Anda di halaman 1dari 24

BAB 4

ANUITAS AWAL

Tujuan Pembelajaran
Dalam bab 4 ini dipelajari tentang anuitas awal, dengan tujuan agar pembaca mampu: (1)
Memahami konsep anuitas awal, perbedaan anuitas awal nilai sekarang, dan anuitas awal
nilai akan datang, serta mampu melakukan perhitungan angsuran (cicilan). (2) Mampu
menentukan tingkat bunga dan periode anuitas, baik untuk anuitas awal nilai sekarang
maupun anuitas awal nilai akan datang. (3) Memahami konsep anuitas awal tak berhingga
atau periode yang sangat panjang. (4) Memahami sifat matematis dan mampu membuat
rekabentuk matematis dari anuitas awal.

4.1 Pendahuluan
Sejauh ini, telah digunakan satu persamaan anuitas dengan asumsi angsuran dilakukan pada
setiap akhir periode mulai periode 1. Alternatif lain adalah setoran anuitas dilakukan di
setiap awal periode, mulai dari periode 1 hingga akhir periode n. Juga seperti dijelaskan
pada bab 3, bahwa anuitas di muka (annuity due), adalah pembayaran atau penerimaan
yang dilakukan setiap awal periode. Perbedaan antara anuitas akhir dan anuitas awal, adalah
bahwa pada anuitas akhir, untuk periode angsuran 12 kali mulai awal tahun, setoran dana
dilakukan setiap akhir bulan yaitu mulai 31 Januari hingga 31 Desember. Sedangkan pada
anuitas awal, angsuran pertama dimulai tanggal 1 Januari dan angsuran terakhir tanggal 1
Desember.

Secara matematis, persamaan yang digunakan dalam perhitungan anuitas awal ada
dua, yaitu: anuitas awal untuk nilai sekarang (present value), dan anuitas awal untuk nilai
yang akan datang (future value). Berdasarkan ketepatan waktu pembayaran atau
penerimaannya, anuitas dibedakan menjadi dua, yaitu: (i) anuitas awal tertentu, adalah
pembayaran atau penerimaan dimulai dan diakhiri pada suatu periode waktu yang tetap; dan
(ii) anuitas awal tak tertentu adalah anuitas yang pembayaran dan penerimaan dimulai dan
diakhiri tidak pada suatu periode waktu yang tetap, karena bergantung pada suatu kejadian
yang tidak dapat ditentukan waktunya. Misalnya, pembayaran angsuran pinjaman pada
lembaga keuangan adalah merupakan anuitas tertentu. Sedangkan pembayaran iuran
asuransi jiwa kematian adalah merupakan anuitas tak tertentu. Selanjutnya, dalam bab ini
yang dimaksud anuitas adalah merupakan anuitas awal tertentu.
Konsep anuitas awal sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang
berhubungan dengan lembaga keuangan. Anuitas awal nilai sekarang banyak digunakan
untuk menghitung besarnya angsuran per bulan kredit kepemilikan kendaraan, kredit
kepemilikan alat-alat rumah tangga, kredit kepemilikan alat-alat elektronik, dan lain
sebagainya. Sedangkan anuitas awal nilai akan datang banyak digunakan untuk menghitung
saldo tabungan saat tertentu, menetukan besarnya penabungan setiap waktu yang harus
dilakukan untuk memperoleh jumlah tertentu, dan lain sebagainya. Selanjutnya, perhitungan
yang berkaitan dengan anuitas awal ini, rekabentuk matematika sangat memegang peranan
penting. Oleh karena itu, sifat-sifat matematis dari anuitas awal sangat memabantu
mempermudah perhitungan, apabila diketahui informasi nilai keuangan yang berkaitan.

4.2 Anuitas Awal Nilai Sekarang


Untuk menjelaskan anuitas awal nilai sekarang, perhatikan garis bilangan dari serangkaian
pembayaran atau penerimaan seperti diberikan dalam Gambar 4.1. Anuitas awal nilai
sekarang (present value), seluruh rangkaian pembayaran atau penerimaan divaluasi pada
saat periode 0.

Gambar 4.1. Serangkaian Anuitas Awal Sepanjang Periode n

Misalkan an | menyatakan nilai sekarang (present value) di awal periode dari
serangkaian pembayaran atau penerimaan yang dilakukan. Jika diberikan i tingkat bunga
per periode tahun (per annum p.a); n jumlah periode; dan A besarnya pembayaran atau
penerimaan (Anuitas) per periode pembayaran atau penerimaan. Untuk perhitungan anuitas
awl nilai sekarang dapat diturunkan sebagai berikut. Nilai sekarang dari pembayaran atau
penerimaan hingga akhir periode ke- n dapat diuraikan sebagai berikut:

Nilai sekarang pembayaran/penerimaan ke-1 A

Nilai sekarang pembayaran/penerimaan ke-2 A(1  i ) 1

Nilai sekarang pembayaran/penerimaan ke-3 A(1  i ) 2


Dan seterusnya …

Nilai sekarang pembayaran/penerimaan ke- (n  1) A(1  i ) ( n  2)

Nilai sekarang pembayaran/penerimaan ke- n A(1  i ) ( n 1)

Sehingga akan diperoleh anuitas nilai sekarang an | adalah merupakan penjumlahan
deret geometri sebagai berikut:

an |  A  A(1  i) 1  A(1  i) 2  ...  A(1  i) (n  2)  A(1  i) (n 1)

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an |  . (4.1)
i

Contoh 4.1

Hitunglah nilai sekarang dari serangkaian pembayaran sebesar Rp 1.000.000 yang akan
diterima setiap awal tahun, selama 5 tahun, mulai tahun pertama, di mana tingkat bunga
yang diberikan adalah 15% p.a.

Jawab:

Diketahui A = Rp 1.000.000; n = 5 tahun; dan i = 15% = 0,15. Ditanyakan besarnya nilai


a5 | ?

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an | 
i

1.000.000 (1  0,15)[1  (1  0,15) 5 ]


a5 |  = Rp 3.283.225,12
0,15

Contoh 4.2

Suatu pinjaman yang dikenakan bunga sebesar 20% p.a. dan dapat diangsur sebanyak 12
kali angsuran awal masing-masing besarnya adalah Rp 5.000.000 per tahun. Berapakah
besar pinjaman tersebut?
Jawab:

Diketahui A = Rp 5.000.000; n = 12 tahun; dan i = 20% = 0,2. Ditanyakan besarnya nilai


a1 2 | ?

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an | 
i

5.000.000 (1  0,2) [1  (1  0,2) 12 ]


a12 |  = Rp 26.635.300,36
0,2

Contoh 4.3

Suatu pinjaman yang dikenakan bunga sebesar 18% p.a. Jika pinjaman tersebut dapat
diangsur sebanyak 24 kali angsuran awal masing-masing besarnya adalah Rp 500.000 per
bulan. Berapakah besar pinjaman tersebut?

Jawab:

Diketahui A = Rp 500.000; n = 24 bulan; j12 = 18% = 0,18; dan m =12. Ditanyakan


besarnya nilai a2 4 | ?

j 0,18
i  12   0,015
12 12

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an | 
i

500 .000 (1  0,015) [1  (1  0,015) 24 ]


a24 |  = Rp 10.165.430,72
0,015

Contoh 4.4

Perusahaan X memberikan pilihan kepada seorang karyawannya yang sesaat lagi akan
memasuki pensiun. Pilihannya, menerima gaji pensiun sebesar Rp 1.000.000 per bulan,
setiap awal bulan selama 5 tahun, atau gaji pensiunnya diterima sekaligus di awal masa
pensiun. Jika diperhitungkan bunga 6% p.a., berapakah gaji pensiunnya bila ingin diterima
sekaligus di awal masa pensiun?
Jawab:

Diketahui A = Rp 1.000.000; t = 5 tahun; m = 12 bulan; dan j12 = 6% = 0,06. Ditanyakan


besarnya nilai an | ?

j 0,06
n  t  m  5  12 = 60 bulan; dan i  12  = 0,005
12 12

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an | 
i

1.000 .000 (1  0,005)[1  (1  0,005) 60 ]


a6 0 |  = Rp 51.984.188,55
0,005

4.3 Menentukan Besar Pembayaran, Jumlah Periode, dan Tingkat Bunga


Anuitas Awal Nilai Sekarang
Dalam bagian ini akan dibahas bagaimana menentukan besar angsuran, jumlah periode, dan
tingkat bunga untuk anuitas nilai sekarang.

4.3.1 Menentukan Besar Pembayaran Anuitas Nilai Sekarang

Bilamana dalam persoalan anuitas awal hanya diketahui nilai sekarang an | , jumlah periode
n , dan tingkat bunga i , maka besarnya nilai pembayaran A dapat ditentukan melalui
persamaan (4.1) sebagai berikut:

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an | 
i

Dapat diperoleh

i.an |
A . (4.2)
(1  i)[1  (1  i )  n ]
Contoh 4.5

Suatu negara memiliki pinjaman pada bank dunia sebesar Rp 1.000.000.000.000 dengan
tingkat bunga 6% p.a. Pinjaman tersebut harus diangsur setiap awal tahun, untuk selama 10
tahun. Berapakan besarnya angsuran tiap tahun yang harus dibayar?

