Hasil Pembelajaran :
- Etiologi dan patofisiologi Stroke Infark
- Diagnosis dan penatalaksanaan Stroke Infark
Kasus :
SUBYEKTIF
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Haryoto dengan keluhan kelemahan pada tangan dan kaki kirinya secara tiba-tiba 2 jam sebelum
masuk RS, keluhan disertai dengan bicara pelo, mulut mecong dan sakit kepala. Keluhan dirasakan mendadak ketika pasien bangun tidur. Sebelumnya
mengeluh pasien nyeri kepala, mual muntah disangkal ,dan kejang disangkal.
OBJEKTIF
Keadaan Umum :
Kondisi Umum : Lemah
Kesadaran : compos mentis
GCS : 456
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 ºC
Saturasi O2: 99%
GDA : 88
Hematologi
Hematokrit 39 40-54 %
Kimia Klinik
Elektrolit
PLANNING :
Non medikamentosa
- Bed rest
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakitnya
- Rehabilitasi Medik
Medikamentosa :
- Head trunk up 30º
- O2 Nasal 3 lpm
- IVFD NS 1500 CC/24jam
- Inj Citicolin 2 x 500 mg
- Inj mecobalamin 2 x 1
- Inj Antrain 3 x 1
- Inj ranitidine 2 x 1
- Clopidogrel loading 300 mg (kemudian 1 x 75mg)
- Simvastatin 1 x 20 mg
Prognosis:
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
II. EPIDEMOLOGI
IV. KLASIFIKASI
1. Stroke Iskemik
- Thrombosis merupakan obstruksi aliran darah akibat penyempitan lumen
pembuluh darah atau sumbatan. Penyebab tersering adalah Aterosklerosis.
Gejalanya biasanya memberat secra bertahap.
- Emboli disebabkan sumbatan pembuluh darah dari tempat yang lebih
proximal. Gejalanya biasanya langsung memberatatau hanya sesaat lalu
menghilang lagi ketika saat emboli terlepas kea rah distal, seperti TIA.
- Infark lakuner disebabkan infark kecil yang multiple, sehingga
menyebabkan stenosis pada pembuluh darah kecil yang sifatnya terbatas
2. Stroke Hemoragik
- Perdarahan intraserebral
- Perdarahan subarachnoid
V. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi stroke iskemik terjadi oleh karena iskemik serebri fokal. Turunnya
aliran darah fokal akan menganggu metabolisme dan fungsi serta metabolisme
neuron. Secara patologis jaringan infark terlihat sebagai pan-nekrosis fokal sel
neuron, glia, dan pembuluh darah.
Apabila aliran darah pada daerah iskemik membaik sebelum terjadi kerusakan
yang irreversible, maka gejala timbul dalam beberapa saat, namun bila hal ini
menyebabkan iskemik jaringan otak irreversible, maka deficit neurologis yang terjadi
akan menetap. Terdapat dua mekanisme pada stroke iskemik, yaitu stroke yang
disebabkan oleh thrombus dan emboli (Margono,2011).
a. trombosis
Apabila bagian trombus tadi terlepas dari dinding arteri dan ikut terbawa aliran darah
menuju ke arteri yang lebih kecil, maka hal ini dapat menyebabkan sumbatan pada
arteri tersebut, bagian dari trombus yang terlepas tadi disebut emboil.
b. Emboli
EmboliHampir 20%, stroke iskemik disebabkan emboli yang berasal dari jantung.
Sekali stroke emboli dari jantung terjadi, maka kemungkinan untuk rekuren relatif
tinggi. Resiko stroke emboli dari jantung meningkat dengan bertambahnya umur,
karena meningkatnya prevelansi fibrilasi atrial pada lansia. Umumnya prognosis
stroke kardioemboli buruk dan menyebabkan kecacatan yang lebih besar. Timbulnya
perdarahan otak tanpa tanda-tanda klinis memburuk dan terjadi 12-48 jam setelah
onset stroke emboli yang disertai infark besar.
Tabel 1. Gejala Neurologik yang sering Dijumpai pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Hemisfer kiri (dominan), kortikal - Afasia
- Hemiparesis kanan
- Gangguan hemisensorik kanan
- Neglect hemispasial kanan
- Hemianopsia homonim kanan
- Gaze paralysis kanan
Hemisfer kanan (dominan), kortikal - Hemiparesis kiri
- Gangguan hemisensorik kiri
- Neglect hemispasial kiri
- Hemianopsia homonim kiri
- Gaze paralysis kiri
Subkortikal, hemisfer atau batang otak - Hemiparesis (pure motor stroke)
- Gangguan hemisensorik (pure motor stroke)
- Disartria
- Hemiparesis ataksik
- Tidak ada gangguan fungsi kognisi, bahasa,
penglihatan
Batang otak - Gangguan motorik atau sensorik keempat
anggota gerak
- Hemiparesis atau hemisensorik alternans
- Diconjugate gaze
- Nistagmus
- Ataksia
- Disartria
- Disfagia
Serebelum - Ataksia lengan ipsilateral
- Ataksia jalan
VII. DIAGNOSIS
Anamnesis
- Gejala yang mendadak pada saat awal, lamanya awitan, dan aktivitas saat
serangan
- Deskripsi gejala yang muncul beserta kelanjutannya.
- Gejala penyerta : penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri
kepala, rasa berputar, kejang, gangguan penglihatan, atau gangguan fungsi
kongitif.
- Ada tidaknya faktor resiko stroke (Margono,2011).
Penetapan jenis stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada :
Pemeriksaan fisik
- Elektrokardiografi
- Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis, gula darah,
urinalisis, analisa gas darah, dan elektrolit)
- Foto thorak, melihat ada tidaknya kardiomegali
- CT scan / MRI gambaran hipodens/hipointens pada stroke iskemik,
hiperdens/hiperintens pada stroke hemoragik.
- Transcranial Doppler (TCD) dan Doppler karotis untuk melihat
penyumbatan dan patensi pembuluh darah sebagai resiko stroke.
- Angiografi bila ada kecurigaan stenosis pembuluh darah baik ekstracranial
maupun intracranial
- EEG dilakukan pada pasien yang dicurigai kejang
- Lumbal punksi dilakukan bila ada kecurigaan perdarahan subarachnoid
(Margono,2011).
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Stroke perdarahan intraserebral
2. Kejang
3. Migrain
4. Encephalophaty hypertensi
5. Trauma kepala
6. Encephalophaty metabolic
IX. TATALAKSANA
b. Stabilisasi hemodinamik
- Cairan kristaloid atau koloid intravena
- Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan
tujuan memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk
memasukan cairan dan nutrisi, usahakan CVC 5-12 MMhG.
- Optimalkan tekanan darah
- (cardiac monitoring) harus dilakukan selama 24 jam pertama
setelah serangan stroke iskernik (AHA/ASA, Class I, Level of
evidence B).
c. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
d. Pengendalian peningkatan Tekanan Intrakranial
- Head up 30
- Hindari penekanan pada vena jugular
- Hindari pemberian cairan glikosa, hipotonik dan hipertermia
- Osmoterapi atas indikasi:
Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi
setiap 4 - 6 jam dengan target ≤ 310 mOsrn/L. (AHA/ASA,
Class III, Level of evidence C). Osmolalitas sebaiknya
diperiksa 2 kali dalam sehari selama pemberian osmoterapi.
Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1
mg/kgBB i.v.
- Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat
stroke iskemik serebelar (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).
e. Pengendalian kejang
2. Nutrisi
- Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam,
nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan
baik.
- Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan
komposisi:
Karbohidrat 30-40%dari total kalori
Lemak 20-35% (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-
55 %)
Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-
2.0 g/kgBB/hari (pada gangguan fungsi ginjal <0.8
g/kgBB/hari) (Misbach, 2011).
- Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan
gejala dan tanda peningkatan tekanan intracranial, dilakukan
pemantauan tekanan intracranial. Tekanan darah diturunkan dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontinu atau
intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral ≥60
mmHg.
- Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai
gejala dan tanda peningkatan tekanan intracranial, tekanan darah
diturunkan secara hati-hati dengan menggunakan obat
antihipertensi intravena kontinu atau intermitten dengan
pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110
mmHg atau tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT
2010, penurunan TDS hingga 140 mmHg masih diperbolehkan.
(AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B).
150-200 3
201-250 4
251-300 6
301-350 8
>315 10
Memantau penderita
Periksa gula darah kapiler tiap jam sampai pada sasaran
glukosa (glucose goal range) selama 4 jam kemudian
diturunkan tiap 2 jam. Bila gula darah tetap stabil, infus
insulin dapat dikurangi tiap 4 jam. Pemantauan tiap jam
untuk penderita sakit kritis walaupun gula darah stabil.
150-199 1 1 2
200-249 2 3 4
250-299 3 5 7
300-349 4 7 10
>349 5 8 12
1. kriteria inklusi
-
usia >18 tahun
-
diagnosis klinis strokedengan deficit neurologis jelas
-
awitan jelas (<3 jam, AHA guideline 2007 atau <4,5 jam,ESO 2009)
-
tidak ada perdarahan intracranial dari CT Scan
2. kriteria eksklusi
-
usia > 80 tahun
-
deficit neurologis ringan dan cepat baik atau perburukan deficit neurologis
berat
-
gambaran perdarahan intracranial CT Scan
-
Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan terakhir
-
Infark multilobar (gambaran hipodens > 1/3 hemisfer serebri)
-
Kejang pada saat onset stroke
-
Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal
-
Riwayat stroke atau cedera kepala berat dalam 3 bulan terakhir
-
Perdarahan aktif dan gejalanya
-
Tekanan dara sistolik >185, diastolic >110 mmHg
-
Glukosa darah <50 mg/dl atau >400 mg/dl
-
Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau pungsi umbel
dalam 1 minggu sebelumnya.
-
Jumlah platelet <100.000/mm3
-
Wanita hamil
-
Mendapat terapi heparin dalam 48 jam berhubungan dengan peningkatan
aPTT
Rekomendasi NIH tentang Response Time Pasien yang akan Diberikan rTPA di
Unit Gawat Darurat
1. Infus Rtpa 0,9 mg/kg (maksimum 90 mg) dalam 60 menit dengan 10% dosis
diberikan sebagai bolus dalam 1 menit
2. Masukkkan pasien ke ICU atau unit stroke untuk pemantauan
3. Lakukan penilaian neurologi setiap 15 menit selama pemberian infus dalam
setiap 30 menit setelahnya selama 6 jam berikutnya, kemudian tiap jam hingga
24 jam setelah terapi
4. Bila terdapat nyeri kepala berat, hipertensi akut, mual, atau muntah, hentikan
infus (bila rTPA sedang dimasukkan) dan lakukan CT Scan segera
5. Ukur tekanan darah setiap 15 menit selama 2 jam pertama dan setaip 30 menit
selama 6 jam berikutnya, dan kemudian setiap jam hingga 24 jam setelah
terapi.
6. Naikkan frekuensi pengukuran tekanan darah bila tekanan darah sistolik > 180
mmHg atau bila diastolik > 105 mmHg; berikan medikasi antihipertensi untuk
mempertahankan tekanan darah pada level ini atau level dibawahnya (lihat
protokol penatalaksanaan hipertensi pada stroke iskemik akut)
7. Tunda pemasangan pipa nasogastrik, kateter urin atau kateter tekanan
intraarterial
8. Lakukan CT Scan untuk follow up dalam 24 jam sebelum pemberian
antikoagulan atau antiplatelet (Misbach, 2011).
Penatalaksanaan Hipertensi pada Stroke Iskemik Akut yang akan diberikan
rTPA
1. Tekanan darah sistolik > 185 mmHg atau diastolik >110 mmHg
-
Labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit, dapat diulangi 1x;atau
-
Nitropaste 1-2 inchi;atau
-
Infuse nikardipin 5 mg/jam, titrasi dinaikkan 2,5 mg/jam dengan interval
5-15 menit, saat tekanan darah yang diinginkan tercapai, turunkan menjadi
3 mg/jam
-
Bila tekanan darah tidak turun dan tetap >185/110 mmHg, jangan berikan
rTPA intravena(Misbach, 2011).
REHABILITASI
X. PROGNOSIS
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease, disability,
discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis tersebut
terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek
tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua penderita stroke akut harus
dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi
oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh secara terus-menerus selama 24 jam
setelah serangan stroke. Prognosis stroke juga dipengaruhi oleh berbagai faktor
dan keadaan yang terjadi pada penderita stroke. Hasil akhir yang dipakai sebagai
tolok ukur diantaranya outcome fungsional, seperti kelemahan motorik,
disabilitas, quality of life, serta mortalitas.