Anda di halaman 1dari 16

BAB I

DEFINISI

A. Latar Belakang
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang
bersifat universal dan unik secara individual. Hidup adalah seragkaian kehilangan dan
pencapaian. Duka cita adalah respon alamiah terhadap kehilangan. Penting artinya untuk
diperhatikan bahwa apapun yang dikatakan disini tentang proses duka cita dan
kehilangan yang terdapat dalam perspektif sosial dan historis mungkin berubah
sepanjang waktu dan situasi. Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh
setiap mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun
sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Kondisi terminal merupakan
suatu kondisi dimana seseorang mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai
harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau
kurang. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian
semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker dan
stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan
dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai
stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak
berdayaan, dan akhirnya kematian.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu
sakaratul maut dalam istilah disebut dying. Untuk itu perlu adanya pendampingan
terhadap pasien yang menghadapi sakatarul maut (Dying).
Pada tahap pelayanan terhadap pasien dalam kondisi terminal juga bisa
dikondisikan pasien dalam kondisi sakaratul maut sehingga seluruh aspek pelayanan dan
perawatan pada pasien berada dalam kondisi seperti ini dapat disamakan. “ Bimbinglah
orang yang hendak mati mengucapkan (kalimat/perkataan) : “ Tiada Tuhan Selain Allah”
(HR. Muslim).
Sangat penting diketahui untuk kita, sebagai tenaga kesehatan tentang
bagaimana cara menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari
penanganan pasien yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 1


perawatan yang tepat seperti memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien sehingga
pasien dan keluaga lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.
Untuk meningkatkan pelayanan akan kebutuhan yang unik ini rumah Sakit
diperlukan suatu Panduan. Buku panduan tersebut diharapkan dapat menjadi pegangan
atau acuan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien tahap terminal secara
komprehensip dan juga terhadap pasien dalam kondisi sakaratul maut di RSIA Khalishah
Palimanan.

B. TUJUAN
1. Menghargai nilai yang dianut pasien, agama, dan preferensi budaya.
2. Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam aspek pelayanan kesehatan.
3. Memberikan respon pada hal psikologis, emosional, spiritual, dan budaya dari
pasien dan keluarganya.
4. Diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam kaitannya dengan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
5. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Cara
Menangani Pasien Yang Sakaratul Maut atau Hampir Meninggal”.

C. PENGERTIAN
Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien
yang mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan
menuju pada proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Pasien yang berada
pada tingkat akhir hidupnya memerlukan pelayanan yang berfokus akan kebutuhannya
yang unik. Pasien dalam tahap ini dapat menderita gejala lain yang berhubungan dengan
proses penyakit atau terapi kuratif atau memerlukan bantuan berhubungan dengan faktor
psikososial, agama, dan budaya yang berhubungan dengan proses kematian. Keluarga
dan pemberi layanan dapat diberikan kelonggaran melayani pasien tahap terminal dan
membantu meringankan rasa sedih dan kehilangan.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan
atau mengikuti periode sakit yang panjang. Terkadang kematian menyerang usia muda
tetapi selalu menunggu yang tua.

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 2


Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu.
(Carpenito ,1995)
Pasien terminal adalah pasien – pasien yang dirawat, yang sudah jelas bahwa
mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M.
Stevens, dkk ,hal 282, 1999)
Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendampingan dalam
kehidupan karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan. Manusia dilahirkan, hidup
beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan,
dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan (P.J.M. Stevens, dkk,
282,1999).
Sakaratul maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian
(death) merupakan kondisi terhentinya pernafasan, nadi, dan tekanan darah serta
hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktifitas otak
atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap.
Selain itu, dr.H.Ahmadi NH,Sp.KJ juga mendefininisikan Death :
1. Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversible.
2. Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak.
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta
merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan
Death merupakan dari hidup. (Eny Retna Ambarawati, 2010).

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 3


BAB II

RUANG LINGKUP

1. Perawatan Instalasi Gawat Darurat.


2. Instalasi Rawat Inap.
3. High Care Unit

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 4


BAB III

TATA LAKSANA

Pada tata laksana pelayanan pada pasien yang mengalami tahap terminal dan
sakaratul maut ini dapat dilihat hal-hal yang berkaitan seperti :

A. Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai Menjelang Kematian


Pandangan pengetahuan tentang kematian yang dipahami oleh seseorang
berbeda-beda. Adapun seorang ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang deskripsi
rentang pola hidup sampai menjelang kematian adalah Martocchio. Menurut Martocchio,
rentang pola hidup sampai menjelang kematian sebagai berikut :
1. Pola Puncak dan lembah
Pola ini karakteristik periodik yang sangat tinggi (puncak) dan periode krisis
(lemah). Pada kondisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang tinggi
atau besar. Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai kondisi yang
menakutkan sampai bisa menimbulkan depresi.
2. Pola dataran yang turun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang
terus bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama atau setelah periode
kesehatan yang stabil serta berlangsung pada waktu yang tidak bisa dipastikan.
3. Pola tebing yang menurun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan yang menetap atau
stabil, yang menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi ini dapat
diramalkan dalam waktu yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau hari.
Kondisi ini lazim ditemui di unit Khusus (HCU).
4. Pola landai yang turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut dan hampir tidak teramati
sampai akhirnya mengebat menuju maut.

B. Perkembangan Persepsi Tentang Kematian

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 5


Didalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian adalah sesuatu yang sangat
menakutkan. Sebaliknya, pada anak-anak usia 0-7 tahun kematian itu adalah sesuatu hal
yang biasa saja, yang ada dipikirannya kematian adalah sesuatu hal yang hanya terjadi
pada orang tua yang sakit. Mereka sangat acuh sekali dengan kematian.
Seiring dengan perkembangan usianya menuju kedewasaan, mereka mengerti
tentang apa itu kematian. Karena itu berkembanglah klasifikasi tentang kematian
menurut umur yang didefinisikan oleh Eny Retna Ambarwati, yaitu :
a. Bayi – 5 tahun
Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur atau pergi
yang temporer.

b. 5-9 tahun
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.

c. 9-12 tahun
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari, dapat
mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang tua atau
dewasa lainnya.

d. 12-18 tahun
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan tentang
kematian yang dikaitkan dengan sikap religi.

e. 18-45 tahun
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan keyakinan.

f. 45-65 tahun
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak
kecemasan.

g. 65- tahun ke atas


Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna : terbebasnya
dari rasa sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal.

C. Ciri-ciri pokok pasien yang akan meninggal

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 6


Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan tingkah laku
yang khas antara lain :
1. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada
gerakan paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung, yang terasa
dingin dan lembab.
2. Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene nokes.
5. Menurunnya tekanan darah peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri
bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi
dari individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan
cemas tampak lebih pasrah menerima.

Tatalaksana kegiatan pelayanan pada tahap terminal akhir hidup di RSIA


Khalishah Palimanan antara lain :
1. Menghormati keputusan dokter untuk tidak melanjutkan pengobatan dengan
persetujuan pasien dan atau keluarganya.
2. Melakukan asesmen dan pengelolaan yang sesuai terhadap pasien dalam tahap
terminal. Problem yang berkaitan dengan kematian antara lain :
a. Problem fisik berkaitan dengan kondisi atau penyakit terminalnya.
b. Problem psikologi, ketidakberdayaan, kehilangan kontrol, ketergantungan, dan
kehilangan diri dan harapan.
c. Problem sosial isolasi dan perpisahan.
d. Problem spiritual.
e. Ketidak sesuaian antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat
( dokter, perawat, keluarga dan sebagainya).
3. Memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien tahap terminal dengan hormat dan
respect.
4. Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri, secara primer atau sekunder serta
memberikan pengobatan sesuai permintaan pasien dan keluarga.
5. Menyediakan akses terapi lainnya yang secara realistis diharapkan dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien, yang mencakup terapi alternatif atau terapi non tradisional.

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 7


6. Melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan
keluarga.
7. Melakukan asesmen status mental terhadap keluarga yang ditinggalkan serta edukasi
terhadap mekanisme penanganannya.
8. Peka dan tanggap terhadap harapan keluarganya.
9. Menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan atau tindakan medis lainnya.
10. Mengikutsertakan keluarga dalam pemberian pelayanan.

Tujuan rumah sakit untuk memberikan asuhan pada akhir kehidupan harus
mempertimbangkan tempat asuhan atau pelayanan yang diberikan , tipe pelayanan yang
diberikan dan kelompok pasien yang dilayani. Rumah sakit mengembangkan proses untuk
mengelola pelayanan akhir hidup. Proses tersebut adalah :
 Memastikan bahwa gejala – gejalanya akan dilakukan asesmen dan dikelola secara tepat
 Memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal dilayani dengan hormat dan respek
 Melakukan asesmen keadaan pasien sesering mungkin sesuai kebutuhan untuk
mengidentifikasi gejala-gejala.
 Merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam mengelola gejala-gejala.
 Mendidik pasien dan staf tentang pengelolaan gejala-gejala
PRINSIP PERAWATAN TAHAP TERMINAL (AKHIR HIDUP)
1. Rumah sakit memberikan dan mengatur pelayanan akhir kehidupan.
2. Asuhan pasien dalam proses kematian harus meningkatkan kenyamanan dan
kehormatannya.
3. Menghargai kehidupan dan menganggap dying sebagai proses normal
4. Tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian
5. Memberikan pasien peranan yang penting dalam pengambilan keputusan
6. Mengatasi gejala yang muncul
7. Mengintegrasikan aspek psikologis, emosional, spiritual, dan sosial bagi pasien dan
keluarganya dengan memperhatikan kultur yang dianut
8. Menghindari tindakan yang sia-sia
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dan yang merawat menghadapi masalah
yang ada selama pasien sakit dan setelah pasien meninggal
10. Menggunakan pendekatan tim dalam mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
1) Aspek Keperawatan
Perawat dapat berbagi penderitaan pasien menjelang ajal dan mengintervensi
dengan melakukan asesmen yang tepat sebagai berikut :
a. Asesmen tingkat pemahaman pasien dan keluarga :
 Closed awareness : pasien dan keluarga percaya bahwa pasien akan segera
sembuh

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 8


 Mutual pretense ; keluarga mengetahui kondisi terminal pasien dan tidak
membicarakannya lagi, kadang-kadang keluarga menghindari percakapan
tentang kematian demi menghindari dari tekanan.
 Open awareness : keluarga telah mengetahui tentang proses kematian dan
tidak merasa keberatan untuk membicarakan walaupun terasa sulit dan sakit.
Kesadaran ini membuat keluarga mendapatkan kesempatan untuk
menyelesaikan masalah-masalah bahkan dapat berpartisipasi dalam
merencanakan pemakaman. Pada tahap ini perawat atau dokter dapat
menyampaikan isu yang sensitif bagi keluarga seperti autopsy atau donasi
organ.
b. Asesmen faktor fisik pasien
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal, pasien dihadapkan pada berbagai
masalah menurunnya kondisi fisik, perawat harus mampu mengenali perubahan
fisik yang terjadi pada pasien terminal meliputi :
1) Pernafasan (breath):
 apakah teratur/tidak,
 ada nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, stridor
 Apakah terjadi sesak nafas
 Apakah ada batuk, bila ada produktif atau tidak
 Apakah ada sputum, berapa jumlah,warna, bau, dan jenisnya
 Apakah memakai ventilasi mekanik atau tidak
2) Kardiovaskuler (blood)
 Bagaimana irama jantung regular atau irregular
 Bagaimana akral, hangat, dingin kering, basah, pucat
 Bagaimana pulsasi apakah kuat, teraba lemah, hilang timbul atau tidak
teraba
 Apakah ada perdarahan atau tidak, dimana lokasinya
 Apakah ada CVC atau tidak
 Berapa tekanan darah dan MAP
3) Neurologis (brain)
 Bagaimana ukuran GCS
 Apakah ada tanda-tanda peninggian TIK
 Reflek pupil
4) Perkemihan (bladder)
 Bagaimana kebersihan area genital
 Berapa jumlah cairan masuk
 Bagaimana BAK spontan atau kateter
 Bagaimana produksi urine, jumlah, warnanya dll
5) Pencernaan (bowel)
 Bagaimana nafsu makan apakah baik atau menurun
PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 9
 Bagaimana porsi makan apakah habis atau tidak
 Berapa cc /hari minum , dengan jenis cairan apa
 Apakah mulut bersih, kotor dan berbau
 Apakah ada mual muntah
 Berapa kali BAB sehari, teratur atau tidak, konsistensi, warna dan bau
6) Muskuloskeletal
 Bagaimana kemampuan pergerakan sendi, bebas, atau terbatas
 Bagaimana warna kulit, ikterus, sianotik, pucat, kemerahan,
hiperpigmentasi
 Apakah ada oedema atau tidak, dimana lokasinya
 Ada dekubitus atau tidak , dimana lokasinya
 Ada kontraktur atau tidak, dimana lokasinya
 Ada fraktur atau tidak, dimana lokasinya.
 Apakah ada jalur infus atau tidak

c. Asesmen Tingkat Nyeri Pasien


Lakukan asesmen nyeri , bila mengganggu maka segera dilakukan manajemen
nyeri yang memadai
d. Asesmen Faktor kulturopsikososial
Tentukan fase denial, anger, bargaining, depresi atau acceptance.
e. Asesmen faktor spiritual
Asesmen kebutuhan pasien akan bimbingan rohani. Intervensi keperawatan
dengan :
 Pertahankan kebersihan tubuh,pakaian,dan tempat tidur pasien
 Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
 Lakukan suction bila terjadi penumpukan secret pada jalan nafas
 Berikan nutrisi dan cairan yang adekuat
 Lakukan perawatan mata agar tidak terjadi kekeringan atau infeksi kornea
 Lakukan oral hygiene
 Lakukan reposisi tidur tiap 2 jam sekali dan lakukan masase pada daerah
penonjolan tulang dengan menggunakan minyak untuk mengurangi
dekubitus
 Lakukan manajemen nyeri yang memadai
 Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan mengajak pasien berdoa
 Tunjukan perhatian dan empati serta dukungan kepada keluarga yang
berduka
 Ajak keluarga berpartisipasi dalam mengambil keputusan terhadap asuhan
pasien, seperti penghentian bantuan hidup atau penundaan bantuan hidup.

2) ASPEK MEDIS
Intervensi Medis
Ketika pasien mengalami cedera berat atau sakit yang serius maka beberapa
intervensi medis dapat memperpanjang hidup pasien seperti ;
PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 10
a. Tindakan resusitasi Jantung Paru (RJP)
Diberikan pada pasien-pasie n henti jantung atau henti nafas dan tanpa
instruksi DNR di rekam medisnya.
b. Pemakaian Ventilator
Digunakan untuk pasien dengan keadaan tertentu karena penyakitnya yang
berpotensi atau menyebabkan gagal nafas
c. Pemberian nutrisi
 Feeding tube
 Parenteral nutrition
d. Tindakan dialisis
Diberikan pada pasien terminal yang mengalami penurunan fungsi ginjal
baik akut maupun kronis dengan LFG <15 ml/menit
e. Pemberian antibiotik
Pasien tahap terminal memiliki risiko infeksi berat 5-10 kali lebih tinggi
dibandingkan pasien lainnya, infeksi berat ini sering ditemukan pada saluran
pernafasan, saluran kemih, peredaran darah atau daerah trauma /operasi.
Infeksi ini menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortilitas,
pemanjangan masa perawatan dan pembengkakan biaya perawatan.
Penyebab infeksi ini bersifat multifaktorial meliputi penurunan fungsi imun,
gangguan fungsi barier usus, penggunaan antibiotik spectrum luas,
katekolamin, penggunaan preparat darah, atau alat kesehatan yang
digunakan.pasien dengan penyakit terminal dan prognosa yang buruk
hendaknya diinformasikan lebih dini untuk mengambil keputusan DNR.

Layanan tahap akhir di Rumah Sakit dilakukan di Instalasi Gawat Darurat dan di
Instalasi Rawat Inap. Adapun proses operasional pelayanan ini atau asesmen pasien tahap
terminal dilakukan oleh perawat/bidan dengan kualifikasi lulusan D3/D4/S1 keperawatan
atau kebidanan yang mempunyai surat tanda registrasi (STR) dan bekerja di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Khalishah Palimanan minimal 6 bulan, yang meliputi intervensi atau
mengurangi rasa sakit, gejala primer, dan atau sekunder, mencegah gejala dan komplikasi
sedapat mungkin intensitas dalam hal masalah psikologis, pasien dan keluarga, masalah
emosional dan kebutuhan spiritual mengenai kematian dan kesusuhan, intervensi dalam
masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan keluarga, serta mengikutsertakan
pasien dan keluarga dalam pemberian pelayanan.

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 11


Instalasi Gawat Darurat Fasilitas Pelayanan pada tahap terminal meliputi :
Fasilitas yang ada :
1. Monitor.
2. EKG.
3. Defibrilator.
4. Ambu bag (VSM).
5. Masker oksigen & Tabung Oksigen.
6. Suction set.
7. Endoctracheal tube.
8. Kateter.
9. Pipa endotracheal.
10. Nasogastric tube (NGT).
11.Disposible Spuit.
12. Alkohol swab.
13. Injeksi Plug.
14. Wing niddle.
15. Infus set.
16. Injeksi analgesik.
17. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas atropin, dan lain-lain).

Instalasi Rawat Inap (termasuk high care unit)


Fasilitas yang ada :
1. Monitor (HCU).
2. EKG.
3. Defibrilator.
4. Ambubag (VSM).
5. Masker oksigen dan tabung oksigen.
6. Suction set.
7. Endotrakeal tube.
8. Kateter.
9. Pipa endotracheal.
10. Nasogastric tube (NGT).
11.Disposible spuit.

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 12


12. Alkohol swab.
13. Injeksi Plug.
14. Wing niddle.
15. Infus set.
16. Injeksi Analgesik.
17. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas atropin, dan lain-lain).

Unit rawat inap lainnya :


Bila kondisi pasien yang terminal atau sakratul maut menempati ruang biasa,
maka pasien ditempatkan pada bagian pinggir dekat jendela, dan ditemani oleh keluarga
dan dimonitor oleh perawat sebagai penanggung jawab untuk mengontrol kondisi pasien,
dan bila sewaktu-waktu mengalami perubahan kondisi dan melaporkan pada Dokter
Penanggung Jawab Pasien atau dokter jaga IGD untuk memastikan kondisi pasien.
Bila pasien meninggal dunia, maka dilakukan tindakan perawatan pasien setelah
meninggal dunia atau perawatan jenazah, dengan tujuan : membersihkan dan merapikan
jenazah, memberikan penghormatan terakhir dan rasa puas kepada sesama insani.

Peralatan yang diperlukan :


1. Celemek atau Skort.
2. Verban atau kassa gulung.
3. Pinset.
4. Sarung tangan.
5. Gunting perban.
6. Bengkok atau piala ginjal 1.
7. Baskom 2.
8. Waslap 2.
9. Kantong plastik kecil (tempat perhiasan).
10. Kartu identitas pasien atau gelang identitas.
11.Kain kafan.
12. Kapas lipat lembab dalam koran.
13. Kasa berminyak dalam kom.
14. Kapas lipat kering dalam kom.
15. Kapas berminyak (Baby oil) dalam kom.
16. Kapas alkohol dalam kom.
PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 13
17. Lysol 2-4%.
18. Ember bertutup I.

Prosedur :
1. Memberitahukan pada keluarga pasien.
2. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah.
3. Mencuci tangan.
4. Memakai celemek atau skort.
5. Memakai hands scoon.
6. Melepas perhiasan dan benda-benda berharga lain diberikan kepada keluarga pasien
(dimasukkan dalam kantong plastik).
7. Melepaskan peralatan invasif (selang, kateter, NGT tube dan lain-lain).
8. Membersihkan mata pasien dengan kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak.
9. Membersihkan bagian hidung kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak.
10. Membersihkan bagian telingan dengan kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak.
11.Membersihkan bagian mulut dengan kassa.
12. Merapikan rambut jenazah dengan sisir.
13. Mengikat dagu dari bawah dagu sampai ke atas kepala dengan verban gulung.
14. Menurunkan selimut sampai ke bawah kaki.
15. Membuka pakaian bagian atas jenazah, taruh dalam ember.
16. Melipat tangan dan mengikat pada pergelangan tangan dengan verban gulung.
17. Membuka pakaian bagaian bawah, taruh dalam ember.
18. Membersihkan genetalia dengan kassa kering dan waslap.
19. Membersihkan bagian anus dengan cara memiringkan jenazah ke arah kiri dengan
meminta bantuan keluarga.
20. Memasukkan kassa berminyak ke dalam anus jenazah.
21. Melepaskan stick laken dan perlak bersamaan dengan membentangkan kain kafan,
lipat stick laken dan taruh dalam ember.
22. Mengembalikan ke posisi semula.
23. Mengikat kaki dibagian lutut jenazah, pergelangan kaki, dan jari-jari jempol dengan
menggunakan verban gulung.
24. Mengikatkan identitas jenazah, pada jempol kaki.
25. Membuka boven laken bersamaan dengan pemasangan kain kafan.

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 14


26. Jenazah di rapikan dan dipindahkan ke brankart.
27. Alat-alat tenun dilepas dan dimasukkan ke dalam ember serta melipat kasur.
28. Merapikan alat.
29. Melepas hand scoon.
30. Melepaskan celemek.
31. Mencuci tangan
32. Setelah selesai perawatan jenazah, kemudian jenazah dibawa ke kamar jenazah dan
setelah mencapai 2 jam, boleh dibawa pulang oleh keluarga, dengan serah terima
antar perawat dan keluarga, gelang identitas dilepas.

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 15


BAB IV

DOKUMENTASI

1. Status rawat jalan emergency (Instalasi Gawat Darurat) RM .


2. Status rawat inap RM / Catatan Pelayanan antar profesi kesehatan.
3. Format pelayanan kerohanian.
4. Buku catatan pelayanan kerohanian.
5. Surat kematian.
6. Fomulir penolakan resusitasi.
7. Formulir persetujuan/ penolakan tindakan kedokteran

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL 16

Anda mungkin juga menyukai