Anda di halaman 1dari 42

BROADENING THE FRAUD TRIANGLE: INSTRUMENTAL CLIMATE AND FRAUD

(MEMPERLUAS SEGITIGA FRAUD: IKLIM INSTRUMENTAL DAN FRAUD)


Pamela R. Murphy dan Clinton Free
Behavioral Research In Accounting, Vol. 28, No. 1 (2016), pp. 41–56

ABSTRAK: Penelitian ini mensurvei kelompok responden yang unik dari pelaku fraud,
auditor yang menyelidiki fraud,dan karyawan yang menyaksikan fraud dalam organisasi,
untuk mengidentifikasikan apakah dan bagaimana iklim organisasi instrumental dikaitkan
dengan fraud. Iklim instrumental didefinisikan sebagai satu kondisi di mana karyawan
membuat keputusan sendiri atau kepentingan organisasi yang terbaik untuk
mengesampingkan masalah etika. Penelitian ini menemukan bahwa 39 persen responden
setuju atau sangat setuju bahwa iklim berperan ketika fraud dilakukan. Iklim ini terkait
dengan unsur-unsur tertentu dari segitiga fraud termasuk motif seperti lingkungan kerja yang
jahat, insentif dan tekanan sosial, serta rasionalisasi yang terutama berorientasi pada orang
lain. Satu rasionalisasi spesifik — membantu perusahaan — menarik perhatian pada
fenomena perilaku pro-organisasi yang tidak etis. Hasil menunjukkan bahwa fraud memiliki
dimensi sosial penting yang sebagian besar diabaikan oleh interpretasi segitiga fraud saat ini.
Kata kunci: iklim organisasi; iklim instrumental; penipuan; segitiga penipuan; rasionalisasi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai akademisi dan praktisi menekankan pentingnya budaya etika dan iklim untuk
pencegahan fraud. Elemen-elemen dari segitiga fraud cenderung terkait dengan iklim dan
adanyafraud. Segitiga fraud digunakan untuk penilaian risiko fraud. Jika semua elemen
segitigafraud, yaitu (1) insentif dan tekanan, (2) kesempatan, dan (3) sikap dan rasionalisasi
ada dalam organisasi, maka risiko fraud lebih tinggi. Segitiga fraud adalah kerangka fraud
dominan dalam audit dan akuntansi forensik dan telah ada dalam standar profesional asosiasi
profesional di seluruh dunia (Public Company Accounting Oversight Board [PCAOB] 2005;
International Auditing and Assurance Standards Board [IAASB] 2009).
Iklim organisasi yang terkait dengan fraudsangat penting karena tiga alasan. Pertama,
telah banyak diperdebatkan bahwa perusahaan, dan bahkan seluruh budaya, telah menjadi
kurang etis (Callahan 2004; Porter 2012).Kedua, banyak peneliti telah menunjukkan celah
dalam persepsi iklim organisasi antara eksekutif dan karyawan (Trevino, Brown, dan
Hartman 2003; Schaubroeck et al. 2012).Akhirnya, dan yang paling penting, tidak mudah
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 1
untuk mengidentifikasi iklim organisasi yang terkait dengan fraud dalam praktik. Iklim ini
mungkin mendorong perilaku fraud dengan cara halus yang tidak mudah diamati; kebijakan
dapat secara formal menyatakan harapan perilaku etis tetapi secara informal mendorong
perilaku yang berbeda.
Awalnya peneliti mengidentifikasi iklim tertentu yang diyakini berkemungkinan terkait
dengan fraud, yaitu iklim instrumental (Victor dan Cullen 1988). Istilah instrumental dalam
konteks ini, didefinisikan sebagai' 'bertindak sebagai sarana' '(Webster 1996), dan dicirikan
dengan memprioritaskan tujuan individu dalam organisasi atau tujuan organisasi itu sendiri,
tanpa banyak perhatian untuk pengambilan keputusan etis. Karyawan dalam iklim
instrumental membuat keputusan baik untuk kepentingan diri sendiri atau demi kepentingan
organisasi, hingga merugikan orang lain. Kemudian peneliti mengembangkan pernyataan
untuk menggambarkan bagian dari segitiga fraud. Survei gabungan ditujukan untuk tiga
kelompok individu yang memiliki pengalaman fraud: (1) tahanan yang dipenjara karena
melakukan fraud dalam organisasi, (2) individu yang diaudit atau diselidiki fraud dalam
suatu organisasi, dan (3) individu yang menyaksikanfrauddalam organisasi mereka.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi iklim organisasi yang ada di
dalamfraud. Selain itu, memperluas penafsiran mengenai segitiga fraud dengan secara
eksplisit mengidentifikasi unsur-unsur segitiga fraud yang terkait dengan iklim seperti itu.
Kontribusi dan Implikasi Penelitian
Penelitian ini memberikan kontribusi untuk literatur “fraud” dalam dua cara utama:
1. Pertama, peneliti melakukan penelitian yang memeriksa mengenai iklim organisasi dan
fraud dalam perusahaan (Simha dan Cullen 2012).
2. Kedua, temuan penelitian menambah wawasan di mana insentif/tekanan dan rasionalisasi
terkait dengan jenis iklim ini, dan memperluas pengetahuan tentang aspek segitiga fraud.
Temuan penelitian juga memiliki implikasi untuk regulator, praktisi, dan siapapun yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Menurut Morales et al. (2014), terjemahan utama dari
kerangka fraud saat ini - segitiga fraud - adalah salah satu fraud yang dilakukan oleh individu
tidak bermoral yang perlu dimonitor melalui kontrol internal. Banyak praktisi, termasuk
auditor, dan akademisi akuntansi cenderung melihat risiko fraud dengan cara ini. Namun,
berbeda dengan pandangan sempit ini, hasil menunjukkan bahwa perhatian juga diberikan
kepada iklim organisasi, dengan kesadaran tentang insentif dan rasionalisasi yang terkait.
Organisasi dapat menggunakan survei mengenai iklim yang berperan sebagai alat risiko
fraud. Sehingga, hasil penelitian sehubungan dengan insentif/tekanan dan rasionalisasi terkait
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 2
dapat dimasukkan ke dalam pelatihan dan pedoman brainstorming untuk lebih menguraikan
pengertian faktor risiko kecurangan.

LATAR BELAKANG TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Iklim Instrumental
Teori iklim etis (ethical climate theory –ECT-) menawarkan kerangka teoritis untuk
menyelidiki iklim organisasi yang mungkin terkait dengan fraud. Dikembangkan oleh Victor
dan Cullen (1987, 1988), ECT didasarkan pada etika filsafat dan ajaran sosiologis dari
kelompok referensi. Dalam hal ini, setiap organisasi memiliki iklim kerja yang unik yang
menggambarkan bagaimana karyawan melaksanakan praktik dan prosedurnya. Penelitian
empiris lebih lanjut menyebutkan bahwa ECT telah mengidentifikasi lima jenis iklim yang
berbeda dalam organisasi (Victor dan Cullen 1988; Martin dan Cullen 2006), yaitu
instrumental, kepedulian, kemandirian, aturan, serta hukum dan kode.
Penyimpangan di tempat kerja tampaknya menjadi yang paling dekat dengan
frauddalam literatur ECT. Penyimpangan tempat kerja didefinisikan sebagai perilaku
sukarela yang melanggar norma-norma organisasi yang signifikan dan dengan demikian
mengancam kesejahteraan organisasi, anggotanya, atau keduanya (Robinson dan Bennett
1995). Fraud dalam konteks ini, menjadi tindakan yang disengaja dalam pekerjaan seseorang
yang ilegal atau sangat tidak etis, korbannya mungkin orang lain atau organisasi itu sendiri.
Frauddapat dilakukan dengan mengikuti, bukannya melanggar, norma organisasi.Iklim
instrumental menggabungkan dua konstruk teoretis, yaitu kepentingan pribadi dan
kepentingan organisasi.
Penelitian terbaru telah membahas konsep yang disebut ''perilaku pro-organisasi yang
tidak etis” (Umphress dan Bingham 2011; Vadera dan Pratt 2013), dan menemukan bukti
bahwa individu dapat melakukan perilaku pro-organisasi yang tidak etis karena harapan
timbal balik dari organisasi atau karena mereka sangat mengidentifikasi organisasi.Sementara
itu, literatur perilaku organisasi menunjukkan hubungan positif antara iklim instrumental dan
fraud.Segitiga frauddalam praktek, dan banyak penelitian akademis, cenderung
mengkarakterisasi penipu sebagai individu yang berbahaya, yang ditantang secara etis
melakukan fraud dalam isolasi (Morales et al. 2014). Berdasarkan pembahasan tersebut,
pertanyaan tentang seberapa sering iklim instrumental terjadi ketika fraud dilakukan tetap
mejadi pertanyaan empiris. Dengan demikian, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian
berikut:
RQ: Ketika kecurangan ada dalam suatu organisasi, seberapa lazimkah iklim instrumental?
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 3
Asosiasi antara Iklim Instrumental dan Elemen Segitiga Fraud
Perilaku sosial dibagi menjadi dua, yaitu (1) individu (dirinya sendiri), atau (2) situasi
sosial (Michener dan DeLamater 1999; Berger 2011). Penjelasan berbasis individu termasuk
ciri kepribadian atau karakter seseorang. Penjelasan berbasis situasi sosial termasuk pengaruh
rekan kerja atau atasan, atau kebijakan atau norma organisasi. Iklim dalam organisasi
mewakili bagian signifikan dari situasi sosial individu (Martin dan Cullen 2006; Murphy dan
Dacin 2011).
a. Sikap / Rasionalisasi
SAS No. 99 (AICPA, 2002) menyinggung konsep luas ''sikap'' dengan mencatat bahwa
beberapa individu memiliki sikap, karakter, atau serangkaian nilai etis yang memungkinkan
mereka secara sadar dan sengaja melakukan tindakan tidak jujur (PCAOB 2005). Sementara
sikap dapat berubah, seperti yang ditunjukkan dengan jelas oleh penelitian psikologi sosial
(lihat Elliot dan Devine 1994), karakter mewakili sifat stabil atau perbedaan individu. Nilai-
nilai etika dianggap sebagai keyakinan seseorang tentang benar dan salah. Semua konstruksi
ini —sikap, karakter, atau serangkaian nilai etis — berasal dari dalam individu, baik
terprogram atau dikembangkan sepanjang hidup seseorang. Mereka cenderung dikaitkan
dengan iklim suatu organisasi. Dengan demikian, hipotesis berkaitan dengan 'sikap' 'dan
iklim instrumental adalah:
H1: Ketika fraud ada dalam suatu organisasi, iklim instrumental tidak akan dikaitkan dengan
sikap pelaku kejahatan (perpetrator).
Landasan teoritis untuk membangun rasionalisasi berasal dari teori disengagement
moral (Bandura 1991, 1999) dan teori disonansi kognitif (Festinger 1957) di mana individu
merasionalisasi perilaku mereka untuk mengurangi emosi negatif yang mereka alami dengan
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan masyarakat atau diri mereka sendiri.
Berkenaan dengan merasionalisasi fraud, Murphy dan Dacin (2011) mengidentifikasi tujuh
kategori rasionalisasi dari dua aliran literatur: (1) pembenaran moral, dengan menyusun
kembali tindakan sebagai moral yang layak, (2) perbandingan yang menguntungkan, dengan
membandingkan tindakan untuk sesuatu yang lebih buruk, (3) pelabelan eufemisme, atau
menggunakan bahasa yang berbelit-belit untuk membuat tindakan terlihat lebih baik daripada
itu, (4) meminimalkan, mengabaikan, atau salah menanggapi konsekuensi tindakan, (5)
menyangkal atau menyalahkan korban, (6) mengalihkan tanggung jawab dengan
menyalahkan orang lain, dan (7) tanggung jawab menyebar, dengan menyalahkan orang lain.
Beberapa rasionalisasi jelas memiliki fokus eksternal; yaitu, penipu memfokuskan
rasionalisasi pada orang lain. Salah satu kategori rasionalisasi ini, pembenaran moral,
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 4
menunjukkan perilaku pro-organisasi yang tidak etis. Rasionalisasi lain tampaknya lebih
terfokus secara internal daripada secara eksternal. Iklim instrumental menyediakan akses
mudah ke rasionalisasi eksternal yang berorientasi seperti “semua orang melakukannya” atau
“Saya membantu organisasi” sementara tidak memiliki pengaruh nyata pada rasionalisasi
yang berorientasi internal. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H2a:Ketika fraud ada dalam suatu organisasi, iklim instrumental akan dikaitkan dengan
rasionalisasi terutama di luar pelaku kejahatan (perpetrator).
H2b:Ketika fraud ada dalam suatu organisasi, iklim instrumental tidak akan dikaitkan dengan
rasionalisasi terutama internal bagi pelaku kejahatan (perpetrator).
Insentif/ Tekanan
Meskipun insentif dan tekanan dapat dikategorikan sebagai eksternal atau internal
dengan cara yang mirip dengan rasionalisasi (misalnya, tekanan eksternal diperlakukan tidak
adil dan insentif internal balas dendam), peneliti berpendapat kategorisasi ini memiliki
masalah karena dua alasan.
1) Agar insentif / tekanan benar-benar memotivasi individu untuk melakukan fraud, harus ada
insentif atau tekanan internal dan eksternal yang terkait. Misalnya, jika seorang karyawan
diperlakukan tidak adil (tekanan eksternal), maka karyawan tersebut tidak akan bertindak kecuali
jika dia marah atau ingin membalas dendam (dapat dikatakan sebagai insentif internal).
Demikian pula, jika seorang karyawan merasa bahwa melakukan fraud tertentu akan
menghasilkan sejumlah besar uang (insentif eksternal), maka karyawan itu kemungkinan hanya
akan melihat ini sebagai insentif jika ia juga tamak atau membutuhkan uang (internal insentif).
2) Terkait dengan kategorisasi insentif internal/ eksternal, terdapat masalah bahwa para
pengamat seringkali bias dalam persepsi mereka tentang insentif. Contoh terbaik dari
masalah persepsi adalah keserakahan. Karena sebagian besar kasus fraud pada akhirnya
mengakibatkan pelaku mengumpulkan uang, peneliti sering menyimpulkan bahwa
pelaku adalah tamak. Menurut Heath (1999), banyak orang mengalami 'bias insentif
ekstrinsik’ di mana mereka terlalu menekankan peran insentif eksternal, seperti uang,
dalam memotivasi orang lain. Dengan demikian, peserta survei yang berbeda dapat
menanggapi pertanyaan insentif / tekanan secara berbeda, tergantung pada posisi
mereka, pelaku atau pengamat.
Peneliti menyarankan cara yang lebih baik untuk mengkategorikan insentif dan tekanan
untuk mengidentifikasi situasi tertentu dari literatur yang mungkin terkait dengan iklim
instrumental. Misalnya, persepsi tempat kerja yang tidak adil atau jahat, bersama dengan
keinginan untuk membalas dendam atau kemarahan terhadap organisasi, kemungkinan besar

