Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Wilayah/ kawasan perkotaan adalah lingkungan yang dimanfaatkan untuk

berbagai aktivitas seperti orang-orang bekerja di kantor, belanja, membeli jasa,

berinteraksinya seseorang dengan teman dan keluarga, makan di rumah makan,

membeli dan membangun sebuah bangunan seperti rumah, bank, pabrik, dan

gudang. Keseluruhan aktivitas tersebut saling berkaitan dan saling berpengaruh

sehingga membentuk paradigma masyarakat bahwa wilayah tersebut adalah

sebuah kota sesuai dengan persepsi mereka masing - masing. Bentukan fisik

wilayah yang terbentuk dari adanya aktivitas tersebut sehingga wilayah tersebut

juga memenuhi syarat sebagai kota apabila dilihat dari struktur spasial yang ada

dan berkembang.

Dapat dilihat dalam tubuh pemerintahan dan non pemerintahan daerah baik

dalam skala lokal, regional, nasional maupun global. Meskipun demikian,

kegiatan sosial, ekonomi dan politik ini beraktivitas di dalam lingkungan fisik

dengan terdapat peluang dan batasannya. Seperti itulah lingkungan, maka

perencanaan kota harus menghadapi tantangan untuk secara efektif dalam

memandu tata kota. Melihat lingkungan kota sebagai sistem kompleks ketidak

linearannya yang alami.

Sektor yang umumnya berkembang di wilayah perkotaan adalah sektor

perekonomian dengan sub sektor jasa atau sektor komersial lainnya. Sektor ini

merupakan salah satu sektor yang merupakan tolok ukur berkembangnya sebuah
2

wilayah perkotaan. Dalam hal ini tentunya menjadi polemik dalam perkembangan

Kota jika dilihat sebagai kewilayahan secara utuh, yang dimana didalam nya harus

ada keseimbangan agar citra sebuah wilayah sebagai kota dan citra wilayah

tersebut sebagai satu keutuhan wilayah yang memiliki komposisi tertentu tetap

terjaga selama kurun waktu perkembangan yang sudah direncanakan.

Perkembangan sektor komersial terutama di daerah perkotaan seperti di

wilayah Kota Mataram memiliki pola perkembangan yang sporadik. Hal ini lebih

disebabkan oleh berkembangnya kebutuhan masyarakat dan karakter masyarakat

yang membutuhkan kawasan komersial yang dekat dengan tempat tinggal atau

lebih memiliki kemudahan akses. Permasalahan ini juga ternyata berdampak pada

skala pelayanan sebuah kawasan komersial, yang sebelumnya memiliki skala

pelayanan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat yang ada di sekitar kawasan

namun dengan berkembangnya kawasan tersebut termasuk skala pelayanannya

ternyata berdampak pada pemusatan aktivitas di kawasan tersebut.

Pemusatan aktivitas yang merupakan dampak dari perkembangan sektor

komersial dikawasan ini terlihat dari padat nya arus lalu lintas dan masyarakat

yang beraktivitas. Adanya keadaan ini berdampak pada munculnya masalah

kemacetan lalu lintas di koridor – koridor tertentu yang sebelumnya direncanakan

skala pelayanannya sesuai dengan skala pelayanan sektor komersial yang ada di

sekitarnya. Secara otomatis dengan adanya peningkatan skala pelayanan sektor

komersial di kawasan ini berdampak pada kurang memadainya sarana dan

prasarana yang ada sehingga perlu adanya peningkatan atau pengembangan

prasarana berupa jalan yang merupakan satu satunya akses menuju kawasan ini.
3

Di wilayah Kota Mataram terbagi menjadi 6 Kecamatan yang terdiri dari

Kecamatan Ampenan, Sekarbela, Selaparang, Mataram, Cakranegara, dan

Sandubaya. Terkait dengan perkembangan dan pertumbuhan kawasan – kawasan

pusat aktivitas di Kota Mataram salah satunya yang pesat berkembang hingga saat

ini yaitu Kecamatan Sekarbela. Hal ini terlihat dari luas kawasan pertanian yang

terus berkurang tiap tahunnya di wilayah kecamatan ini yang sebelumnya

memiliki hamparan pertanian paling besar di Kota Mataram. Kecamatan

Sekarbela yang ditetapkan sebagai salah satu pusat aktivitas skala kota di tingkat

kedua ini dikira mempengaruhi berkembangnya kawasan ini sebagai kawasan

dengan wilayah terbangun khususnya permukiman komersial. Untuk itu penelitian

tentang evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW Kota Mataram ini akan

focus pada kasus di Kecamatan Sekarbela. Karena diharapkan dengan adanya

penelitian ini dapat membentuk pemikiran baru bagi para stakeholder untuk

tanggap dengan fenomena yang terjadi agar tidak terus merubah tatanan

perencanaan khususnya perencanaan tata ruang yang sudah ditetapkan.

1.2. PERTANYAAN PENELITIAN (RESEARCH QUESTION)

 Seperti apa pemanfaatan ruang wilayah eksisting di kecamatan Sekarbela?

 Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya deviasi pemanfaata

ruang di Kecamatan Sekarbela?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah “Teridentifikasi nya kesesuaian Pemanfaatan

ruang di Kecamatan Sekarbela terhadap RTRW Kota Mataram”


4

Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini akan ditentukan beberapa sasaran

yaitu :

a. Teridentifikasinya Kebijakan Tata ruang Kota Mataram yang ada di

Kecamatan Sekarbela

b. Teridentifikasi nya Jenis – jenis penggunaan lahan yang ada di Kecamatan

Sekarbela.

c. Teridentifikasinya bentuk alih fungsi lahan dari peningkatan kebutuhan

ruang,

d. Teridentifikasinya Faktor – faktor yang mempengaruh terjadinya deviasi

pemanfaatan ruang di Kecamatan Sekarbela.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dengan dilakukan nya penelitian ini adalah :

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran

dalam ilmu tentang perkembangan pemanfaatan ruang khususnya

kawasan permukiman dan faktor –faktor yang mempengaruhinya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh para

stakeholder yang akan menerapkan program – program terkait

pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang dan

bentuk implementasi dalam perizinan, pengawasan, dan penertiban.


5

1.5. KEASLIAN PENELITIAN

Sejauh pemahaman penulis, penelitian tentang pelanggaran penataan ruang

berdasarkan RTRW cukup jarang dilakukan namun ada beberapa penelitian yang

membahas terkait pengendalian dan efektifitas produk tata ruang sebagai

instrument pengendalian tata ruang. Oleh karena itu penelitian ini akan berbeda

dengan penelitian sebelumnya yang membahas terkait pengendalian pemanfaatan

ruang, yang diantaranya adalah :

a. Penelitian tentang “Efektifitas pengendalian pemanfaatan ruang Kota

yang dilakukan oleh Niclaus Senobua pada tahun 2000 yang

mengambil focus penelitian pada perubahan penggunaan lahan yang

berlokasi di Ponorogo

b. Penelitian dengan judul Pengendalian pemanfaatan ruang melalui

instrument IMB, yang berlokasi di Kota Ungaran oleh Yusman

Srianto 1999.

c. Penelitian tentang “Evaluasi Pemanfaatan Ruang berdasarkan RTRW

Kota Mataram di Kecamatan Sekarbela 2015 oleh Lalu Novan Surya

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

JUDUL FOKUS LOKUS PENDEKATAN HASIL


Efektifitas Bagaimana Kabupaten Deskriptif a. Penataan ruang di
pengendalian kebijakan Ponorogo Kualitatif Kota Ponorogo
pemanfaatan sebagai masih merupakan
ruang Kota instrument fenomena yang
pengendalian relative baru ,
dapat menjadi sehingga kedudukan
alat yang tepat RTRW masih
dalam terlihat lemah
mengendalikan karena kurang
perkembangan didukung oleh alat
6

JUDUL FOKUS LOKUS PENDEKATAN HASIL


pemanfaatan kebijakan dan
ruang kota perundangan.
b. Belum ditemukan
instrument
pengendali yang
tepat dalam
mengontrol
perkembangan
pemanfaatan ruang
di Kota Ponorogo
Pengendalian Bagaimana Kota Deskriptif a. Dalam kurun
pemanfaatan IMB dapat Ungaran, Kualitatif waktu kurang dari
ruang menjadi hasil Kabupaten 10 tahun
melalui implementasi Semarang perubahan guna
instrument kebijakan yang lahan 6,5% dari
IMB tepat dalam hal lahan pertanian
kebijakan berubah menjadi
rencana tata permukiman dan
ruang wilayah hal itu terus
berkembang
b. Penyebab atau
factor yang
menyebabkan
perubahan :
- Kelemahan
Dinas PU
sebagai
instansi
pengelola
- Kurangnya
respons
positifdari
masyarakat
terkait IMB
Oleh karena itu IMB
belum merupakan alat
efektif untuk
pemanfaatan ruang di
Kota Ungaran
Analisis pola Bagaimana Kota Deskriptif a. Perkembangan
perubahan bentuk dan Mataram Kualitatif allih fungsi lahan
penggunaan pola hingga tahun 2014
lahan perubahan atau di Kota Mataram
pertanian ke alih fungsi tersebar secara
7

JUDUL FOKUS LOKUS PENDEKATAN HASIL


non lahan sporadic
pertanian pertanian ke khususnya di
Non Pertanian lokasi – lokasi
yang menjadi yang dilalui
trend di Kota jaringan
Mataram dan transportasi yang
bagaimana strategis di
dampaknya wilayah utara dan
yang paling pesat
yaitu di kawasan
selatan kota
Mataram
b. Dampak dari trend
alih fungsi lahan
pertanian ke non
pertanian pada
beberapa wilayah
di Kota Mataram
khususnya yang
terus mengalami
trend ini yaitu
lahan lahan yang
ada di sekitar
lokasi alih fungsi
mengalami
peningkatan nilai
secara ekonomis
sehingga
berdampak pada
terus
berkembangnya
kawasan –
kawasan ini
sehingga turut
berperan dalam
penyusutan
kawasan pertanian
di Kota Mataram.

