Anda di halaman 1dari 23

BAB 4

MENGELOLA LINGKUNGAN GLOBAL

DUNIA YANG TIDAK MENGENAL BATAS


Keterbukaan dunia yang tanpa batas memungkinkan para manajer memindahkan perusahaan
mereka ke kancah internasional di berbagai tingkat, adapun tingkatannya yaitu:
1. Tahap Domestik
Pada tahap ini perusahaan hanya berorientasi domestic dan para manajer mulai sadar
akan lingkungan global dan baru memulai keterlibatan awal di luar negeri.
2. Tahap Internasional
Pada tahap ini perusahaan berorientasi ekspor dan perusahaan biasanya mengadopsi
pendekatan multidomestik (setiap persaingan di setiap negara ditangani secara
independen). Perusahaan berada pada tahap perkembangan posisi kompetitif. Perusahaan
juga sangat peka dengan nilai-nilai budaya negara tujuan pemasaran produknya.
3. Tahap Multinasional
Pad atahap ini perusahaan memiliki fasilitas pemasaran dan produksi di banyak negara,
dengan lebih dari sepertiga penjualannya berasal dari luar negeri. Mereka berfokus pada
pemasaran produk serupa ke banyak negara.
4. Tahap Global
Ini merupakan tahap terakhir dari pembangunan perusahaan internasional . pada tahap ini
perusahaan beroperasi secara global, dengan melakukan penjualan dan mendapatkan
sunber daya dari negara manapun yang menawarkan peluang terbesar dan biaya
terendah.1

Exhibit – 4.1 (Daft, Richard L. , p.107)
MEMULAI BEKERJA SECARA INTERNASIONAL
Memasuki kancah internasional dapat dilakukan dengan membangun srategi-strategi memasuki
pasar (stategi yang dilakukan oleh organisasi untuk memasuki pasar asing. Ada beberapa
cara/strategi bagi suatu organisasi untuk memasuki kancah internasional. Salah satunya adalah
dengan memperluas pasar barang jadi di luar negeri, yang dilakukan dengan cara Ekspor,Lisensi,
dan Investasi Langsung ) atau beberapa cara lain dengan mencari sumber daya atau tenaga kerja
yang lebih di luar negeri (offshoring atau outsourcing)

 Exhibit – 4.2 (Daft, Richard L. , p.109)


1. EKSPOR (eksporting)

Merupakan strategi yang dilakukan oleh organisasi dengan cara mempertahankan fasilitas
produksinya di dalam negeri dan menjualnya ke luar negeri.2 Ekpor memungkinkan
perusahaan untuk menawarkan produkny ke negara lain dengan biaya sumber daya yang
relative rendah dan dengan resiko terbatas.

2. Outsourcing Global / offshoring


Adalah melakukan pembagian tenaga kerja internasional untuk mendapatkan sumber
tenaga kerja dan pasokan termurah dari negara manapun.3
3. Lisensi
Adalah strategi yang silakukan oleh organisasi untuk memasuki pasar internasional
dengan cara memastikan ketersediaan sumber daya bagi perusahaan di negara lain untuk
berpartisipasi dalam produksi dan penjualan produknya di luar negeri.
Bentuk khusus daari lisensi adalah waralaba (franchising)
4. Investasi Langsung
Adalah strategi untuk memasuki pasar internasional dengan cara mengelola fasilitas
produksi di negara lain4
5. China Inc.
Dewasa ini bisnis di China dan India tengah meledak. Banyak perusahaan yang
mejadikan ke duanya sebagai pintu awal memasuki kansah bisnis internasional.
Perusahaan AS dan Eropa pun turut memanfaatkan peluang untuk menjalankan berbagai
taktik ekspor, outsourcing, lisensi dan investasi langsung5
LINGKUNGAN BISNIS INTERNASIONAL
Manajemen internasional adalah manajemen operasi bisnis yang dilakukan di lebih dari
satu negara. Tugas-tugas mendasar manajemen bisnis, termasuk pendanaan, produksi, produksi,
serta distribusi barang dan jasa, tidak banyak berubah ketika suatu perusahaan melakukan
transaksi bisnis di tingkat internasional. Fungsi-fungsi manajemen dasar perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian tidak berubah ketika suatu perusahaan
beroperasi baik di kancah domestic maupun internasional.
 Exhibit – 4.3 (Daft, Richard L. , p.114)

LINGKUNGAN EKONOMI
Lingkungan ekonomi adalah kondisi ekonomi di negara tempat organisasi internasinal
beroperasi. Lingkungan ini terdiri dari beberapa faktor, yaitu:
1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi diberbagai negara sangat beragam sehingga menimbulkan
pengelompokan negara-negara yang menjadi negara berkembang dan negara maju.
Kriteria tradisional yang diguanakan untuk pengelompokan tersebut adalah
pendapatan per kapita, yaitu pendapatan yang dihasilkan dari produksi barang dan
jasa suatu negara dibagi dengan jumlah penduduk. 6
2. Infrastruktur
Infrastruktur adalah fasilitas fisik suatu negara yang mendukung aktivitas ekonomi.
Contohnya seperti jalan tol, bandara, saluran telepon, dan sarana pendukung lainnya.
Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam mengukur daya saing negara
dalam perekonomian dunia7
3. Pasar Sumber Daya dan Produk
Pasar sumber daya dan produk menjadi hal pentng dalam menjalankan bisnis di
negara lain karena sifatnya yang harus ada jika perusahaan internasional ingin
mendirikan pabrik baru di suatu negara8
4. Nilai Tukar
Nilai tukar adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Perubahan nilai tukar dapat berdampak besar bagi daya untung bisnis internasional9
LINGKUNGAN POLITIK-HUKUM
1. Risiko politik
Didefinisikan sebagai risiko kehilangan asset daya untung, atau control manajemen
karena peraturan atau tindakan politik dari pemerintah tuan rumah10
2. Undang-undang dan peraturan pemerintah yang berbeda dari masing-masing negara
menjadi tantangan yang sebenarnya bagi bisnis internasional11

LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA


1. Dimensi Nilai Hofstede12
 Jarak kekuasaan : tingkatan sejauh mana orang menerima ketidaksetaraan kekuasaan di
antara institusi,organisasi dan orang
 Penghindaran ketidakpastian : nilai dengan karakter ketidaktoleransian orang terhadap
ketidakpastian dan ambiguitas dan mengakibatkan dukungan terhadap keyakinan yang
menjanjikan kepastian dan kecocokan
 Individualisme : preferensi terhadap ikatan kerangka sosial yang longgar di mana
masing-masing orang diharapkan untuk mengurus mereka sendiri
 Kolektivisme : preferensi terhadap ikatan kerangka sosial yang sangat ketat, dimana
setiap individu memerhatikan satu sama lain dan organisasi melindungi kepentingan
anggotanya.
 Maskulinisme:preferensi budaya terhadap pencapaian,kepahlawanan,ketegasan,berpusat
pada pekerjaan dan keberhasilan dalam hal materi
 Feminisme : preferensi budaya terhadap kerja sama pengambilan keputusan dalam
kelopmpok dan kualitas hidup.13

 Exhibit – 4.4 (Daft, Richard L. , p.118)


2. Dimensi Nilai Proyek GLOBE14 :
 Sikap Asertif : Penghargaan yang tinggi terhadap sikap asertif berarti bahwa masyarakat
mengutamakan ketangguhan, sikap asertif, dan persaingan, sedangkan sikap asertif yang
rendah berarti bahwa suatu masyarakat lebih menghargai kelembutan dan kepedulian
daripada persaingan.
 Orientasi masa depan : Serupa dengan orientasi waktu Hofstede, dimensi ini mengukur
sejauh mana suatu masyarakat lebih mengutamakan dan menghargai perencanaan untuk
masa depan daripada hasil jangka pendek dan gratifikasi cepat.
 Pengindaran ketidakpastian : Sama dengan penelitian Hofstede, dimensi ini mengukur
sejauh mana suatu masyarakat merasa nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas.
 Perbedaan Gender : Dimensi ini mengukur sejauh mana suatu masyarakat
memaksimalkan perbedaan peran gender.
 Jarak Kekuasaan : Dimensi ini mengukur sejauh mana suatu masyarakat mengharapkan
dan menerima kesetaraan atau ketimpangan dalam hubungan dan lembaga.
 Kolektivisme Sosial : Dimensi ini berarti sejauh mana praktik-praktik di lembaga-
lembaga sperti sekolah, perusahaan, dan lembaga social lain agar mendorong terciptanya
masyarakat kolektivis yang terikat dengan erat.
 Kolektivitas Individual : Dimensi ini lebih mengukur sejauh mana para individu merasa
bangga menjadi anggota keluarga, pertemanan, tim, atau organisasi, daripada bagaimana
organisasi social lebih mengutamakan individualism atau kolektivitas.
 Orientasi Kinerja : Masyarakat berorientasi kinerja tinggi mengutamakan kinerja dan
menghargai anggotanya karena peningkatan dan kesempurnaan kinerja mereka,
 Orientasi Kemanusiaan : Dimensi ini mengukur sejauh mana suatu masyarakat
mendorong dan menghargai anggotanya karena bersikap adil, dermawan, murah hati, dan
peduli.15
 Exhibit – 4.5 (Daft, Richard L. , p.119)
KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN LAIN
Karakteristik kebudayaan lain yang memengaruhi organisasi internasional adalah bahasa,
agama, organisasi social, pendidikan, dan sikap. Negara-negara lain lebih mengutamakan bahasa
lisan daripada bahasa tulisan. Agama mencakup objek-objek sacral, falsafah hidup, tabu, dan
ritual. Organisasi social mencakup hal-ihwal sistem status, kekerabatan, dan keluarga, institusi
social, dan peluang mobilitas social. Pendidikan memengaruhi tingkat literasi, ketersediaan
tenaga kerja berkualifikasi, dan dominasi tingkat primer atau sekunder. Sikap terhadap prestasi,
pekerjaan, dan sesame manusia semuanya dapat memengaruhi produktivitas organisasi. 16
Ethnosentrisme yaitu kecenderungan alamiah manusia untuk memandang tinggi
kebudayaan mereka dan memandang tinggi kebudayaan mereka dan memandang rendah
kebudayaan lain, dapat dijumpai di semua negara. Sikap ethnosentrisme yang kuat di suatu
negara dapat menyulitkan bagi perusahaan asing beroperasi di sana.

ALIANSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL


1. GATT Dan Organisasi Perdagangan Dunia :
Persetujuan Umum Tarif dan Perdagangan (GATT) yang ditandatangani oleh 23
negara pada tahun 1947 bermula sebagai sejumlah aturan untuk memastikan
nondiskriminasi, prosedur yang jelas, perundingan untuk menyelesaikan perselisihan,
dan partisipasi negara-negara berkembang di kancah internasional.17 GATT menjadi
sponsor delapan rangkaian perundingan perdagangan internasional untuk menghapus
batasan-batasan perdagangan. Rangkaian perundingan Uruguay yang dilaksakan dari
tahun 1986 hingga 1994 melibatkan 125 negara dan memotong tarif lebih besar dari
sebelumnya. Selain menurunkan tarif hingga 30 persen lebih kecil, Perundingan
Uruguay juga makin mendekatkan dunia menuju perdagangan global bebas dengan
menggagas perlunya didirikan Organisasi Perdagangan Dunia ( World Trade
Organization-WTO).
2. Uni-Eropa atau Eoropean Union (EU)
Adalah persekutuan ekonomi dan politik dari 27 negara demokratis di Eropa. Pertama
kali di bentuk pada tahun 1992 dengan 12 anggota awal.18
 Exhibit – 4.6 (Daft, Richard L. , p.123)
• EU terdiri dari negara-negara:
 Belgia, Denmark, Perancis, Yunani, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugal,
Spanyol, Inggris dan Jerman ; th. 1995 bergabung : Austria, Firlandia, Swedia : Polandia,
Hungaria, Republik Ceko, Siprus, Slovenia dan Estonia ( bergabung tahun 2003)
 Motivasi pembentukan EU : supaya memungkinkan mereka mampu menegaskan
kembali posisi mereka terhadap kekuatan industri Amerika Serikat dan Jepang.

3. Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara - NORTH AMERICAN FREE


TRADE AGREEMENT (NAFTA).
Adalah persetujuan antara pemerintah Meksiko, Kanada dan AS untuk
menghilangkan hambatan perdagangan19
• Tercakup dalam NAFTA : Meksiko, Kanada dan Amerika Serikat pada tanggal 2
Agustus 1992.20

REAKSI MENENTANG GLOBALISASI


Seiring makin terhubungnya seluruh dunia, reaksi menentang globalisasi pun
bermunculan.21
PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Perusahaan Multinasional adalah organisasi yang memperoleh lebih dari 25 persen
pendapatan penjualan totalnya dari operasi diluar negara asalnya22. Perusahaan Multinasional (
multinational corporation-MNC)23 memiliki karakateristik manajerial khas berikut ini :
1. MNC dikelola sebagai sbuah sistem bisnis terintegrasi yang mendunia, dengan cabang-
cabang luar negeri yang bertindak dan saling bekerja sama. Modal, teknologi dan sumber
daya manusia dialihkan antarnegara cabang. MNC dapat memperoleh bahan baku dan
memproduksi suku cadang di belahan dunia mana pun yang paling menguntungkan.
2. MNC pada dasarnya dikontrol oleh kewenangan manajemen tunggal yang membuat
keputusan-keputusan strategis penting yang berhubungan dengan perusahaan induk dan
cabang.
3. Para manajer puncak MNC diharuskan untuk memiliki prespektif global. Mereka
memandang seluruh dunia sebagai sebuah pasar keputusan strategis, pemerolehan sumber
daya, serta lokasi produksi, iklan, dan efisiensi pemasaran.24
MENGELOLA LINGKUNGAN GLOBAL
Para manajer baru yang ingin memajukan kariernya sadar akan pentingnya pengalaman
di kancah global.25 Kompleksitas pekerjaan di kancah internasional ditunjukkan oleh sebuah
penelitian tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan para manajer25.
 Membangun Kecerdasan Budaya
Kecerdasan budaya adalah kemampuan sesorang dalam menggunakan daya pikir
dan pengamatannya untuk menafsirkan bahasa tubuh dan situasi baru serta
memberikan respons perilaku yang sesuai.26
kecerdasan budaya meliputi tiga aspek yang sama pentingnya yaitu: kognitif,
emosional dan afektif27
 Gegar Budaya : Kebingungan, disorientasi, dan kegelisahan karena harus
menghadapi budaya asing.
 Ekspatriat : Para pekerja yang tinggal dan bekerja diluar negeri.28

 Melakukan Pengelolaan Lintas Budaya


Orang barat mempunyai atau memiliki pengilhatan yang sama kategorinya yaitu
diumpamakan sebagai kategori hewan dan sedangkan masyarakat asia melihat
sesuatu berdasarkan suatu hubungan satus sama lain dan dicontohkan dengan
hewan monyet dan makanannya yaitu pisang.29
Agar dapat bekerja secara efektif di kancah internasional, para manajer harus
menafsirkan budaya di Negara asing dan organisasi tempat mereka bekerja, serta
mengembangkan kepekaan yang dibutuhkan agar tidak melakukan kesalahan
budaya yang berdampak financial.30
Contoh-contoh berikut merupakan generalisasi, namun memberi cerminan bagi
para manajer agar lebih berhasil:
Sumber daya manusia, Tidak semua manajer dapat berhasil di kancah
internasional. para manajer sumber daya manusia menggunakan keahlian global
dalam proses seleksi yang dilakukan. selain itu, para ekspatriat mengikuti
pelatihan lintas budaya untuk mengembangkan keahlian budya serta
mengembangkan keahlian bahasa serta orientasi historis dan budaya.31

Seorang kandidat manajer harus bisa bertanya pada dirinya sendiri, yaitu tentang:
- apakah anda dapat memulai kontak social dengan sebuah Negara yang asing?
- Apakah anda dapat beradaptasi di lingkungan yang berbeda?
- Apakah Anda dapat mengelola masa depan anda di bursa tenaga kerja dengan
membangun jaringan dan hubungan dengan orang-orang di Negara kelahiran
anda? 32

Memimpin Di masyarakat berorientasi hubungan yang menganut nilai-nilai


kolektivisme, para manajer umumnya menggunakan pendekatan yang hangat dan
intim terhadap pegawainya. sebagai contoh, salah satu kesulitan terbesar yang
diahdapi oleh manajer AS dalam berbisnis di cina adalah tidak menyadari bahwa
bagi orang cina, semua hubungan itu bersifat pribadi.33

Mengambil Keputusan para manajer mengharapkan atasan mereka untuk


membuat keputusan dan member perintah secara spesifik34

Memotivasi Di cina warganya menginginkan kesmpatan belajar sedangkan di


spanyol warganya menginginkan keseimbangan antara kesenangan dan kerja 35
bisa jadi para warga Negara tersebut memandang motivasi dan pengakuan dari
manajer sebagai bagian dari manipulasi sehingga menurunkan motivasi36
Para manajer di Amerika latin, afrika dan timur tengah dapat meningakatkan
motivasi dengan menghargai pegawai mereka sebagai individu yang memiliki
kebutuhan dan minat di luar pekerjaan mereka.37
BAB 5
MENGELOLA ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
APAKAH ETIKA MANAJEMEN ITU?

