Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PEMBELEJARAN

TERAPI BERMAIN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. CHRISTIN SELYANA P (S15056)
2. INTAN INDAH BAGASTRI (S15081)
3. SEPTIA RIZQI ARDHINI (S15133)
4. WAHYU TRI UTAMI (S15092)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena alasan
tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi adalah bentuk
stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat di rumah
sakit (Wong,2009). Menurut WHO, hospitalisasi merupakan pengalaman yang
mengancam ketika anak menjalani hospitalisasi karena stressor yang dihadapi
dapat menimbulkan perasaan tidak aman.
Hospitalisasi dapat dianggap sebagai suatu pengalaman yang
mengancam dan merupakan sebuah stressor, serta dapat menimbulkan krisis bagi
anak dan keluarga. Hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa
di rawat, stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan
kebiasaan sehari-hari dan keterbatasan mekanisme koping (Supartini,2012).
Dampak negative dari hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap
upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani oleh anak. Reaksi yang
dimunculkan pada anak akan sangat berbeda antara anak yang satu dan lainnya.
Pada keadaan seperti ini perlu suatu tindakan yang menurunkan kecemasan. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan terapi bermain (Utami,
2014).
Terapi bermain diharapkan mampu menghilangkan batasan,
hambatan dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi dengan
tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan dan anak yang sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah
diajak kerjasama selama masa perawatan (Mulyaman 2006 dalam Yusuf dkk,
2013). Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak anak untuk dapat
mengembangkan potensi kreativitas dari anak-anak itu sendiri. Untuk mengurangi
kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi dapat. Bermain merupakan alat
komunikasi yang natural bagi anak-anak.
Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapiutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat
dilakukan oleh anak yang sehat maupun yang sakit. Salah satu fungsi bermain
adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan anak akan terlepas
ketegangan dan stress yang dialaminya (Kaluas dkk, 2015)
Pemilihan jenis permainan harus disesuaikan dengan usia anak.
Usia prasekolah permainan yang cocok dilakukan antara lain origami, dimana
anak mulai menyukai bentuk-bentuk benda disekelilingnya. Origami merupakan
seni melipat kertas yang berasal dari jepang. Origami bermanfaat untuk melatih
motoric halus, serta menumbuhkan kreativitas. Selain origami, permainan yang
sesuai untuk anak usia prasekolah adalah puzzle. Puzzle merupakan suatu bentuk
permainan menyusun gambar yang membutuhakn kemampuan konsentrasi dan
kemampuan berfikir. Melalui terapi puzzle diharapakan dapat melatih kemampuan
konsentrasi dan mengarahkan perilaku serta emosi anak ke arah yang positif
(Alimul, 2012).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain, diharapkan anak dapat merasa lebih tenang
dan nyaman selama mendapatkan perawatan di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Bisa merasa tenang dan nyaman selama dirawat.
b. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat
c. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
d. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak
terhadap suatu permainan
e. Dapat menstimulus pekembangan motoric halus anak
f. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
g. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
h. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.
C. JENIS PERMAINAN
1. Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak.
2. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya
motorik kasar dan halus.

D. MEDIA
1. Kertas bergambar

E. METODE
1. Ceramah
2. Bermain bersama

F. PESERTA
Anak usia sekolah (6-12 tahun), anak yang kooperatif, anak dengan komunikasi
verbal baik, dan anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain.

G. SETTING TEMPAT

KETERANGAN :

: Leader

: perawat

: pasien
: Orang tua

H. WAKTU PELAKSANAAN
a. Hari/ tanggal : Sabtu, 18 Mei 2018
b. Waktu : 10.00 - 10.30 WIB (30 menit)
c. Tempat : Bangsal Cempaka RSUD dr. Soediran Mangun
Soemarso Wonogiri

I. PENGORGANISASIAN
1. Leader :
Tugas :
a. Mengkoordinasikan persiapan dan jalannya penyuluhan kesehatan
b. Memimpin jalannya kegiatan penyuluhan kesehatan
c. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya kegiatan
d. Menyampaikan materi sesuai tujuan
e. Memimpin diskusi
2. Observer :
Tugas :
a. Mengobservasi jalannya / proses kegiatan.
b. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal anak selama kegiatan
berlangsung.
c. Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta karakteristik
anak.
3. Fasilitator :
Tugas :
a. Mempersiapkan semua kebutuhan untuk penyuluhan kesehatan
b. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
c. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya kegiatan

J. RENCANA PELAKSANAAN
No. Kegiatan Waktu Subjek Terapi
1. Persiapan 5 menit
1. Menyiapkan ruangan. Ruangan,alat,anak
2. Menyiapkan alat-alat dan keluarga siap
3. Menyiapkan anak dan keluarga
2. Proses 20 menit
1. Membuka proses terapi bermain Menjawab salam,
dengan mengucap kan salam, Memperkenalkan
memperkenalkan diri. diri,
2. Menjelaskan pada anak dan keluarga Memperhatikan
tentang tujuan dan manfaat bermain,
menjelaskan cara permainan.
3. Mengajak anak bermain
Bermain bersama
dengan antusias
dan
mengungkapkan
4. Mengevaluasi respon anak dan perasaannya
keluarga.

3. Penutup 5 menit
1. Menyimpulkan hasil kegiatan Memperhatikan
2. Mengucapkan salam penutup dan menjawab
salam

K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan penyelenggara terapi bermain.
Seperti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk terapi
bermain, melakukan kontrak waktu dengan orang tua anak dan
menjelaskan tujuan kegiatan.
b. Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah keseluruhan
c. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu
pada hari Sabtu, 19 Mei 2018 pada pukul 10.00 WIB.
b. Peserta antusias dan kooperatif terhadap terapi bermain yang dilakukan
bersama
c. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
d. Peserta terlibat aktif dalam terapi
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu mampu menyusun puzzle yang sesuai
b. Peserta dapat kelebih akrab dan nyaman dengan perawat.
L. DAFTAR HADIR
No. Nama Alamat TTD
1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.
M. DAFTAR PUSTAKA
Supartini, Y. (2012). Konsep dasar keperawaatan anak. Jakarta: EGC

Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, M.L.,Schwartz, P. (2009). Buku ajar


keperawatan pediatrik. Vol 2. Jakarta: EGC.

Alimul, A.A. (2012). Pengantar ilmu keperawatan anak I. Jakarta: Salemba


Medika.

Kaluas dkk. 2015. “Perbedaan Terapi Bermain Puzzle Dan Bercerita Terhadap
Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Selama Hospitalisasi Di
Ruang Anak Rs Tk. Iii. R. W. Mongisidi Manado”. Jurnal Keperawatan Vol.
3 Nomor 2 Mei 2015. Manado: Universitas Sam Ratulangi Manado.

Shilikhah, Umi. 2013. “Efektifitas Lingkungan Terapetik Terhadap Reaksi


Hospitalisasi Pada Anak”. Jurnal PPNI. Purwokwerto: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Utami, Yuli. “Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak”. Jurnal


Widya Vol 2 Nomor 2 Mei – Juli 2014. Sekolah Tinggi Iimu Kesehatan
Binawan.

Anda mungkin juga menyukai