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 5


terkait dengan iklim instrumental. Insentif yang berkaitan dengan lingkungan kerja yang
buruk telah diidentifikasi dalam literatur lain (Sprouse 1992; Cohen-Charash dan Spector
2001). Di sisi lain, tidak terlihat alasan mengenai keserakahan atau kebutuhan pribadi
seseorang terhadap uang akan dipengaruhi oleh iklim instrumental karena insentif tersebut
memiliki sedikit hubungan dengan situasi sosial di dalam organisasi.
H3a: Ketika fraud ada dalam suatu organisasi, iklim instrumental akan dikaitkan
dengan persepsi lingkungan kerja yang tidak adil atau jahat.
H3b: Ketika fraud ada dalam suatu organisasi, iklim instrumental tidak akan dikaitkan
dengan keserakahan atau kebutuhan dari pihak pelaku.

METODE PENELITIAN
Peneliti mengembangkan survei dua bagian.
1) Di bagian pertama, memeriksa elemen dari segitiga fraud.
2) Sementara yang kedua berisi ukuran iklim instrumental.

Pernyataan Survei
Peneliti mengembangkan pernyataan yang menangkap elemen segitiga fraud yang
diprediksi akan atau tidak akan dikaitkan dengan iklim instrumental. Dengan demikian,
dapat menjelajahi elemen psikologis yang kurang dapat diamati dari segitiga fraud lebih
dalam.
1) Pernyataan Sikap / Rasionalisasi
Peneliti mengembangkan lima pernyataan untuk menangkap konsep ‘attitude’ yang
luas sebagai sikap, karakter, dan serangkaian nilai etis. Seperti yang dilaporkan
dalam Panel A dari Lampiran A, pernyataan A3 mewakili suatu sikap, A1 dan A5
menangkap sejarah atau perilaku, yang secara tidak langsung menangkap karakter,
dan A2 dan A4 menangkap nilai-nilai etis.
Pernyataan rasionalisasi dilaporkan dalam Panel B dari Lampiran A,
diambil dari kategori yang disintesis dalam Murphy dan Dacin (2011) dan tanggapan
dalam penelitian eksperimental (Murphy 2012; Mayhew dan Murphy 2014). Peneliti
mengkategorikan ke dalam rasionalisasi, terutama eksternal untuk individu
(dilambangkan RE) dan internal individu (dilambangkan RI).
2) Pernyataan Insentif/ Tekanan
Pernyataan mengenai insentif / tekanan diambil dari SAS No. 99 (AICPA 2002);
namun juga melakukan sintesis literatur yang berkaitan dengan elemen dari segitiga
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 6
fraud (misalnya, Wells 2001; Graham, Harvey, dan Rajgopal 2005; Murphy dan
Dacin 2011):
- Kategori pertama, MAL (lingkungan kerja yang buruk atau tidak adil), berisi
tujuh pernyataan yang menangkap lingkungan kerja yang tidak adil, diberi tahu
untuk melakukan fraud, beresiko kehilangan pekerjaan, marah terhadap
organisasi, dan memiliki keinginan untuk membalas dendam.
- Kategori kedua adalah FIN (insentif keuangan), yang mengandung dua
pernyataan yang berkaitan dengan keserakahan dan kebutuhan.
Dalam upaya untuk mencapai kelengkapan keseluruhan, peneliti juga membuat
kategori yang diberi label REP (masalah reputasi) yang berisi empat pernyataan. Satu
pernyataan secara eksklusif menangkap insentif dan satu secara eksklusif menangkap
tekanan (INC dan PRESS, masing-masing). Seperangkat dari 15 pernyataan,
bersama dengan sumbernya masing-masing, dilaporkan dalam Panel C dari
Lampiran A.6
3) Pernyataan Iklim Instrumental
Ukuran iklim instrumental dari Victor dan Cullen (1987, 1988) ditemukan dalam
Panel D dari Lampiran A. Awalnya, lima pernyataan menangkap iklim etis egois /
individual (EI), dan lima menangkap iklim etis egois / lokal (EL). Lebih lanjut, karya
empiris (Victor dan Cullen 1988) mempersempitnya menjadi enam pernyataan.
Partisipan
Peneliti merekrut tiga kelompok individu yang berbeda, masing-masing memiliki
perspektif berbeda tentang fraud tertentu. Pertama, narapidana yang menjalani hukuman
karena melakukan fraud dalam suatu organisasi berada dalam posisi terbaik untuk
menjelaskan apa yang menyebabkan mereka melakukan fraud, sebuah perspektif yang
sebagian besar tidak ada dalam penelitian fraud di bidang akuntansi.
Peneliti mendapatkan akses fasilitas penjara yang berbeda di Amerika Serikat untuk
memeriksa para tahanan. Sebelum mengunjungi setiap penjara, peneliti mengirim poster-
poster rekrutmen yang meminta sukarelawan. Para administrator penjara terus melacak
tahanan yang dengan sukarela berpartisipasi, sehingga mereka dapat dibebaskan dari tugas
kerja untuk kunjungan peneliti.
Meskipun upaya untuk mendapatkan tanggapan yang tidak bias dari tahanan, masih
mungkin bahwa tahanan memiliki bias yang tidak disadari mengenai fraud yang mereka
lakukan (lihat Wallinius, Johansson, Larde'n, dan Dernevik 2011). Untuk mengatasi

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 7


kelemahan potensial ini, dan dalam upaya untuk memberikan pandangan yang luas tentang
fraud, peneliti mensurvei dua kelompok lain:
1) Individu yang menyelidiki fraud,
2) Individu yang menyaksikan fraud dalam organisasi mereka.
Kelompok kedua tersebut terdiri dari auditor dan / atau penyelidik fraud, individu yang
mengungkap atau menyelidiki fraud dalam suatu organisasi. Akuntan Profesional Chartered
Kanada (CPA Canada), Institut Pencegahan Fraud, dan Asosiasi Penguji Fraud Tersertifikasi
(ACFE) memungkinkan untuk mengakses beberapa anggota mereka yang menyelidiki fraud.
Akhirnya, peneliti merekrut orang-orang yang menyaksikan fraud dalam organisasi
mereka. Para saksi direkrut dari pertemuan yang diadakan oleh peneliti, presentasi yang
dibuat untuk praktisi, atau dari situasi sosial lainnya di mana peneliti mengetahui bahwa
seseorang telah menyaksikan fraud dalam organisasi mereka. Partisipan kemudian
menyelesaikan survei dalam bentuk hard copy atau melalui platform berbasis web yang
aman.
Untuk uji pilot instrument segitiga fraud, peneliti menggunakan tiga kelompok
individu:
(1) rekan kerja
(2) ahli fraud
(3) mahasiswa MBA.
Secara ringkas sampel responden terdiri dari 158 auditor dan saksi yang pada awalnya
setuju untuk menyelesaikan survei. Dari jumlah tersebut, 93 tereliminasi. Dari 57 tahanan
yang menyelesaikan survei, peneliti mengeliminasi 18 orang yang menyatakan mereka tidak
bersalah. Set data terakhir berisi 39 tahanan, 37 auditor / peneliti dan 28 saksi, dengan total
104 responden.
Format Survei
Survei dilanjutkan sebagai berikut. Pertama, mendefinisikan fraud sebagai '' tindakan
yang disengaja dalam pekerjaan seseorang yang ilegal atau sangat tidak etis. Korban dapat
berupa orang lain atau organisasi itu sendiri.’’ Ini menjelaskan secara singkat tiga jenis
utama fraud (ACFE 2014) sebagai berikut:
1. Penyalahgunaan aset (pencurian atau penyalahgunaan aset organisasi);
2. Korupsi (penyuapan, menggunakan pengaruh organisasi seseorang);
3. Penipuan pelaporan keuangan (salah saji laporan keuangan).

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 8


Setelah mengenali definisi tersebut, survei meminta responden untuk menjelaskan: (1)
fraud yang menyebabkan mereka dipenjara (untuk narapidana), (2) satu insiden fraud yang
terjadi di dalam organisasi tempat mereka bekerja saat itu (untuk saksi), atau (3) satu
kejadian fraud yang mereka temukan atau diselidiki (untuk auditor). Beberapa pertanyaan
deskriptif dimasukkan, seperti nilai dolar dari penipuan dan siapa yang diuntungkan.
Selanjutnya, survei menginstruksikan individu untuk menanggapi pernyataan tentang fraud,
menggunakan skala Likert dari 1 = sangat tidak setuju hingga 5 = sangat setuju. Selain itu,
auditor dan saksi juga memiliki pilihan untuk memilih DK = tidak tahu. Pernyataan segitiga
fraud disajikan pertama, dalam urutan acak. Setelah itu, survei meminta responden untuk
mempertimbangkan iklim umum dalam organisasi dan menanggapi ukuran iklim
instrumental. Survei berakhir dengan pertanyaan demografis tentang organisasi dan
responden.

HASIL
Analisis Faktor
Peneliti melakukan analisis faktor eksplorasi pada variabel insentif / tekanan dan sikap /
rasionalisasi karena konstruksi ini belum diperiksa dengan cara ini sebelumnya. Pertama,
memeriksa matriks korelasi dan kemudian melakukan analisis komponen utama eksplorasi
dengan rotasi varimax. peneliti menggunakan rotasi varimax untuk memaksimalkan varian
bobot untuk faktor-faktor terpisah sambil meminimalkan jumlah faktor (Nunnally dan
Bernstein 1994). Faktor diterima dengan nilai eigen lebih dari satu, dan peneliti tidak
membatasi jumlah faktor. Peneliti menggunakan proses berulang di mana menghapus satu
variabel pada satu waktu, mengeliminasi variabel yang tidak dapat dimuat, cross-load
kurang dari 0,45 pada salah satu faktor, atau cross-load dengan pembebanan positif dan
negatif yang tidak biasa (Tabachnick dan Fidell 2001 ).
Hasil untuk insentif/ tekanan dilaporkan pada Tabel 1. Kolom pertama melaporkan
nama yang ditetapkan setiap faktor, kolom kedua menampilkan masing-masing pernyataan
yang dimuat ke faktor, dan kolom terakhir melaporkan faktor bobot pernyataan itu.
Sembilan dari 15 pernyataan insentif / tekanan memuat ke tiga faktor yang bersama-sama
menjelaskan 70,2 persen dari varians. Ketiga faktor ini memiliki keandalan internal yang
relatif tinggi, dibuktikan oleh faktor loading yang lebih tinggi dan Alpha Chronbach di atas
0,70 (DeVellis 2012).
Meskipun beberapa faktor tidak dimuat tepat seperti yang dalam argumen, setiap faktor
adalah intuitif. Peneliti memberi label lingkungan kerja buruk pertama (MAL), karena
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 9
semua pernyataan berhubungan dengan karyawan yang diperlakukan tidak adil oleh atasan
atau organisasi, dan kemarahan dan keinginan yang dihasilkan untuk membalas dendam
pada pihak pelaku. Faktor kedua diberi label insentif dan tekanan sosial (SOCIAL), karena
ini mencakup beberapa teori lingkungan kerja buruk yang terdistorsi serta beberapa dari
kategori reputasi (mendapatkan reputasi , risiko kehilangan reputasi, keinginan untuk
menyenangkan bos). Faktor ketiga, insentif finansial (FIN), menangkap motif keserakahan.
Meskipun faktor ini tidak mengandung pernyataan kebutuhan, seperti argumen, ini
mengandung keserakahan bersama dengan pernyataan insentif.

