yang meliputi:
1) Faktor Guru
(1) Guru kurang memberikan motivasi dalam proses pembelajaran
sehingga siswa kurang aktif.
(2) Guru belum optimal dalam memberikan bimbingan kepada siswa
baik pada saat proses pembelajaran, penugasan maupun saat
berdiskusi.
2) Faktor Siswa
(1) Kurangnya minat siswa untuk mempelajari, mencari informasi,
dan membaca materi pembelajaran matematika.
(2) Motivasi belajar siswa yang masih sangat rendah.
(3) Sebagian besar siswa belum memahami materi pembelajaran.
(4) Masih banyaknya siswa kurang memperhatikan saat guru
menjelaskan.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh, hasil belajar siswa
belum mencapai hasil yang diharapkan. Atas dasar tersebut, maka
peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan memperbaiki
kekurangan-kekurangan pada siklus I.

2. Siklus II
Pada siklus II ini akan lebih diperhatikan lagi apa penyebabnya dari
kurangnya nilai siswa pada siklus I. Setelah ditindaklanjuti ternyata terdapat
hambatan-hambatan yang berasal dari dalam ataupun luar mahasiswa magang
jumpai selama pelaksanaan pembelajaran.
1) Metode yang digunakan guru belum optimal yang mengakibatkan
pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa tidak aktif dalam proses
pembelajaran.
2) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa sehingga proses
pembelajaran masih berpusat pada guru.
3) Kurangnya motivasi belajar siswa.
4) Banyaknya siswa yang kurang konsentrasi dalam belajar sehingga banyak
siswa yang kurang memahami materi yang dipelajari.
Adapun pemecahannya yakni:
1) Untuk kelancaran Proses Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) dapat
dipecahkan dengan memvariasikan model pembelajaran dan model
pendekatan pada proses belajar mengajar.
2) Memberikan perhatian khusus terutama kepada siswa yang tergolong sulit
memahami materi pelajaran dengan cara mendekati dan memberikan
motivasi agar lebih semangat dalam belajar.
3) Guru hendaknya memvariasikan metode atau strategi pembelajaran
sehingga tidak menjadikan pelajaran matematika sebagai pelajaran yang
membosankan.
Setelah diketahui hambatan dan pemecahannya, ternyata masih banyak
hal yang perlu untuk diberikan perhatian oleh mahasiswa magang, mulai dari
penyusunan perangkat hingga pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan dari hasil siklus ini mahasiswa
magang berusaha menyempurnakan rencana pembelajaran pada siklus
berikutnya dengan mencari metode yang lebih tepat dan sesuai dengan
karakter siswa di kelas XI IPA 2. Dan juga berdasarkan pada metode yang
sudah dipakai yaitu pembelajaran menggunakan metode diskusi, tanya jawab,
dan penugasan. Pada metode ini harus lebih tegas lagi untuk
menyempurnakan nilai dari siklus I.
a. Pembahasan Perangkat
Pada pembahasan RPP siklus II ini mahasiswa magang
menyempurnakan kekurangan pada siklus I agar pelaksanaan proses
belajar mengajar di dalam kelas lebih terencana untuk kelancaran dalam
penyampaian materi pelajaran dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan di siklus II 23 – 29 September
2019, mahasiswa magang melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan pada tahap
perencanaan, dengan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, dan
penugasan.
c. Pelaksanaan Observasi
Dalam proses belajar mengajar mahasiswa magang melakukan
pengamatan terhadap aktivitas dan kegiatan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang sama
seperti pada siklus I.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus II
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 3.6
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Keterangan
No Aspek yang diamati
Ya Tidak
I Pra Pembelajaran

3. Siswa menempati tempat duduknya masing-



masing
4. Kesiapan menerima pembelajaran 
Kegiatan Membuka Pembelajaran

4. Siswa berdoa sebelum memulai pembelajaran 


5. Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi. 
6. Menyimak dengan seksama kompetensi yang 
hendak dicapai.
Kegiatan Inti Pembelajaran

8. Menyimak dengan seksama penjelasan materi 


pembelajaran
9. Aktif bertanya dalam proses penjelasan materi 
10. Adanya interaksi positif antar siswa 
11. Adanya interaksi positif antara siswa-guru 
12. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 
13. Siswa memberikan pendapatnya ketika 
diberikan kesempatan
14. Siswa aktif mencatat berbagai penjelasan 
yang diberikan
Penilaian Proses dan Hasil Belajar

5. Siswa merasa terbimbing 


6. Siswa mampu menjawab dengan benar 
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
7. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya 
dengan lancar
8. Siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan 
lugas
Penutup

