Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SINDROME NEFROTIK

DI SUSUN OLEH :

Ahmad BayuNurrahman 0432950118003


Desi Lestari 0432950118009
EviNurlita Sari 0432950118015
Khoirunissa Febrianti 0432950118021
LasmitaIsmiana
MuhammarKhadapi 0432950118028
Putri Nur Oktaviani 0432950118034
Rif’ahFauziah 0432950118039
Tirta 0432950118047

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
STIKES BANI SALEH
2019

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang................................................................................ 3

B. Tujuan ........................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A.Definisi........................................................................................... 5

B.Patofisiologi................................................................................... 5

C.Komplikasi..................................................................................... 6

D.Etiologi………............................................................................... 6

E.Manifestasi Klinik........................................................................... 6

F.Pemeriksaan Diagnostik.................................................................. 6

G. Penatalaksanaan Terapeutik……………….…………………….. 7

H. Asuhan Keperawatan ………………………………………….... 7

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan...................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nefrotik Syndrome suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang ditandai dengan
edema anasarka, proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia,
dan lipiduria (Prodjosudjadi, 2007). Penyebab primer sindrom nefrotik
biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindroma nefrotik. Kelainan
minimum (SNKM) merupakan salah satu penyebab paling umum dari
Syndrome nef rotik ini terutama pada anak umur 2,5 tahun walaupun
Syndrome nefrotik bisa menyerang siapa saja, tetapi penyakit ini sering di
temukan pada anak usia 1-5 tahun. penyakit tersebut dapat menyerang anak
laki-laki dua kali lebih berbahaya dibandingkan anak perempuan( Gunawan,
2006) Angka kejadian SN pada anak tidak diketaui pasti, namun laporan dari
luar negeri diperkirakan pada anak usia dibawah 16 tahun berkisar antara 2
dari 7 kasus setiap tahunnya ada 100.000 anak (Pardede 2002). Menurut Raja
syeh angka kejadian Syndrome nef rotik di Asia terdapat 2 kasus Setiap 10.000
penduduk (Republika,2005). Sedangkan kejadian di Indonesia pada Syndrome
nefrotik mencapai 6 kasus pertahunnya dari 100.000 anak berusia kurang dari
14 tahun (Alatas,2000). Dan untuk kejadian di Jawa tengah sendiri mencapai
4 kasus terhitung mulai dari tahun 2006 (israr,2008). Ciri khusus dari
penyebab ini Syndrome nefrotik ialah sering sekali kambuh, karena terjdi
gagalnya dari pengobatan dan munculnya penyulit, baik karena penyulitnya
sendri maupun karena pengobatannya. Penyulit yang sering terdapat pada
Syndrome nefrotik ialah infeksi trombosis, atau GGA (gagal ginjal akut),
malnutrisi, gangguan pertumbuhan, hyperlipidemia, dan anemia Infeksi
merupakan penyulit yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang
terjadi. Salah satu bentuk infeksi yang sering kali dijumpai pada Syndrome
nefrotik peritonitis, infeksi saluran kemih, dan sepsis. Obat-obat yang
digunakan untuk terapi penyakit ini pada umumnya sangat toksik seperti

3
kortikosteroid dan imunosupresant. Pemakaian kortikosteroid dosis tinggi
dalam waktu yang lama dapat menekan sistem imun (imunocompromised) dan
menimbulkan berbagai efek samping yang merugikan seperti munculnya
infeksi sekunder. Infeksi yang tidak bisa dilakukan sebagaimana mestinya
akan mengakibatkan kekambuhan dan resisten terhadap steroid (Arcana,
2000). Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nef rotik bervariasi
berdasakan etiologi, berat,luas kerusakan ginjal, usia, kondisi yang dapat
mendasari dan respon terhadap pengobatan. Semenjak d iperkenalkan
kortikosteroid, mortalitas semua Syndrome nefrotik telah menurun drastis
lebih dari 50% menjadi sekitar 2-5%. (Wirya, 2002) Angka kejadian sindroma
nefrotik ini sudah tergolong jarang. Tapi penyakit ini wajib diwaspadai
terutama pada anak sebab jika tidak segera diatasi akan mengganggu sistem
urinaria dan akan menggangu perkembangan lebih lanjut anak tersebut. Di
samping itu masih banyak orang yang belum dapat dipahami dari Syndrome
nefrotik ialah gejala Syndrome nefrotik, penyebab Syndrome nefrotik, dan
cara penanggulangannya.

B. TUJUAN
1. Menjelaskan definisi syndrome nefrotik
2. Menjelaskan etiologi syndrome nefrotik
3. Menjelaskan patofisiologi syndrome nefrotik
4. Menjelaskan asuhan keperawatan pada syndrome nefrotik

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Nefrotic syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik
proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema.
Kerusakan pada ginjal yang menyebabkan kadar protein meningkat.
Tingginya kadar protein tersebut disebabkan oleh kebocoran pada bagian
ginjal yang berfungsi menyaring darah. Syndrome nef rotik dapat terjadi pada
anak-anak maupun dewasa. Kondisi ini dapat diobati dengan mengonsumsi
obat-obatan yang diberikan oleh dokter. Jika syndrome nefrotik terjadi akibat
penyakit lain, seperti diabetes atau lupus.
B. Patofisiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hypoalbuminea. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga
cairan intravascular berpindah ke dalam interstisial. Pindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensansi
dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi antidiuretic hormone (ADH) dan sekresi aldosterone yang
kemudian terjadi retensi natrium dan air. Dengam retensi natrium dan
air, akan menyebabkan edema.
c. Terjad i peningkatan cholesterol dan triglyceride serum akibat dari
peningkatan stimulasi stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan
plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.

5
d. Adanya hyperlipidernia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein dan lemak akan banyak dalam urine (lipiduria)
e. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan kemungkinan
disebabkan oleh karena hypoalbuminea, hyperlipidemia, atau defisiensi
seng.

C. Komplikasi
a) Hypovolemi
b) Infeksi pneumococcus
c) Dehidrasi
d) Hilangnya protein dalam urine
e) Venous thrombosis
D. Etiologi
1) Timbul setelah kerusakan glomerulus akibat ( systemic lapus
erythematous )
2) Respon alergi, glomerulonephritis. Dikaitkan dengan respon imun
(abnormal imunoglubulin)
E. Menifestasi klinis
a. Edema, periorbital dan tergantung,”pitting” edema muka dan berlanjut
ke abdomen daerah genitalia, dan ekstremitas bawah
b. Anorexia
c. Fatigue
d. Nyeri abdomen
e. Berat badan meningkat

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Adanya tanda klinis pada anak
2. Riwayat infeksi saluran nafas atas
3. Analisa urine meningkatnya protein dalam urine
4. Menurunnya serum protein

6
5. Biopsy ginjal
G. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Diit tinggi protein
b. Pembatasan sodium jika anak hipertensi
c. Antibiotic untuk mencegah infeksi
d. Terapi diuretic sesuai program
e. Terapi albumin jika intake oral dan output urine kurang
f. Terapi prednisone dengan dosis 2 mg/kg/per hari sesuai program
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat perawatan
b. Pemeriksaan fisik khususnya focus edema
c. Monitor tanda-tanda vital dan deteksi infeksi d ini atau
hypovolemi
d. Status hidrasi
e. Monitor hasil laboratorium dan pantau urine setiap hari, adanya
protein
f. Pengkajian pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan

2. Diagnose Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan
menurunnya sirkulasi
b. Risiko infeksi berhubungan dengan terapi immunosuppressive
dan hilangnya gama globulin
c. Risiko kurangnya volume cairan (intravascular) berhubungan
dengan proteinuria, edema, dan efek diuretic
d. Risiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi
sodium dan air
e. Kecemasan pada anak atau keluarga berhubungan dengan
hospitalisasi pada anak

7
3. Perencanaan
1. Anak-anak memperlihatkan tanda-tanda kerusakan kulit seperti
kemerahan, tenderness bila disentuh, dan tidak lecet
2. Anak tidak menunjukkan tanda infeksi seperti ditandai dengan
WBC dalam batas normal, temperature normal, tidak ada nyeri
abdomen dan tidak ada batuk
3. Anak tidak mengalami hypovolemi yang ditandai dengan tekanan
darah, urine output, Hgb dan Hct dalam batas normal
4. Anak memperlihatkan berat badan stabil dan tidak ada kesukaran
dalam bernafas
5. Orang tua tampak lebih relaks dan berpartisipasi dalam
perawatan dan memahami kondisi anak
4. Implementasi
1. Meningkatkan integritas kulit
a. Mengatur atau merubah posisi setiap 2 jam atau sesuai
kondisi
b. Pertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas
tempat tidur
c. Gunakan lotion bila kulit kering
d. Kaji area kulit, kemerahan, tenderness dan lecet
e. Support daerah yang edema dengan bantal
f. Lakukan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi anak
2. Mencegah infeksi
a. Kaji tanda-tanda infeksi saluran nafas atas
b. Pemberian anti biotik sesuai program
c. Kaji bunyi nafas
d. Mencuci tangan setiap akan kontrak pada anak
e. Monitor tanda-tanda vital sesuai protocol
f. Monitor pemeriksaan laboratorium
3. Meningkatkan hidrasi secara adekuat
a. Monitor tanda-tanda vital

8
b. Monitor input dan output (pemasukan dan pengeluaran) dan
catat pada anak kurang dari 1 ml/kg/jam
c. Monitor pemeriksaan laboratorium elektrolit
d. Kaji membrane mukosa mulut dan elastisitas turgor kulit
e. Kaji pengisian kembali kapiler (capillary refill)
4. Mencegah cairan overload
a. Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
setiap pergantian dan timbang berat badan setiap hari
b. Pembatasan sodium
c. Ukur dan catat ukuran lilitan abdomen
d. Monitor tekanan darah
e. Pemberian antidiuretic sesuai program
f. Kaji status pernafasan termasuk bunyi nafas
5. Mengurangi kecemasan pada anak dan orang tua
a. Anjurkan orang tua dan anak untuk mengekspresikan rasa
takut dan cemas
b. Berikan penjelasan tentang nephrotic syndrome, perawatan
dan pengobatannya
c. Ajarkan orang tua untuk membantu perawatan pada
anaknya
d. Berikan aktivitas bermain sesuai dengan kondisi dan anak

5. Perencanaan Pemulangan
1. Ajarkan orang tua untuk mengetahui pemeriksaan protein urine
2. Ajarkan orang tua untuk mencatat berat badan anak setiap hari
3. Ajarkan memonitor tekanan darah
4. Berikan penjelasan terapi yang diberikan (steroid atau diuretic)
5. Ajarkan pada orang tua dan catat bila ada perkembangan baru
misalnya demam dan lakukan control ulang
6. Ajarkan untu mencatat intake output (pemasukan dan
pengeluaran)

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nefrotik Syndrome suatu kondisi yang dapat d isebabkan oleh
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif, hipoalbuminemia,
hiperkolesterolemia, dan lipiduria (Prodjosudjadi, 2007).
Syndrome nef rotik dapat terjadi pada anak -anak maupun
dewasa. Kondisi ini dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan
yang d iberikan oleh dokter. Jika syndrome nef rotik terjadi akibat
penyakit lain, seperti diabetes atau lupus.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, S. R. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak (1st ed.). jakarta: sagung seto.

Suriadi, S. R. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak (2nd ed.). (S. Ns. Haryanto, Ed.)
Jakarta: SAGUNG SETO.

11

Anda mungkin juga menyukai