Peneliti tidak melaporkan analisis faktor dari variabel sikap/ rasionalisasi karena
faktor tersebut tidak termuat ke faktor yang berarti. Misalnya, beberapa rasionalisasi
berkaitan dengan mentransfer kesalahan kepada orang lain (yaitu, menyalahkan organisasi
atau pihak yang dirugikan, mengklaim bahwa mereka diberitahu untuk melakukan
penipuan), tetapi alfa chronbachnya 0,686 (sedikit di bawah ambang 0,70). Kurangnya
faktor dapat dilihat mungkin karena sifat rasionalisasi yang kompleks dan berbagai cara di
mana individu dapat merasionalisasi (Murphy 2012). Oleh karena itu, peneliti menjaga
setiap ‘sikap’dan pernyataan rasionalisasi sebagai variabel yang berdiri sendiri dalam
analisis yang tersisa.
Deskripsi Statistik
Fraud yang dijelaskan oleh responden termasuk 49 kasus penyalahgunaan aset yang
memakan biaya rata-rata $ 815.000, 34 kasus korupsi dengan biaya rata-rata $ 5,5 juta, dan
19 kasus pelaporan keuangan curang dengan biaya rata-rata sebesar AS $ 22,2 juta.14

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 10


Statistik ini secara umum konsisten dengan statistik fraud yang dipublikasikan (ACFE
2014).
Tabel 2 melaporkan statistik deskriptif pernyataan segitiga dan faktor-faktor
berdasarkan jenis responden. Berarti dikonversi dari skala asli yang digunakan dalam survei
untuk persentase dari 0 = sangat tidak setuju hingga 100 = sangat setuju (50 = tidak setuju
atau kurang setuju), untuk memfasilitasi interpretasi. Panel A melaporkan hasil pertanyaan
penelitian, RQ1. Respon rata-rata terhadap pernyataan iklim instrumental adalah 45,13,
dengan 39 persen responden setuju atau sangat setuju bahwa iklim ini hadir ketika fraud
terjadi. Sementara angka-angka ini tidak mewakili mayoritas, sangat material dan tidak
konsisten dengan kecenderungan di bidang forensik untuk fokus pada individu (Morales et
al. 2014; Free dan Murphy 2015).

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 11


AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 12
Hasil Uji Hipotesis

Analisis korelasi pada Tabel 3 melaporkan hasil pengujian hipotesis penelitian ini. H1
menyatakan bahwa, ketika kecurangan ada dalam suatu organisasi, iklim instrumental tidak
akan dihubungkan dengan “sikap” pelaku. Sel-sel yang tebal dari Tabel 3, Panel A
(simpangan dari iklim instrumental dengan pernyataan sikap A1 sampai A5) menunjukkan
bahwa tidak satupun dari lima pernyataan yang menangkap “sikap” secara signifikan
berhubungan dengan iklim instrumental (p≤0,05, two-tailed), memberikan dukungan untuk
H1.

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 13


H2a berpendapat bahwa pelaku kecurangan yang rasionalisasinya berorientasi
eksternal berhubungan dengan iklim instrumental, sementara H2b berpendapat bahwa
rasionalisasi berorientasi internal tidak. Sel-sel yang tebal dari Tabel 3, Panel B melaporkan
hasil dari dua tes ini. Pada H2a, lima dari tujuh kategori rasionalisasi eksternal secara
signifikan berhubungan dengan iklim instrumental (p≤0,05, two-tailed). Dua yang tidak
berhubungan secara signifikan adalah RE2 (membantu orang lain) dan RE3 (banyak orang
melakukan ini dan tidak tertangkap). Hasil ini memberikan dukungan yang substansial tetapi
tidak lengkap untuk H2a. Beralih ke H2b, enam dari delapan rasionalisasi internal tidak
signifikan. Dua rasionalisasi yang signifikan adalah RI6 (tidak begitu buruk dibandingkan
dengan hal-hal lain) dan RI7 (hak). Hasil ini juga memberikan dukungan besar, tetapi tidak
lengkap, untuk H2b. Bersama-sama, hasil menunjukkan bahwa iklim instrumental
berhubungan dengan rasionalisasi yang paling berorientasi eksternal dan tidak berhubungan
dengan rasionalisasi yang paling berorientasi secara internal.
H3a menyatakan bahwa, ketika kecurangan ada dalam suatu organisasi, iklim
instrumental akan dihubungkan dengan persepsi lingkungan kerja yang tidak adil atau jahat.
H3b menyatakan bahwa iklim instrumental tidak akan dihubungkan dengan keserakahan atau
kebutuhan dari pihak pelaku. Hasilnya dilaporkan dalam sel yang ditebalkan pada Tabel 3,
Panel A di simpangan iklim instrumental (CLIM) dan tiga faktor insentif / tekanan: MAL,
SOSIAL, dan FIN. Faktor yang menangkap sebagian besar pernyataan lingkungan kerja jahat
atau tidak adil (MAL) secara signifikan berhubungan dengan iklim instrumental (p≤0,05,
two-tailed). Karena beberapa pernyataan penelitian ini berteori benar-benar jatuh ke dalam
faktor SOCIAL, penelitian ini mencatat bahwa SOCIAL juga secara signifikan berhubungan
dengan iklim instrumental (p≤0,05, two-tailed). Bersama-sama, dua temuan ini mendukung
H3a, bersama dengan bukti kuat (korelasi 0,55) dari masalah reputasi yang berhubungan
dengan iklim instrumental. Akhirnya, FIN tidak berhubungan secara signifikan dengan iklim
instrumental, memberikan dukungan untuk H3b. Mengingat bahwa FIN1 (yang
membutuhkan) tidak memuat ke faktor FIN, penelitian ini memeriksa korelasi antara FIN1
dan iklim instrumental dan menemukannya hanya -0,07 dan dengan demikian tidak
signifikan.
Analisis Tambahan
Untuk menguji iklim instrumental secara lebih rinci, survei menanyakan di mana di
dalam organisasi kecurangan terjadi, apakah iklim di lokasi itu berbeda dari anggota
organisasi lainnya, dan apakah orang lain dalam organisasi telah melakukan kecurangan yang
sama. Karena ECT didasarkan pada teori yang berhubungan dengan kelompok referensi,
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 14
penelitian ini memungkinkan untuk berbagai tingkat kelompok referensi, apakah itu divisi
(misalnya, fungsi akuntansi), lokasi (misalnya, gedung atau kantor kota), atau seluruh
organisasi. Responden melaporkan bahwa setengah dari kecurangan (n=52) terjadi di dalam
organisasi secara keseluruhan, sementara sisanya terjadi di divisi (n=18) atau lokasi (n=22) di
luar kantor pusat organisasi. Dari mereka yang melaporkan kecurangan terjadi di divisi atau
lokasi, 17 (43 persen) melaporkan bahwa iklim divisi / lokasi kurang etis (n=12) atau jauh
lebih sedikit etis (n=5) daripada organisasi secara keseluruhan. Delapan belas (45 persen)
melaporkannya sama dan enam (15 persen) melaporkannya lebih etis. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa iklim yang berbeda dapat terjadi di dalam organisasi yang sama.
Dengan demikian, klaim luas tentang suasana di atas dan iklim organisasi harus ditafsirkan
dengan hati-hati; mungkin ada lebih dari satu suasana atau iklim.
Survei menanyakan kepada responden apakah orang lain di dalam organisasi
melakukan kecurangan yang sama; dan jika demikian, di mana mereka berada. Hampir
separuh responden (n = 51) menjawab ya untuk pertanyaan ini. Dari mereka, rincian di mana
dalam organisasi kecurangan ini terjadi adalah sebagai berikut: 16 jawaban “sedikit dalam
divisi organisasi yang sama”, lima menunjukkan “beberapa dalam divisi organisasi yang
sama” 19 mengatakan “beberapa dalam seluruh organisasi”, dan delapan menunjukkan
“banyak di dalam seluruh organisasi”. Bukti ini memberikan dukungan tambahan untuk
gagasan bahwa kecurangan tidak perlu dilakukan oleh “apel buruk” atau individu penipu;
sebaliknya, kecurangan sering kali tampak dilakukan di dalam atau di antara kelompok-
kelompok (lihat Free and Murphy 2015).

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN PENELITIAN MASA DEPAN


Menggunakan sampel kecurangan heterogen dari tiga perspektif yang berbeda,
penelitian ini menemukan bahwa iklim instrumental terdapat di hampir 40 persen dari kasus
kecurangan penelitian ini, terlepas dari jenis kecurangan. Konsisten dengan argumen Miceli
dan Near (1985) berkenaan dengan kesalahan dan whistle-blowing, dan Wimbush et al.
(1997), Fritzsche (2000), Peterson (2002), dan Martin and Cullen (2006) berkenaan dengan
penyimpangan tempat kerja, temuan ini menunjukkan bahwa iklim instrumental memberikan
kunci penting untuk memahami kecurangan dalam suatu organisasi. Hal ini adalah wawasan
yang sebagian besar telah diabaikan oleh interpretasi utama dari segitiga kecurangan sebagai
pencarian individu yang ditantang secara etis untuk mengejar peluang.
Selain itu, penelitian ini menjelaskan bagaimana individu menanggapi iklim seperti
itu. Sebagai contoh, penelitian ini menemukan bahwa iklim instrumental berhubungan
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 15
dengan insentif / tekanan seperti lingkungan kerja yang jahat dan masalah reputasi, padahal
itu tidak berhubungan dengan insentif individual dari keserakahan atau kebutuhan.
Kecurangan pelaku dalam iklim ini cenderung menggunakan rasionalisasi yang terutama
eksternal untuk diri mereka sendiri, seperti berpendapat bahwa mereka membantu perusahaan
atau orang lain dalam organisasi melakukan hal yang sama. Rasionalisasi membantu
organisasi konsisten dengan perilaku pro-organisasi yang tidak etis (Umphress et al. 2010),
sementara rasionalisasi orang lain melakukan hal yang sama menunjukkan kolusi (Free and
Murphy 2015) dan kemungkinan bahwa perilaku curang telah menjadi rutin (Ashforth dan
Anand 2003).
Penelitian ini menggabungkan teori organisasi ke dalam literatur kecurangan dengan
melaporkan adanya iklim instrumental ketika kecurangan sedang dilakukan dalam suatu
organisasi. Temuan penelitian ini memiliki implikasi penting untuk praktisi. Auditor internal
dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat menyesuaikan ukuran iklim ini
sebagai bendera merah untuk potensi kecurangan. Selain itu, analisis penelitian ini
memberikan ikhtisar komprehensif tentang jenis kunci insentif / tekanan dan rasionalisasi
yang terkait dengan iklim instrumental. Perbedaan-perbedaan ini belum ditarik oleh
penelitian empiris sebelumnya. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
segitiga kecurangan harus lebih luas ditafsirkan untuk mempertimbangkan penyebab
organisasi.
Penelitian ini mengakui dua keterbatasan karena metodologi penelitian yang
digunakan. Pertama, hasil mungkin mengandung bias tanggapan. Para tahanan, khususnya,
mungkin tunduk pada bias yang melayani diri sendiri atau dapat memperindah keadaan
khusus mereka. Penelitian ini mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini.
Pertama, peneliti meminta tiga kelompok berbeda untuk menjawab survei yang sama.
Dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada saksi, penyelidik, dan tahanan, peneliti
yakin masalah bias sangat berkurang. Kedua, survei penelitian ini menanyakan kepada
tahanan apakah mereka bersalah atau tidak bersalah atas kejahatan yang mereka sedang
menjalani hukuman. Penelitian ini menghilangkan semua tanggapan di mana tahanan
mengklaim tidak bersalah. Akhirnya, penelitian ini mengelola semua survei secara anonim.
Terlepas dari langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi potensi bias, peneliti tidak
dapat mengesampingkannya.
Kedua, penelitian ini melaporkan sampel yang relatif kecil yang mungkin tidak dapat
digeneralisasi. Hal ini bukan berarti bahwa 39 persen dari semua kasus kecurangan akan
mengandung iklim instrumen, seperti yang disarankan oleh sampel penelitian ini. Sebaliknya,
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 16
kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa iklim instrumental layak mendapat perhatian
tambahan. Peneliti juga memperingatkan pembaca agar tidak terlalu menafsirkan temuan
penelitianberhubungan dengan asosiasi iklim instrumental dengan elemen segitiga
kecurangan. Analisis multivariat akan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam.
Penelit menganggap studi ini sebagai langkah awal yang berguna untuk penelitian lebih lanjut
tentang penyebab kecurangan organisasi. Peneliti secara khusus menyarankan bahwa
penelitian masa depan memeriksa iklim dan unsur-unsur segitiga kecuranganberhubungan
dengan ada dan tidak adanya kecurangan, mengingat bahwa kecurangan mungkin, pada
kenyataannya,ada ketika dilaporkan tidak ada.
Tulisan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang peran iklim
instrumental dalam kecurangan dan hal ini membuka beberapa jalur penting untuk penelitian
masa depan. Misalnya, apakah jenis kecurangan tertentu lebih atau kurang mungkin dalam
iklim seperti itu? Apakah iklim instrumental lebih sering ada selama tahap awal siklus hidup
organisasi atau dalam organisasi kewirausahaan? Jika demikian, maka bukti penelitian ini
bersama dengan literatur lain (lihat Trompeter et al. 2013), menunjukkan bahwa jenis
organisasi ini mungkin memiliki risiko kecurangan yang lebih besar. Penelitian ini juga
menyerukan lebih banyak penelitian kecurangan yang menggabungkan teori organisasi untuk
meningkatkan pemahaman tentang perilaku disfungsional organisasi. Akhirnya, penelitian ini
mendorong penelitian praktis yang meneliti bagaimana iklim instrumental dapat diubah.
Misalnya, kebijakan atau tindakan manajemen apa dalam organisasi yang memiliki dampak
terbesar pada iklimnya? Peneliti lapangan dapat meneliti organisasi yang telah mengalami,
dan selamat dari kecurangan. Dengan mengidentifikasi tindakan spesifik yang diambil ketika
kecurangan ditemukan, sekaligus mengukur “sebelum dan sesudah” iklim, sehingga
memungkinkan untuk memberikan wawasan tentang pencegahan kecurangan.

