TINJAUAN TIORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian DHF
Demam dengue (DD) dan demam berdarah
dengue (DBD) /dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue,
yang merupakan penyakit infeksi tropis. Manifestasi
klinis pada pasien DHF demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada BDB/DHF
terjadi perembasan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo, 2007
dalam buku Nurarif, 2013).
3. Etiologi
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic
fever (DHF) disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk dalam family flaviviridae genus flavivirus. Virus
dengue ditularkan dari seorang penderita ke orang lain
melalui gigitan nyamuk genus Aedes, yaitu nyamuk
aedes aegypti betina. Aedes aegypti tersebar di
daerah tropis dan subtropis yang merupakan vektor
utama.
4. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes Aegypti dan kemudian akan
bereaksi dengan antibodi dan akan terjadi proses
peradangan yang akan menimbulkan demam pada
penderita. Bereaksinya virus dengan antibodi akan
membentuk kompleks virus antibodi, sehingga dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat
dari aktivasi tersebut akan dilepaskan anafilaktoksin C3a
dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
sehingga terjadi penurunan volume plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. Dari pembentukan
kompleks virus antibodi juga mengakibatkan depresi tulang
belakang sehingga terjadi trombositopenia, yang
menyebabkan timbulnya gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi koagulasi yang merupakan penyebab
utama terjadinya perdarahan. Perdarahan kulit
umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan
trombositopenia, sedangkan perdarahan massive akibat
kelainan yang lebih kompleks, yaitu trombositopenia,
gangguan faktor pembekuan, dan kemungkinan oleh faktor
DIC.
5. Manifestasi klinis
1) Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung
selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal
atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung
demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan
persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya. (soedarto, 1990 ; 39).
2) Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2
dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, peteki dan
purpura. (soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hingga menyebutkan haematomesis.
(nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinal
biasanya didahului dengan nyeri perut yang hebat.
(Ngastiyah, 1995 ; 349).
3) Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati
sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi
hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegaly dan hati teraba kenyal harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan.
(soederita, 1995 ; 39).
4) Renjatan (shok)
Permulaan shok biasanya terjadi pada hari ke
3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda –
tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin
pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis di
sekitar mulut. Bila shok terjadi pada masa demam maka
menunjukkan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan laboratorium
a) Trombosit menurun
b) Hematocrit meningkant 20% atau lebih
c) Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d) Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e) Hipoproteinemia ( protein daerah rendah )
f) Hiponatremia ( NA rendah )
b. Pemeriksaan radiologi
Pada foto thorax ( pada dhf pada grade III / IV dan
sebagian besar grade II didapatkan efusi pleura
7. Penatalaksanaan
1) Tirah baring
2) Pemberian makanan lunak
3) Minum banyak ( 2 – 2 setengah liter / 24 jam )
4) Pemberian cairan melalui infuse
5) Pemberian obat – obatan antibiotic, anti piretik
6) Anti konfulsi jika terjadi kejang
7) Monitor TTV
8) Monitor adanya tanda – tanda renjatan
9) Monitor tanda – tanda perdarahan lanjut
10) Periksa HB, HT dan Trombosit setiap hari
8. Komplikasi
1) Perdarahan luas.
2) Shock atau renjatan.
3) Effuse pleura
4) Penurunan kesadaran.
5) Pendarahan Otak
6) Pnemonia
7) Sepsis dan Shock sepsis
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian ini meliputi identitas pasien, umur,
pekerjaan, riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan
keluarg.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah suatu pernyataan
mengenai masalah klien baik aktual maupun potensial yang
didapat dari status kesehatan klien ( H.Nabiel Ridha, 2017 ).
1) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan DHF adalah sebagai berikut : Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3) Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan : mual, muntah, anoreksia.
4) Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
5) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan hipovolemia.
6) Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan
umum, tirah baring.
7) Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
8) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(pemasangan infus).
9) Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati
inheren: trombositopenia,
10) trauma.
11) Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman
pada status kesehatan,
12) Ancaman kematian.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama ( inisial ) : Nn.NA
Umur : 23 Th
Agama : Islam
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Mahasiswa