Jawab:

Diketahui an | = Rp 1.000.000.000.000; i = 6%; dan n = 10 tahun. Ditanyakan besar


angsuran A ?

i.an |
A
(1  i)[1  (1  i )  n ]

0,06  1.000 .000 .000 .000


A = Rp 128.177.319.075,83
(1  0,06)[1  (1  0,06) 10 ]

Contoh 4.6

Seseorang meminjam uang sebesar Rp20.000.000 dengan bunga 12% p.a. Jika pinjaman
tersebut harus dilunasi dalam 24 kali angsuran awal bulanan, berapakah besar angsuran per
bulan yang harus dibayar?

Jawab:

Diketahui an | = Rp 20.000.000; j12 = 12%; m = 12 bulan; dan n = 24 bulan. Ditanyakan


besar angsuran A ?

j 0,12
i  12  = 0,01
12 12

i.an |
A
(1  i)[1  (1  i )  n ]

0,01  20.000 .000


A = Rp 932.147,96
(1  0,01)[1  (1  0,01)  24 ]

4.3.2 Menentukan Jumlah Periode Anuitas Awal Nilai Sekarang


Bilamana dalam persoalan anuitas hanya diketahui nilai sekarang an | , besarnya nilai
angsuran A , dan tingkat bunga i , maka jumlah periode n dapat ditentukan melalui
persamaan (4.1) sebagai berikut:

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an | 
i
Dapat diperolah

i.an | (1  i) A  i.an | (1  i ) A
(1  i)  n  1   n
 (1  i ) 
(1  i) A (1  i) A (1  i ) A  i.an |

 (1  i ) A 
n log(1  i )  log   = log{(1  i) A  log{(1  i) A  i.an | } ,
 (1  i ) A  i.an | 
 

Sehingga diperoleh

log{(1  i) A}  log{(1  i) A  i.an | }


n . (4.3)
log(1  i )

Contoh 4.7

Suatu negara memiliki pinjaman pada bank dunia sebesar Rp 1.000.000.000.000 dengan
tingkat bunga 6% p.a. Pinjaman tersebut harus diangsur setiap awal tahun sebesar Rp
150.000.000.000. Berapakan lama angsuran yang harus dibayar?

Jawab:

Diketahui an | = Rp 1.000.000.000.000; i = 6%; dan A = Rp 150.000.000.000. Ditanyakan


jumlah periode n tahun?

log{(1  i) A}  log{(1  i) A  i.an | }


n
log(1  i )

log{150 .000 .000 .000 (1  0,06)


n
log(1  0,06)

log{150 .000 .000 .000 (1  0,06)  0,06  1.000 .000 .000 .000}

log(1  0,06)
= 8,1309976 tahun  8 tahun 2 bulan.

Contoh 4.8

Suhle membeli sebuah rumah seharga Rp 220.000.000 dengan sistem angsuran. Ia


membayar uang muka sebesar Rp 10.000.000 dan sisanya akan diangsur tiap awal bulan
sebesar Rp 3.783.889,18 dengan tingkat bunga 18% p.a. Berapa bulankah angsuran rumah
tersebut akan lunas?

Jawab:

Diketahui an | = Rp 220.000.000 – Rp 10.000.000 = Rp 210.000.000; A = Rp 3.783.889,18;


dan j12 = 18%; m = 12 bulan. Ditanyakan jumlah periode n bulan?

j 18%
i  12  = 1,5% = 0,015
12 12

log{(1  i) A}  log{(1  i) A  i.an | }


n
log(1  i )

log{ 3.783 .889,18(1  0,015)}


n
log(1  0,015)

log{ 3.783 .889,18(1  0,015)  0.015  210 .000 .000}



log(1  0,015)

= 115,240199 bulan atau 9 tahun 8 bulan.

4.3.3 Menentukan Tingkat Bunga Anuitas Nilai Sekarang

Bilamana dalam persoalan anuitas awal hanya diketahui nilai sekarang an | , besarnya nilai
angsuran A , dan jumlah periode n , maka tingkat bunga i dapat ditentukan melalui
persamaan (4.1) sebagai berikut:

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an | 
i

Untuk menentukan nilai tingkat bunga i melalui persamaan ini tidak dapat dilakukan secara
analitis. Jadi harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode numerik atau coba-
coba, atau menggunakan metode interpolasi linier.
Contoh 3.9

Sebuah berlian seharga Rp 10.000.000 tunai, dapat dibeli dengan cara mengangsur 15 kali
angsuran awal bulanan sebesar Rp 1.605.317,05. Berapakah tingkat bunga yang dikenakan
?

Jawab:

Diketahui an | = Rp 1.000.000; A = Rp 1.605.317,05; m =12 dan n = 15. Ditanyakan


besarnya nilai tingkat bunga i dan j12 ?

a. Menggunakan pendekatan coba-coba

Caranya dicoba-coba dengan memberikan nilai i , sedemikian hingga diperoleh:

 
 A(1  i) 1  1  i  n
f (i)  an |  
  0 (4.4)
  i 
 

Hasil coba-coba adalah sebagai berikut:

i f (i)

1,60% (66.078,89)

1,65% (32.954,33)

1,70% 0

1,75% 32.785,15

1,80% 65.402,18

Berdasarkan hasil dalam table di atas, menunjukkan bahwa f (i )  0 terjadi ketika i =


j
1,7% per bulan, sehingga dapat ditentukan besarnya nilai i  12
12  j
12  12  i  12  1,7%
= 20,4% p.a.

b. Menggunakan pendekatan interpolasi linier


Cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat bunga per periode i adalah
dengan menggunakan pendekatan interpolasi linier. Disebut linier karena garis yang
menghubungkan dua titik observasi diasumsikan linier. Pendekatan interpolasi linier dapat
dijelaskan sebagai perbandingan kesebagunan segitiga dalam bidang kartesian. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan perbandingan dalam Gambar 3.2.

Gambar 4.2. Garis Linier Dalam Bidang Kartesian

Jika dimisalkan akan dicari nilai dari x 0 , maka perbandingan yang digunakan adalah
sebagai berikut:

x0  x1 f ( x0 )  f ( x1 )  f ( x0 )  f ( x1 ) 
  x0  x1     ( x2  x1 )
x2  x1 f ( x2 )  f ( x1 )  f ( x2 )  f ( x1 ) 

Kalau sumbu X adalah sebagai sumbu i , dan sumbu Y adalah sebagai sumbu a n |i ,
perbandingan di atas dapat dinyatakan sebagai:

i0  i1 an|i0  an|i1

i2  i1 an|i  an|i
2 1

 an |  an | 
i0  i1   0
i i1 
 (i  i ) . (4.5)
 a  n |  2 1
a
 i2 n | i1 

Contoh 3.9, jika diselesaikan dengan menggunakan interpolasi linier, maka


tahapannya adalah sebagai berikut:

748.176,73 [1  (1  1,68%) 15 ]


15|i 
Ambil i1  1,68%  a = 10.013.161,00
1
1,68%
Untuk i0  ?  a15|i  10.000.000,00
0

148.176,73 [1  (1  1,68%) 15 ]


Ambil i2  1,78%  a15|i1  = 9.947.625,00
1,68%

 an |  an |i 
i0  i1   i0 1   (i  i )
 an |  an |  2 1
 i2 i1 

 10.000 .000,00  10.013 .161,00 


i0  1,68%     (1,78%  1,68%)
 9.947 .625,00  10.013 .161,00 

= 1,7% per bulan.

j
Oleh karena i  12
12  j
12  12  i  12  1,7% = 20,4% p.a.

4.4 Anuitas Awal Nilai Sekarang Tak Berhingga


Misalkan ada pertanyaan, berapa nilai sekarang dari uang sebesar Rp 10.000.000 yang akan
diterima setiap awal 4 bulanan, selama seumur hidup mulai 4 bulan yang akan datang?
Pertanyaan ini adalah contoh dari anuitas awal tak berhingga atau anuitas perpetuitas
(perpetuity annuity). Perhitungan untuk menentukan nilai sekarang dari anuitas awal tak
berhingga adalah sebagai berikut:

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an |  ,
i

Untuk n   , diperoleh:

A(1  i)[1  (1  i)  n ] A(1  i )


a |  lim  . (3.5)
n  i i

Contoh 3.10

Berapa nilai sekarang dari uang sebesar Rp 10.000.000 yang akan diterima setiap awal 4
bulanan, selama seumur hidup mulai 4 bulan yang akan datang, bila dikenakan tingkat
bunga 12% p.a.?

Jawab:
12%
Diketahui A = Rp 10.000.000; i = = 4% = 0,04; dan n   . Ditanyakan berapa nilai
3
dari a | ?

A(1  i ) 10.000 .000 (1  0,04)


a |   = Rp 260.000.000,00
i 0,04

Contoh 3.11

Berapa nilai sekarang dari uang sebesar Rp 2.000.000 yang akan diterima setiap awal bulan,
selama seumur hidup mulai sebulan yang akan datang, bila dikenakan tingkat bunga j 4
=12% ?

Jawab:

Diketahui A = Rp 2.000.000; j 4 =12% ; dan n   . Ditanyakan berapa nilai dari a | ?

j j 0,12 4
i  (1  m ) m  1  i  (1  4 ) 4  1 = (1  )  1 = 0,125509
m 4 4

j12 1 1
 (1  i) 12  1 = (1  0,125509 ) 12  1 =0,009902
12

A(1  j12 / 12) 2.000.000(1  0,009902 )


a |   = Rp 203.979.398,00
j12 / 12 0,009902

4.5 Anuitas Awal Nilai Akan Datang


Untuk menjelaskan anuitas awal nilai akan datang, perhatikan garis bilangan dari
serangkaian pembayaran atau penerimaan seperti diberikan dalam Gambar 4.1. Anuitas
akhir nilai akan datang (future value), seluruh rangkaian pembayaran atau penerimaan
divaluasi pada periode n.

Misalkan sn | nilai akumulasi atau jumlah nilai di akhir periode; i tingkat bunga per
periode; n jumlah periode; dan A anuitas atau pembayaran atau penerimaan per periode.
Anuitas nilai akan datang dapat diturunkan sebagai berikut. Nilai akumulasi dari
pembayaran atau penerimaan hingga akhir periode ke- n dapat diuraikan sebagai berikut:
Nilai akumulasi pembayaran/penerimaan ke-1 A(1  i ) n

Nilai akumulasi pembayaran/penerimaan ke-2 A(1  i ) n 1

Nilai akumulasi pembayaran/penerimaan ke-3 A(1  i ) n  2

Dan seterusnya …

Nilai akumulasi pembayaran/penerimaan ke- (n  1) A(1  i ) 2

Nilai akumulasi pembayaran/penerimaan ke- n A(1  i)

Sehingga akan diperoleh anuitas nilai akan datang sn | adalah merupakan
penjumlahan deret geometri sebagai berikut:

sn |  A(1  i)  A(1  i) 2  ...  A(1  i) n  2  A(1  i) n 1  ( A(1  i) n

A(1  i)[(1  i) n  1]
sn |  . (4.6)
i

Contoh 4.12

Tentukan nilai akumulasi sn | dari tabungan tetap sebesar Rp 10.000.000 yang disetor setiap
awal tahun, selama 6 tahun, apabila diberikan tingkat bunga 10% p.a.

Jawab:

Diketahui A = Rp 10.000.000; n = 6 tahun; dan i = 10% = 0,1. Ditanyakan besarnya nilai


akumulasi sn | ?

A(1  i)[(1  i) n  1]
sn | 
i

10.000 .000 (1  0,10)[(1  0,10) 6  1]


s6 |  = Rp 84.871.710,00
0,10
Contoh 4.13

Hitung nilai akumulasi dari dana sebesar Rp 1.000.000 yang diinvestasikan pada awal tiap
tengah tahunan selama 5 tahaun bilaman diberikan tarif bunga j 2 = 10% p.a.

Jawab:

Diketahui A = Rp 1.000.000; t = 5 tahun; m = 2 tengah tahunan; dan j 2 = 10% = 0,1.


Ditanyakan besarnya nilai akumulasi sn | ?

j j 0,1
i m  2  = 0,05; dan n  t  m  5  2 = 10 tengah tahunan.
m 2 2

A(1  i)[(1  i) n  1]
sn | 
i

1.000 .000 (1  0,05)[(1  0,05)10  1]


s1 0 |  = Rp 13.206.787,00
0,05

Contoh 4.14

Berapakah besar bunga yang akan diperoleh dari Rp 20.000.000 bilamana diinvestasikan
pada tiap awal bulan selama 10 tahun dengan tarif tingkat bunga j12 = 18% p.a.

Jawab:

Diketahui A = Rp 20.000.000; t = 10 tahun; m = 12 bulan; dan j12 = 18% = 0,18.


Ditanyakan berapa besar bunga I n ?

j j 0,18
i  m  12  = 0,015; dan n  t  m  10  12 = 120 bulan.
m 12 12

A(1  i)[(1  i) n  1]
sn | 
i

20.000 .000 (1  0,015) [(1  0,015)120  1]


s12 0 |  = Rp 6.725.150.287,00
0,015

I120 = 6.725.150. 287,00  120  20.000.000 = Rp 4.325.150.287,00


Contoh 4.15

Suatu penerimaan akan dilakukan tiap awal triwulan sebesar Rp 5.000.000 selama 5 tahun.
Jika diperhitungkan tingkat bunga j 4 = 12%, maka tentuka selisih antara diterima di akhir 5
tahun dengan di awal 5 tahun?

Jawab:

Diketahui A = Rp 5.000.000; t = 5 tahun; m = 4 triwulan; dan j 4 = 12% = 0,12. Ditanyakan


besarnya selisih sn |  an | ?

j j 0,12
i m  4  = 0,03; dan n  t  m  5  4 = 20 triwulan.
m 4 4

A(1  i)[(1  i) n  1]
sn | 
i

5.000 .000 (1  0,03)[(1  0,03) 20  1]


s2 0 |  = Rp 138.382.428,00
0,03

A(1  i)[1  (1  i) n ]
an | 
i

5.000 .000 (1  0,03)[1  (1  0,03) 20 ]


a20 |  = Rp 76.618.995,20
0,03

Selisih = s20|  a20| = 138.382.428,00 – 76.618.995,20 = Rp 61.763.432,90

4.6 Menentukan Besar Pembayaran, Jumlah Periode, dan Tingkat Bunga


Anuitas Awal Nilai Akan datang
Dalam bagian ini akan dibahas bagaimana menentukan besar angsuran, jumlah periode, dan
tingkat bunga untuk anuitas nilai akan datang.