Etika adalah kode prinsip dan niali moral yang membangun perilaku sesorang atau
sebuah kelompok yang berhubungan dengan benar dan salah.38

Sebuah permasalahan etika biasanya muncul dalam situasi ketika tindakan seseorang atau sebuah
organisasi mungkin akan merugikan atau menguntungkan orang lain.39 Namun permasalahan etis
terkadang sangat kompleks. Orang-orang di organisasi secara luas menganut pandangan yang
beragam tentang tindakan etis yang paling sesuai dan tidak sesuai dalam situasi tertentu.40

 Exhibit – 5.1 (Daft, Richard L. , p.140)

DILEMA ETIS: APAKAH YANG AKAN ANDA LAKUKAN?

Dilema etis adalah situasi yang muncul ketika semua pilihan alternatif atau perilaku
yang tidak diinginkan karena konsekuensi yang berpotensi negatif, sehingga sulit untuk
membedakan benar dan salah. Dilema ethis( ethical dilemma) muncul dalam situasi yang
menyangkut benar dan salah ketika nilai-nlai menjadi pertentangan41

KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS :

dibagi kedalam 4 pendekatan42 yaitu:Pendekatan Bermanfaat : Konsep tentang etika bahwa


perilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.43

1. Pendekatan Individulisme : Konsep tentang etika bahwa suatu tindakan


dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka
panjang seorang individu.44 Individualisme pada akhirnya mengarah pada perilaku
terhadap orang lain yang sesuai dengan standar perilaku yang orang-orang
inginkan pada mereka.45
2. Pendekatan Hak-Hak Moral : Konsep tentang etika bahwa keputusan moral
adalah keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak orang-orang yang
akan terkena akibatnya. Enam hak-hak moral :
3. Pendekatan Keadilan : Konsep tentang etika bahwa keputusan moral harus
berdasarkan pada standart keadilan, kejujuran, dan ketidakberatsebelahan.
Keadilan distributif mengharuskan bahwa perlakuan yang berbeda terhadap
orang-orang tidaklah boleh didasarkan pada karakteristik yang sewenang-
wenang. Pada kasus perbedaan substantif, orang-orang haruslah diperlakukan
secara berbeda berdasarkan proporsi yang ada karena perbedaan diantara
mereka. Keadilan Prosedural mengatakan bahwa peraturan harus secara jelas
diberikan dan dijalankan secara konsisten dan tidak berat sebelah. Keadilan
Kompensasi mengatakan bahwa individu harus diberikan ganti rugi atas biaya
cedera yang disebabkan oleh pihak yang bertanggung jawa dan juga bahwa
individu tidak boleh diminta pertanggungjawaban atas hal yang tidak berada di
bawah kendalinya.

PILIHAN-PILIHAN ETIS SEORANG MANAJER

salah satu ciri pribadi yang penting adalah tahap pengembangan moral. 46Globalisasi membuat
permasalahan etika menjadi lebih membingungkan bagi manajer saat ini47

 Exhibit – 5.2 (Daft, Richard L. , p.146)

APAKAH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN ITU?

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan
melakukan tindakan yang akan berperan terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat
serta organisasi. Tanggung jawab social perusahaan berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut
perusahaan terhadap masyarakat48. Meskipun pengertiannya lugas, CSR dapat menjadi sebuah
konsep yang sulit dipahami karena orang-orang yang berbeda memiliki keyakinan yang berbeda
mengenai tindakan yang bisa mningkatkan kesejahteraan rakyat.49

PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM ORGANISASI (Stakeholders)

Adalah kelompok apa pun yang berada di dalam maupun di luar organisasi yang memiliki andil
dalam kinerja organisasi. Kinerja organisasi mempengaruhi pemagku kepentingan, dan
pemangku kepentingan dapat juga sangat mempengaruhi kinerja dan kesuksesan organisasi.
Seperti dalam kasus Monsato, pesaing terdepan dalam industry ilmu pengetahuan hayati.50
Selama lebih dari sekitar satu dasawarsa, Monsato telah berubah dari sebuah firma kimia
menjadi sebuah perusahaan biiteknologi. Perusahaan ini memiliki susunan stakeholder dan
sangat besar di seluruh dunia, yang diantaranya adalah pelanggan, investor, pemasok, rekanan,
organisasi kesehatan dan pertanian, agen pengaturan, institute penelitian, dan pemerintah.
Mansato mengalami beberapa masalah besar belakangan ini karena kegagalannya untuk
memuaskan beragam kelompok pemangku kepentingan.

