Anda di halaman 1dari 5

5

II. TEORI DASAR

Akuisisi magnetik merupakan metoda eksplorasi geofisika yang mengukur medan


magnet bumi di setiap titik yang ada di muka bumi. Penggunaan metode magnetik
berdasarkan pada adanya anomali medan magnetik bumi yang diakibatkan oleh
adanya perbedaan sifat kemagnetan dari berbagai macam batuan. Dalam kegiatan
eksplorasi, survei magnetik dapat dilakukan di darat, laut maupun udara. Metode
magnetik dilakukan berdasarkan pengukuran anomaly geomagnet yang
diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas, atau permeabilitas magnetik
tubuh cebakan dari daerah sekelilingnya. Perbedaan permeabilitas relatif itu
diakibatkan oleh perbadaan distribusi mineral ferromagnetic, paramagnetic,
diamagnetic. Metode ini sensitif terhadap perubahan vertikal, umumnya
digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar yang kaya akan mineral
ferromagnetic, dan struktur geologi. Dan metode ini juga sangat disukai pada
studi geothermal karena mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat
kemagnetannya bila dipanasi mendekati temperatur Curie (Andi, 1993).

Pengukuran magnetik yang dilakukan pada ketinggian yang berbeda, akan


dihasilkan medan magnet yang berbeda pula. Untuk itu, perlu adanya koreksi data
yang terukur pada ketinggian yang berbeda tersebut, menjadi seolah-olah data
magnetik yang terukur dengan ketinggian yang sama. Koreksi ini, biasa disebut
dengan koreksi bidang datar. Koreksi bidang datar, diestimasi dengan deret Euler.
Estimasi secara iteratif dilakukan sampai mencapai batas-batas iterasi. Yaitu,
banyaknya iterasi dan konvergensi dari deret Euler. Beberapa teknik untuk
mentransformasi data anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain :
teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer)
dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap teknik
mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Upward Continuation merupakan langkah pengubahan medan magnetik yang


diukur pada suatu level permukaan, menjadi data yang lebih atas. Kontunuasi
keatas juga merupakan salah satu metoda yang sering digunakan sebagai filter
yang digunakan sebagai filter untuk menghilangkan noise yang ditimbulkan oleh
benda-benda pada dekat permukaan. Tidak hanya untuk menghilangkan noise,
5

melakukan kontinuasi keatas juga dapat mengurangi efek dari sumber anomali
dangkal (Blakely, 1996).

Upward continuation merupakan proses transformasi data medan potensial dari


suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan
data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu
unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari
berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan topografi yang tidak
terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini
dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik
atau struktur geologi yang menjadi target survei magnetik ini (Telford, 1990).

Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei
selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal
dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali
magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional. Untuk menginterpretasi
anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan koreksi efek
regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek anomali magnetik regioanl
dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran. Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional adalah pengangakatan ke
atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang
dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola lagi ketika
dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi (Breiner, 1973).

Kontinuasi keatas (upward continuation) adalah langkah pengubahan data medan


potensial yang diukur pada suatu level permukaan menjadi data yang seolah-olah
diukur pada level permukaan yang lebih atas. Metode ini digunakan karena dapat
mentransformasi medan potensial yang diukur pada suatu permukaan sehingga
medan potensial di tempat lain di atas permukaan pengukuran dan cerderung
menonjolkan anomali yang disebabkan oleh sumber yang dalam (efek regional)
dengan menghilangkan atau mengabaikan anomali yang disebabkan oleh sumber
yang dangkal (efek residual), dan hasil dari metode ini adalah anomali
regionalnya. Anomali residual diperoleh dengan menghitung selisih anomali
Bouguer terhadap anomali regional (Yunianto, 2013).