Sumber : hasil studi eksplorasi tesis


8

Sedang penelitian yang akan dilakukan saat ini yang berjudul “Evaluasi

Pemanfaatan Ruang berdasarkan RTRW Kota Mataram pada kasus Kecamatan

Sekarbela” memiliki :

 Focus : mengidentifikasi bentuk deviasi pemanfaatan ruang yang ada

hingga di ketahui factor – factor penyebab terjadinya deviasi pemanfaatan

ruang terutama pada kawasan tidak terbangun menjadi kawasan terbangun.

 Lokus : focus lokasi dalam penelitian yaitu Kecamatan Sekarbela yang

memiliki fungsi sebagai

 Pendekatan : pendekatan yang akan dilakukan dalam penyusunan study

yaitu dengan metode studi kasus (Case Study) khususnya study kasus

observasi terhadap lokasi – lokasi terjadi nya deviasi pemanfaatan ruang.

Selain itu pendekatan studi kasus analisis situasi juga dilakukan dalam

upaya mengidentifikasi factor – factor penyebab terjadinya deviasi

pemanfaata ruang di Kecamatan Sekarbela beserta pelaku – pelakunya.

 Hasil : hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat

teridentifikasinya dengan jelas lokasi deviasi pemanfaatan ruang yang ada

di Kecamatan Sekarbela. Dari hasil deviasi pemanfaatan ruang yang

ditemukan diharapkan dapat terkuak factor –faktor penyebab terjadinya

permasalahan deviasi pemanfaatan ruang ini, terkait apakah disebabkan

oleh kebijakan yang mengintervensi Kecamatan Sekarbela maupun sikap

Pemerintah terhadap implementasi kebijakan yang sudah ditetapkan.

Diharapkan nantinya dapat menjadi input yang tepat kepada Pemerintah

Kota Mataram dalam mengeluarkan Kebijakan


9

1.6. SISTEMATIKA PENELITIAN

Penelitian ini tersusun dalam 6 Bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keaslian penelitian. Bab ini

merupakan dasar dalam munculnya pemikiran tentang penelitian terkait

evaluasi pemanfaatan ruang di Kecamatan Sekarbela.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan seluruh tinjauan pustaka yang menjadi referensi dalam

melakukan penelitian. Adapun beberapa kajian pustaka yang dilakukan

yaitu terkait dengan konsep ruang, hingga implementasi kebijakan

pemanfaatan ruang yang ada di kota. Kemudian ditutup dengan kisi – kisi

materi yang bersumber dari kajian pustaka yang sudah dilakukan.

BAB III METODE KERJA PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode kerja dalam penelitian dimulai dari penjelasan

tentang metode pendekatan rasionalistik eksploratif, data yang diperlukan,

teknik pengambilan sampel dalam wawancara, tahapan penelitian, dan

bentuk analisis – analisis data yang dilakukan.


10

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

Bab deskripsi wilayah penelitian ini berisikan tentang gambaran umum Kota

Mataram secara keseluruhan terkait fisik, kependudukan, ekonomi, dan

dilanjutkan dengan gambaran Kecamatan Sekarbela sebagai focus lokasi

penelitian dengan gambaran yang lebih detail terkait pemanfaatan ruang

yang ada.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil dari penelitian yang sudah dilakukan tentang

evaluasi pemanfaatan ruang pada kasus Kecamatan Sekarbela. Bab ini

dimulai dengan pembahasan tentang pemanfaatan ruang Kecamatan

Sekarbela melalui kacamata pengamatan skala 1:10.000 yang merupakan

standar dalam RDTR. Kemudian dibahas juga terkait Rencana Pola Ruang

yang sudah ditetapkan melalui RTRW Kota Mataram tahun 2011 – 2031.

Selanjutnya dibahas juga hasil penelitian terkait development control yang

ada di lokasi penelitian.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan secara

keseluruhan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan terkati fenomena

indikasi deviasi pemanfaatan ruang, dan rekomendasi untuk penelitian


11

lanjutan dan rekomendasi program untuk Pemerintah Kota Mataram untuk

menyikapi fenomena yang ditangkap dalam penelitian.

Anda mungkin juga menyukai