Berikut adalah tampilan yang menunjukan keterkaitan para pihak pemangku kepentingan yang
sangat berpengaruh bagi Monsato, ini menunjukan bahwa sebuah organisasi secara serupa
dipengaruhi oleh beragam kelompok pemangku kepentingan, di mana perusahaan tidak akan bisa
bertahan tanpa pihak-pihak ini.51

 Exhibit – 5. (Daft, Richard L. , p.151)

ETIKA KETAHANAN DAN LUNGKUNGAN ALAM

Sejumlah perusahaan di dunia telah memegang ide revolusioner yang disebut ketahan atau
pengembangan yang dapat bertahan. Ketahanan merupakan perkembangan ekonomi yang
mengahsilkan kekayaan dan memenuhi kebutuhan generasi saat ini sekaligus menjaga
lingkungan agar generasi masa depan dapat memenuhi kebutuhan mereka juga.51 Dengan filosofi
ketahanan, menajer menjalin keprihatinan lingkungan dan sosial ke dalam setiap keputusan,
merevisi kebijakan dan prosedur untuk mendukung usaha ketahanan, dan mengukur
kemajuannya dalam mencapai tujuan-tujuan ketahanan. Semuanya berinti pada ketahanan yang
menerapkan dukungan alam dengan usaha lebih untuk mencintai alam.52

berbagai nuansa yang mewakili pendekatan perusahaan untuk menangani kepedulian lingkungan
dapat diilustrasikan pada tampilan berikut.

 Exhibit – (Daft, Richard L. , p.153)

Market: merupakan kesadaran dan kepekaan terhadap kepedulian lingkungan, terutama untuk
memuaskan pelanggan

Stakeholder: perusahaan berusaha untuk menjawab masalah lingkungan dari berbagai kelompok
pemangku kepentingan, seperti pelanggan, komunitas local, rekanan, dan kelompok khusus.
GM menghasilkan lebih banyak uang dari daur ulang daripada pengeluarannya dulu untuk
pembuangan53

MENGEVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

 Exhibit – 5. (Daft, Richard L. , p.155)

tampilan di atas merpakan sebuah model yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja
social. Model tersebut mencirikan bahwa tanggung jawab social perusahaan dapt dibagi kedalam
empat criteria utama: tanggung jawab ekonomi, hokum, etika, dan kebijaksanaan. Keempat
criteria ini saling sesuai untuk membentuk keseluruhan kemampuan perusahaan dalam bereaksi
terhadap social.54

1. Tanggung jawab ekonomi: menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan masyarakat,
serta memaksimalkan keuntungan bagi pemilik dan pemegang saham institusi tersebut.
Oleh Milton Friedman dinyatakan bahwa tanggung jawab ekonomi adalah “pandangan
pemaksimalan keuntungan” yaitu perusahaan harus berjalan di atas landasan yang
berorientasikan keuntungan. Namun pandangan ini tidak dianggap lagi sebagi criteria
kerja yang memadai karena pendekatan yang hanya berorientasi pada keuntungan ini dapt
membawa perusahaan kepada masalah besar.55
2. Tanggung jawab hukum: diantaranya bisnis diharapkan untuk memenihi tujuan
ekonominya dalam kerangka persyaratan hukum yang ditentuka oleh pemerintah.56
3. Tanggung jawab etika: terdiri dari perilaku-perilaku yang tidak dapt ditempatkan ke
dalam ranah hukum dan mungkin tidak berhubungan dengan kepentingan ekonomi secara
langsung. Para pembuat keputusan diharapkan bertindak dengan kesetaraan, keadilan,
dan ketidakberpihakan, menghargai hak-hak individu. 57
4. Tanggung jawab diskresionari: bersifat suka rela dan dibimbing oleh hasrat perusahaan
untuk memberikan kontribusi social yang tidak diperintahkan oleh ekonomi, hukum, dan
etika. Dapat berupa penyisihan keuntungan yang dialokasikan sebagai dana amal.58-59
MENGATUR EIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

 Exhibit – 5. (Daft, Richard L. , p.158)

Salah satu langkah penting yang dapat diambil oleh seorang manajer adalah untuk mrnjalankan
kepemimpinan yang beretika. Kepemimpinan yang beretika: bahwa manajer berlaku jujur dan
dapt dipercaya, adil dalam bekerja bersama pegawai dan pelanggan, dan beretika dalam
kehidupan pribadi dan kehidupan profesionalnya.60

Manajer harus proaktif dalam memengaruhi pegawai untuk mewujudkan dan mencerminkan
nilai-nilai etika61

Manajer juga dapat menerapkan mekanisme organisasi dalam membantu pwgawai dan
oerusahaan untu tetap berada pada jalur yang beretika. Beberapa mekanisme utama adalah kode
etik, struktur etis, struktur etis, whistle-Blowing.

1. Kode Etik : pernyataan resmi dari nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan yang berkaitan
dengan persoalan etika dan social. Kode etik cenderung ada dalam 2 jenis: pernyataan
yang berdasarkan prinsip (sering disebut kredo perusahaan) dan pernyataan yang
berdasarkan kebijakan. Pernyataan yang berdasarkan prinsip menentukan niai-nilai
mendasar dan berisi nahasa-bahasa umum mengenai tanggung jawab perusahaan, kualitas
produk, dan perlakuan terhadap pegawai. Sedangkan pernyataan yang berdasarkan
kebijakan umumnya menguraikan prosedur-prosedur yang digunakan dalam situasi etis
tertentu, seperti praktik pemasaran, konflik kepentingan, ketaatan pada hukum, informasi
kepemilikan, hadiah-hadiah politis, dan peluang yang sama.62
2. Struktur Etis
Struktur etis mewakili beragam sistem, posisi, dan program yang dapat dilaksanakan oleh
perusahaan untuk menerapkan perilaku beretika.63 Komite etika: adalah keloompok
eksekitif yang ditunjuk untuk mengatsi etika perusahaan dengan menagtur permasalahan-
permasalahan yang mencurigakan dan menertibkan para pelanggarnya. Banyak
perusahaan yang menyusun kantor-kantor beretika yang dikepalai oleh kepala tugas
etika: yaitu eksekutif perusahaaan yang mengawasi etika dan kepatuhan hukum.64
program etika: program pelatihan untuk membantu para pegawai dalam menghadapi
persoalan etika dan niali-nilai.65
3. Whistle-Blowing
Merupakan penyingkapan yang dilakukan seorang pegawai atas praktik-praktik illegal,
amoral, atau tidak sah yang dilakukan oleh organisasi.66 Organisasi tidak dapat hanya
mengandalkan kode etik dan struktur etika semata untuk mencegah terjadinya tindak
penyelewengan, maka manajer dapat mengandalkan orang-orang tertentu yang disebut
Whistle-Blower. perusahaan harus melakukan usaha yang berdedikasi untuk melindungi
para whistle-blower.67 Kejahatan ekonomi global yang paling efektif dalam program etika
adalah audit internal dan dukungan dari whistle-blower.68

