BAB I
LINGKUP PEKERJAAN TANGGUNG JAWAB
KONTRAKTOR
1.9. LAPORAN
a. Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk
setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan
sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Ringkasan
laporan tersebut harus mencantumkan keadaan cuaca, jumlah pengerahan tenaga kerja,
tenaga pengawas dan pelaksana, alat-alat yang dipergunakan, jumlah pengiriman bahan-
bahan bangunan ke lokasi pekerjaan, kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai,
masalah-masalah yang timbul dilapangan serta pemecahannya, dan rencana kerja
minggu berikutnya.
b. Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor pada setiap akhir pekan
untuk dievaluasi
c. Laporan lain seperti Laporan Harian dan lain-lain sesuai dengan uraian dalam syarat-
syarat umum kontrak.
b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan
bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi Kegiatan, maka bahan bangunan harus
didatangkan dari Gudang Kontraktor atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang
cukup untuk pekerjaan satu hari.
c. Dalam pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus berkoordinasi dengan instansi yang
terkait, apabila di dalam lokasi Kegiatan terdapat jaringan pekerjaan yang tidak
berhubungan dengan kewenangan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan
ataupun kontraktor pelaksana.
g. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan bangunan tersebut
mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk dilaksanakan
dipergunakan yang mutu/ kwalitas kelas I (KW. I).
h. Bila Rekanan/ kontraktor sudah menandatangani untuk dilaksanakan jenis dan mutu
bahan untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang ditetapkan, harus
ditolak atau dikeluarkan dari lokasi Kegiatan paling lambat 1 x 24 jam setelah ditolak
atas biaya/ tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
i. Contoh/sampel yang dikehendaki oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan, Kontraktor harus segera menyediakan tanpa kelambatan atas biaya
Kontraktor dan harus sesuai dengan ketetapan (RKS).
j. Bila dalam uraian dalam syarat-syarat disebutkan nama pabrik/produk dari suatu
barang, maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kwalitas dan tipe dari barang-
barang yang dikehendaki Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
k. Kontraktor Pelaksana harus menawarkan harga-harga barang/bahan tersebut sesuai RKS
dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan dan bahan yang ditawarkan dalam harga
satuan pekerjaan dan atau harga satuan bahan/upah adalah mengikat.
l. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim kelokasi Kegiatan, Kontraktor harus
menunjukkan contoh dari bahan bersangkutan kepada Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan,
dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.
m. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi Kegiatan ternyata tidak sesuai dengan
contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan berwenang untuk menolak bahan
tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan
bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
n. Semua bahan yang disimpan di lokasi Kegiatan harus diletakkan dan dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya
yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.
o. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan
yang berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan
kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan
sekitarnyan dapat dijamin.
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN SARANA UTAMA
PENUNJANG PEKERJAAN
harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat
Komitme, Pengawas Lapangan Pekerjaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan harus juga dibersihkan
dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan
kembali.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya tanggung jawab dan beban
Kontraktor, serta harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan
pekerjaan.
Biaya pengobataan dan lain-lain menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus segera
melaporkan kepada Instansi yang berwenang dan Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan.
b. Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk PPPK yang selalu
tersedia dalam saat dan berada di tempat kantor lapangan (direksi keet).
2.5. PENGUKURAN
2.5.1. Jaringan Titik Tetap
a. Jaringan patok titik tetap diambil berdasarkan referensi titik tetap (Patok
Beton/Bangunan Permanen) yang dipasang oleh dinas terkait yang terdekat.
b. semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang
dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas.
c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam Kegiatan ini tercantum
dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas di lapangan.
Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disyahkan dan disetujui oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan
dasar pembuatan gambar-gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan.
Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut di atas, akan merupakan dasar pokok
kesepakatan bersama antara Kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen untuk
menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah
dilaksanakan oleh Kontraktor, serta yang harus dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh kontraktor, harus bisa memberikan secara
jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara
lain.
Bentuk tiap jenis bangunan jalan yang akan dikerjakan
Elevasi muka tanah asli dan masing-masing pekerjaan
Dimensi bangunan jalan sebagai pelengkap.
Jenis serta komposisi material yang dipergunakan
Rencana garis galian pondasi jalan/jembatan
Hal-hal lain sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan
pekerjaan
Adapaun gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor meliputi antara lain:
“ Construction Drawing ” atau “ Working Drawing ”.
“ Shop Drawing ”.
“As Built Drawing”.
Semua gambar-gambar tersebut di atas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila sudah
mendapat persetujuan dan disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
Komitmen, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka
kondisi terakhir rancang bangun yang telah disepakati bersama, disetujui dan disyahkan
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan adalah yang mengikat pada kondisi awal
pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan utama bagi Kontraktor pada
pelaksanaan pekerjaan.
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” yang dipersiapkan oleh kontraktor
tersebut, harus bisa memberikan suatu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan
pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan anatara lain :
Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal.
Dimensi rencana bangunan jalan.
Elevasi posisi dan kedudukan bangunan jalan
Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” yang disyahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya
pelaksanaan pekerjaan atau “ Mutual Cheek ” pada kondisi pelaksanaan 0%.
Kontraktor wajib membuat copy “Construction Drawing” Atau “Working Drawing”
sebanyak minimum 3 (Tiga) Copy, dengan distribusi dua copy untuk, Pengawas Lapangan,
satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus gambar aslinya
harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Pembuatan Working Drawing dan perhitungan Mutual Check harus sudah selesai dan
disetujui oleh PPK, Pengawas Lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen selambat-
lambatnya 2 minggu setelah tanggal SPMK.
Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya
penyesuaian pelaksanaan karena kondisi “Engineering Adjustment”, atau perubahan desain
“Revised Design”, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume pelaksanaan pekerjaan
menjadi bertambah atau berkurang.
Untuk kondisi “Engineering Adjustment”, tidak diperlukan adanya gambar baru yang
disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, namun Kontraktor wajib memberikan laporan
tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan persetujuan dari PPK, Pengawas
Lapangan pekerjaan dan tembusan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Sedang pada kondisi perubahan desain “Revised Design”, Pejabat Pembuat Komitmen
secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disyahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen kepada Kontraktor secara administratif dalam bentuk “Variation
Order”.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Construction Drawing” Atau
“Working Drawing” termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dan beban kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“Overhead” pada analisa satuan pekerjaan.
laporan mingguan dan laporan bulanan lengkap dengan data penunjangnya dan foto
dokumentasi sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Kegiatan.
Sebelum memulai aktifitas Kontraktor diwajibkan untuk membuat jadwal atau schedule,
rencana kerja, metode kerja, kebutuhan material, Kebutuhan sumberdaya daan peralatan
dan harus mendapat persetujuan dari pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
Pada saat penyerahan photo dokumentasi, Kontraktor juga harus menyerahkan negatif film,
ditata menurut ukuran photo dokumentasi yang diserahkan.
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumentasi tersebut sepenuhnya
menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, serta harus diperhitungkan termasuk
“Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
b. Kontraktor menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang disediakan
menurut Dokumen Kontrak dalam keadaan baru dan semua pekerjaan akan berkualitas
baik bebas dari cacat. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standart ini dapat
dianggap defecktif (rusak).
c. Dalam pengajuan penawaran harga kontraktor harus memperhitungkan biaya-biaya
pengujian/ pemeriksaan berbagai bahan yang dipergunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Diluar jumlah tersebut kontraktor tetap bertanggung jawab atas biaya-biaya
pengiriman yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki.
BAB III
PEKERJAAN TANAH
3.1. UMUM
Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah adalah semua pekerjaan persiapan lapangan,
termasuk pekerjaan peralatan tanah, galian tanah, serta penanganan, penghamparan dan
pemadatan material timbunan yang diperlukan, pembuangan semua material sisa galian,
pengeringan (bila diperlukan), perlindungan terhadap daerah di sekitarnya, urugan kembali,
pengupasan muka tanah, timbunan tanah pada alur dan elevasi sesuai yang ditunjukkan
pada gambar.
Khusus pekerjaan perataan dan galian tanah harus menggunakan alat berat atau secara
mekanis. Kebutuhan alat berat untuk penggalian dan pengangkutannya serta kombinasi dari
kedua alat dan metode kerjanya harus dihitung berdasarkan jadwal atau waktu yang
dibutuhkan untuk penggalian dan harus disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan. Bila terjadi kesalahan hitung atau metode kerja sehingga
mengakibatkan waktu penyelesaian Kegiatan menjadi mundur atau terjadi penambahan
biaya, maka segala akibat tersebut di atas harus ditanggung sepenuhnya oleh Kontraktor.
Bila tidak langsung digunakan penyimpanan bahan galian yang akan digunakan tidak
diperbolehkan diletakkan di jalan. Batu besar yang tidak diperkenankan untuk material
timbunan dapat disimpan/ dicadangkan bagi keperluan pasangan batu, sesuai dengan
spesifikasi. Penggunaan semua material galian untuk keperluan tertentu ditentukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Kontraktor tidak diperkenankan
menghamburkan atau dengan kata lain membuang material galian yang berguna. semua
galian akan dilaksanakan dengan batasan dan sesuai kebutuhan yang diperlihatkan pada
pasal-pasal dari spesifikasi ini berkenaan dengan masalah pengendalian air. Tidak
diperbolehkan menebang tanpa ijin dari Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan
dan Instansi yang terkait.
Pekerjaan perataan, galian dan urugan harus benar-benar rata menurut gambar-gambar
potongan memanjang dan potongan melintang dengan permukaan dan kemiringan yang rapi
dan benar-benar rata dan teratur. Apabila tidak disebutkan lain, semua rumput tanaman dan
semua bahan-bahan yang merusak harus dibuang sebelum bahan urugan diletakkan pada
tempatnya. Semua bahan-bahan yang lemah atau mudah rusak harus diganti dengan bahan-
bahan yang baik seperti syarat yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
Bahan galian yang didapatkan dari tempat galian tidak mencukupi bagi keperluan
penimbunan maka dapat diperoleh tambahan galian dari daerah bahan galian lain yang telah
disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Lokasi bahan galian yang telah
digali harus diperbaiki sedemikian rupa untuk menghilangkan kemiringan tanah yang tajam
dan tidak stabil atau hal lain yang kurang baik dan berbahaya. Luas dan kedalaman galian
masih dalam batas area yang telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan. Kontraktor bertanggung jawab terhadap pengaturan dan pembayaran semua
bahan galian termasuk bahan lempung dan bahan yang dipilih sesuai persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang
ditentukan lebih dari 2 cm dari tiap titik.
2. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan
harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase
yang bebas dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.
e. Prosedur Penggalian.
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan
dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, padas, batu bata, batu beton, dan lain-lain.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap
material di bawah dan di luar batas galian.
Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah besar akar atau benda
tetumbuhan yang lain dan tanah yang komprensif yang menurut Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas Lapangan akan menyulitkan pemadatan dari material atau yang
mengakibatkan kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus
diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.
Setiap material galian berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau setiap material yang
tidak disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan Teknik sebagai
bahan timbunan harus dibuang dan diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor di
luar tempat kerja sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya untuk
pembuangan material yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.
dengan yang diminta dan telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
Melindungi semua daerah kerja dari kerusakan yang diakibatkan oleh air atau dengan
cara lain membuat sistem drainase yang baik untuk menjaga jangan sampai air berada di
atas tanah urugan dan daerah pengurugan. Alat berat tidak boleh beroperasi dalam jarak
1 m dari bangunan dan “Vibrating Rollers” dalam jarak 1,5 m dari bangunan.
b. Timbunan/ Urugan
Timbunan tidak boleh diletakkan hingga galian yang telah dilakukan dan pekerjaan
pondasi yang telah diselesaikan diperiksa dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas Lapangan. Penimbunan diletakkan mendatar lapis demi lapis
yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan tetapi dengan ketebalan lepas
maksimum 200 mm, pemadatan timbunan dengan tenaga manusia dan juga dengan
tenaga mesin harus dengan ketebalan lepas maksimum 200 mm.
Distribusi bahan di seluruh bagian lapisan harus seragam dan penimbunan harus bebas
dari tonjolan, cekungan, dan alur-alur atau lapisan material yang berbeda susunan atau
gradasi dengan material di sekitarnya.
Bila permukaan lapisan menjadi terlalu keras atau halus, untuk pemadatan dengan
lapisan berikutnya, perlu dilakukan torehan sejajar sumbu penimbunan hingga
kedalaman tidak kurang dari 75 mm sebelum dilapisi dengan lapisan selanjutnya.
Pada muka puncak semua timbunan tanah harus diberi kemiringan tidak kurang dari 2%
untuk mendapatkan drainase yang efektif, walau tidak diperlihatkan/ditunjukkan dalam
gambar. Permukaan dari timbunan tanah harus dengan kemiringan 25 hingga dapat
berfungsi sebagai drainase.
c. Pemadatan
Pelaksanaan semua penimbunan tidak kurang 90% dari maksimum dry density. Semua
timbunan harus dilembabkan sebesar 2% daripada optimum dan kemudian dipadatkan.
Distribusi kelembaban yang seragam dapat diperoleh dengan metode yang telah
disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan bagi pemadatan lapisan. Bila
lapisan teratas (dari lapisan sebelumnya) dan timbunan yang dipadatkan atau tanah
pondasi menjadi kering atau basah untuk memperoleh ikatan yang baik perlu dilakukan
penorehan dan pelembaban dengan menggunakan pancaran air untuk memperoleh kadar
air yang yang baik bagi peletakan lapisan selanjutnya.
b) Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan Pasal 3.2.3
dari
Spesifikasi ini.
a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari Pasal
Spesifikasi ini.
b) Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan dalam Pasal
Spesifikasi ini.
3) Daya Dukung Tanah Dasar di Daerah Galian
Tanah Dasar pada setiap tempat haruslah mempunyai daya dukung minimum sebagaimana
yang diberikan dalam Gambar, atau sekurang-kurannya mempunyai CBR minimum 6 % jika
tidak disebutkan.
Daerah jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah, dimana operasi
pengembalian kondisi yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini dipandang tidak sesuai,
akan digolongkan sebagai daerah yang ditingkatkan dan persiapan tanah dasar akan
dibayar menurut Seksi ini sebagai daerah yang persiapan permukaan tanah dasarnya
telah diterima oleh Direksi Pekerjaan.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan di atas, akan
dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran seperti terdaftar di bawah ini, dimana
harga dan pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi penuh untuk seluruh
pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk keperluan pembentukan
pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam Seksi ini.
BAB IV
PERKERASAN
4.1.1 UMUM
1) Uraian
3) Toleransi Dimensi
Toleransi
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Tinggi
Permukaan
Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan sebagai Lapis + 0 cm
Pondasi Bawah (hanya permukaan atas dari Lapisan - 2 cm
Pondasi Bawah).
Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Lapis + 1 cm
Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan atau Bahu - 1 cm
Jalan)
Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis Pondasi Memenuhi
Agregat Kelas B (hanya pada lapis permukaan). Pasal 4.2.1.(3)
Catatan :
Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan B diuraikan dalam Pasal 4.1.2 dari Spesifikasi
ini.
c) Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Kelas B tidak
boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
d) Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang satu
sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
4) Standar Rujukan
ii) Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk Lapis Pondasi Agregat, bersama dengan hasil pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang
ditentukan dalam Pasal 4.1.2(4) terpenuhi.
b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
rentang kadar air seperti yang disyaratkan dalam Pasal 4.1.3.(3) atau seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyemprotan air dalam kuantitas
yang cukup serta mencampurnya sampai rata.
c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 4.1.3.(3)
atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang pada cuaca kering dengan
peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam pelaksanaannya.
Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh
dengan cara tersebut di atas, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
agar bahan tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang
memenuhi ketentuan.
d) Perbaikan atas Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau
sifat-sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus seperti yang
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh Kontraktor dengan
bahan Lapis Pondasi Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan dan
dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi permukaan dalam
Spesifikasi ini.
4.1.2 BAHAN
1) Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai
dengan Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi ini.
Terdapat dua kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A dan
Kelas B. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis
Pondasi Atas untuk suatu lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis Pondasi
Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas
B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan
tambahan dalam Seksi 4.2 dari Spesifikasi ini.
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau
pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-
ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
Bilamana digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A maka untuk agregat
kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini
harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.
5) Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang
diberikan dalam Tabel 4.1.2.(1) dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam
Tabel 4.1.2.(2)
a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu
jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan
lama harus diperbaiki terlebih dahulu
2) Penghamparan
b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata
agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang
disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-
lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh
melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
3) Pemadatan
c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan
oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan
oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian
yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah
dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi
penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang
dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
4) Pengujian
d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, mengunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh
Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
1) Cara Pengukuran
a) Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan
yang sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima. Volume yang
diukur harus didasarkan atas penampang melintang yang ditunjukkan pada
Gambar bila tebal yang diperlukan merata, dan pada penampang melintang
yang disetujui Direksi Pekerjaan bila tebal yang diperlukan tidak merata,
dan panjangnya diukur secara mendatar sepanjang sumbu jalan.
Bilamana perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi ketentuan
telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 4.1.1.(7), kuantitas
yang akan diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar
seandainya pekerjaan semula telah diterima. Tidak ada pembayaran tambahan
yang dilakukan untuk pekerjaan tambahan tersebut atau juga kuantitas yang
diperlukan untuk pekerjaan perbaikan tersebut.
Bila penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebelum
pemadatan, tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan untuk penambahan air
atau pengeringan bahan atau untuk pekerjaan lainya yang diperlukan untuk
mendapatkan kadar air yang memenuhi ketentuan.
3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar pada Harga
Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran
yang terdaftar di bawah ini dan termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang
harga serta pembayarannya harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, pemeliharan
permukaan akibat dilewati oleh lalu lintas, dan semua biaya lain-lain yang
diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari
pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
BAB V
PERKERASAN ASPAL
a) Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 03-
6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air
bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..
c) Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan latex
dengan kandungan karet kering minimum 60 %. Kadar bahan modifikasi
dalam aspal emulsi haruslah 2-3 % terhadap berat residu aspal. Dalam
kondisi apapun, aspal emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan
Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting, CRS-1) yang digunakan
harus memenuhi Tabel.
Minyak
Tabelhasil penyulingan
Persyaratan SNI 06-2440-1991
Aspal Emulsi Modifikasi % volume Maks. 3
Pengujian pada Residu Hasil Penguapan
o
9 Titik lembek Cincin & Bola SNI 06-2434-1991 C Min. 45
d) Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal,
gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan
beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada
keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.
Cara Kerja :
Aspal dan Minyak Flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair
Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air Compressor
Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Distributor ke atas permukaan yang akan
dilapis secara merata ke permukaan beton jalan , setelah itu aspal di laburi pasir secara merata di
atas permukaan aspal yang sudah di semprotkan lalu di ratakan dengan alat perata kemudian di
gilas atau di padatkan .
BAB VI
PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pekerjaan plesteran pada pasangan batu harus sesuai dengan bagian pekerjaan yang tercantum
dalam gambar pelaksanaan. Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi, plesteran digunakan pada
bagian :
- Seluruh permukaan pasangan batu yang tidak disiar, pasangan yang menggantung.
- Pada bagian permukaan atas dinding saluran / pondasi dan pada tepi- tepi pasangan yang
tidak disiar.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, spesi pada bagian permukaan
harus digaruk minimal 0,5 cm dan diratakan / dibasahi agar terjamin melekatnya plesteran.
c. Komposisi campuran plesteran digunakan 1 Pc : 3 Psr dengan tebal 15 mm untuk batu kali,
tebal 5 - 8 mm untuk beton, kecuali ditentukan lain oleh direksi.
d. Permukaan plesteran harus rata dan rapi sehingga memuaskan direksi.
e. Sebelum plesteran, maka permukaan harus bersih dan tidak kering.
5.3.1 U m u m
a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak bertulang,
beton bertulang dan bagian beton dari struktur komposit, sesuai dengan spesifikasi ini
serta elevasi, kelandaian dan ukuran yang tercantum dalm gambar rencana atau
sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Lapangan/PPTK. Pemborong sebelum
melaksanakan pekerjaan beton diwajibkan memeriksa gambar/perhitungan konstruksi
beton bertulang. Bila Pengawas Lapangan/PPK menganggap perlu maka dibuatkan
perhitungan / gambar beton dengan mendapat persetujuan perencana teknis.
b. Standar-standar yang dipakai
Pada setiap tahapan pekerjaan beton, yakni perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaannya berlaku ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia, yang selanjutnya disingkat dengan PBI. Hal-hal yang belum diatur
dalam ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam PBI, maka dipakai standard SKSNI-
T15,ACI, ASTM dan AASTHO.
c. Mutu beton
Mutu beton yang dikehendaki atau yang dipersyaratkan untuk semua pekerjaan beton
adalah Beton dengan Mutu K.250 , ukuran beton dan penulangannya sesuai dengan
gambar.
d. Pengajuan
1. Pemborong harus mengajukan contoh semua bahan yang hendak digunakan dengan
data pengujian, yang harus memenuhi spesifikasi.
2. Pemborong harus mengajukan desain campurannya untuk setiap jenis pekerjaan
pengecoran beton.
3. Pemborong harus mengajukan gambar terinci dari semua perancah yang akan
digunakan, mendiskusikan metode konstruksi dan program kerjanya serta
memperoleh persetujuan Pengawas Lapangan, PPK sebelum memasang setiap
perancah atau memulai pekerjaan beton lainnya. Persetujuan tersebut tidak akan
membebaskan Pemborong dari tanggung jawabnya pada setiap struktur.
4. Pemborong harus memberitahu Pengawas Lapangan, PPK secara tertulis paling
tidak 24 jam sebelumnya untuk mencampur atau mengecor beton.
e. Kondisi Pekerjaan
Pemborong harus menjaga suhu dari semua bahan-bahan terutama agregat kasar, pada
tingkatan yang serendah mungkin dan harus menjaga suhu dari beton di bawah 30o C
pada waktu pengecoran.
Sebagai tambahan, maka Pemborong tidak akan mengecor beton apabila :
1. Kecepatan penguapan melebihi 1,0 Kg/m2/jam;
2. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %;
3. Hujan atau bila udara penuh debu (tercemar)
4. Kondisi lapangan yang tidak memungkinkan atau tidak ada persetujuan
Pengawas Lapangan/PPK untuk mengecor.
f. Pembetulan Pekerjaan yang kurang memuaskan
1. Pembetulan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
dirinci dalam spesifikasi, atau hasil akhir permukaan yang tidak memuaskan, atau
tidak memenuhi persyaratan sifat campuran yang dirinci dalam spesifikasi, harus
meminta petunjuk Pengawas Lapangan, PPK yang meliputi:
- Perubahan dalam perbandingan campuran untuk sisa pekerjaan.
- Penguatan atau pembuangan seluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang
dianggap kurang memuaskan.
- Tambalan pada cacat-cacat kecil.
2. Dalam hal adanya perselisihan mengenai kualitas pekerjaan beton atau setiap
tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa suatu penilaian yang cukup
baik mengenai kualitas pekerjaan dapat dibuat. Pengujian tambahan tersebut harus
atas biaya sendiri dari Pemborong.
b. Agregat
1. Secara umum, agregat harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 00520-
80 dan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini. Bila tidak tercakup
dalam SII 00520-80 maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C33.
2. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih besar daripada 3/4 dari jarak minimum antara batang tulangan atau
perbatasan lainnya dalam jarak di mana pekerjaan beton harus ditempatkan.
3. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih besar daripada 3/4 dari jarak minimum antara batang tulangan atau
perbatasan lainnya dalam jarak di mana pekerjaan beton harus ditempatkan.
4. Jumlah total lempung dan lumpur di dalam pasir alam tidak boleh melebihi
ketentuan yang ada dalam ACI dan ASTM
5. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti dirinci dalam AASHTO.
6. Pengambilan contoh dan pengujian agregat harus dilakukan memenuhi ketentuan
yang sesuai dengan bagian-bagian dalam ASTM. Pemborong harus memberi
jaminan kepada Pengawas Lapangan/PPK, bahwa agregat yang akan dipasok tidak
akan meningkatkan reaksi alkali dengan PC.
7. Sebelum pekerjaan adukan contoh dimulai, Pemborong harus menyerahkan
contoh sebanyak 50 kg dari masing-masing agregat yang diusulkan akan
digunakan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPK dan harus
disimpan di lapangan untuk digunakan sebagai patokan (acuan).
8. Pemborong harus menyiapkan cara-cara penimbunan agregat pada setiap tempat
di mana pekerjaan pembetonan dilakukan sedemikian :
Ukuran nominal dari agregat kasar dan agregat halus harus ditempatkan
terpisah setiap waktu.
Pengotoran terhadap agregat yang disebabkan oleh tanah dan benda-benda
lainnya dapat dihindarkan setiap waktu.
Setiap timbunan agregat harus mampu mengalirkan air (lolos air).
9. Pemborong harus memastikan bahwa agregat kasar dicurahkan, disimpan dan
dipindahkan dari tempat penyimpanan dengan cara sedemikian sehingga tidak
menyebabkan pemisahan. Agregat kasar harus berupa koral / batu pecah yang
mempunyai susunan gradasi yang baik, keras, tidak porous, tajam dan bentuknya
relatif kubus.Agregat kasar mempunyai ukuran butir di antara 5 sampai dengan 20
mm, ukuran yang lebih besar dari 38 mm untuk penggunaannya harus mendapat
persetujuan dari Pengawas Lapangan/ PPK, sesuai dengan dimensi struktur dan
kerapatan tulangan dimana adukan akan dicor.
10. Gradasi dari agregat kasar secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu
beton yang dikehendaki, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan PC
dan air dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
11. Pasir yang digunakan harus benar-benar pasir cor bukan pasir laut.
12. Agregat kasar dan agregat halus harus selalu bersih dari gumpalan tanah liat,
15. Semua agregat harus disimpan di tempat bersih yang keras permukaannya dan
Pengawas Lapangan/PPK agregat tersebut telah kering hingga mencapai kadar air
yang tetap dan seragam, kecuali jika Pemborong mengukur kadar air agregat halus
secara terus menerus dan mengatur jumlah agregat halus dan air yang
ditambahkan dalam setiap pengadukan beton. Bila diperlukan untuk memenuhi
ketentuan dalam pasal ini, Pemborong harus melindungi gundukan/timbunan dari
pengaruh cuaca buruk. Bila keadaan tempat/lokasi kerja terbatas bagi
penyimpanan agregat, agregat harus disimpan di pusat lokasi kerja dan akan
didistribusikan setiap hari sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis
pekerjaan dengan cara sedemikian rupa sehingga terhindar dari pengotoran dan
pemisahan terhadap agregat.
c. A i r
1. Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat-zat yang merugikan seperti
minyak, garam, asam alkali, basa, gula atau zat organik yang adapat merusak
beton. Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan ASTM atau
PBI.
2. Air dengan kualitas sebagai air minum dapat digunakam tanpa pengujian.
dipakai ke laboratorium bahan yang diakui dan sah, atas biaya Pemborong.
d. Plastik Cor
Plastik cor berfungsi sebagai lantai kerja yang menahan agar air semen tidak
merembes ketanah , dan mutu beton tetap terjaga. Sebelum plastic cor di gelar ada
baiknya permukaan jalan atau tanah sebaiknya diratakan agar tidak terjadi
penurunan / ketidak rataan elevasi, plastic cor dipasang di atas semua bagian yang
akan dilakukan pengecoran, pemasangan plastic cor harus dibuat sedemikian rupa
sehinggan tidak terjadi kebocoran pada saat dilakukan pengecoran
Pencampuran Bahan
Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, persyaratan
mengenai campuran beton baik mengenai perencanaan campuran dan pengendalian mutu
harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 3 bab 4 dari PEDOMAN BETON
1989 (SKBI - 1.4.53.1989).
a. Rencana Campuran Beton
Kekentalan tersebut dapat tergantung pada berbagai hal, antara lain jumlah dan
jenis semen, nilai faktor air semen, jenis ukuran butir dari agregat serta
penggunaan bahan-bahan pembantu.
b. Pengadukan Beton
Beton harus diaduk dalam alat pengaduk mekanis atau beton molen yang mampu
mengkombinasikan agregat, semen dan air (termasuk bahan campuran tambahan, jika
ada) ke dalam suatu campuran yang berwarna seragam dan melepaskan campuran
tanpa pemisahan. Pada permulaan pekerjaan, dengan pengaduk yang bersih,
pengadukan pertama hanya terdiri dari setengah bagian dari jumlah normal agregat
kasar untuk mengganti pelekatan bahan lain pada drum. Keadaan kadar air asli
agregat harus ditentukan sebelum dimulainya pengadukan setiap harinya dan pada
periode tertentu dalam 1 hari pengadukan bila diperlukan.
Pemborong harus memperhitungkan kandungan air dalam agregat bila menentukan
jumlah air yang ditambahkan ke setiap campuran, dan akan mengatur jumlah air yang
ditambahkan ke setiap adukan untuk menjaga rasio air/semen dari adukan selalu tetap.
lain-lain harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 3 bab 5 dan bab 6 dari
PEDOMAN BETON 1989 (SKBI 1.4.53.1989).
a. Siar-siar Konstruksi
1. Semua siar-siar konstruksi dalam beton harus dibentuk rata horisontal atau vertikal. Siar-
siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh dan ditunjang dengan baik, jika
perlu bekisting dibor guna melewati penulangan.
2. Bila pekerjaan pengecoran ditunda sampai beton yang sudah dicor mulai mengeras, maka
dianggap terdapat siar konstruksi. Pemborong harus menyerahkan kepada Pengawas
Lapangan/PPK jadwal secara detail rencana pembetonan semua bagian pekerjaan.
3. Jika diperlukan siar konstruksi di tempat yang lain dari pada yang telah disetujui, karena
adanya kerusakan alat atau alasan lain yang tak terduga, harus disediakan penopang tegak
lurus pada garis tegangan-tegangan utama tetapi jika lokasinya dekat tumpuan suatu plat
atau balok, atau di tempat lain yang dianggap berbahaya oleh Pengawas Lapangan/PPK,
maka beton yang sudah dicor harus dipecah kembali dan disingkirkan sehingga dicapai
lokasi yang cocok untuk siar konstruksi sebagaimana yang disetujui oleh Pengawas
Lapangan/PPK.
4. Pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus dari satu siar ke siar berikutnya,
tanpa memperhatikan jam-jam makan.
5. Permukaan siar beton yang sudah dicor harus dibersihkan seluruhnya dari benda-benda
asing atau serpihan-serpihan. Jika beton kurang dari 3 hari umurnya, permukaan tersebut
harus disiapkan dengan pencucian dan penyikatan seluruhnya. Jika umurnya lebih dari 3
hari atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus disand blasted untuk
memperlihatkan agregat.
6. Pemborong harus memperhatikan bahwa permukaan telah disiapkan dan dibersihkan
sebelum pengecoran disetujui oleh Pengawas Lapangan /PPK. Bekisting harus diperiksa
lagi dan dikencangkan. Pemadatan dan penggetaran harus dilakukan pada permukaan lama
dan ke sudut-sudut cetakan beton.
b. Pembuatan Bekisting
Pemborong tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum bekesting dan pasangan besi
beton diperiksa dan disetujui Pengawas Lapangan/PPK.
Pemasangan papan-papan bekesting dipakai papan meranti tebal 2 cm disusun secara
rapat.
12. Pemborong diwajibkan untuk memasang beton deking agar tulangan tidak menempel pada
permukaan bekisting, ketebalan dari beton deking tersebut harus disesuaikan dengan
selimut beton yang diperlukan yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
13. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua permukaan cetakan harus bersih dari segala
sesuatu yang dapat mengurangi mutu beton dan kekuatannya, terutama kotoran-kotoran
yang menempel, ataupun serpihan-serpihan kayu, kawat sisa pemotongan, dan lain-lainnya
untuk dikumpulkan disuatu tempat dan selanjutnya diambil dan dibuang
14. Semua bahan cetakan harus dirawat dengan baik. Bahan yang rusak tidak diijinkan untuk
digunakan. Sebelum digunakan lagi semua cetakan harus dibersihkan.
c. Pembongkaran Bekisting
1. Pembongkaran dilakukan dimana bagian konstruksi bagian tersebut harus dapat memikul
berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan, atau pembongkaran dapat dilaksanakan sesuai
kekuatan beton berdasarkan hasil pengujian. Tidak ada cetakan yang boleh dibuka sebelum
disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPK. Persetujuan ini tidak membebaskan Pemborong
dari tanggung jawabnya.
2. Pembongkaran bekisting dilaksanakan dengan hati-hati, jangan sampai merusak betonnya
sendiri. Pemborong wajib memperbaiki dengan biayanya sendiri, setiap kerusakan yang
timbul akibat pembongkaran dan pemukulan cetakan dan penopangnya. Kerusakan-
kerusakan kecil mungkin dapat diperbaiki dengan mengisi plester / spesi sesuai
kebijaksanaan Pengawas Lapangan/PPK. Semua permukaan beton harus benar-benar halus.
Setiap permukaan yang bersisik harus dibersihkan dan lubang-lubang udara di permukaan
diisi dengan campuran spesi 1:1½.
3. Kerusakan yang seperti ini dan kerusakan lain harus diperbaiki dengan cara yang disetujui
PPK yang mungkin termasuk penggunaan "epoxy resin" yang cocok, dimana perlu,
dipotong membentuk "dovetail" yang teratur paling sedikit dengan kedalaman 75 mm dan
diisi kembali dengan beton diatas tulangan kawat baja dan mengikat pada "dovetail".
e. Pengecoran Beton
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan
sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan instalasi-instalasi yang harus ditanam,
penopang dan pengikatan dan lain-lain selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai
permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan/PPK.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan harus bersih dari air yang
tergenang, reruntuhan atau bahan lepas yang lainnya. Permukaan bekisting dan bahan-
bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor harus dibasahi dengan merata
namun tidak berlebihan. Baja tulangan harus bersih dari semua kotoran atau zat pelapis
yang dapat mengurangi lekatan dengan beton.
3. Pemborong harus memperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran
yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.
4. Pemborong harus memperhatikan sebelum pengecoran, dikoordinasikan dengan pekerjaan
instalasi listrik dan drainase, terutama yang menyangkut pipa-pipa sparing yang tertanam
dalam beton. Untuk pemasangan sparing-sparing harus dihindari memotong pembesian.
Jika pemasangan sparing ini dirasa akan menimbulkan masalah, Pemborong harus
melaporkan dan meminta petunjuk dari Pengawas Lapangan/ PPK. Sparing-sparing harus
dipasang kuat sehingga tidak bergeser/ berubah kedudukannya selama pengecoran dan
harus dilindungi sehingga tidak terisi adukan beton.
5. Sebelum pengecoran dimulai persiapan harus benar-benar memadai dan Pemborong wajib
meminta ijin dari Pengawas Lapangan/PPK untuk memulai pengecoran tersebut.
6. Paling lama 2 jam setelah waktu pengadukan pertama kali, beton harus sudah dituang
seluruhnya. Beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutannya ke tempat
posisi terakhir sependek mungkin dan dengan alat yang dapat melindungi dari pengaruh
kontaminasi atau segregasi. Segregasi dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari
tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja
tulangan-tulangan, tidak dapat diterima..
7. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala vibrator harus dapat menembus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawahnya.
Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya.
8. Jadwal waktu pengecoran harus diatur sedemikian sehingga tidak ada permukaan beton
yang dibiarkan lebih dari 30 menit sebelum pengecoran berikutnya.
9. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras, kecuali dilakukan dalam tempat
yang terlindung.
10. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang keropos atau
cacat lainnya maka perbaikan hanya dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Pengawas
Lapangan/PPK, mengenai cara pengisian atau penambalan dan penutupan lainnya.
11. Jika ketidak sempurnaan tersebut tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan
beton yang diharapkan, maka harus dibongkar atau diganti dengan pembetonan kembali.
Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya perbaikan kembali
merupakan tanggung jawab Pemborong.
f. Perawatan (Curing)
1. Seluruh permukaan beton harus dilindungi selama proses pengerasan terhadap sinar
matahari dan hembusan angin kering.
2. Semua permukaan beton yang terlihat harus diambil tindakan sebagai berikut:
- Sebelum beton mulai mengeras, maka beton setelah pengecoran pada hari-hari pertama
harus disirami, ditutupi dengan karung basah atau digenangi dengan air selama paling
sedikit 2 minggu secara terus menerus.
- Tidak diperkenankan menaruh bahan-bahan diatas konstruksi beton yang baru dicor
(dalam tahap pengeringan) atau mempergunakannya sebagai jalan mengangkut bahan-
bahan.
5.3.5. Penulangan
a. Umum
Penulangan termasuk tulangan datar, anyaman dan kawat pengikat untuk beton cor di
tempat dan pasangan batu.
b. Bahan Tulangan
1. Baja Tulangan
- Baja tulangan yang diapakai adalah ex produksi Krakatau Steel atau ditentukan
lain oleh Pengawas Lapangan/PPK
- Pemborong tidak boleh memakai baja tulangan ukuran penampang yang tidak
tepat/banci. Baja tulangan harus bersih dari kotoran lapisan minyak/lemak dan
karat serta tidak cacat (retak-retak, mengelupas dan sebagainya). Penggantian
ukuran batang baja yang berbeda hanya akan diijinkan bila dilengkapi dengan
perhitungan-perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan serta harus
mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPK.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitas tidak sesuai
dengan spesifikasi dan peraturan lain harus segera dikeluarkan dari lokasi setelah
menerima instruksi dari Pengawas Lapangan/PPK dalam waktu 1x24 jam.
2. Penunjang untuk Tulangan (Baja)
Harus dibentuk dari batang kawat baja ringan atau blok beton pracetak dari kelas beton
yang akan digunakan didalam pekerjaan. Kayu, batu bata, batu dan bahan-bahan lain
tidak akan diperkenankan sebagai penunjang.
3. Pengikat untuk Tulangan
Kawat untuk mengikat tulangan harus berupa kawat ikat baja lunak sesuai dengan
AASHTO M 32-78.
Semua ukuran besi beton maupun penulangannya harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar. Besar ukuran beton beserta penulangan dilaksanakan sesuai gambar rencana dan gambar
detail tidak tertulis secara jelas.
Tulangan untuk beton harus memakai besi/tulang yang baru, bersih dari segala kotoran termasuk
karat-karat yang ada harus dibersihkan beton dilaksanakan sesuai dengan gambar, bila terjadi
perbedaan antara bestek dan gambar detail, Pemborong diwajibkan untuk melaporkan kepada
Pengawas Lapangan/PPK sehingga mendapatkan keputusan mana yang akan dilaksanakan.
5.4. S A N K S I
5.5. PEMBERSIHAN
a. Pada saat penyelesaian pekerjaan , tempat kerja harus di tinggal dalam keadaan bersih dan
siap untuk dipakai pengguna jasa. Penyedia jasa juga harus mengembalikan bagian – bagian
dari tempat kerja yang tidak diperuntungkan dalam dokumen kontrak ke kondisi semula
b. Pada saat pembersihan akhir , semua perkerasan , kerb, dan struktur harus diperiksa ulang
untuk mengetahui kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir.
Lokasi yang diperkeras ditempat kerja dan semua lokasi diperkeras untuk umum yang
bersebelahan langsung dengan tempat kerja harus disikat sampai bersih . Permukaan lainnya
harus di garu sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul harus dibuang.
BAB IX
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. PERUBAHAN-PERUBAHAN
Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas karena sesuatu hal harus
seijin Pejabat Pembuat Komitmen, PPK, Pengawas Lapangan.
2. PENUTUP