ABSTRAK: Penelitian ini mensurvei kelompok responden yang unik dari pelaku fraud,
auditor yang menyelidiki fraud,dan karyawan yang menyaksikan fraud dalam organisasi,
untuk mengidentifikasikan apakah dan bagaimana iklim organisasi instrumental dikaitkan
dengan fraud. Iklim instrumental didefinisikan sebagai satu kondisi di mana karyawan
membuat keputusan sendiri atau kepentingan organisasi yang terbaik untuk
mengesampingkan masalah etika. Penelitian ini menemukan bahwa 39 persen responden
setuju atau sangat setuju bahwa iklim berperan ketika fraud dilakukan. Iklim ini terkait
dengan unsur-unsur tertentu dari segitiga fraud termasuk motif seperti lingkungan kerja yang
jahat, insentif dan tekanan sosial, serta rasionalisasi yang terutama berorientasi pada orang
lain. Satu rasionalisasi spesifik — membantu perusahaan — menarik perhatian pada
fenomena perilaku pro-organisasi yang tidak etis. Hasil menunjukkan bahwa fraud memiliki
dimensi sosial penting yang sebagian besar diabaikan oleh interpretasi segitiga fraud saat ini.
Kata kunci: iklim organisasi; iklim instrumental; penipuan; segitiga penipuan; rasionalisasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai akademisi dan praktisi menekankan pentingnya budaya etika dan iklim untuk
pencegahan fraud. Elemen-elemen dari segitiga fraud cenderung terkait dengan iklim dan
adanyafraud. Segitiga fraud digunakan untuk penilaian risiko fraud. Jika semua elemen
segitigafraud, yaitu (1) insentif dan tekanan, (2) kesempatan, dan (3) sikap dan rasionalisasi
ada dalam organisasi, maka risiko fraud lebih tinggi. Segitiga fraud adalah kerangka fraud
dominan dalam audit dan akuntansi forensik dan telah ada dalam standar profesional asosiasi
profesional di seluruh dunia (Public Company Accounting Oversight Board [PCAOB] 2005;
International Auditing and Assurance Standards Board [IAASB] 2009).
Iklim organisasi yang terkait dengan fraudsangat penting karena tiga alasan. Pertama,
telah banyak diperdebatkan bahwa perusahaan, dan bahkan seluruh budaya, telah menjadi
kurang etis (Callahan 2004; Porter 2012).Kedua, banyak peneliti telah menunjukkan celah
dalam persepsi iklim organisasi antara eksekutif dan karyawan (Trevino, Brown, dan
Hartman 2003; Schaubroeck et al. 2012).Akhirnya, dan yang paling penting, tidak mudah
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 1
untuk mengidentifikasi iklim organisasi yang terkait dengan fraud dalam praktik. Iklim ini
mungkin mendorong perilaku fraud dengan cara halus yang tidak mudah diamati; kebijakan
dapat secara formal menyatakan harapan perilaku etis tetapi secara informal mendorong
perilaku yang berbeda.
Awalnya peneliti mengidentifikasi iklim tertentu yang diyakini berkemungkinan terkait
dengan fraud, yaitu iklim instrumental (Victor dan Cullen 1988). Istilah instrumental dalam
konteks ini, didefinisikan sebagai' 'bertindak sebagai sarana' '(Webster 1996), dan dicirikan
dengan memprioritaskan tujuan individu dalam organisasi atau tujuan organisasi itu sendiri,
tanpa banyak perhatian untuk pengambilan keputusan etis. Karyawan dalam iklim
instrumental membuat keputusan baik untuk kepentingan diri sendiri atau demi kepentingan
organisasi, hingga merugikan orang lain. Kemudian peneliti mengembangkan pernyataan
untuk menggambarkan bagian dari segitiga fraud. Survei gabungan ditujukan untuk tiga
kelompok individu yang memiliki pengalaman fraud: (1) tahanan yang dipenjara karena
melakukan fraud dalam organisasi, (2) individu yang diaudit atau diselidiki fraud dalam
suatu organisasi, dan (3) individu yang menyaksikanfrauddalam organisasi mereka.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi iklim organisasi yang ada di
dalamfraud. Selain itu, memperluas penafsiran mengenai segitiga fraud dengan secara
eksplisit mengidentifikasi unsur-unsur segitiga fraud yang terkait dengan iklim seperti itu.