Kasus Bisnis tentang Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Secara alami, hubungan antara etika dan tanggung jawab social perusahaan dengan kinerja
keuangannya berkaitan dengan manajer dan gelar sarjana manajemennya. hal ini oun telah
menjadi perdebatan yang panas.69 Sejumlah penelitian, yang dilakukan untuk menentukan
apakah etika dan tanggung jawab social yang dijunjung tinggi meningkatkan atau menurunkan
kinerja keuangan, telah memberikan hasil yang beragam tetapi secara umum menemukan
hubungan yang positif antara tanggung jawab social dan kinerja keuangan.70 Meskipun hasil-
hasil dari penelitian ini bukan merupakan bukti, hasil ini memberikan indikasi bahwa
penggunaan sumber daya bagi Erika dan tanggung jawab tidak akan mencelakai perusahaan.71
Selain itu, sebuah survey menemukan bahwa 70 % CEO di seluruh dunia myakini tanggung
jawab social perusahaan adalah hal yang vital bagi profibilitas perusahaan.72

Para peneliti menemukan, misalnya , bahwa orang-orang lebih memilih bekerja di perusahaan
yang menunjukan tingakt etika dan tanggung jawab yang tinggi , karenya organisasi atau
perusahaan yang memiliki etka dan tanggung jawab tinggi dapat mempertahankan pegaawai-
pegawai yang berkualitas tinggi.73 Sebuah penelitian yang dilakuakn oleh walker research
mengemukakan bahwa, harga dan kaulitas setara, dua per tiga pelanggan mengatakan bahwa
mereka akan mengganti merk langganan mereka dengan merk dari perusahaan yang ber etika
dan ber tanggung jawab tinggi.74
END NOTE:

1. Nancy J.Adler, International 6. Louis S. Richman, “Global Growth


Dimensions of Organizational Is on a Tear”, dalam International
Behavior, edisi keempat ( Cincinati, Business 97/98, Annual edition, ed.
OH: South western 2002), hlm 8-9; Fred Maidment (Guilford, CT:
William Holstein, Stanley Reed, Dushkin Publishing Group, 1997),
Jonathan Kapstein, Tood Vogel, dan hlm.6-11.
Joseph Weber, “The stateless
7. “The Global Competitiveness Report
Corporation”, Bussiness week, (4
2007-2008”, World Economyc
Mei 1990), hlm. 98-105: dan Richard
Forum, www.gcr.weforum.org,
L. Daft, Organization Theory and
(diakses 30 April 2008)
design (cincinati, OH: South-
Western 2005) 8. Andrew E. Serwer, “Mcdonald’s
Conquers the World”, Fortune (17
2. Jean Kerr, “Export Strategies”, Small
Oktober 1994), hlm. 103-116.
business reports (Mei 1989), hlm.
20-25 9. David W. Conklin,”Analyzing and
Managing Country Risks”, Ivey
3. Fishman, “How China Will Change
Business Journal(Januari-Februari
Your Business.”
2002), hlm. 37-41.
4. Kathryn Rudie Harrigan, “Managing
10 Ian Bremmer, “Managing Risk in an
Joint Ventures”, Management
Unstable World”, Harvard Business
Review (February 1987), hlm 24-41;
Review ( Juni2005), hlm. 51-60; dan
dan Therese R.Revesz dan Mini
Mark Fitzpatrick, “The definition
Cauley de Da La Sierra,
and Assessment of Political Risk in
“Competitive Alliances: Forging
International Business; A Review of
Ties Abroad”, Management Review
literature,”Academy of management
(Maret 1987), hlm.57-59
Review 8 (1983), hlm. 249-254.
5. Fishman, “How China Will Change
11. Barbara Whitaker, “ The Web Makes
Your Business”.
Going Global Easy, Untill You Try
to Do It”, The New York Times, Lesson from project GLOBE”,
September 2000 Organizational Dynamics 29(2001),
hlm. 289-305
12. Geert Hofstede, “The Interaction
Between National and 16. Chantell E.Nichols, henry V., dan
Organizational Value Systems”, Maurucio Brehm Brechu, “Self
Journal of Management Studies 22 Managed teams to mexico “,
(1985), hlm.347-357; dan Geert Academy of management Executive
Hofstede, “ The cultural Relativity of 13, no.2 (1999), hlm.15-27
the Quality of life Concept”,
17. Terence Jackson, “The Management
academy of Management Review9
of people Across Cultures: Valuing
(1984), hlm 389-398
People Differently”, Human
13. Geert Hofstede “Cultural Constrains Resource Management 41, no
in management Theory”, Academy 4(musim dingin2002)hlm.455-475
of management reviews 7(1993),
18. “For richer, for Poorer”, The
hlm.81-94; dan G Hofstede dan
economist (desember 1993) hlm. 66
M.H.Bond, “The Confucian
dan www.wto.org (diakses 11
Connections: from Cultural Roots to
februari 2008)
Economic Growth”, Organizational
Dynamics 16(1998) hlm.4-21. 19. The History of the European Union,”
www.europa.eu/economy_finance/_t
14. Sebagai tinjauan terhadap penelitian
he_euro_index_en.htm(diakses 11
dan tulisan mengenai dimensi
agustus 2008
Hofstede, Lihat ”Retrospective :
Culture’s consequences”, kumpulan 20. Tapan Munroe,” NAFTA Still a
artikel yang membahas karya Work in progress”, Knight
Hofstede, dalam The academy of Ridder/Tribune news
manajemen executive 18, no.1 services(9january 2004), hlm.1:
(februari 2004), hlm. 72-93. danJ.S, McClenahan,”NAFTA
Works,”IW(10 Januari 2000) hlm.5-
15. M.Javidan dan R. J.House, “cultural
6
acumen for the global management:
21. Amy Barrett, It’s a Small (Bussiness 27. Pembahasan tentang kecerdasan
) World”, Bussiness Week(17April budaya berdasarkan P. Christopher
1995) hlm.96-101. Early dan Elaine Mosakowski,
Cltural Intellegent”, Harvard
22. Nina Easton,”make the world Go
Business Review(oktober 2004),
away”, Fortune(4 februari 2008),
hlm. 139.
hlm.105-108
28. Aspek-Aspek ini disadur dari early
23 World bank dan majalah Fortune,
dan makowski, “Cultural Intelligence
dikutip dalam paul de Grauwe,
Leiden university dan senat Belgia, 29 Karl Moore, “Great Global
dan Fillip Camerman, Senat belgia,” management”, Across the
How Bog Are the Big Multinational Board(mei-Juni 2003), hlm. 40-43
Companies? “ Makalah yang tidak
30. Richard E. Nisbett, The
diterbitkan(2002)
GeographyOf thought: How Asians
24. Dikutip dalam Thomas J. and westerners think
Duesterberg, “Exporting Offers a Differently…and Why(New York:
Global Advantages”, Industry Week The Free Press 2003)
(Mei 2007), hlm.13
31. Robert T Moran dan John R.
25 Howard V. Perlumutter ,” The Riesenberger, the Global
Multinational Corporation”, Challenge(London:Mcgraw-Hill,
Columbia Journal of World 1994),hlm.251-262.
Business(januari-Februari 1969),
32. Joann S.Lubin,” Companies Use
hlm. 9-18
Cross-Cultural Training to Help
26. Christoper Bartlet, Managing Across Their Employess adjust Abroad.”The
Borders, edisi Kedua (Boston: wall street Journal, 4 agustus 1992.
Harvard Business School Press,
33. Gilbert F Fuchsberg,” As Cost of
1998); dan utipan dari Buss,” World
Overseas Assignment Climb, Firms
Class”.
Select Expatriates More Carefully”,
The wall street Journal, 9 januari Organizations: An Issue-Contigent
1992. Model”, dalam academy of
Management review 16 (1991), hlm.
34. Valerie Frazee,”keeping Up on
366- 395.
Chinese Culture”, Global Workforce
(Oktober 1996), hlm.16-17 40. Shelby D. Hunt dan Jared M.
Hansen ,”Understanding Ethical
35. mansour Javidan dan Ali
Diversity in Organizations”,dalam
dastmalchian,” culuture and
Organizational Dynamics 36, no. 2
leadership in Iran: The Land of
(2007), hlm. 202- 216.
Individual Achievers, strong Family
Ties, and Powerful Elite”, Academy 41. Linda K. Trevino dan Katherine A
Of Management Executive 17, no. 4 Nelson, Managing Business Ethics :
(2003), hlm. 127-142 straight talk about How to Do it right
(New York: John Wiley & sons, Inc.
36. Randall S.Schuler, Susan E. Jackson,
1995), hlm. 4
Ellen Jackotsky, dan John
W.Slocum, Jr., “Managing Human 42. Bahasan ini berdasarkan Gerald
Resources in Mexic: A Cultural F.cavanagh, Dennis J. Moberg, dan
Understanding Business Horizons manuel Velasquez, TheEthics of