REVIEW KRITIS
 Judul artikel dalam penelitian ini telah memberikan gambaran mengenai gagasan
penelitian secara keseluruhan.
 Bagian abstrak telah menyajikan gambaran umum penelitian. Namun, dalam abstrak
belum memuat mengenai sampel, pengujian data, dan implikasi hasil penelitian.
 Bagian pendahuluan secara eksplisit telah menjabarkan latar belakang, tujuan, motivasi,
dan kontribusi penelitian. Peneliti juga telah memberikan gambaran singkat seputar hasil

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 17


penelitian dan implikasinya. Peneliti menjabarkan kontribusi penelitian dari perspektif
teoritis dan empiris, paktis, dan kebijakan.
 Pada bagian pengembangan hipotesis peneliti telah menjelaskan mengenai logika
pengembangan hipotesis, dasar teori, serta hasil dari penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini, sehingga dasar pengembangan hipotesis dari artikel ini telah kuat.
 Pada bagian metodologi, informasi telah disajikan dengan komprehensif, peneliti dengan
jelas mendeskripsikan mengenai metode, desain, sampel, dan pengukuran variabel.
Namun, terlepas dari gaya penulisan dan keterbatasan ruang, ada baiknya peneliti
mempertimbangkan letak tabel yang disajikan dalam setiap pembahasan informasi, hal
tersebut bertujuan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami korelasi antara
tabel dan pembahasannya.
 Pada bagian hasil, penelitian ini tidak mencantumkan tabel hasil untuk additional
analysis. Selain itu, Terdapat penggunaan simbol yang kurang tepat. Artikel ini
menuliskan tanda kurang dari atau sama dengan menggunakan “< =” yang seharusnya
dituliskan dengan “≤”.
 Pada bagian akhir berupa kesimpulan, saran, dan keterbatasan telah disampaikan peneliti
secara lengkap dan baik pada bagian ini.

KEMUNGKINAN REPLIKASI DI INDONESIA


- Penelitian di Indonesia dapat diperluas dengan menguji pengaruh fraud triangle
terhadap kecurangan dalam laporan keuangan yang mungkin dilakukan oleh
manajemen.
- Sesuai saran yang diberikan oleh peneliti, yaitu dengan meneliti apakah iklim
instrumental lebih sering ada selama tahap awal siklus hidup organisasi atau
dalam organisasi yang sudah mapan. Mengingat bahwa di Indonesia banyak
terdapat perusahaan yang ada pada tahap early-stage maupun tahap yang sudah
mapan.
- Dengan sampel yang serupa, penelitian terkait fraud tersebut dapat menjelaskan
lebih lanjut fenomena apa yang paling banyak melatar belakangi seseorang
melakukan fraud dilihat dari segitiga fraud.

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 18


USING CSR DISCLOSURE QUALITY TO DEVELOP SOCIAL RESILIENCE TO
EXOGENOUS SHOCKS: A TEST OF INVESTOR PERCEPTIONS
Kimberly A. Zahller, Vicky Arnold, Robin W. Roberts
Behavioral Research in Accounting, Vol. 27, No. 2, 2015, pp. 155–177

ABSTRAK: Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengajukan dan menguji teori
ketahanan sosial terhadap guncangan eksogen. Teori ini berpendapat bahwa pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berkualitas tinggi menyebabkan persepsi legitimasi
organisasi, menciptakan ketahanan sosial terhadap guncangan eksogen (peristiwa eksternal di
luar kendali manajemen). Dengan menggunakan model jalur dan data dari 100 investor yang
berpengalaman dan non-profesional, penelitian ini memeriksa apakah kualitas pengungkapan
CSR perusahaan secara sukarela meningkatkan legitimasi organisasi persepsian tersebut dan
jika peningkatan legitimasi persepsian membantu mengisolasi organisasi tersebut dari reaksi
investor negatif setelah guncangan eksogen. Hasilnya memberikan dukungan kuat untuk
model dan menunjukkan bahwa ketika pengungkapan CSR memiliki kualitas yang lebih
tinggi, investor menganggap legitimasi organisasi menjadi lebih tinggi, menyimpulkan bahwa
organisasi harus menekankan pelaporan kuantitatif, konsisten, dan sebanding. Lebih lanjut,
hasil menunjukkan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari legitimasi organisasi
persepsianberhubungan dengan tingkat ketahanan organisasi yang lebih besar terhadap
guncangan eksogen intra-industri.
Kata kunci: legitimasi organisasi; ketahanan sosial; guncangan eksogen; Pengungkapan CSR.

PENDAHULUAN
Globalisasi, krisis ekonomi, dan penyebaran informasi yang luas dan cepat telah
meningkatkan ketidakpastian lingkungan, paparan konsekuensi dari kesalahan orang lain, dan
pengawasan publik terhadap perilaku dan kinerja organisasi (Porter dan van der Linde 1995;
Tomkins 2001; Doh dan Guay 2004; Freeman, Harrison, dan Wicks 2007; Jonsson, Greve,
dan Fujiwara-Greve 2009). Akibatnya, perhatian investor dengan isu-isu lingkungan dan
sosial telah meningkat dan berkontribusi terhadap permintaan untuk pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) (Brown dan Deegan 1998; McWilliams dan Siegel 2001;
Berthelot, Cormier, dan Magnan 2003; Cormier, Gordon, dan Magnan 2004; Freeman dkk.
2007; Aerts and Cormier 2009). Untuk mendapatkan manfaat yang memadai dari kegiatan
CSR, manajer perlu memahami karakteristik informasi mana yang merupakan pengungkapan
CSR sukarela berkualitas tinggi dalam persepsi investor mereka karena evaluasi CSR mereka
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 19
tampaknya berdampak pada kegiatan bisnis inti seperti akses ke pembiayaan dan biaya modal
(Kothari, Li, dan Short 2009; Dhaliwal, Li, Tsang, dan Yang 2011). Meskipun hubungan
empiris antara kegiatan CSR, pengungkapan CSR, dan berbagai ukuran kinerja perusahaan
telah didokumentasikan dalam studi arsip, pemahaman teoritis tentang penyebab hubungan
ini tetap sulit dipahami (Filatotchev dan Nakajima 2014).
Penelitian ini mengusulkan teori ketahanan sosial, yang berpendapat bahwa
pengungkapan CSR berkualitas tinggi menyebabkan legitimasi organisasi persepsian oleh
investor, yang pada gilirannya menciptakan ketahanan sosial di pasar dalam menghadapi
guncangan eksogen. Legitimasi organisasi persepsian mewakili persepsi para pemangku
kepentingan atas tindakan organisasi, tujuan, dan nilai-nilai seperti penggunaan sumber daya
langka yang bertanggung jawab, perlakuan etis terhadap karyawan, hubungan yang adil
dengan pelanggan, dll. (Dowling dan Pfeffer 1975; Lindblom 2010; Freeman 1984; Freeman
et al. 2007). Ketahanan sosial adalah “kemampuan sekumpulan manusia untuk menahan
guncangan eksternal terhadap infrastruktur sosial, seperti keragaman lingkungan, atau
pergolakan sosial, ekonomi, dan politik” (Adger 2000, 347). Organisasi dapat membangun
ketahanan sosial dengan memberikan informasi yang lebih berkualitas kepada para pemangku
kepentingan tentang tindakan dan kegiatan mereka (Ayers 2014). Ketahanan sosial mewakili
tingkat perlindungan dari volatilitas pasar dan mengasumsikan bahwa organisasi memiliki
sejarah kompetensi dan kepatuhan yang meyakinkan dengan persyaratan hukum dan
peraturan. Suatu organisasi mungkin lebih mampu menghadapi kinerja yang buruk yang
dihasilkan terutama dari peristiwa di luar kendali manajemen, seperti guncangan eksogen,
karena mereka telah menciptakan ketahanan sosial melalui pengungkapan CSR mereka.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sejarah organisasi pengungkapan CSR
sebelum bencana industri mengakibatkan penurunan pasar untuk organisasi pelapor
(Blacconiere dan Patten 1994). Meskipun penulis menguji hipotesis bahwa pengungkapan
sebelumnya mengisyaratkan manajemen organisasi risiko sosial / politik, mereka
berspekulasi bahwa pengungkapan CSR sukarela mungkin juga proksi untuk sesuatu yang
lain. Jonsson dkk. (2009) menemukan bahwa hilangnya legitimasi bersifat menular -
organisasi yang tidak bersalah terpapar pada peningkatan skeptisisme dan penarikan
pemangku kepentingan menyusul perilaku buruk organisasi serupa. Temuan ini menunjukkan
perlunya perusahaan yang tidak bersalah untuk membedakan diri dari perusahaan yang
menyimpang ke pemangku kepentingan. Teori legitimasi (Dowling dan Pfeffer 1975;
Lindblom 2010) menunjukkan bahwa salah satu cara paling kuat bagi organisasi untuk
membedakan dirinya adalah dengan menandakan rasa hormat yang lebih besar bagi para
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 20
pemangku kepentingan dan nilai-nilai sosial, dan pengungkapan CSR sukarela adalah cara
ideal untuk melakukannya. Model penelitian ini menggabungkan dua aliran penelitian untuk
menunjukkan bahwa pengungkapan CSR sukarela mempengaruhi legitimasi organisasi
persepsian, yang menghasilkan ketahanan sosial terhadap guncangan eksogen, mengisolasi
organisasi yang tidak bersalah dari peristiwa di luar kendalinya. Dengan demikian, tujuan
khusus dari penelitian ini adalah untuk memperluas penelitian yang telah dilakukan oleh
Blacconiere dan Patten (1994) dan Jonsson et al. (2009) dengan mengembangkan dan
menguji teori ketahanan sosial. Secara khusus, penelitian ini menguji apakah kualitas
pengungkapan CSR sukarela meningkatkan legitimasi organisasi persepsian oleh investor,
sehingga menciptakan ketahanan yang membantu melindungi organisasi dari hasil negatif
yang lebih parah setelah guncangan eksogen.
Model ini diuji menggunakan analisis jalur dengan data dari 100 investor
berpengalaman dan non-profesional. Dua komponen kualitas pengungkapan CSR
dimanipulasi: akurasi dan kelengkapan. Legitimasi organisasi persepsian dan ketahanan
sosial adalah konstruk laten yang dinilai menggunakan beberapa item ukuran-ukuran.
Hasilnya memberikan dukungan kuat untuk model keseluruhan. Selanjutnya, pemeriksaan
jalur individu dalam model menunjukkan bahwa tingkat akurasi pengungkapan yang lebih
tinggi secara signifikan berhubungan dengan legitimasi organisasi persepsian, dan bahwa
tingkat kelengkapan pengungkapan yang lebih tinggi secara marjinal berhubungan dengan
legitimasi organisasi persepsian. Selanjutnya, tingkat legitimasi organisasi persepsian lebih
tinggi secara signifikan berhubungan dengan tingkat ketahanan sosial yang lebih tinggi ketika
organisasi menghadapi guncangan eksogen. Implikasinya adalah bahwa pengungkapan CSR
sukarela berkualitas tinggi dapat menyebabkan tingkat legitimasi persepsian yang lebih
tinggi, yang pada gilirannya akan menguntungkan ketahanan pasar selama guncangan
eksogen.
Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa, ketika dihadapkan pada pilihan,
organisasi harus memfokuskan sumber daya untuk memastikan ukuran-ukuran kuantitatif
spesifik dari indikator CSR yang dilaporkan yang mendukung komparabilitas dalam
pelaporan. Hubungan signifikan dari akurasi dengan legitimasi persepsian menyiratkan
bahwa organisasi harus menekankan pelaporan yang dapat dikuantifikasi, konsisten, dan
dapat dibandingkan dan menghindari “soft-talk” prosa yang dirancang lebih untuk
manajemen informasi daripada penyediaan informasi (Cho, Roberts, dan Patten 2010).
Studi ini memberikan kontribusi pada literatur tentang pengungkapan CSR sukarela
dengan menjelaskan dan mendemonstrasikan secara empiris bagaimana pengungkapan CSR
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 21
sukarela berkualitas tinggi perusahaan dapat menyebabkan manfaat ekonomi bagi perusahaan
pengungkap. Dengan menggunakan metodologi eksperimental, penelitian ini dapat
menunjukkan bahwa hubungan antara pengungkapan CSR perusahaan dan manfaat ekonomi
yang dihasilkan dikembangkan melalui cara di mana investor melihat legitimasi organisasi
dan ketahanan sosial perusahaan. Pada intinya, perusahaan mencapai tingkat ketahanan sosial
atau kepercayaan pemangku kepentingan yang unggul dengan menyediakan pengungkapan
CSR berkualitas tinggi, dan ketahanan sosial ini membantu meminimalkan dampak berita
buruk pada kinerja keuangan perusahaan ketika terjadi guncangan eksogen. Studi ini penting
karena, selain menunjukkan hubungan yang diamati antara kredibilitas CSR dan nilai
perusahaan, hal ini membantu peneliti memahami mekanisme sosial dan pertimbangan
investor individu yang membantu membentuk hubungan ini.

TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Latar Belakang Pengungkapan Sukarela Informasi Ekonomi versus Informasi CSR
Sebagian besar penelitian sebelumnya tentang pengungkapan informasi ekonomi
secara sukarela telah difokuskan pada strategi pengungkapan naratif dan telah mengambil dua
perspektif yang berbeda untuk mengevaluasi alasan yang mendasari untuk pilihan
pengungkapan untuk memberikan informasi yang relevan dengan nilai untuk meningkatkan
pengambilan keputusan investor atau untuk mengelola kesan berbagai stakeholder (Merkl-
Davies dan Brennan 2007; Merkl-Davies, Brennan, dan McLeay 2011; Brennan dan Merkl-
Davies 2013). Kedua perspektif menunjukkan bahwa tujuannya adalah untuk mendapatkan
atau mempertahankan sumber daya yang diperlukan, mencegah peningkatan perpajakan atau
regulasi, dan / atau meningkatkan pangsa pasar. Dari perspektif ekonomi, teori agensi sering
digunakan untuk mengevaluasi pengungkapan sukarela informasi ekonomi sebagai sinyal
kinerja yang unggul (Merkl-Davies dan Brennan 2007; Merkl-Davies dkk. 2011).
Aliran kedua penelitian berfokus pada pengungkapan tanggung jawab sosial dan
menggunakan teori legitimasi untuk menjelaskan pelaporan CSR diskresioner sebagai alat
strategis yang digunakan untuk mengelola penerimaan sosial yang diterima organisasi kepada
kelompok pemangku kepentingan yang lebih luas (Deegan, Rankin, dan Voght 2000; Merkl-
Davies dan Brennan 2007). Aliran penelitian ini berpendapat bahwa pilihan pelaporan
diskresioner manajer diarahkan untuk mengantisipasi reaksi dari pemangku kepentingan
(Merkl-Davies et al. 2011) dan mempengaruhi persepsi pemangku kepentingan (Deegan et al.
2000; Hooghiemstra 2000; Breton and Cote 2006). Dengan demikian, pengungkapan CSR
sukarela dan upaya organisasi yang dilakukan untuk menandai penggabungan nilai-nilai dan
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 22
norma-norma sosial ke dalam output, tujuan, dan metode organisasi yang memiliki manfaat
legitimasi penting (Dowling dan Pfeffer 1975; Lindblom 2010).
Pengungkapan CSR melaporkan kinerja dan prakiraan sosial dan lingkungan (bukan
ekonomi). Tidak ada konten, kerangka kerja, atau ekspektasi yang diberikan, dan definisi dan
metodologi pengukuran sangat bervariasi antara organisasi dan bahkan dalam organisasi yang
sama di seluruh siklus pelaporan. Karena perbedaan signifikan antara pengungkapan ekonomi
sukarela dan pengungkapan CSR sukarela, keduanya sering tidak secara langsung
disubstitusikan dalam aliran penelitian. Pengungkapan informasi ekonomi berfokus pada
penjelasan untuk kinerja ekonomi sebelumnya atau proyeksi proformalaba yang diantisipasi,
cenderung menggunakan serangkaian ukuran-ukuran yang ditetapkan dengan baik yang
ketiadaannya jelas, dan secara langsung berhubungan dengan pengaruh pada harga saham dan
prakiraan laba. Membandingkan pengungkapan sebelumnya untuk kinerja aktual dan
memperoleh perbedaan dan skor variabilitas relatif mudah. Data pengungkapannya berbasis
ekonomi dan hasilnya ekonomis, dengan pemegang saham dan analis sebagai audiens utama.
Pengungkapan CSR, sebaliknya, fokus pada laporan tujuan organisasi, proses, dan
(fisik) output dalam hal pengaruhnya terhadap kesejahteraan lingkungan dan sosial. Apa yang
dilaporkan, bagaimana itu didefinisikan dan diukur, dan apakah itu dilaporkan sangat
bervariasi. Tidak selalu langsung jelas apakah suatu organisasi tidak melaporkan sesuatu
karena berita buruk, karena tidak memiliki program semacam itu, atau karena itu tidak
berlaku untuk industri mereka. Banyak ukuran kualitatif atau deskriptif karena sulitnya
menemukan proxy langsung dan terukur. Lebih lanjut, karena metodologi diperbaiki atau
distandardisasi, seringnya penyajian ulang informasi sebelumnya adalah normal. Pelaporan
berfokus pada kinerja dan tujuan non-ekonomi, dan ini sering dikaitkan secara tidak langsung
dengan hasil keuangan melalui pengaruhnya pada faktor-faktor lain seperti reputasi,
legitimasi persepsian, dan kepercayaan.
Meskipun pengungkapan CSR (dan khususnya sustainability reporting) baru-baru ini
mulai memasuki literatur pengungkapan manajemen utama, ada aliran penelitian historis
yang luas tentang pelaporan CSR sukarela dari perspektif sosiologis, psikologis, dan kritis.
Penelitian ini terutama menggunakan teori legitimasi dan pemangku kepentingan untuk
menjelaskan manfaat bagi organisasi (1) terlibat dalam praktik CSR, dan (2) mengungkapkan
upaya-upaya dan hasil mereka. Dalam aliran penelitian ini, karena variabilitas luas dalam
praktik pengungkapan CSR, variabel independen sering menjadi indikator dikotomi ada /
tidak adanya pengungkapan CSR (kadang-kadang untuk item tertentu) atau indikator
tambahan yang mencerminkan jumlah item yang diungkapkan atau tingkat pengungkapan
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 23
(misalnya, keberadaan, narasi, numerik). Masalahnya adalah bagaimana menilai kualitas
pengungkapan ketika ada perbedaan di antara program, definisi, dan metodologi. Namun,
penelitian yang ekstensif telah menyoroti karakteristik pelaporan kualitatif tertentu yang
mewakili kualitas yang lebih tinggi dalam pengungkapan CSR: sejauh mana pengungkapan,
penyertaan informasi negatif, tingkat akurasi, dan ketepatan waktu pelaporan (O'Dwyer dan
Owen 2005; O ' Dwyer, Unerman, dan Bradley 2005; O'Dwyer dan Unerman 2007, 2008;
Kothari dkk. 2009; Merkl-Davies dan Brennan 2007; Rennekamp 2012; Simnett,
Vanstraelen, dan Chua 2009; Pflugrath, Roebuck, dan Simnett 2011).

Pengembangan Hipotesis
Menggunakan dua teori dasar, legitimasi (Dowling dan Pfeffer 1975), dan teori
pemangku kepentingan (Freeman 1984), dan hasil dari Blacconiere dan Patten (1994) dan
Jonsson et al. (2009), penelitian ini mengembangkan model untuk memeriksa apakah
organisasi yang terlibat dalam pengungkapan CSR sukarela berkualitas tinggi mampu
mengembangkan ketahanan sosial yang mengisolasi mereka dari guncangan eksogen. Seperti
yang ditunjukkan pada Figure 1, kualitas pengungkapan CSR dihipotesiskan untuk mengarah
ke yang lebih tinggi pada legitimasi organisasi persepsian. Pada gilirannya, tingkat legitimasi
organisasi yang lebih tinggi menyebabkan tingkat ketahanan sosial yang lebih tinggi dari
perspektif investor.
Kualitas Pengungkapan CSR dan Legitimasi Organisasi Persepsian
Suatu organisasi dapat membantu mengisyaratkan legitimasinya melalui
pengungkapan CSR sukarela. Kualitas dari apa yang dilaporkan dalam pengungkapan CSR
mereka (baik topik dan luasnya topik tersebut) menunjukkan apakah organisasi memahami
dan mengakui tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Cara
pelaporan ini mencerminkan komitmen organisasi terhadap akuntabilitas, transparansi, dan
kejujuran (O'Dwyer and Owen 2005).

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 24


Penelitian sebelumnya menganggap akurasi dan kelengkapan untuk menjadi
karakteristik yang paling menonjol yang mengarah ke pengungkapan CSR berkualitas tinggi
(O'Dwyer dan Owen 2005; O'Dwyer et al. 2005; O'Dwyer dan Unerman 2007, 2008; Merkl-
Davies dan Brennan 2007 ; Kothari et al. 2009; Simnett et al. 2009; Pflugrath et al. 2011).
Pengungkapan CSR dengan akurasi dan kelengkapan yang lebih besar harus dianggap
sebagai kualitas yang lebih tinggi dan mempengaruhi penilaian pemangku kepentingan
terhadap legitimasi melalui persepsi kredibilitas dan kepercayaan. Pengungkapan CSR yang
memiliki akurasi tinggi dalam melaporkan item dengan jelas, menggunakan bahasa khusus
dan ukuran kuantitatif yang dapat dibandingkan lintas waktu dan organisasi (O'Dwyer and
Unerman 2007, 2008). Dalam banyak contoh, ini membutuhkan menggunakan pengukuran
kuantitatif elemen kualitatif atau, setidaknya, menetapkan dan mengungkapkan skala
peringkat yang konsisten. Keakuratan juga menunjukkan kepastian dan kejujuran pelaporan,
sebagaimana tercermin dalam kebenaran dan kelengkapan ukuran-ukuran yang diungkapkan
(O`Dwyer dan Owen 2005; O'Dwyer and Unerman 2007, 2008).
Keakuratan deskriptif bahasa berfokus pada ukuran-ukuran kinerja non finansial yang
jelas, sebanding, dan akhirnya dapat diverifikasi, versus pernyataan niat yang kabur atau
dukungan filosofis untuk penyebab (Cho et al. 2010). Kekhususan yang lebih besar dalam
pelaporan dan pengungkapan aktivitas yang lebih luas (termasuk penerimaan kinerja yang
kurang diinginkan) mendukung persepsi kualitas pengungkapan CSR yang lebih tinggi
(O'Dwyer dan Owen 2005; O'Dwyer dkk. 2005; Merkl-Davies dan Brennan 2007; Kothari et
al. 2009; Simnett et al. 2009; Pflugrath et al. 2011). Kelengkapan terdiri dari beberapa
karakteristik pelaporan dalam pengungkapan CSR berkualitas tinggi (O'Dwyer dan Owen
2005; O'Dwyer et al. 2005; Merkl-Davies dan Brennan 2007; Kothari dkk. 2009; Simnett
dkk. 2009; Pflugrath dkk. 2011). Kelengkapan termasuk pengungkapan kinerja positif dan
negatif dan berbagai kegiatan yang lebih besar dilaporkan. Kelengkapan juga membahas
berbagai bidang kinerja non finansial, termasuk masalah-masalah seperti kinerja lingkungan,
kesehatan dan keselamatan karyawan, keragaman, hubungan masyarakat, kualitas produk,
dan filantropi. Kelengkapan yang lebih besar menunjukkan kurangnya manajemen citra,
karena organisasi tidak hanya memilih area “cherry pick” dengan visibilitas terbesar atau
kinerja terbaik, sehingga mendukung persepsi legitimasi organisasi.
Investor dapat mengandalkan kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai
indikator legitimasi persepsian; dengan demikian, pelaporan informasi CSR yang lebih luas
dan transparan dapat mempengaruhi persepsi pemangku kepentingan terhadap legitimasi
organisasi (Roberts 1992). Teori legitimasi menyatakan bahwa legitimasi organisasi
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 25
merupakan cerminan dari sejauh mana tindakan organisasi, tujuan, dan nilai mencerminkan
masyarakat (penggunaan sumber daya yang langka secara bertanggung jawab, perlakuan etis
terhadap karyawan, hubungan yang adil dengan pelanggan, dll.) (Dowling dan Pfeffer 1975;
Lindblom 2010; Freeman 1984; Freeman dkk. 2007). Sementara legitimasi agak sulit untuk
didefinisikan, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hal tersebut terdiri dari
karakteristik seperti kepercayaan, stabilitas, kredibilitas, integritas, pembelajaran, dan fokus
pada kesehatan masyarakat jangka panjang yang terintegrasi (Freeman 1984; Mayer, Davis,
dan Schoorman 1995; Adger 2000; Freeman dkk. 2007; de Villiers dan van Staden 2006;
Ayers 2014). Legitimasi secara khusus tercermin dalam tindakan organisasi dan akuntabilitas
sukarela yang melampaui persyaratan peraturan; dengan demikian, pengungkapan CSR
sukarela harus membantu membentuk persepsi pemangku kepentingan terhadap legitimasi
organisasi (Milne dan Patten 2002; Patten 1991) dan membedakan organisasi yang legitimate
dari organisasi yang serupa tetapi kurang legitimate (Jonsson et al. 2009).
Konsisten dengan teori legitimasi dan teori stakeholder, organisasi yang menunjukkan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar melalui pelaporan CSR sukarela berkualitas
tinggi harus dianggap lebih legitimate (Dowling dan Pfeffer 1975; Freeman 1984; Freeman
dkk. 2007; Lindblom 2010). Persepsi stakeholder tentang kualitas pengungkapan CSR
sukarela harus menjadi penentu utama dalam penilaian mereka terhadap legitimasi organisasi,
dengan persepsi kualitas pengungkapan CSR yang didorong oleh pilihan manajemen
mengenai akurasi dan kelengkapan. Akibatnya, hipotesis berikut memprediksi hubungan
pertama dalam model, hubungan antara kualitas pengungkapan CSR sukarela dan legitimasi
organisasi persepsian.
H1: Kualitas pengungkapan CSR berhubungan positif dengan legitimasi organisasi
persepsian.
Legitimasi Organisasi dan (Social resilience) Ketahanan Sosial yang Dirasakan
Definisi dasar dari legitimasi menyatakan:
Organisasi berusaha untuk menetapkan kesesuaian antara nilai sosial yang terkait
dengan atau tersirat oleh kegiatan mereka dan norma perilaku yang dapat diterima
dalam sistem sosial yang lebih besar di mana mereka adalah bagian ... Ketika ada
perbedaan aktual atau potensial antara dua sistem nilai, akan ada ancaman terhadap
legitimasi organisasi. Ancaman ini dapat berbentuk sanksi hukum, ekonomi, atau
sosial lainnya. (Dowling dan Pfeffer 1975, 122)

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 26


Organisasi yang sah dipandang sebagai organisasi yang bertanggung jawab, '‘good
neighbors,’ dan kurang berisiko. Ilegitimasi yang dirasakan dapat menimbulkan konsekuensi
yang berat bagi suatu organisasi. Organisasi yang tidak sah dapat menghadapi boikot,
pemogokan, peningkatan regulasi dan perpajakan, akses terbatas ke sumber daya (termasuk
tenaga kerja dan modal), kehilangan pangsa pasar, denda dan penalti, peningkatan biaya
modal, dan lebih sedikit peluang untuk kemitraan dan usaha bersama (Freeman 1984;
Freeman et al. 2007; Kothari dkk. 2009; Lindblom 2010; Dhaliwal dkk. 2011).
Pengungkapan CSR secara sukarela dapat menutup '' kesenjangan legitimasi '' antara norma
dan harapan masyarakat dan tujuan organisasi dan kinerja, memungkinkan organisasi untuk
membedakan dirinya dari organisasi lain dan memiliki manfaat strategis dalam persaingan
untuk sumber daya atau pasar yang langka (Dowling dan Pfeffer 1975; Freeman 1984; Patten
1991; Milne dan Patten 2002; Freeman dkk. 2007; Lindblom 2010).
Diferensiasi menjadi komponen penting selama krisis industri, terutama ketika krisis
melibatkan perilaku yang tidak etis di mana organisasi pelapor tidak dilibatkan. Jonsson dkk.
(2009) menyebut ini sebagai 'penularan kerugian legitimasi', 'ketika organisasi yang tidak
bersalah dianggap oleh pembuat peraturan dan / atau publik dengan skeptisisme karena
tindakan organisasi lain. Meningkatnya skeptisisme publik dan ancaman peningkatan regulasi
industri audit publik setelah krisis Enron / Arthur Andersen adalah contoh penularan
legitimasi. Peningkatan pengungkapan CSR sukarela mungkin dapat menghilangkan
skeptisisme ini dan membedakan pelaporan organisasi sebagai komitmen terhadap
transparansi dan penggabungan norma-norma kemasyarakatan. Penelitian CSR seputar
bencana lingkungan (tragedi Bhopal, Blacconiere dan Patten [1994]; tumpahan minyak
Exxon Valdez, Patten dan Nance [1998]) telah memberikan bukti bahwa pengungkapan CSR
sukarela sebelumnya mampu membedakan organisasi yang tidak bersalah dari pasar yang
mempengaruhi industri terkait.
Masalah terkait industri sangat penting dalam menciptakan ancaman penularan
kerugian legitimasi (Jonsson dkk. 2009; Beelitz dan Merkl-Davies 2012; Brennan dan Merkl-
Davies 2013) dan kebutuhan resilence (ketahanan) berikutnya. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa isu-isu CSR secara signifikan terkait dengan industri (Ullmann 1985;
Patten 2002; Breton dan C ˆ ote 2006; Margolis, Elfenbein, dan Walsh 2009), dan penelitian
ini telah berbuat banyak untuk menetapkan bahwa organisasi terlibat dalam pengungkapan
CSR sukarela belum begitu banyak yang ikut menderita selama kemerosotan ekonomi atau
krisis industri. Kualitas investasi yang dirasakan dapat menurun di seluruh industri setelah
krisis, tetapi organisasi dengan legitimasi yang lebih besar masih dapat dianggap sebagai
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 27
investasi berkualitas tinggi, sejalan dengan temuan studi Blacconiere dan Patten (1994).
Kualitas yang dirasakan dan harapan kinerja masa depan juga harus mempengaruhi volatilitas
(Adger 2000). Singkatnya, semakin organisasi dianggap sah, semakin banyak pemangku
kepentingan akan menerima penjelasan untuk kinerja buruk yang tidak diharapkan
manajemen '' the benefit of the doubt '' dalam menghadapi penularan kerugian legitimasi yang
timbul dari tindakan salah satu anggota industri .
'The benefit of the doubt,' 'atau efek isolasi dari legitimasi yang telah ada sebelumnya
pada tindakan pemangku kepentingan, mengarah pada ketahanan sosial dari para pemangku
kepentingan. Teori legitimasi menunjukkan bahwa organisasi yang sah memberikan sumber
daya sosial dan ekonomi yang lebih besar (Adger 2000; Ayers 2014) dan penyelidikan
dampak pasar saham setelah krisis industri telah menegaskan hal ini (Blacconiere dan Patten
1994; Barton dan Waymire 2004). Namun, penelitian sebelumnya belum mengeksplorasi
gagasan dari stakeholder forbearance and patience selama kemerosotan ekonomi karena
krisis eksogen. Ketahanan dalam konteks ini tidak berkaitan dengan kelangsungan hidup atau
kinerja aktual dari organisasi yang terkena dampaknya; sebaliknya, ia mengeksplorasi efek
perilaku pada pengguna pengungkapan sukarela. Ketahanan dapat mengarah pada alokasi
sumber daya yang lebih besar atau lebih lama, pengembalian yang dibutuhkan lebih kecil,
atau kesabaran yang lebih besar dalam menunggu pengembalian tersebut (atau waktu yang
diizinkan untuk pemulihan). Selama gejolak pasar yang terjadi setelah goncangan industri,
ketahanan sosial dapat melindungi organisasi karena penurunan risiko relasional
memungkinkan penyerapan ketidakpastian lingkungan yang lebih besar (Adger 2000; Das
dan Teng 2001; Barton dan Waymire 2004; Ayers 2014). Penurunan risiko ini kemudian
meredam gejolak reaksi pemangku kepentingan terhadap berita buruk yang tidak terduga,
memungkinkan pemulihan dari kesalahan (jujur), kemerosotan ekonomi, dan guncangan
eksogen (Jonsson et al. 2009). Pada intinya, masyarakat bersedia memberi ‘‘the benefit of the
doubt’’ kepada organisasi-organisasi dengan legitimasi yang lebih besar, yang menghasilkan
ketahanan sosial yang lebih besar terhadap berita buruk setelah guncangan eksogen industri
yang spesifik. Ini mengarah pada hipotesis kedua:
H2: Legitimasi yang dirasakan organisasi secara positif terkait dengan ketahanan sosial
setelah guncangan eksogen.

METODE PENELITIAN
- Penelitian ini menggunakan 2 X 2 desain eksperimental between-participants.

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 28


- Kasus disajikan kepada peserta di mana mereka menganggap peran seorang investor
di perusahaan yang mengalami exogenous shock disebabkan oleh kelakuan buruk dari
sesama anggota industri.
- Variabel dimanipulasi terdiri dari dua karakteristik kualitas pengungkapan CSR:
akurasi pengungkapan (tinggi atau rendah) dan kelengkapan (tinggi atau rendah).
Karakteristik organisasi konstan untuk mengisolasi efek kualitas pengungkapan CSR
pada persepsi investor nonprofessional terhadap legitimasi organisasi. Keyakinan
organisasi yang dirasakan adalah konstruk laten yang diukur dengan menggunakan
tiga pertanyaan. Ketahanan sosial, yang juga merupakan konstruk laten, diukur
menggunakan pertanyaan yang dirancang untuk menentukan bagaimana investor
mengevaluasi prospek masa depan investasi mereka dalam saham perusahaan.
Analisis jalur digunakan untuk menguji model penelitian.
- Sebelum mengumpulkan data, uji instrumen dilakukan dalam dua pretest. Pretest
pertama dilakukan dengan tiga anggota pegawai fakultas akuntansi dan delapan
mahasiswa doktoral. Setelah revisi dilakukan, instrumen itu kembali diuji coba
dengan 35 M.B.A. siswa. Pengeditan kecil dilakukan untuk meningkatkan kelayakan
dan dua item ditambahkan untuk kejelasan sebelum pengumpulan data yang
sebenarnya.
Tugas Eksperimental
- Peserta dalam tugas eksperimental pertama kali diberitahu bahwa mereka mewarisi
10.000 saham di Dryad Forestry, Inc., sebuah perusahaan kayu dan produk hutan
skala besar yang tumbuh dan berpenghasilan yang terdaftar di Bursa Efek New York.
Tanda terima warisan ini menandakan portofolio investasi mereka. Para peserta
diberitahu bahwa penasihat investasi mereka menganggap investasi sebagai tambahan
yang bagus untuk portofolio mereka. Peserta diminta untuk memikirkan akun
investasi jangka panjang, karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara keputusan investasi berdasarkan strategi jangka pendek dan
jangka panjang dan penilaian konsekuen dari hubungan risiko-reward (Milne dan
Patten 2002).
- Di Bagian Satu, semua peserta menerima latar belakang dan informasi dasar industri
Dryad. Informasi termasuk deskripsi perusahaan beserta ringkasan laporan keuangan.
Peserta juga menerima kutipan dari Sustainability Report (Laporan Keberlanjutan)
Dryad, yang termasuk manipulasi akurasi dan kelengkapan. Setelah membaca
informasi keuangan dan Laporan Keberlanjutan, peserta diminta untuk memberikan
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 29
penilaian awal kualitas investasi di Dryad, kredibilitas Laporan Keberlanjutan,
kenyamanan umum dengan stabilitas investasi, dan persepsi integritas manajemen.
- Di Bagian Dua, peserta diberi tahu bahwa enam bulan telah berlalu dan bahwa
skandal industri - exogenous shock - telah terjadi. Peserta membaca kutipan dari pers
bisnis di mana Dryad tidak terlibat, tetapi skandal tersebut berdampak negatif
terhadap kinerja ekonomi di seluruh industri dan meningkatnya ketidakpastian
mengenai peraturan di masa depan. Para peserta diberi kesempatan untuk
mengalihkan sebagian dari kepemilikan Dryad mereka ke index reksa dana yang
terkait dengan S & P 500 dan diminta untuk mengevaluasi kembali kualitas investasi
setelah krisis. Akhirnya, para peserta diminta untuk memperkirakan kedua waktu
yang diperlukan bagi Dryad untuk membuat pemulihan penuh dan setengah dari
penurunan laba bersih setelah krisis eksogen dan waktu maksimum mereka akan
bersedia menunggu pemulihan parsial dan penuh.
Partisipan
Keberhasilan suatu organisasi bergantung pada banyak kelompok pemangku
kepentingan. Namun, karena kelompok pemangku kepentingan bervariasi dalam preferensi
dan penekanan pada berbagai komponen CSR dan kinerja keuangan (Jones 1995; Kayu dan
Jones 1995; Mitchell, Agle, dan Wood 1997; Freeman dkk. 2007; Lindblom 2010), penelitian
ini terbatas pada kelompok pemangku kepentingan tunggal: investor non-profesional.
Kelompok ini memiliki pengaruh besar pada kinerja perusahaan jangka panjang melalui
investasi yang diadakan dalam portofolio investasi dan pensiun.
Untuk menguji hipotesis, data eksperimen dikumpulkan melalui instrumen online dari
beragam kelompok investor berpengalaman dan non-profesional yang disediakan oleh
perusahaan survei nasional. Seperti yang disarankan oleh Brandon, Long, Loraas, Mueller-
Phillips, dan Vansant (2014), karena ini adalah eksperimen online, banyak kontrol dilakukan
untuk memastikan bahwa para peserta mewakili para investor non-profesional dan
sepenuhnya terlibat dalam tugas tersebut.
1) Perusahaan survei menyaring peserta berdasarkan (1) usia (lebih dari 18 tahun),
(2) status investor non-profesional, (3) memiliki akun investasi atau pensiun, (4)
degree of participants (5) kenyamanan membaca laporan keuangan, dan (6)
penggunaan media keuangan atau investasi. Enam ratus dua puluh tiga calon
peserta melewati pemutaran awal dan diarahkan ke eksperimen.

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 30


2) Untuk memastikan peserta terlibat dalam tugas, item pemeriksaan perhatian
disematkan dalam instrumen. Seratus delapan puluh enam calon peserta gagal
dalam pertanyaan pemeriksaan perhatian dan diarahkan keluar dari eksperimen.
3) Karena kerumitan kasus dan kedalaman pemahaman yang diperlukan peserta
untuk melengkapi instrumen, tiga pertanyaan manipulasi yang sulit ditanyakan.
Tiga ratus dua puluh dua calon peserta gagal setidaknya satu dari pertanyaan-
pertanyaan ini dan diarahkan jauh dari instrumen online.
Dari keseluruhan karakteristik tersebut, 115 peserta sepenuhnya melengkapi
instrumen. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan instrumen ditangkap untuk
menilai apakah peserta sepenuhnya terlibat dalam tugas. 14 peserta yang menghabiskan
waktu yang sangat singkat dikeluarkan dari analisis, meninggalkan ukuran sampel dari 101
tanggapan. Satu tanggapan secara acak dijatuhkan untuk mencapai sel yang sama,
meninggalkan 25 peserta yang secara acak ditugaskan ke masing-masing dari empat sel.
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, 57 persen peserta adalah laki-laki, dan
terutama berkisar di usia 40-59 tahun. Tujuh puluh sembilan persen memiliki pendidikan
terakhir setidaknya gelar sarjana, dan sebagian besar bekerja di sektor manufaktur (12
persen), keuangan / akuntansi / asuransi (14 persen), dan sektor 'lain' (33 persen). Lima puluh
enam persen peserta sepenuhnya bertanggung jawab atas pengelolaan portofolio mereka,
dengan pengalaman dibagi secara merata antara '' sebagian '' (46 persen) dan '' cukup '' (47
persen). Empat puluh tiga persen melaporkan rata-rata portofolio $ 100.001 hingga $
500.000; 61 persen ''definitely '' kemungkinan untuk berinvestasi dalam 12 bulan ke depan;
dan ekspektasi pasar cenderung optimis (48 persen) atau netral (38 persen). Analisis korelasi
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam kaitannya
dengan variabel yang diukur atau dimanipulasi.
Pengukuran Variabel
Variabel yang Dimanipulasi
Berdasarkan kualitas pengungkapan CSR yang diidentifikasi dalam literatur
sebelumnya, dua variabel dipilih untuk mengoperasionalkan kualitas pengungkapan CSR:
akurasi dan kelengkapan. Akurasi dimanipulasi sebagai tingkat dimana Laporan
Keberlanjutan mengandung bahasa tertentu dengan pengukuran yang dapat diukur dan
kuantitatif (Akurasi Tinggi) versus bahasa yang tidak jelas dan tindakan yang tidak dapat
diverifikasi atau tidak dapat dikuantifikasi yang tidak dapat dibandingkan dengan kinerja
organisasi atau organisasi tahun sebelumnya (Rendah Ketepatan). Sebagai contoh, kondisi
akurasi tinggi mungkin berisi kata-kata seperti ‘‘ kami mencapai tujuan kami untuk
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 31
peningkatan kontribusi filantropi sebesar 5 persen, ’sementara kondisi akurasi rendah dapat
melaporkan ini sebagai‘ ‘kami meningkatkan kontribusi filantropis.’
Completeness (kelengkapan) dioperasionalkan sebagai penyertaan item dalam
Laporan Keberlanjutan di berbagai area kinerja non finansial dan pengungkapan kinerja
positif dan negatif dalam area ini (Kelengkapan Tinggi). Kelengkapan rendah, di sisi lain,
hanya melaporkan beberapa area dalam Laporan Keberlanjutan dan hanya mengungkapkan
kinerja yang baik. Menurut definisi, kandungan informasi dalam kondisi Kelengkapan Tinggi
akan lebih besar daripada kondisi Kelengkapan Rendah. Tabel 2 menunjukkan manipulasi
untuk akurasi dan kelengkapan. Kombinasi akurasi dan kelengkapan menentukan sejauh
mana Laporan Keberlanjutan dapat dianggap berkualitas tinggi.
Variabel yang Diukur
Dua konstruk laten, perceived organizational legitimacy (legitimasi organisasi yang
dirasakan) dan ketahanan sosial, diukur menggunakan beberapa item. Karena kedua konstruk
ini belum pernah diperiksa sebelumnya dalam literatur CSR, beberapa ukuran item
dikembangkan untuk konstruk-konstruk tersebut. Langkah-langkah tersebut dikembangkan
dan diuji coba terlebih dahulu. Selanjutnya, langkah-langkah itu direvisi dan diulang untuk
yang kedua kalinya dengan 35 siswa master. Analisis faktor digunakan untuk memastikan
bahwa beberapa langkah item dimuat pada konstruk masing-masing.

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 32


AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 33
Pertanyaan untuk masing-masing variabel yang diukur ditunjukkan pada Tabel 3.
1) Perceived organizational legitimacy mewakili persepsi pemangku kepentingan terhadap
tindakan organisasi, tujuan, dan nilai, dan diukur menggunakan tiga item yang
mencerminkan harapan untuk kredibilitas organisasi, stabilitas, dan integritas. Item
pertama adalah ukuran yang secara langsung mencerminkan kejujuran yang dirasakan
dan transparansi dari informasi yang diungkapkan (yaitu, kredibilitas), yang
dikembangkan dari aliran penelitian Inggris / Australia ke pelaporan CSR (Brown dan
Deegan 1998; Deegan et al. 2000; Merkl-Davies dan Brennan 2007; Lindblom 2010;
Beelitz dan Merkl-Davies 2012). Item kedua menilai tingkat kenyamanan investor
dengan investasi yang tidak terpantau, yang mencerminkan persepsi stabilitas organisasi
(Adger 2000; Ayers 2014). Item ketiga menilai tingkat kenyamanan investor dengan niat
manajemen atau tindakan yang tidak dipantau (yaitu integritas manajemen) dan terkait
dengan elemen legitimasi dan kepercayaan yang paling umum diajukan (Mayer dkk.
1995; Das dan Teng 2001; Tomkins 2001). Semua tiga item diukur pada skala Likert
mulai dari 1 (sangat dapat dipercaya / sangat nyaman) hingga 7 (sangat diragukan /
sangat tidak nyaman).
2) Social resilience (ketahanan sosial) diukur dengan menggunakan persepsi investor
apakah perusahaan akan menghadapi exogenous shock (guncangan eksogen) dan terus
menjadi investasi yang baik di masa depan. Ini diukur dengan menggunakan pertanyaan
yang mewakili kualitas investasi yang dirasakan, persentase disinvestasi yang
diharapkan, dan ‘‘buffer’yang diizinkan untuk pemulihan sebagian dan penuh dalam laba
bersih organisasi melebihi harapan asli untuk waktu yang diperlukan. Perceived quality
of investment (pasca-krisis) diukur pada skala Likert mulai dari 1 (investasi yang sangat
baik — risiko rendah dan potensi besar tumbuh dalam jangka panjang) hingga 7

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 34


(investasi yang sangat buruk — risiko tinggi dan banyak ketidakpastian tentang potensi
pertumbuhan dalam jangka waktu yang lama). Disinvestasi diukur dengan item yang
meminta persentase (dengan desil) dari kepemilikan Dryad, peserta akan memilih untuk
beralih ke reksadana yang diindeks pasar setelah krisis industri. Ukuran ini dirancang
untuk menangkap volatilitas langsung dan risiko yang dirasakan. Peserta diminta dalam
dua item untuk mengevaluasi fleksibilitas dalam pemulihan yang diizinkan, seharusnya
Dryad tidak pulih dalam perkiraan awal waktu yang diperlukan. Ukuran-ukuran ini
mewakili buffer premium atau tambahan yang diizinkan untuk pemulihan dan tingkat
volatilitas yang dapat diterima dalam harapan untuk masa depan. Ukuran premium
pertama, ukuran pemulihan parsial, dihasilkan dengan mengurangi waktu yang
diharapkan untuk memulihkan setidaknya 10 persen dari penurunan pasca-krisis dalam
laba bersih dari waktu maksimum investor bersedia menunggu pemulihan tersebut. Skala
empat poin digunakan baik untuk ekspektasi dan item waktu maksimum yang diizinkan:
(1) satu bulan atau kurang, (2) enam bulan atau kurang, (3) satu tahun atau kurang, dan
(4) lebih dari satu tahun. Ukuran pemulihan jangka pendek ini dirancang untuk
menangkap perbedaan dalam volatilitas dan risiko yang dirasakan dalam jangka pendek
(kira-kira satu siklus operasi, atau tahun berikutnya). Ukuran premium kedua, ukuran
pemulihan penuh, diproduksi dengan cara yang sama, tetapi untuk pemulihan total
pendapatan bersih ke tingkat sebelum krisis. Skala enam poin digunakan untuk masing-
masing item dalam ukuran ini: (1) satu bulan atau kurang, (2) enam bulan atau kurang,
(3) satu tahun atau kurang, (4) antara satu dan tiga tahun, (5 ) lebih dari tiga tahun dan
hingga lima tahun, dan (6) lima tahun atau lebih. Ini adalah ukuran pemulihan jangka
panjang dan dirancang untuk menangkap perbedaan dalam volatilitas dan risiko yang
dirasakan dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun). Semua ukuran item untuk social
resilience (ketahanan sosial) juga ditunjukkan pada Tabel 3.

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 35


AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 36
Kovariat
Penilaian awal kualitas investasi diambil setelah manipulasi karakteristik informasi,
tetapi sebelum menginformasikan kepada peserta krisis industri. Ukuran ini dimasukkan ke
dalam path model sebagai kovariat untuk mengendalikan perbedaan individu dalam evaluasi
kualitas awal. Karena kepekaan yang lebih besar, menggunakan ukuran awal kualitas
investasi sebagai kovariat lebih disukai untuk mengukur perbedaan perubahan dalam kualitas
yang dirasakan sebelum dan sesudah exogenous shock.

HASIL
Analisis Faktor
Analisis faktor menegaskan bahwa ketiga ukuran legitimasi yang dirasakan dimuat ke
dalam konstruk tunggal, menjelaskan 59,81% varians. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)
mengukur kecukupan sampling yang diterima untuk kedua model keseluruhan (KMO = 0,65)
dan untuk item individual (KMO terendah = 0,64).Bartlett’s Test of Sphericity(p< 0,001)

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 37


menegaskan bahwa item berkorelasi, tetapi semua korelasi berada di bawah 0,80 dan
determinan matriks korelasi adalah 0,65, jauh di atas tingkat 0,000001 yang diperlukan untuk
menetapkan kurangnya multikolinieritas (Field 2009). Hasil ini memberikan dukungan bahwa
item mewakili ukuran yang wajar dari legitimasi yang dirasakan.Analisis faktor juga
menegaskan bahwa keempat ukuran social resiliencedimuat ke dalam konstruk tunggal,
menjelaskan 64,01%varians.Akhirnya, hasil ini menunjukkan bahwa item-item mewakili
ukuran social resilience yang wajar dalam tindakan dan penilaian investor non-profesional
setelah adanya exogenous shock.
Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur menyediakan sarana untuk menganalisa seluruh rangkaian hubungan,
secara bersamaan meregresikan setiap variabel endogen pada semua variabel
sebelumnya.Selama eksperimen, peserta menerima informasi tentang latar belakang
perusahaan, serta informasi yang memanipulasi keakuratan dan kelengkapan, dan kemudian
diminta untuk membuat penilaian awal untuk kualitas. Setelah penilaian itu, peserta diberikan
informasi rinci tentang shock eksogen yang terjadi di industri enam bulan kemudian, dan
kemudian diminta untuk menjawab pertanyaan yang digunakan untuk mengukur legitimasi
yang dirasakan dan ketahanan sosial. Penilaian kualitas awal termasuk dalam model untuk
mengendalikan perbedaan penilaian mereka yang terjadi sebelum shock eksogen.

Gambar 2, menunjukkan bahwa data sesuai dengan model yang baik. Statistik Chi-
squared tidak signifikan (33,931; p = 0,328) dan Comparative Fit Index (CFI) adalah 0,988

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 38


(> = 0,90 dapat diterima). Indeks Tucker-Lewis (TLI) 0,983 berada di atas cutoff yang dapat
diterima 0,90(Kline 1998). Root mean square error aproksimasi (RMSEA) adalah 0,031
(<0,08) menunjukkan kecocokan model yang baik. Selain itu, standardized root mean square
residual (SRMR) adalah 0,0565(<0,08) menunjukkan kecocokan model yang baik. Secara
keseluruhan, hasil ini memberikan dukungan kuat untuk model penelitian.
Uji signifikansi untuk faktor pemuatan perceived legitimacy (tidak ditabulasi)
menunjukkan bahwa semua indikator signifikandalam memprediksi variabel laten (p< 0,001),
dengan indikator reliabilitas mulai dari 0,230 hingga 0,599. Konstruksi perceived
legitimacyitu sendiri memiliki squared multiple correlation0,558, menunjukkan bahwa
prediktor menjelaskan 55,8% varians. Sementara itu, uji signifikansi untuk faktor loadings
social resilience (tidak ditabulai) menunjukkan bahwa semua indikator signifikan dalam
memprediksi konstruk laten (p < 0,001), dengan indikator reliabilitas mulai dari 0,342 hingga
0,663. Konstruksi social resilience itu sendiri memiliki squared multiple correlation0,478,
menunjukkan bahwa prediktor menjelaskan 47,8% varians.
Gambar 2 menunjukkan bahwa akurasi secara signifikan dan positif berkorelasi dengan
perceived legitimacy(koefisien jalur 0,335; p < 0,001) dan completness secara marjinal
berkorelasi positif dengan perceived legitimacy(koefisien jalur 0,152; p = 0,108). Hasil ini
menunjukkan bahwa kualitas pengungkapan tanggung jawab CSR berdampak pada
legitimacy, mendukung H1. Koefisien jalur antara konstruklegitimacydan konstruk social
resilience adalah signifikan dan positif (koefisien jalur 0,865; p = 0,002), mendukung H2.
Akhirnya, kovariat, penilaian kualitas awal, memiliki efek positif yang signifikan pada
perceived legitimacy(koefisien jalur 0,650; p < 0,001).
Karena jalur dari completness untuk perceived organizational resilience hanya
signifikan cecara marjinal, sehingga model alternatif yang
mengecualikancompletnessakhirnya diuji kembali. Statistik fit menunjukkan bahwa model
alternatif tidak sesuai dengan data serta model teoritis. Statistik Chi-squared dalam model
alternatif adalah 29.639 (penurunan 4.292), CFI adalah 0,977 (penurunan 0,011), TLI adalah
0,966 (penurunan 0,017), RMSEA adalah 0,049 (peningkatan 0,018), dan SRMR adalah
0,0562(peningkatan 0,0001). Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa model teori
sesuai data lebih baik daripada model alternatif, menunjukkan bahwa completness secara
signifikan berkontribusi terhadap kekuatan model.

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 39


DISKUSI DAN KESIMPULAN
Ringkasan
Studi arsip terbaru tentang pengungkapan CSR telah menemukan bahwa penerbitan
laporan CSR dikaitkan dengan beberapa hasil kinerja perusahaan yang menguntungkan
seperti kesalahan perkiraan analis yang lebih rendah, kualitas penghasilan yang lebih tinggi,
dan menurunkan biaya modal.Namun, tidak satu pun dari penelitian ini yang cukup berteori
tentang mekanisme sosial apa yang memicu tanggapan positif peserta pasarterhadap
pengungkapan CSR.Pengungkapan sukarela, dan karakteristik informasi tidak memiliki
pengaruh langsung pada social resilience, tetapi tampaknya beroperasi melalui perceived
legitimacy, dengan pengungkapan CSR berkualitas tinggi yang mengarah ke persepsi investor
yang lebih tinggi dari legitimasi organisasi.
Implikasi Penelitian
Implikasi utama dari temuan ini adalah bahwa pengungkapan CSR sukarela berkualitas
tinggi dapat membantu melindungi kinerja pasar keuangan organisasi menyusul shock
eksogen melalui efek pengungkapan pada perceived legitimacy.Berdasarkan hasil
keseluruhan dari penelitian ini, bagian penting dari nilai pengungkapan CSR berkualitas
tinggi terletak pada social resilience yang membantu organisasi untuk menghasilkan. Social
resilience membantu mencegah atau meminimalkan pengurangan nilai pasar organisasi
ketika investor aktif berdagang pada bad news terkait industri, seperti shock eksogen.
Hubungan signifikan akurasi dengan perceived legitimacy menyiratkan bahwa akurasi
penting bagi investor dan merupakan komponen yang sangatpenting dari kualitas
pengungkapan CSR. Hasilnya memberikan dukungan marjinal untuk penyediaan hasil positif
dan negatif oleh manajemen di berbagai bidang kinerja.
Keterbatasan dan Saran Penelitian
Penelitian ini difokuskan hanya pada dua karakteristik kualitas informasi. Oleh karena
itu, penelitian selanjutnya harus terus mengeksplorasi faktor-faktor yang menghasilkan
pengungkapan CSR sukarela berkualitas tinggi untuk memahami bagaimana karakteristik
informasi berinteraksi dengan karakteristik pengguna kognitif, afektif, dan perilaku dalam
mempengaruhi kinerja organisasi. Fokus dalam percobaan ini adalah pada investor non-
profesional, kelompok besar tetapi tidak terdidik sering secara langsung dipengaruhi oleh
kinerja non finansial organisasi dan yang pengaruh keuangannya sering tertutup dalam data
agregat untuk perusahaan reksa dana atau perkiraan analis. Penelitian masa depan dapat
bergerak melampaui kelompok tunggal ini untuk membandingkan efek karakteristik

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 40


informasi pada penilaian dan tindakan dari kelompok pemangku kepentingan utama lainnya
setelah kinerja yang buruk secara tidak terduga.

KRITIK ARTIKEL
BAGIAN JUDUL
Judul dalam artikel ini sudah merepresentasikan isi dari penelitian yang dilakukan.
BAGIAN ABSTRAK
Pada bagian ini, artikel ini kurang mencantumkan alat analisis dalam penelitian yang
mendasari munculnya hasil dari penelitian yang dilakukan. Sehingga pada bagian abstrak
akan lebih baik jika mencantumkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
BAGIAN PENDAHULUAN
Pada bagian ini permasalahan dan tujuan dari penelitian telah dijelaskan dengan baik, beserta
teori yang mendasarinya, sehingga latar belakang yang mendasari penelitian ini sudah cukup
kuat. Artikel ini juga telah menyampaikan gambaran umum mengenai hasil dari penelitian
dan kontribusi dari penelitian sehingga memudahkan pembaca dalam memahami gambaran
awal tentang isi dari artikel ini.
BAGIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Dasar dari peneliti dalam pengembangan hipotesis sudah kuat, mengingat bahwa peneliti
telah mencantumkan secara eksplisit teori yang mendasari penelitian ini beserta makna dari
teori tersebut yang kemudian dikuatkan oleh hasil dari penelitian terdahulu. Selain itu peneliti
juga menyampaikan logika pembangunan hipotesis dengan baik disertai dengan gambar
model teoritis. Sehingga pada bagian ini sudah baik.
BAGIAN METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian metodologi, informasi telah disajikan dengan komprehensif, peneliti dengan
jelas mendeskripsikan mengenai metode, desain, sampel, ukuran variabel, hingga deskripsi
tugas eksperimen. Namun, terlepas dari gaya penulisan dan keterbatasan ruang, ada baiknya
peneliti mempertimbangkan letak tabel yang disajikan dalam setiap pembahasan informasi,
hal tersebut bertujuan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami korelasi antara
tabel dan pembahasannya.
BAGIAN HASIL PENELITIAN
Penyajian deskripsi hasil sangat lengkap. Namun hal yang menimbulan ketidakyakinan akan
hasil penelitian tersebut adalah peneliti sama sekali tidak menunjukkan hasil tabulasi, baik
untuk statistik deskriptif maupun hasil penelitian secara keseluruhan.
BAGIAN DISKUSI DAN KESIMPULAN
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 41
Pada bagian diskusi dan kesimpulan peneliti meninjau kembali penelitian ini dengan
menyebutkan latar belakang, tujuan, penelitian terdahulu, hingga hasil penelitian dan
implikasi secara ringkas. Selain itu peneliti juga menuliskan keterbatasan dan saran untuk
penelitian selanjutnya, sehingga pembaca dapat mengetahui peluang-peluang apa saja yang
masih dapat diteliti.

KEMUNGKINAN REPLIKASI DI INDONESIA


- Meneliti apakah dengan adanya PROPER (Program Peringkat Kinerja Perusahaan)
dari Kementrian Lingkungan Hidup memicu perusahaan untuk meingkatkan kualitas
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaannya.
- Peneliti dapat melakukan studi longitudinal terkait manfaat legitimasi yang dirasakan
perusahaan baik sebelum dan sesudah terjadinya exogenous shock.
- Peneliti dapat menyelidiki pengaruh antara legitimasi dan kinerja ekonomi
perusahaan.
- Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk mneguji kualitas CSR dengan
kemungkinan perusahaan melakukan kegiatan yang tidak bertanggungjawab secara
sosial (socially irresponsible activities) pada periode selanjutnya.

AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 42

Anda mungkin juga menyukai