Kontribusi dan Implikasi Penelitian
Penelitian ini memberikan kontribusi untuk literatur “fraud” dalam dua cara utama:
1. Pertama, peneliti melakukan penelitian yang memeriksa mengenai iklim organisasi dan
fraud dalam perusahaan (Simha dan Cullen 2012).
2. Kedua, temuan penelitian menambah wawasan di mana insentif/tekanan dan rasionalisasi
terkait dengan jenis iklim ini, dan memperluas pengetahuan tentang aspek segitiga fraud.
Temuan penelitian juga memiliki implikasi untuk regulator, praktisi, dan siapapun yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Menurut Morales et al. (2014), terjemahan utama dari
kerangka fraud saat ini - segitiga fraud - adalah salah satu fraud yang dilakukan oleh individu
tidak bermoral yang perlu dimonitor melalui kontrol internal. Banyak praktisi, termasuk
auditor, dan akademisi akuntansi cenderung melihat risiko fraud dengan cara ini. Namun,
berbeda dengan pandangan sempit ini, hasil menunjukkan bahwa perhatian juga diberikan
kepada iklim organisasi, dengan kesadaran tentang insentif dan rasionalisasi yang terkait.
Organisasi dapat menggunakan survei mengenai iklim yang berperan sebagai alat risiko
fraud. Sehingga, hasil penelitian sehubungan dengan insentif/tekanan dan rasionalisasi terkait
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 2
dapat dimasukkan ke dalam pelatihan dan pedoman brainstorming untuk lebih menguraikan
pengertian faktor risiko kecurangan.
METODE PENELITIAN
Peneliti mengembangkan survei dua bagian.
1) Di bagian pertama, memeriksa elemen dari segitiga fraud.
2) Sementara yang kedua berisi ukuran iklim instrumental.
Pernyataan Survei
Peneliti mengembangkan pernyataan yang menangkap elemen segitiga fraud yang
diprediksi akan atau tidak akan dikaitkan dengan iklim instrumental. Dengan demikian,
dapat menjelajahi elemen psikologis yang kurang dapat diamati dari segitiga fraud lebih
dalam.
1) Pernyataan Sikap / Rasionalisasi
Peneliti mengembangkan lima pernyataan untuk menangkap konsep ‘attitude’ yang
luas sebagai sikap, karakter, dan serangkaian nilai etis. Seperti yang dilaporkan
dalam Panel A dari Lampiran A, pernyataan A3 mewakili suatu sikap, A1 dan A5
menangkap sejarah atau perilaku, yang secara tidak langsung menangkap karakter,
dan A2 dan A4 menangkap nilai-nilai etis.
Pernyataan rasionalisasi dilaporkan dalam Panel B dari Lampiran A,
diambil dari kategori yang disintesis dalam Murphy dan Dacin (2011) dan tanggapan
dalam penelitian eksperimental (Murphy 2012; Mayhew dan Murphy 2014). Peneliti
mengkategorikan ke dalam rasionalisasi, terutama eksternal untuk individu
(dilambangkan RE) dan internal individu (dilambangkan RI).
2) Pernyataan Insentif/ Tekanan
Pernyataan mengenai insentif / tekanan diambil dari SAS No. 99 (AICPA 2002);
namun juga melakukan sintesis literatur yang berkaitan dengan elemen dari segitiga
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 6
fraud (misalnya, Wells 2001; Graham, Harvey, dan Rajgopal 2005; Murphy dan
Dacin 2011):
- Kategori pertama, MAL (lingkungan kerja yang buruk atau tidak adil), berisi
tujuh pernyataan yang menangkap lingkungan kerja yang tidak adil, diberi tahu
untuk melakukan fraud, beresiko kehilangan pekerjaan, marah terhadap
organisasi, dan memiliki keinginan untuk membalas dendam.
- Kategori kedua adalah FIN (insentif keuangan), yang mengandung dua
pernyataan yang berkaitan dengan keserakahan dan kebutuhan.
Dalam upaya untuk mencapai kelengkapan keseluruhan, peneliti juga membuat
kategori yang diberi label REP (masalah reputasi) yang berisi empat pernyataan. Satu
pernyataan secara eksklusif menangkap insentif dan satu secara eksklusif menangkap
tekanan (INC dan PRESS, masing-masing). Seperangkat dari 15 pernyataan,
bersama dengan sumbernya masing-masing, dilaporkan dalam Panel C dari
Lampiran A.6
3) Pernyataan Iklim Instrumental
Ukuran iklim instrumental dari Victor dan Cullen (1987, 1988) ditemukan dalam
Panel D dari Lampiran A. Awalnya, lima pernyataan menangkap iklim etis egois /
individual (EI), dan lima menangkap iklim etis egois / lokal (EL). Lebih lanjut, karya
empiris (Victor dan Cullen 1988) mempersempitnya menjadi enam pernyataan.
Partisipan
Peneliti merekrut tiga kelompok individu yang berbeda, masing-masing memiliki
perspektif berbeda tentang fraud tertentu. Pertama, narapidana yang menjalani hukuman
karena melakukan fraud dalam suatu organisasi berada dalam posisi terbaik untuk
menjelaskan apa yang menyebabkan mereka melakukan fraud, sebuah perspektif yang
sebagian besar tidak ada dalam penelitian fraud di bidang akuntansi.
Peneliti mendapatkan akses fasilitas penjara yang berbeda di Amerika Serikat untuk
memeriksa para tahanan. Sebelum mengunjungi setiap penjara, peneliti mengirim poster-
poster rekrutmen yang meminta sukarelawan. Para administrator penjara terus melacak
tahanan yang dengan sukarela berpartisipasi, sehingga mereka dapat dibebaskan dari tugas
kerja untuk kunjungan peneliti.
Meskipun upaya untuk mendapatkan tanggapan yang tidak bias dari tahanan, masih
mungkin bahwa tahanan memiliki bias yang tidak disadari mengenai fraud yang mereka
lakukan (lihat Wallinius, Johansson, Larde'n, dan Dernevik 2011). Untuk mengatasi
HASIL
Analisis Faktor
Peneliti melakukan analisis faktor eksplorasi pada variabel insentif / tekanan dan sikap /
rasionalisasi karena konstruksi ini belum diperiksa dengan cara ini sebelumnya. Pertama,
memeriksa matriks korelasi dan kemudian melakukan analisis komponen utama eksplorasi
dengan rotasi varimax. peneliti menggunakan rotasi varimax untuk memaksimalkan varian
bobot untuk faktor-faktor terpisah sambil meminimalkan jumlah faktor (Nunnally dan
Bernstein 1994). Faktor diterima dengan nilai eigen lebih dari satu, dan peneliti tidak
membatasi jumlah faktor. Peneliti menggunakan proses berulang di mana menghapus satu
variabel pada satu waktu, mengeliminasi variabel yang tidak dapat dimuat, cross-load
kurang dari 0,45 pada salah satu faktor, atau cross-load dengan pembebanan positif dan
negatif yang tidak biasa (Tabachnick dan Fidell 2001 ).
Hasil untuk insentif/ tekanan dilaporkan pada Tabel 1. Kolom pertama melaporkan
nama yang ditetapkan setiap faktor, kolom kedua menampilkan masing-masing pernyataan
yang dimuat ke faktor, dan kolom terakhir melaporkan faktor bobot pernyataan itu.
Sembilan dari 15 pernyataan insentif / tekanan memuat ke tiga faktor yang bersama-sama
menjelaskan 70,2 persen dari varians. Ketiga faktor ini memiliki keandalan internal yang
relatif tinggi, dibuktikan oleh faktor loading yang lebih tinggi dan Alpha Chronbach di atas
0,70 (DeVellis 2012).
Meskipun beberapa faktor tidak dimuat tepat seperti yang dalam argumen, setiap faktor
adalah intuitif. Peneliti memberi label lingkungan kerja buruk pertama (MAL), karena
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 9
semua pernyataan berhubungan dengan karyawan yang diperlakukan tidak adil oleh atasan
atau organisasi, dan kemarahan dan keinginan yang dihasilkan untuk membalas dendam
pada pihak pelaku. Faktor kedua diberi label insentif dan tekanan sosial (SOCIAL), karena
ini mencakup beberapa teori lingkungan kerja buruk yang terdistorsi serta beberapa dari
kategori reputasi (mendapatkan reputasi , risiko kehilangan reputasi, keinginan untuk
menyenangkan bos). Faktor ketiga, insentif finansial (FIN), menangkap motif keserakahan.
Meskipun faktor ini tidak mengandung pernyataan kebutuhan, seperti argumen, ini
mengandung keserakahan bersama dengan pernyataan insentif.
Peneliti tidak melaporkan analisis faktor dari variabel sikap/ rasionalisasi karena
faktor tersebut tidak termuat ke faktor yang berarti. Misalnya, beberapa rasionalisasi
berkaitan dengan mentransfer kesalahan kepada orang lain (yaitu, menyalahkan organisasi
atau pihak yang dirugikan, mengklaim bahwa mereka diberitahu untuk melakukan
penipuan), tetapi alfa chronbachnya 0,686 (sedikit di bawah ambang 0,70). Kurangnya
faktor dapat dilihat mungkin karena sifat rasionalisasi yang kompleks dan berbagai cara di
mana individu dapat merasionalisasi (Murphy 2012). Oleh karena itu, peneliti menjaga
setiap ‘sikap’dan pernyataan rasionalisasi sebagai variabel yang berdiri sendiri dalam
analisis yang tersisa.
Deskripsi Statistik
Fraud yang dijelaskan oleh responden termasuk 49 kasus penyalahgunaan aset yang
memakan biaya rata-rata $ 815.000, 34 kasus korupsi dengan biaya rata-rata $ 5,5 juta, dan
19 kasus pelaporan keuangan curang dengan biaya rata-rata sebesar AS $ 22,2 juta.14
Analisis korelasi pada Tabel 3 melaporkan hasil pengujian hipotesis penelitian ini. H1
menyatakan bahwa, ketika kecurangan ada dalam suatu organisasi, iklim instrumental tidak
akan dihubungkan dengan “sikap” pelaku. Sel-sel yang tebal dari Tabel 3, Panel A
(simpangan dari iklim instrumental dengan pernyataan sikap A1 sampai A5) menunjukkan
bahwa tidak satupun dari lima pernyataan yang menangkap “sikap” secara signifikan
berhubungan dengan iklim instrumental (p≤0,05, two-tailed), memberikan dukungan untuk
H1.
REVIEW KRITIS
Judul artikel dalam penelitian ini telah memberikan gambaran mengenai gagasan
penelitian secara keseluruhan.
Bagian abstrak telah menyajikan gambaran umum penelitian. Namun, dalam abstrak
belum memuat mengenai sampel, pengujian data, dan implikasi hasil penelitian.
Bagian pendahuluan secara eksplisit telah menjabarkan latar belakang, tujuan, motivasi,
dan kontribusi penelitian. Peneliti juga telah memberikan gambaran singkat seputar hasil
ABSTRAK: Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengajukan dan menguji teori
ketahanan sosial terhadap guncangan eksogen. Teori ini berpendapat bahwa pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berkualitas tinggi menyebabkan persepsi legitimasi
organisasi, menciptakan ketahanan sosial terhadap guncangan eksogen (peristiwa eksternal di
luar kendali manajemen). Dengan menggunakan model jalur dan data dari 100 investor yang
berpengalaman dan non-profesional, penelitian ini memeriksa apakah kualitas pengungkapan
CSR perusahaan secara sukarela meningkatkan legitimasi organisasi persepsian tersebut dan
jika peningkatan legitimasi persepsian membantu mengisolasi organisasi tersebut dari reaksi
investor negatif setelah guncangan eksogen. Hasilnya memberikan dukungan kuat untuk
model dan menunjukkan bahwa ketika pengungkapan CSR memiliki kualitas yang lebih
tinggi, investor menganggap legitimasi organisasi menjadi lebih tinggi, menyimpulkan bahwa
organisasi harus menekankan pelaporan kuantitatif, konsisten, dan sebanding. Lebih lanjut,
hasil menunjukkan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari legitimasi organisasi
persepsianberhubungan dengan tingkat ketahanan organisasi yang lebih besar terhadap
guncangan eksogen intra-industri.
Kata kunci: legitimasi organisasi; ketahanan sosial; guncangan eksogen; Pengungkapan CSR.
PENDAHULUAN
Globalisasi, krisis ekonomi, dan penyebaran informasi yang luas dan cepat telah
meningkatkan ketidakpastian lingkungan, paparan konsekuensi dari kesalahan orang lain, dan
pengawasan publik terhadap perilaku dan kinerja organisasi (Porter dan van der Linde 1995;
Tomkins 2001; Doh dan Guay 2004; Freeman, Harrison, dan Wicks 2007; Jonsson, Greve,
dan Fujiwara-Greve 2009). Akibatnya, perhatian investor dengan isu-isu lingkungan dan
sosial telah meningkat dan berkontribusi terhadap permintaan untuk pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) (Brown dan Deegan 1998; McWilliams dan Siegel 2001;
Berthelot, Cormier, dan Magnan 2003; Cormier, Gordon, dan Magnan 2004; Freeman dkk.
2007; Aerts and Cormier 2009). Untuk mendapatkan manfaat yang memadai dari kegiatan
CSR, manajer perlu memahami karakteristik informasi mana yang merupakan pengungkapan
CSR sukarela berkualitas tinggi dalam persepsi investor mereka karena evaluasi CSR mereka
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 19
tampaknya berdampak pada kegiatan bisnis inti seperti akses ke pembiayaan dan biaya modal
(Kothari, Li, dan Short 2009; Dhaliwal, Li, Tsang, dan Yang 2011). Meskipun hubungan
empiris antara kegiatan CSR, pengungkapan CSR, dan berbagai ukuran kinerja perusahaan
telah didokumentasikan dalam studi arsip, pemahaman teoritis tentang penyebab hubungan
ini tetap sulit dipahami (Filatotchev dan Nakajima 2014).
Penelitian ini mengusulkan teori ketahanan sosial, yang berpendapat bahwa
pengungkapan CSR berkualitas tinggi menyebabkan legitimasi organisasi persepsian oleh
investor, yang pada gilirannya menciptakan ketahanan sosial di pasar dalam menghadapi
guncangan eksogen. Legitimasi organisasi persepsian mewakili persepsi para pemangku
kepentingan atas tindakan organisasi, tujuan, dan nilai-nilai seperti penggunaan sumber daya
langka yang bertanggung jawab, perlakuan etis terhadap karyawan, hubungan yang adil
dengan pelanggan, dll. (Dowling dan Pfeffer 1975; Lindblom 2010; Freeman 1984; Freeman
et al. 2007). Ketahanan sosial adalah “kemampuan sekumpulan manusia untuk menahan
guncangan eksternal terhadap infrastruktur sosial, seperti keragaman lingkungan, atau
pergolakan sosial, ekonomi, dan politik” (Adger 2000, 347). Organisasi dapat membangun
ketahanan sosial dengan memberikan informasi yang lebih berkualitas kepada para pemangku
kepentingan tentang tindakan dan kegiatan mereka (Ayers 2014). Ketahanan sosial mewakili
tingkat perlindungan dari volatilitas pasar dan mengasumsikan bahwa organisasi memiliki
sejarah kompetensi dan kepatuhan yang meyakinkan dengan persyaratan hukum dan
peraturan. Suatu organisasi mungkin lebih mampu menghadapi kinerja yang buruk yang
dihasilkan terutama dari peristiwa di luar kendali manajemen, seperti guncangan eksogen,
karena mereka telah menciptakan ketahanan sosial melalui pengungkapan CSR mereka.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sejarah organisasi pengungkapan CSR
sebelum bencana industri mengakibatkan penurunan pasar untuk organisasi pelapor
(Blacconiere dan Patten 1994). Meskipun penulis menguji hipotesis bahwa pengungkapan
sebelumnya mengisyaratkan manajemen organisasi risiko sosial / politik, mereka
berspekulasi bahwa pengungkapan CSR sukarela mungkin juga proksi untuk sesuatu yang
lain. Jonsson dkk. (2009) menemukan bahwa hilangnya legitimasi bersifat menular -
organisasi yang tidak bersalah terpapar pada peningkatan skeptisisme dan penarikan
pemangku kepentingan menyusul perilaku buruk organisasi serupa. Temuan ini menunjukkan
perlunya perusahaan yang tidak bersalah untuk membedakan diri dari perusahaan yang
menyimpang ke pemangku kepentingan. Teori legitimasi (Dowling dan Pfeffer 1975;
Lindblom 2010) menunjukkan bahwa salah satu cara paling kuat bagi organisasi untuk
membedakan dirinya adalah dengan menandakan rasa hormat yang lebih besar bagi para
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 20
pemangku kepentingan dan nilai-nilai sosial, dan pengungkapan CSR sukarela adalah cara
ideal untuk melakukannya. Model penelitian ini menggabungkan dua aliran penelitian untuk
menunjukkan bahwa pengungkapan CSR sukarela mempengaruhi legitimasi organisasi
persepsian, yang menghasilkan ketahanan sosial terhadap guncangan eksogen, mengisolasi
organisasi yang tidak bersalah dari peristiwa di luar kendalinya. Dengan demikian, tujuan
khusus dari penelitian ini adalah untuk memperluas penelitian yang telah dilakukan oleh
Blacconiere dan Patten (1994) dan Jonsson et al. (2009) dengan mengembangkan dan
menguji teori ketahanan sosial. Secara khusus, penelitian ini menguji apakah kualitas
pengungkapan CSR sukarela meningkatkan legitimasi organisasi persepsian oleh investor,
sehingga menciptakan ketahanan yang membantu melindungi organisasi dari hasil negatif
yang lebih parah setelah guncangan eksogen.
Model ini diuji menggunakan analisis jalur dengan data dari 100 investor
berpengalaman dan non-profesional. Dua komponen kualitas pengungkapan CSR
dimanipulasi: akurasi dan kelengkapan. Legitimasi organisasi persepsian dan ketahanan
sosial adalah konstruk laten yang dinilai menggunakan beberapa item ukuran-ukuran.
Hasilnya memberikan dukungan kuat untuk model keseluruhan. Selanjutnya, pemeriksaan
jalur individu dalam model menunjukkan bahwa tingkat akurasi pengungkapan yang lebih
tinggi secara signifikan berhubungan dengan legitimasi organisasi persepsian, dan bahwa
tingkat kelengkapan pengungkapan yang lebih tinggi secara marjinal berhubungan dengan
legitimasi organisasi persepsian. Selanjutnya, tingkat legitimasi organisasi persepsian lebih
tinggi secara signifikan berhubungan dengan tingkat ketahanan sosial yang lebih tinggi ketika
organisasi menghadapi guncangan eksogen. Implikasinya adalah bahwa pengungkapan CSR
sukarela berkualitas tinggi dapat menyebabkan tingkat legitimasi persepsian yang lebih
tinggi, yang pada gilirannya akan menguntungkan ketahanan pasar selama guncangan
eksogen.
Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa, ketika dihadapkan pada pilihan,
organisasi harus memfokuskan sumber daya untuk memastikan ukuran-ukuran kuantitatif
spesifik dari indikator CSR yang dilaporkan yang mendukung komparabilitas dalam
pelaporan. Hubungan signifikan dari akurasi dengan legitimasi persepsian menyiratkan
bahwa organisasi harus menekankan pelaporan yang dapat dikuantifikasi, konsisten, dan
dapat dibandingkan dan menghindari “soft-talk” prosa yang dirancang lebih untuk
manajemen informasi daripada penyediaan informasi (Cho, Roberts, dan Patten 2010).
Studi ini memberikan kontribusi pada literatur tentang pengungkapan CSR sukarela
dengan menjelaskan dan mendemonstrasikan secara empiris bagaimana pengungkapan CSR
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 21
sukarela berkualitas tinggi perusahaan dapat menyebabkan manfaat ekonomi bagi perusahaan
pengungkap. Dengan menggunakan metodologi eksperimental, penelitian ini dapat
menunjukkan bahwa hubungan antara pengungkapan CSR perusahaan dan manfaat ekonomi
yang dihasilkan dikembangkan melalui cara di mana investor melihat legitimasi organisasi
dan ketahanan sosial perusahaan. Pada intinya, perusahaan mencapai tingkat ketahanan sosial
atau kepercayaan pemangku kepentingan yang unggul dengan menyediakan pengungkapan
CSR berkualitas tinggi, dan ketahanan sosial ini membantu meminimalkan dampak berita
buruk pada kinerja keuangan perusahaan ketika terjadi guncangan eksogen. Studi ini penting
karena, selain menunjukkan hubungan yang diamati antara kredibilitas CSR dan nilai
perusahaan, hal ini membantu peneliti memahami mekanisme sosial dan pertimbangan
investor individu yang membantu membentuk hubungan ini.
Pengembangan Hipotesis
Menggunakan dua teori dasar, legitimasi (Dowling dan Pfeffer 1975), dan teori
pemangku kepentingan (Freeman 1984), dan hasil dari Blacconiere dan Patten (1994) dan
Jonsson et al. (2009), penelitian ini mengembangkan model untuk memeriksa apakah
organisasi yang terlibat dalam pengungkapan CSR sukarela berkualitas tinggi mampu
mengembangkan ketahanan sosial yang mengisolasi mereka dari guncangan eksogen. Seperti
yang ditunjukkan pada Figure 1, kualitas pengungkapan CSR dihipotesiskan untuk mengarah
ke yang lebih tinggi pada legitimasi organisasi persepsian. Pada gilirannya, tingkat legitimasi
organisasi yang lebih tinggi menyebabkan tingkat ketahanan sosial yang lebih tinggi dari
perspektif investor.
Kualitas Pengungkapan CSR dan Legitimasi Organisasi Persepsian
Suatu organisasi dapat membantu mengisyaratkan legitimasinya melalui
pengungkapan CSR sukarela. Kualitas dari apa yang dilaporkan dalam pengungkapan CSR
mereka (baik topik dan luasnya topik tersebut) menunjukkan apakah organisasi memahami
dan mengakui tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Cara
pelaporan ini mencerminkan komitmen organisasi terhadap akuntabilitas, transparansi, dan
kejujuran (O'Dwyer and Owen 2005).
METODE PENELITIAN
- Penelitian ini menggunakan 2 X 2 desain eksperimental between-participants.
HASIL
Analisis Faktor
Analisis faktor menegaskan bahwa ketiga ukuran legitimasi yang dirasakan dimuat ke
dalam konstruk tunggal, menjelaskan 59,81% varians. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)
mengukur kecukupan sampling yang diterima untuk kedua model keseluruhan (KMO = 0,65)
dan untuk item individual (KMO terendah = 0,64).Bartlett’s Test of Sphericity(p< 0,001)
Gambar 2, menunjukkan bahwa data sesuai dengan model yang baik. Statistik Chi-
squared tidak signifikan (33,931; p = 0,328) dan Comparative Fit Index (CFI) adalah 0,988
KRITIK ARTIKEL
BAGIAN JUDUL
Judul dalam artikel ini sudah merepresentasikan isi dari penelitian yang dilakukan.
BAGIAN ABSTRAK
Pada bagian ini, artikel ini kurang mencantumkan alat analisis dalam penelitian yang
mendasari munculnya hasil dari penelitian yang dilakukan. Sehingga pada bagian abstrak
akan lebih baik jika mencantumkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
BAGIAN PENDAHULUAN
Pada bagian ini permasalahan dan tujuan dari penelitian telah dijelaskan dengan baik, beserta
teori yang mendasarinya, sehingga latar belakang yang mendasari penelitian ini sudah cukup
kuat. Artikel ini juga telah menyampaikan gambaran umum mengenai hasil dari penelitian
dan kontribusi dari penelitian sehingga memudahkan pembaca dalam memahami gambaran
awal tentang isi dari artikel ini.
BAGIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Dasar dari peneliti dalam pengembangan hipotesis sudah kuat, mengingat bahwa peneliti
telah mencantumkan secara eksplisit teori yang mendasari penelitian ini beserta makna dari
teori tersebut yang kemudian dikuatkan oleh hasil dari penelitian terdahulu. Selain itu peneliti
juga menyampaikan logika pembangunan hipotesis dengan baik disertai dengan gambar
model teoritis. Sehingga pada bagian ini sudah baik.
BAGIAN METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian metodologi, informasi telah disajikan dengan komprehensif, peneliti dengan
jelas mendeskripsikan mengenai metode, desain, sampel, ukuran variabel, hingga deskripsi
tugas eksperimen. Namun, terlepas dari gaya penulisan dan keterbatasan ruang, ada baiknya
peneliti mempertimbangkan letak tabel yang disajikan dalam setiap pembahasan informasi,
hal tersebut bertujuan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami korelasi antara
tabel dan pembahasannya.
BAGIAN HASIL PENELITIAN
Penyajian deskripsi hasil sangat lengkap. Namun hal yang menimbulan ketidakyakinan akan
hasil penelitian tersebut adalah peneliti sama sekali tidak menunjukkan hasil tabulasi, baik
untuk statistik deskriptif maupun hasil penelitian secara keseluruhan.
BAGIAN DISKUSI DAN KESIMPULAN
AKUNTASI KEPERILAKUAN- KELOMPOK V Page 41
Pada bagian diskusi dan kesimpulan peneliti meninjau kembali penelitian ini dengan
menyebutkan latar belakang, tujuan, penelitian terdahulu, hingga hasil penelitian dan
implikasi secara ringkas. Selain itu peneliti juga menuliskan keterbatasan dan saran untuk
penelitian selanjutnya, sehingga pembaca dapat mengetahui peluang-peluang apa saja yang
masih dapat diteliti.