(Mei - Juni 1996), hlm. 55-61 International Politics” dalam
Academy of management Review 6
37 Data Yang Dilaporkan di Towers
(1981), hlm. 363- 374
Perrin” workers Want…” artikel
tambahandi Peter Coy,” Cog or Co- 43. Michael J. McCarthy, “Now The
Workers?” Business Week(20 & 27 Boss Knows Where you’re clicking”
August 2007), hlm. 58-60. and” virtual morality : A new
Workplace Quandary”, dalam the
38. Gordon F. Shea, practical Etgics
wall street journal, 21 oktober 1999;
New York: American Management
dan Jeffrey L. Senglin, “ Who’s
Associaton, (1998)
Snooping on you?” dalam business
39. Thomas M. Jones, “Ethical Decision 2.0 (8 agustus 2000), hlm. 202- 203.
Making by Individuals in
44. John kekes, “self direction: The core 50. Douglas S. Sherwin, “The Ethical
of ethical Individualism “, dalam Roots of the Business System”,
Organization and ethical dalam Harvard Business Review 61 (
individualism, edisi konstanian November- Desember 1983), hlm .
kolenda ( New York: Praeger, 1988), 183- 192.
hlm. 1-18.
51. Nancy C. Roberts dan Paula J. king.
45. Tad tulega, Beyond the bottom line( “ The stakeholder Audit Goes to
new York: Penguin Books, 1987). Public”, dalam Organizational
Dynamics ( musim dingin 1989),
46. L.Kohlberg, “Moral Steges and
hlm. 63-79; Thomas Donaldson dan
Moralization: The Cognitive
Lee E. Preston, “The Stakeholder
Development Approach”, dalam
Theory of the Corporation:
moral development and behavior :
Concepts, Evidence, and
Theory, research, and social issues,
implications”, dalam Academy Of
edisi T . Lickona(new York : Holt,
management Review 20, no. 1
Rinehart & Winston , 1967), hlm.31-
(1995), hlm. 65-91: dan Jeffrey S.
83,
Harrison dan Caron H. St.John,
47. Thomas Donaldson dan Thomas W. “managing and partnering with
Dunfee, “When Ethics Travel: The External Stakeholders”, dalam
Promise and peril of Global Business Academy of management Executive
Ethics “, dalam California 10, no. 2 (1996), hlm. 46- 60.
management review 41, no. 4
52. Clay Chandler, “The Great Wal-
(musim panas 1999), hlm. 45-63
Mart Of China”, dalam Fortune ( 25
49. Eugene W. Szwajkowski, “ the juli 2005), hlm. 104- 116 dan
Myths and realities of research on Charles Fishman,” The Wal-Mart
organizational of misconduct”, You Don’t Know – Why Low Prices
dalam research in corporate social Have High Cost”, dalam Fast
performance and policy, edisi James Company ( Desember 2003), Hlm.
E. post( green wich, CT: JAI Press, 68- 80.
1986), 9, hlm.103-122.
53. Definisi Ini berdasarkan pada Marc 57. Eugene W. Szwajkowski, “
J. Epstein dan Marie-Josee Roy,” Organizational Illegality:Theoretical
Improving Sustainability Integration and Application
performance: Specifying, Illustrative,” dalam Academy of
Implementing and measuring Key management review 10(1985), hlm.
Principles”, dalam Journal Of 558- 567.
General management 29, no. 1 (
58. David J. Fritzche dan helmut
Musim Gugur 2003), hlm. 15-31.
becker,”Linking Management
54. Dilaporkan dalam Kate O’Sullivan, Behaviorto Ethical Philosophy- An
“Virtue Rewarded” dalam CFO Empirical Investigation”, Academy
(Oktober 2006), hlm. 47- 52. of Management Journal 27 (1984),
hlm. 165- 175.
55. Mark Borden, Jeff Chu, Charles
Fishman, Michael A. Prospero, dan 59. O’Sullivan, “ Virtue Rewarded”.
Danielle Sacks, “ 50 Ways to Green
60. Katie Hafner dan Claudi H.Deutsch,”
Your Business”, dalam Fast
WhenGood Will Is Also Good
Company (November 2007).
Business”, dalam The new York
56. Mark S. Schwartz dan Archie B. Times, 14 September 2005,
Carroll, “Corporate Social www.nytimes.com.
Responsibility: A Three Domain
61. Saul W. Gellerman,” Managing
Approach”, dalam Business Ethics
Ethics from the top Down”, dalam
Quartely13, no. 4( 2003), hlm. 503-
Sloan Management Review ( Msuim
530.
dingin 1898), hlm. 73- 79.
56. Militon Friedman, Capitalism and
62. Michael E. Brown dan Linda K.
freedom ( Chicago: University of
Trevino, “Ethical Leadership : A
Chicago Press, 1962), hlm. 133; dan
Review and future directions”, The
Milton Friedman serta Rose
leadership Quaterly 17 (2006), hlm.
Friedman, free to choose( New York
595- 616; Gary R. Weaver, Linda
: Harcourt Brace Jovanivich, 1979).
Klebe Trevino, dan Bradley Agle, “
Somebody I look Up To’: Ethical
role models in organizations”, dalam 70. Phred Dvorak, “ Finding the Best
Organizational Dynamics 34, no. 4 Measure of Corporate Citizenship”,
(2005), hlm. 313- 330. dalam the wall street Journal, 2 juli
2007.
63. Ibid
71. Jean B. Mc Guire, Alison Sundgren,
64. Cheryl Rosen, “A/ Measure of
dan Thomas Schneeweis,” Corporate
success? ethics after enron”, dalam
social Responsibility and Firm
business Ethics(Musim panas 2006),
Financial Performance”, dalam
hlm. 22-26.
academy of management journal 31
65. Alan Yuseph, “Do the Right Thing “, (1988), hlm. 854- 872; dan Flack
dalam CIO ( 1 Agustus 2000), hlm. serta Heblich, “Corporate Social
56- 58. Responsibility: Doing Well By
Doing Good”.
66. Beverly Geber, “ The Right and
Wrong of ethics Offices”, Training 72. Vogel, “ Is There a Market for
(oktober 1995), hlm. 102- 118. Virtue?”

67. Marcia Pamarlee Miceli dan Janet P. 73. Daniel W. Greening dan Daniel B.
Near, “ The Relationship among Turban, “ Corporate social
Beliefs, Organizational Positions and Performance as a competitive
Whistle Blowing Status: A Advantage in Attracting a Quality
Discriminant Analysis”, dalam Workforce”, dalam Business and
Academy of management Journal 27 Society 39, no. 3 (sept 2000), hlm.
(1984), hlm. 687- 705. 254; dan O’sullivan, “Virtue
Rewarded”.
68. Eugene Garaventa, “ An Enemy Of
the people oleh Henrik Ibsen: The 74. The Socially Correct Corporate
Politics of Whistle-blowing “, dalam Business”, dalam Leslie Holstrom
journal of management inquiry 3, no. dan simon Brady, “ The Changing
4 (desember 1994), hlm. 369- 374. Face of Global Business”, dalam
Fortune (24 juli 2000), hlm. S1- S38.
69. Dilaporkan di Rosen, “ A Measure of
success? Ethics after Enron”.

Anda mungkin juga menyukai