3. Siswa secara aktif memberikan rangkuman 


4. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan 
senang

Tabel 3.7
Analisis Hasil Siklus II pada Siswa Kelas XI IPA 2
No Nama Siswa Skor Keterangan
1. Bq. Ziadah 50 TT
2. Aulia Diana Zulfa 80 T
3. Gina Sonia 60 TT
4. Hiyaratul Ilmi 80 T
5. Jannatul Ma’wa 60 TT
6. Kowa Daturrizkoh 75 T
7. Leni Marsehhataini 80 T
8. Mafadhilah Paoziah Suhaedi
9. Nispul Laili 50 TT
10. Rika Indi Sartika -
11. Rofi’ah Nur 75 T
12. Saumi Nurfitriana 75 T
13. Siti Khadijah 50 TT
14. Siti Mukminah 70 T
15. Sopiyani Safitri 70 T
16. Sukma Ayu 60 TT
17. Taifah Masrurah 50 TT
18. Tita Intan Kurnia 80 T
19. Yuliana Rahmawati S. 80 T

Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
C. Refleksi Hasil Pembelajaran (Didukung dengan Data Analisis Hasil Belajar
Siswa)
Kegiatan refleksi pembelajaran adalah suatu komponen kegiatan yang
dilaksanakan setelah proses pembelajaran dengan tujuan untuk menilai dan
mengamati apa yang telah terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Pada siklus I mahasiswa magang menemukan siswa masih dalam proses
penyesuaian dengan cara penyampaian materi pelajaran yang disampaikan oleh
praktikan. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran, siswa masih terlihat
canggung dalam bertanya dan sangat kurang motivasi saat mengikuti proses
pembelajaran yang dibimbing oleh mahasiswa magang.
Hasil belajar siswa yang tidak tercapai pada magang ini disebabkan
mahasiswa magang kurang memperhatikan pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan. Mahasiswa magang juga kurang memberikan motivasi belajar
sehingga siswa kurang bersemangat dalam belajar.
Pada siklus I untuk mencari ketuntasan klasikal antara lain:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝐾𝐾 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑠
7
𝐾𝐾 = × 100% = 41%
17
Pada siklus II sudah melihat adanya peningkatan hasil belajar siswa atau
peningkatan prestasi belajar siswa. Di dalam kelas siswa mulai aktif dan antusias
mengikuti proses pembelajaran.
Pada siklus II untuk mencari ketuntasan klasikal pada Siklus II
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝐾𝐾 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑠
10
𝐾𝐾 = × 100% = 58%
17
Pengukuran hasil prestasi belajar siswa yang dapat dilihat mulai
menunjukkan adanya peningkatan cukup besar yaitu dapat dikategorikan dalam
kategori rendah hal ini disebabkan siswa yang tuntas lebih banyak di siklus II
dibandingkan siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
praktikan atau mahasiswa magang diantaranya:
1. Kondisi atau keadaan kelas cukup kondusif.
2. Adanya peningkatan hasil kognitif siswa dalam proses pembelajaran.
3. Siswa lebih antusia mengikuti pebelajaran.
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada materi Matriks dapat
diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi
serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman dan penguasaan
materi maka semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar dan keberhasilan siswa.
Untuk mata pelajaran Matematika memiliki KKM 70. Namun dalam
kenyataannya masih banyak siswa yang tingkat kemampuannya masih di bawah
rata-rata. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan dengan implementasi
RPP sesuai dengan ketentuan yang ada, tetapi ada perbedaan antara siklus I dan
siklus II walaupun perubahannya tidak terlalu signifikan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan Magang di MA Unwanul Falah NW Pao’
Lombok penulis dapat menyimpulkan keberhasilan proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh metode dan strategi yang digunakan oleh mahasiswa magang.
Hal ini dapat dilihat dari siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Penggunaan model discovery
learning dengan metode diskusi, tanya jawab, dan penugasan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yakni pada siklus I ketuntasan klasikal
mencapai 41%, namun pada kegiatan siklus II jauh meningkat menjadi 58%.
Siswa yang awal mulanya kurang dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan materi tertentu khususnya materi Matriks dapat menjadi motivasi
tersendiri terlebih karena pelaksanaan kegiatan pembelajaran, praktikan
membimbing setiap anggota kelompok sehingga siswa juga dapat dengan leluasa
bertanya tanpa canggung dalam hal kurang pemahaman dalam penyelesaian soal
yang ada sehingga proses pembelajaran pun dapat terlaksana sesuai dengan yang
diharapkan.
Pada dasarnya pelaksanaan magang ini menjadi tolak ukur bagaimana
seorang mahasiswa yang nantinya membina kelas dalam lingkup yang luas serta
membina mata pelajaran yang lingkupnya lebih khusus. Tentunya pelaksanaan
kegiatan Magang ini sebagai salah satu hal yang menjadikan pelajaran serta
pengalaman yang sangat bagus yang nantinya sebagai refrensi terbaik dalam
sebuah pengelolaan ruang kelas.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hambatan-hambatan yang terjadi di dalam kelas terutama ketika
dalam kegiatan belajar mengajar, maka beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh
guru untuk memotivasi siswa, yaitu:
1. Sebaiknya dalam hal kegiatan pembelajaran lebih meningkatkan lagi
bimbingan kepada setiap siswa terlebih bagi siswa yang kurang dalam mata
pelajaran tertentu.
2. Lebih meningkatkan penyelarasan dalam pembagian kelompok belajar.
3. Peningkatan pemahaman tentang konsep dalam setiap materi yang
disampaikan dalam poses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai