Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH PAI

“Perkembangan Islam di Maluku dan Papua”

Oleh Kelompok 5 :

1. Anti Tirani Setianing E. (04)


2. Daris Safitri (06)
3. Fredy Oky Erlanda (12)
4. M. Zulfi Aditya (22)
5. Septian Gilang Mahendra (29)
6. Umi Rosikhotul Kutsiyah (35)

SMA NEGERI 1 SRENGAT

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


Kata Pengantar
Dalam rangka menyelesaikan tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dibimbing oleh Ibu Masti’ah , maka kami menyusun makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil pembelajaran dan pengamatan kami dalam mencari
solusi untuk mengatasi dampak dari penggunaan minyak bumi. Isi yang kami tuangkan dalam
makalah ini merupakan kumpulan materi yang kami dapatkan dari berbagai sumber ilmu dan
pengamatan. Namun demikian, makalah ini masih banyak kekurangannya, karena itu kami
akan menerima kritik dan saran dengan berbesar hati.
Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Blitar, 22 Oktober 2019

Penyusun
PERKEMBANGAN ISLAM DI MALUKU

 Perkembangan Kerajaan Islam di Maluku

Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di nusantara ini salah satunya disebabkan karena


banyak lalu lintas perdagangan yang dilakukan oleh pedagang muslim dari Timur Tengah
yang melakukan kerjasama dengan Cina yang melewati perairan nusantara. Sama halnya
dengan kerajaan Islam di maluku yang muncul antara abad ke-13 sampai abad ke-16. Berikut
ini adalah ulasan tentang perkembangan kerajaan Islam di Maluku.

 Perkembangan kerajaan Islam di Maluku.

Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku
khususnya Ternate. Namun diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat
Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di
Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam
namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan.
Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan
abad ke-15.

Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang
diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano
Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil
Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan,
Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga
kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini
kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga
mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam
ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai
“Sultan Bualawa” (Sultan Cengkih).

 Kerajaan Islam di Maluku

1. Kerajaan Gapi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kesultanan Ternate
(mengikuti nama ibukotanya)

Adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan salah satu
kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257.
Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-
13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16
berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Di masa jaya
kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan
tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di pasifik.

2. Kesultanan Tidore

Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore,
Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai
abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Halmahera selatan, Pulau Buru,
Ambon, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.

Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu
untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan
Portugis. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena
protes dari pihak Portugis sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494,
Tidore menjadi salah kerajaan paling independen di wilayah Maluku. Terutama di bawah
kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak
pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir
abad ke-18.

3. Kesultanan Bacan

Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan,


Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin
yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas
hingga ke wilayah Papua. Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa
daerah lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.

4. Kerajaan Tanah Hitu

Kerajaan Tanah Hitu adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Ambon,
Maluku. Kerajaan ini memiliki masa kejayaan antara 1470-1682 dengan raja pertama
yang bergelar Upu Latu Sitania (raja tanya) karena Kerajaan ini didirikan oleh Empat
Perdana yang ingin mencari tahu faedah baik dan tidak adanya Raja. Kerajaan Tanah
Hitu pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan memainkan peran yang
sangat penting di Maluku, disamping melahirkan intelektual dan para pahlawan pada
zamannya. Beberapa di antara mereka misalnya adalah Imam Ridjali, Talukabessy,
Kakiali dan lainnya yang tidak tertulis di dalam Sejarah Maluku sekarang, yang beribu
Kota Negeri Hitu. Kerajaan ini berdiri sebelum kedatangan imprialisme barat ke wilayah
Nusantara.

 Awal Mula Kedatangan

Kedatangan Empat Perdana merupakan awal datangnya manusia di Tanah Hitu


sebagai penduduk asli Pulau Ambon. Empat Perdana Hitu juga merupakan bagian dari
penyiar Islam di Maluku. Kedatangan Empat Perdana merupakan bukti sejarah syiar Islam di
Maluku yang di tulis oleh penulis sejarah pribumi tua maupun Belanda dalam berbagai versi
seperti Imam Ridjali, Imam Lamhitu, Imam Kulaba, Holeman, Rumphius dan Valentijn.

 ABAD KE-13

Penduduk lokal Kampung Wawane, Provinsi Maluku, merupakan penganut


animisme. Lalu seabad kemudian, hal tersebut mulai berubah seiring dengan kedatangan
pedagang Jawa ke provinsi ini. Pedagang-pedagang Jawa ini tidak hanya berdagang, namun
juga menyebarkan ajaran Islam. Mereka mencoba mengenalkan Islam kepada masyarakat
lokal di Maluku, dan kepercayaan animisme sedikit demi sedikit mulai memudar di Kampung
ini.
 Masjid Tertua di Indonesia Ada di Maluku

Perkembangan Islam di Maluku selanjutnya ditandai dengan dibangunnya Masjid


Wapaue pada 1414. Masjid ini terletak di kampung Wawane, dan menurut sejarah setempat
mesjid ini dibangun saudagar-saudagar kaya yang bernama Perdana Jamillu dan Alahulu.