Medan magnet memenuhi Hukum Laplace. Jika harga medan magnet pada suatu
permukaan diketahui, maka dapat ditentukan medan magnet pada sembarang
permukaan yang lain apabila tidak ada massa diantara permukaan tersebut. Proses
ini disebut, kontinuasi ke atas. Kontinuasi keatas merupakan proses medan
magnetik magnetik suatu data yang terukur diatas permukaan yang lebih tinggi.
Kontinusi ini digunakan untuk memisahkan anomali lokal terhadap anomali
regional. Anomali regional berasosiasi dengan kondisi geologi umum yang
5

dominan di daerah pengukuran, di cirikan dengan anomali frekuensi rendah.


Sedangkan anomali lokal, atau sering juga disebut sebagai anomali sisa,
mengandung kondisi geologi setempat yang telah terdeviasi dari kondisi
regionalnya yang biasanya terdapat pada kedalaman yang dangkal. Secara garis
besar anomali ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada
magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat rumit
diamati karena berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang dialami sebelumnya.
Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual Magnetism yang merupakan
akibat dari magnetisasi medan utama (Woddy, 2000).

Pemodelan ke depan adalah pembuatan model melalui pendekatan berdasarkan


intuisi geologi, berdasarkan medan magnet pengamatan, medan magnet teori
berdasar IGRF (International Geomagnetic Reference Field), medan magnet
harian dapat dilakukan interpretasi (analisis) berupa pemodelan bawah
permukaan. Dalam interpretasi geofisika dicari suatu model yang mengahasilkan
respon yang cocok atau fit dengan data pengamatan. Dengan demikian, model
tersebut dianggap mewakili kondisi bawah permukaan. Pemodelan ke depan
(forward modeling) data magnetik dilakukan dengan membuat benda anomali
dengan geometri dan harga kemagnetan tertentu. Untuk memperoleh data
kesesuaian antara data teoritis (respon model) dengan data lapangan dapat
dilakukan dengan proses coba-coba (trial and error) dengan mengubah harga
parameter model (Sutjipto, 2009).

Forward modeling biasa disebut juga permodelan tidak langsung. Permodelan ini
betujuan untuk memberi gambaran secara matematik geometri benda penyebab
anomali. Pada umumnya berupa suatu poligon yaitu suatu benda dengan sudut
banyak. Pengukuran geomagnet mengukur medan magnet total, yaitu besaran
medan magnet bumi ditambah dengan medan yang beranomali. Kemagnetan
imbasan selalu sejajar dengan medan magnet bumi (Arif, 2014).

Forward modeling ialah melakukan pemodelan sumber anomaly magnetic dengan


menyocokkan profil respon anomaly pengukuran lapangan dengan respon
anomaly suatu model anomaly sembarang. Pencocokan kurva tersebut dilakukan
dengan trial dan error. Akan tetapi walaupun pencocokan profil respon anomali
pengukuran dan responnya moseling yang dilakukan secara trial dan error, tetap
harus berpegagan pada prinsip teoristis (Rasimeng, 2004).

Semua anomali magnetik disebabkan oleh batuan-batuan komparatif di medan


geomagnetik dalam cara yang sama bahwa anomali gravitasi komparatif di medan
gravitasional bumi. Kasus magnetik lebih kompleks, bagaimanapun sebagai
fariasi medan geomagnetik tidak hanya di amplitudo, tapi juga di arah, mengingat
medan gravitasi disetiap tempat, dalam artian vertikal (Kearey, 2002).
5

Metode magnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan
batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Metoda magnetik
berguna untuk memetakan dan menghitung potensi bijih besi dibawah
permukaan. Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk menggambarkan bentuk
tubuh ’iron ore’ di bawah permukaan berdasarkan anomali magnetik dan geologi.
Interpretasi dilakukan dengan pemodelan kedepan (forward modeling) secara 2D
dan 3D. Pemodelan ke depan dilakukan dengan membuat benda anomali dengan
geometri dan harga kemagnetan tertentu. Respon magnetikdihitung pada titik
amat didasarkan pada harga kemagnetan yang dimiliki oleh benda anomali. Setiap
benda yang memiliki harga kemagnetan akan memberikan suatu medan potensial
tertentu (Setiawan, 2009).
3

Anda mungkin juga menyukai