4.6.1 Menentukan Besar Pembayaran Anuitas Awal Nilai Akan Datang


Bilamana dalam persoalan anuitas hanya diketahui nilai akan datang sn | , jumlah periode n ,
dan tingkat bunga i , maka besarnya nilai pembayaran A dapat ditentukan melalui
persamaan (4.6) sebagai berikut:

A(1  i)[(1  i) n  1]
sn | 
i
Dapat diperoleh:

i.sn |
A . (4.7)
(1  i)[(1  i) n  1]

Contoh 3.16

Berapa besar uang yang harus didepositokan pada awal tiap tahun dalam program dana
pensiun, yang memberikan hasil bunga 12% agar pada akhir 25 tahun terakumulasi sebesar
Rp 50.000.000.

Jawab:

Diketahui sn | = Rp50.000.000; i = 12%=0,12; dan n = 25 tahun. Ditanyakan besarnya


pembayaran A ?

i.sn | 0,12  50.000 .000


A = = Rp 334.820,08
(1  i)[(1  i) n  1] (1  0,12)[(1  0,12) 25  1]

Contoh 3.17

Pada akhir 10 tahun yang akan datang seseorang ingin memiliki tabungan sebesar Rp
1.000.000.000. Untuk itu, ia harus menabung setiap awal bulan ke lembaga keuangan yang
dipercayanya. Jika lembaga keuangan memberikan bunga 8% p.a. diperhitungkan periode
bunga bulanan, maka berapakah besarnya uang yang harus ditabung tiap awal bulan?

Jawab:
Diketahui sn | = Rp1.000.000.000; j12 = 8%=0,08; m = 12; dan t = 10 tahun. Ditanyakan
besarnya pembayaran A ?

j j 0,08
i  m  12  = 0,0067; dan n  t  m  10  12 = 120 bulan.
m 12 12

i.sn | 0,0067  1.000 .000 .000


A = = Rp 5.417.607,83
n
(1  i)[(1  i)  1] (1  0,0067 )[(1  0,0067 )120  1]

4.6.2 Menentukan Jumlah Periode Anuitas Nilai Akan Datang

Bilamana dalam persoalan anuitas hanya diketahui nilai akan datang sn | , besarnya nilai
pembayaran A , dan tingkat bunga i , maka jumlah periode n dapat ditentukan melalui
persamaan (4.6) sebagai berikut:

A(1  i)[(1  i) n  1]
sn | 
i

Dapat diperoleh:

i.sn | A(1  i)  i.sn |


(1  i) n  1  =
A(1  i) A(1  i)

n log(1  i)  log{ A(1  i)  i.sn | }  log{ A(1  i)}

log{ A(1  i)  i.sn | )  log{ A(1  i)}


n . (4.8)
log(1  i)

Contoh 3.18

Suatu perusahaan mempunyai utang obligasi sebesar Rp 6.105.100. Untuk memastikan


perusahaan tersebut memiliki kas untuk pelunasan utang, manajemen perusahaan
membentuk dana pelunasan (sinking fund) dengan cara menyimpan setiap awal tahun ke
suatu bank sebesar Rp 1.000.000. Jika bank memberikan bunga 10% p.a., berapa tahunkah
obligasi tersebut akan jatuh tempo?

Jawab:
Diketahui sn | = Rp 6.105.100; A = Rp 1.000.000; dan i = 10% = 0,10. Ditanyakan jumlah
periode n ?

log{ A(1  i)  i.sn | )}  log{ A(1  i)}


n
log(1  i)

log{1.000.000(1  0,10)  0,10  6.105.100}  log{1.000.000(1  0,10)}


n =
log(1  0,10)

= 4,632048673 tahun  4 tahun 8 bulan.

Contoh 4.19

Seseorang menabung setiap awal bulan sebesar Rp 1.500.000 dan suatu masa yang akan
datang ingin mendapatkan akumulasi dana sebesar Rp 150.000.000. Jika bunga yang
diberikan adalah sebesar 10% p.a., berapakah lama ia harus menabung ?

Jawab:

0,10
Diketahui sn | = Rp 150.000.000; A = Rp 1.500.000; dan j12 = 10% = 0,10 atau i  =
12
0,00833. Ditanyakan jumlah periode n ?

log{ A(1  i)  i.sn | )  log{ A(1  i)}


n
log(1  i)

log{1.500 .000 (1,00833 )  0,00833  150 .000 .000}  log{1.500 .000 (1,00833 )}
n =
log(1,00833 )

= 72,59271359 bulan  73 bulan.

4.6.3 Menentukan Tingkat Bunga Anuitas Awal Nilai Akan Datang

Bilamana dalam persoalan anuitas awal hanya diketahui nilai akumulasi sn | , besarnya nilai
pembayaran A , dan jumlah periode n , maka tingkat bunga i dapat ditentukan melalui
persamaan (4.6) sebagai berikut:
A(1  i)[(1  i) n  1]
sn | 
i

Untuk menentukan nilai tingkat bunga i melalui persamaan ini tidak dapat dilakukan secara
analitis. Jadi harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode numerik atau coba-
coba, atau menggunakan metode interpolasi linier.

Contoh 4.20

Seseorang menabung tiap awal periode sebesar Rp 350.000 sebanyak 8 kali periode, dan
pada akhir periode ke-8 uangnya menjadi Rp 3.342.500. Berapakah tingkat bunga per
periode yang diberikan ?

Jawab:

Diketahui sn | = Rp 8.232.949,25; A = Rp 350.000; dan n = 12 periode. Ditanyakan berapa


tingkat bunga i ?

a. Menggunakan metode coba-coba

Caranya dicoba-coba dengan memberikan nilai i , sedemikian hingga diperoleh:


 A(1  i )[(1  i )  1] 
n

f (i )  sn |   0

 i 

Hasilnya diberikan dalam tabel sebagai berikut:

i f (i)

8% 1059595
9% 549264.6
10% 0
11% -591124
12% -1227239
Menggunakan cara coba-coba diperlihatkan bahwa nilai f (i) yang relatif paling dekat
dengan 0 adalah apabila tingkat bunga i = 10%.

b. Menggunakan metode interpolasi linier

Jika merujuk pada perbandingan dalam Gambar 4.2, maka metode interpolasi linier pada
anuitas nilai akan dating adalah sebagai berikut:

 sn |i  sn |i 
i0  i1   0 1 
 (i  i ) . (4.9)
 s  s  2 1
 i2 n | n |i1 

Dalam Contoh 4.20, jika diselesaikan dengan menggunakan metode interpolasi linier adalah
sebagai berikut:

Ambil i1  9.5%  sn |i = Rp 7.953.272,03


1

Untuk i0  ?  sn |i = Rp 8.232.949,25


0

Ambil i2  10,5%  sn |i = Rp 8.523.088,08


2

 8.232 .949,25  7.953.272, 03 


i0  9,5%     (10,5%  9,5%)
 8.523.088, 08  7.953.272, 03 

= 10%

4.7 Sifat Matematis Anuitas Awal


Misalkan t adalah jangka waktu investasi, ukurannya bisa hari, bulan, tahun, dan
sebagainya. Merujuk pada Kellison (1991; 1970), sifat-sifat matematis dari anuitas awal
dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sifat-sifat nilai sekarang dan nilai akumulasi dari anuitas

(1) Misalkan suatu pembayaran atau penerimaan sebesar 1 satuan dibuat setiap awal
tahun selama n tahun. Nilai sekarang pada waktu t  0 dari anuitas awal dengan
tingkat bunga i , dinotasikan dengan an |i , adalah sebagai berikut:
an |i  (1)  (1)v  (1)v 2  ...  (1)v n  2  (1)v n 1

1 vn 1
= 1  v  v 2  ...  v n  2  v n 1 =
; v . (4.10)
iv 1 i
(2) Sedangkan nilai akumulasi pada waktu t  n dari anuitas akhir dinotasikan dengan
sn |i , adalah sebagai beriku:

sn |i  (1)(1  i)  (1)(1  i) 2  ...  (1)(1  i) n 1  (1)(1  i) n

v 1[1  v  n ]
= v 1  v 2  ...  v (n 1)  v n =
1  v 1
vn 1
= . (4.11)
v n [v  1]

Sifat-sifat ekivalensi dari anuitas awal

(1) Jika an | nilai sekarang dari anuitas awal, sn | nilai akumulasi dari anuitas awal, i
tingkat bunga, n periode anuitas awal dan d tingkat diskon majemuk, maka dapat
disusun suatu hubungan bahwa:
sn |  an | (1  i) n . (4.12)
dan
1 1
 d . (4.13)
an | sn |
(2) Jika an | nilai sekarang dari anuitas awal, sn | nilai akumulasi dari anuitas awal, an |
nilai sekarang dari anuitas akhir, sn | nilai akumulasi dari anuitas akhir, i tingkat
bunga, dan n periode anuitas, maka dapat disusun suatu hubungan bahwa:
an |  an | (1  i) . (4.14)
dan
sn |  sn | (1  i) . (4.15)
(3) Jika an | nilai sekarang dari anuitas awal, sn | nilai akumulasi dari anuitas awal, an |
nilai sekarang dari anuitas akhir, dan sn | nilai akumulasi dari anuitas akhir, dan n
periode anuitas, maka dapat disusun suatu hubungan bahwa:
an |  1  an  1| . (4.16)

dan

sn |  sn  1|  1 . (4.17)
Contoh 4.21

Tunjukkan bahwa

a) an |  an |  1  v n

b) sn |  sn |  v n  1

Jawab:

a) an |  an | (1  i)  an |  i.an |

1  vn
= an |  i. = an | 1  v n . Terbukti.
i
b) sn |  sn | (1  i)  sn |  i.sn |

v n  1
= sn |  i. = sn |  v n  1 . Terbukti.
i

Contoh 4.22

1 1
Tunjukkan bahwa  d
an | sn |

Jawab:

1 1 d
 
an | 1 v n 1  v n
d

d d (1  i ) n d  d (1  i) n  d
=  =
1 1
(1  i ) n  1 (1  i) n  1
(1 i ) n

d d [(1  i ) n  1] 1
=    d . Terbukti.
n
(1  i )  1 n
(1  i )  1 sn |

Contoh 4.23
Jika diberikan s1 0| = 95.000,00 dan s1 1| = 100.001,00. Tentukan besarnya tingkat bungi
yang dikenakan.

Jawab:

Diketahui s1 0| = 95.000,00 dan s1 1| = 100.001,00. Ditanyakan i ?

Menggunakan sifat-sifat:

sn |  sn  1|  1

s1 0|  s1 1|  1 =100.001,00 – 1= 100.000,00

sn |  sn | (1  i)

s1 0|  s10| (1  i)  100.000,00 = 95.000,00 (1  i)

100 .000 ,00


1 i = = 1,05263
95.000 ,00

i = 1,05263 – 1 = 0,05263 = 5,263%

Contoh 4.24

Jika diberikan 0  k  1 , tunjukkan bahwa an  k |  an |  v n ak |  an |  v n  k sk |

Jawab:

1  vnk 1  vn  vn  vnk
an  k |  
d d

1  vn 1  vk
=  vn = an |  v n ak | . Terbukti.
d d

1  vnk 1  vn  vn  vnk
an  k |  
d d

1  v n v n  k [(1  i) n  1]
=  = an |  v n  k sk | . Terbukti.
d d
Rangkuman
Dalam bab 4 ini telah dipelajari tentang anuitas awal, serta aplikasinya dalam transaksi
keuangan, baik secara individu maupun secara kelembagaan keuangan. Berkenaan dengan
hal tersebut, dalam bab 4 ini juga dipelajari tentang sifat-sifat matematis dari anuitas awal.

Berdasarkan uraian pembahasan dalam bab 4 ini dapat dirangkum beberapa hal pokok
tentang anuitas awal. Anuitas (annuity) adalah suatu rangkaian pembayaran atau
penerimaan atas uang, dengan periode waktu yang sama untuk setiap pembayaran atau
penerimaan. Anuitas awal (annuity due), yaitu suatu pembayaran atau penerimaan yang
dilakukan setiap akhir periode waktu. Nilai sekarang (present value) dari anuitas awal
adalah serangkaian pembayaran atau penerimaan yang dilakukan pada setiap awal periode
waktu yang divaluasi pada awal seluruh periode waktu. Bilaman suatu anuitas awal
diketahui diketahui nilai sekarang, tingkat bunga, dan lama periode waktu, maka besarnya
pembayaran atau penerimaan dapat ditentukan. Bilaman suatu anuitas awal diketahui
diketahui nilai sekarang, tingkat bunga, dan besarnya pembayaran atau penerimaan, maka
lamanya periode waktu dapat ditentukan. Bilaman suatu anuitas awal diketahui diketahui
nilai sekarang, lama periode waktu, dan besar pembayaran atau penerimaan, maka besarnya
tingkat bunga dapat ditentukan. Anuitas awal tak berhingga atau anuitas due perpetuitas
(perpetuity annuity due) adalah suatu anuitas awal yang lama periode waktunya tidak
terbatas atau seumur hidup.

Selanjutnya, nilai akan datang (future value) atau nilai akumulasi (acumulated
value) dari anuitas awal adalah serangkaian pembayaran atau penerimaan yang dilakukan
pada setiap awal periode waktu yang divaluasi pada akhir seluruh periode waktu. Bilaman
suatu anuitas awal diketahui diketahui nilai akan datang, tingkat bunga, dan lama periode
waktu, maka besarnya pembayaran atau penerimaan dapat ditentukan. Bilaman suatu
anuitas awal diketahui diketahui nilai akan datang, tingkat bunga, dan besarnya pembayaran
atau penerimaan, maka lama periode waktu dapat ditentukan. Bilaman suatu anuitas awal
diketahui diketahui nilai akan datang, lama periode waktu, dan besarnya pembayaran atau
penerimaan, maka besarnya tingkat bunga dapat ditentukan.

Dalam bab 4 ini juga telah dipelajari beberapa sifat-sifat matematis yang berkaitan
dengan anuitas awal. Sifat matematis ini sangat berguna dalam menyelesaikan perhitungan
yang berkaitan dengan anuitas awal.

Anda mungkin juga menyukai