Masjid ini dinamakan Masjid Wapaue karena terletak di bawah pohon mangga. Dalam
bahasa setempat, “wapa” berarti “bawah” dan “uwe” berarti mangga. Keseluruhan bangunan
masjid ini terbuat dari kayu sagu yang dilekatkan satu sama lain tanpa menggunakan paku.

Pada 1614, masjid ini disarankan untuk dipindahkan lokasinya ke Kampung Tehalla,
6 kilometer dari sebelah timur Kampung Wawane. Relokasi ini dipimpin Imam Rajali,
seorang kyai bersama para pengikutnya yang disebut Kelompok Dua Belas Tukang. namun,
50 tahun kemudian atau pada 1664, mesjid ini secara ajaib telah berpindah ke Kaitetu, dan
tidak ada seorangpun yang memindahkannya. Para penduduk setempat percaya hal ini
merupakan suatu mukjizat atau keajaiban.

Hingga kini, Masjid Wapaue ini masih terawat dengan baik. tidak hanya digunakan
sebagai tempat ibadah umat muslim, tapi juga sebagai galeri museum yang berisi koleksi-
koleksi antik peninggalan kebudayaan muslim maluku kuno antara lain Bedug yang berumur
seratus tahun, Al-Quran antik yang ditulis tangan, sebuah kaligrafi tulisan arab yang ditaruh
di sebuah lempengan metal dan sebuah timbangan kayu yang digunakan untuk menimbang
zakat.

Mesjid tua Wapauwe ini terletak dekat dengan Benteng Amsterdam di desa Kaitetu,
Kabupaten Hila, Provinsi Maluku. Untuk mengunjungi mesjid ini dibutuhkan waktu sekitar
satu jam perjalanan menggunakan bis umum dari Ibukota Maluku, kota Ambon.
PERKEMBANGAN ISLAM DI PAPUA

Kedatangan pengaruh Islam ke Pulau Papua, yaitu ke daerah Fakfak Papua Barat
tidak terpisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat pelayaran internasional
di Malaka, Jawa dan Maluku. Sebelum membahas proses masuknya Islam di daerah ini
terlebih dahulu akan dibahas proses masuknya agama Islam di Maluku, Ternate, Tidore serta
pulau Banda dan Seram karena dari sini Islam memasuki kepulauan Raja Ampat di Sorong,
dan Semenajung Onin di Kabupaten Fakfak (Onim, 2006:75).

Sejarah masuknya Islam di wilayah Maluku dan Papua dapat ditelusuri dari berbagai
sumber baik sumber lisan dari masyarakat pribumi maupun sumber tertulis. Menurut tradisi
lisan setempat, pada abad kedua Hijriah atau abad kedelapan Masehi, telah tiba di kepulauan
Maluku (Utara) empat orang Syekh dari Irak. Kedatangan mereka dikaitkan dengan
pergolakan politik di Irak, dimana golongan Syiah dikejar-kejar oleh penguasa, baik Bani
Umayah maupun golongan Bani Abasyiah. Keempat orang asing membawa faham Syiah.
Mereka adalah Syekh Mansyur, Syekh Yakub, Syekh Amin dan Syekh Umar. Syekh Umar
menyiarkan agama Islam di Ternate dan Halmahera muka. Syekh Yakub menyiarkan agama
Islam di Tidore dan Makian. Ia meninggal dan dikuburkan di puncak Kie Besi, Makian.
Kedua Syekh yang lain, Syekh Amin dan Umar, menyiarkan agama Islam di Halmahera
belakang, Maba, Patani dan sekitarnya. Keduanya dikabarkan kembali ke Irak.

Sedangkan menurut sumber lain Islam masuk ke Ternate di sekitar tahun jatuhnya
kerajaan Hindu Majapahit 1478, jadi sekitar akhir abad ke-15. Sumber lain berdasarkan
catatan Antonio Galvao dan Tome Pires bahwa Islam masuk ke Ternate pada tahun 1460-
1465. Dari beberapa sumber tadi dengan demikian dapat diperkirakan bahwa Islam masuk ke
Maluku pada abad ke-15 selanjutnya masuk ke Papua pada abad ke-16, sebagain ahli
memprediksikan bahwa telah masuk sejak abad ke-15 Sebagaimana disebutkan situs
Wikipedia.

Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan
Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Tenggara dan
Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh
karena itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak kedua alur komunikasi dan
relasi ini perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak
maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan
pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku Utara
(Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua memperlihatkan bahwa
yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai
kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim Fakfak. Walaupun demikian tidak berarti
bahwa Ternate tidak ada pengaruhnya, justru yang kedua ini dalam banyak hal sangat
berpengaruh.
Dengan adanya pengaruh kedua kesultanan Islam ini di Raja Ampat, Sorong dan
Fakfak, maka telah dapat diduga (dipastikan) bahwa Islam masuk ke Raja Ampat dan
Semenanjung Onim Fakfak serta sebagian besar wilayah pantai selatan daerah Kepala
Burung pada umumnya termasuk kaimana di dalamnya adalah wilayah lingkup pengaruh
kedua kesultanan itu (Onim 2006; 83)

Kajian masuknya Islam di Tanah Papua juga pernah dilakukan oleh Thomas W
Arnold seorang orientalis Inggris didasarkan atas sumber-sumber primer antara lain dari
Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Dalam bukunya yang berjudul The preaching of
Islam yang dikutip oleh Bagyo Prasetyo disebutkan bahwa pada awal abad ke-16, suku-suku
di Papua serta pulau-pulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan
Salawati telah tunduk kepada Sultan Bacan salah seorang raja di Maluku kemudian Sultan
Bacan meluaskan kekuasaannya sampai Semenanjung Onim (Fakfak), di barat laut Irian pada
tahun 1606, melalui pengaruhnya dan pedagang muslim maka para pemuka masyarakat
pulau-pulau tadi memeluk agama Islam meskipun masyarakat pedalaman masih menganut
animisme, tetapi rakyat pesisir adalah Islam.

Karena letak Papua yang strategis menjadikan wilayah ini pada masa lampau menjadi
perhatian dunia Barat, maupun para pedagang lokal Indonesia sendiri. Daerah ini kaya akan
barang galian atau tambang yang tak ternilai harganya dan kekayaan rempah-rempah
sehingga daerah ini menjadi incaran para pedagang. Karena kandungan mineral dan kekayaan
rempah-rempah maka terjadi hubungan politik dan perdagangan antara kepulauan Raja
Ampat dan Fakfak dengan pusat kerajaan Ternate dan Tidore, sehingga banyak pedagang
datang untuk memburu dagangan di daerah tersebut. Ambary hasan, dalam tulisannya yang
dikutif oleh Halwany Michrob mengatakan bahwa sejarah masuknya Islam di Sorong dan
Fakfak terjadi melalui dua jalur.

 Perkembangan Islam di Papua

a. Di daerah Sorong, perkembangannya di mulai sejak abad ke-15 ketika Raja-raja


Ternate dan Tidore mengadakan pelayaran ke timur untuk mencari burung kuning
yang berlokasi di Salawati;
b. Perkembangan agama Islam di daerah Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang
suku Bugis melalui Banda yang diteruskan ke Fakfak melalui Seram Timur oleh
seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di
Ambon;
Proses Islamisasi di wilayah Fakfak dilakukan melalui jalur

a. Perdagangan, Jalur perdagangan dilakukan ketika para pedagang datang kemudian


mereka menetap di pemukiman masyarakat di sekitar daerah pesisir pantai, selain
berdagang mereka juga memperkenalkan agama Islam dengan mengajarkan penduduk
untuk melakukan shalat.
b. Perkawinan para pedagang umumnya menempuh cara perkawinan agar lebih gampang
atau mudah memperoleh kemungkinan dan jalan masuk untuk mendapatkan hasil pala
dari masyarakat Fakfak. Para pedagang datang ke wilayah ini kemudian mereka kawin
dengan kaum wanita di tempat tersebut dengan demikian ia dijadikan pemimpin dalam
agama Islam.
c. Pendidikan non formal dilakukan melalui pusat-pusat pengajian yang berlokasi di
mesjid-mesjid maupun di rumah- rumah para mubaliqh
d. Politik yang dimaksud dengan penyebaran dakwah melalui saluran politik ialah bahwa
atas jasa dan upaya para raja dan pertuanan dan keluarga-keluarganya maka agama
Islam turut disebarkan (Onim, 2006;102-105).

Pengaruh masuknya Islam di kabupaten Fakfak dapat diketahui dengan adanya


ditemukan mesjid-mesjid kuno peninggalan kerajaan Islam yang pernah berkuasa di wilayah
tersebut diantaranya gong, bedug mesjid, rebana yang digunakan pada saat upacara maulid,
songkok raja, tongkat cis, tanda raja dan adanya silsilah kerajaan dari kerajaan Ati-ati.
Mesjid-mesjid kuno yang ditemukan tersebut tersebar di beberapa tempat diantaranya mesjid
Patimburak, mesjid Werpigan dan mesjid Merapi.

Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja yang
berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk dalam
wilayah kabupaten Kaimana). Masing-masing raja tersebut mendirikan mesjid dan mesjid
tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Akan tetapi mesjid
yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya terbuat dari kayu sehingga tidak
bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya mesjid yang ditunjukkan oleh
keturunan Raja Ati-ati adalah mesjid Werpigan yang dibangun pada tahun 1931 oleh Raja ke-
9. Mesjid tersebut telah mengalami renovasi, sehingga konstruksi aslinya telah hilang yang
nampak adalah mesjid yang baru ( Tim peneliti, 1999).

Selanjutnya adalah mesjid yang didirikan oleh Raja Fatagar yaitu mesjid Merapi
terletak di kampung Merapi, dalam mesjid terdapat bedug yang terbuat dari batang kayu
kelapa. Di dekat mesjid terdapat makam Raja Fatagar I dan II, makam terdiri atas dua
kelompok yaitu kelompok yang berada di dalam pagar dan kelompok yang berada di luar
pagar. Selain itu bukti pengaruh masuknya Islam yaitu ditemukan rebana yang digunakan
pada saat upacara maulid, gong, tanda raja, tongkat cis, songkok raja dan adanya silsilah raja-
raja yang pernah berkuasa di wilayah tersebut. Diantara mesjid tua yang masih bertahan
hingga saat ini adalah mesjid Patimburak yang ada di distrik Kokas, menurut informasi
mesjid tersebut didirikan pada tahun 1870.

Dari beberapa sumber disimpulkan bahwa Islam masuk ke kabupaten Fakfak menurut
beberapa sumber sekitar pertengahan abad ke-15. Proses masuknya yaitu melalui jalur
perdagangan, perkawinan, pendidikan non formal dan politik. Islam masuk ke wilayah ini
tidak terlepas dari pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore sebagai basis Islamisasi di
Indonesia bagian timur.
Pengaruh masuknya Islam di kabupaten Fakfak dapat dilihat dengan adanya temuan mesjid
kuno dibeberapa tempat yaitu mesjid Merapi, Werpigan, Patimburak, gong, rebana, tongkat
cis, songkok raja.

Islam juga menancapkan pengaruhnya didaerah Kokas, Fakfak salah satu buktinya
adalah keberadaan sebuah Masjid Tua yaitu Masjid Patimburak.

 Masjid Patimburak

Salah satu bukti otentik keberadaan Islam di tanah papua yang masih terpelihara rapi
adalah Masjid Patimburak. Masyarakat setempat mengenal masjid ini sebagai Masjid Tua
Patimburak. Menurut catatan sejarah, masjid ini telah berdiri lebih dari 200 tahun yang lalu,
bahkan merupakan masjid tertua di Kabupaten Fakfak. Bangunan yang masih berdiri kokoh
dan berfungsi hingga saat ini dibangun pada tahun 1870, seorang imam bernama Abuhari
Kilian.

Pada masa penjajahan, masjid ini bahkan pernah diterjang bom tentara
Jepang. Hingga kini, kejadian tersebut menyisakan lubang bekas peluru di pilar
masjid. Menurut Musa Heremba, penyebaran Islam di kokas tak lepas dari pengaruh
Kekuasaan Sultan Tidore di wilayah Papua. Pada abad XV, kesultanan Tidore mulai
mengenal Islam. Sultan Ciliaci adalah sultan pertama yang memeluk agama Islam. Sejak
itulah sedikit demi sedikit agama islammulai berkembang di daerah kekuasaan Kesultanan
Tidore termasuk kokas.
DAFTAR PUSTAKA

Arnold, W. Thomas. “ The Preaching of Islam “ Dalam Prasetyo, Bagyo, Perkembangan


Hasil Penelitian di Papua, disampaikan dalam Seminar Semarak Arkeologi Jayapura 2009.
Masinambow, F.K.M, Halmahera Dan Raja Ampat, Konsep dan Strategi Penelitian, Dalam
Islam Dan Kristen Di Tanah Papua, Bandung: Jurnal Info Media, 2006
Onim, J.F. “ Islam dan Kristen di Tanah Papua” Bandung: Jurnal Info Media, 2006
Tim Peneliti, “Penelitian Arkeologi Islam di Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Irian
Jaya” belum terbit, 1999

https://catatancintaabi.wordpress.com/2012/03/06/sejarah-masuknya-islam-di-tanah-papua-
pada-abad-16-m/

https://www.sridianti.com/perkembangan-kerajaan-islam-di-maluku.html

https://shinnypadelecki.blogspot.com/2009/11/perkembangan-islam-di-kalimantan.html

Anda mungkin juga menyukai