Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : EVAN S. NAIBAHO
NIM : 4183331020
DOSEN PEMBIMBING : Dra.YUSNA MELIANTI, M.H.
JURUSAN : KIMIA
PROGRAM : PENDIDIKAN KIMIA (S-1)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas critical journal report mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan. Saya berterima kasih kepada ibu Dra.Yusna Melianti, M.H.
selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yang sudah memberikan
bimbingan kepada saya.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak terdapat kekurangan oleh karena itu saya
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. dan saya juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih
semoga tugas ini dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, November 2019

Penulis
Evan S. Naibaho
DAFTAR ISI

COVER……….……………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....

BAB I Pendahuluan……………….…………………………………………………….......

1.Rasionalisasi pentingnya CJR ..…………………………………………………………..

2.Tujuan..................………………................………………………………………………

3.Manfaat..…………………………………….................…………………………………...

BAB II Pembahasan CJR……………………………………………………………………

1.Identitas CJR..…...……………………………………...............…………………………

2.Ringkasan Isi CJR.....……………………………………………...............……………....

BAB III Kelebihan dan Kelemahan.……..………………………………....……………….

1.Kelebihan.............................................................................................................................

2.Kelemahan...........................................................................................................................

BAB IV Penutup.....................................................................................................................

1.Kesimpulan…………………………………………………………………...............……

2.Saran………………………………………………………………………….....................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN

1. Rasional pentingnya CJR

Dalam memilih referensi jurnal untuk kita baca dan untuk dipahami sering kali kita merasa bingung,
banyak pilihan antara beberapa jurnal kita pilih satu jurnal terkadang belum cukup atau belum dapat
memuaskan untuk kita, misalnya pada pembahasannya kurang lengkap. Oleh karena itu saya
membuat Critical Journal Report ini untuk mempermudah bagi pembaca dalam memilih referensi
jurnal, terkhusus pada pokok pembahasan tentang materi pendidikan kewarganegaraan.

2. Tujuan

a) menambah wawasan bagi penulis ataupun pembaca dalam materi pendidikan kewarganegaraan

b) meningkatkan pengetahuan dalam mengkritik jurnal

c) mendalami atau supaya lebih mengetahui pendidikan kewarganaegaraan

3. Manfaat

Mengkritik atau membandingkan satu atau lebih dari jurnal yang berhubungan dengan
pendidikan kewarganegaraan. Dengan mencari kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut supaya
dapat memperbaiki jurnal-jurnal yang lain.
BAB II

PEMBAHASAN CJR

1. Identitas CJR

Jurnal 1

Judul : KECENDERUNGAN GLOBAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


PANCASLA DAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH

Penulis : IHSAN

Tebal Jurnal : 11 halaman

Volume, Nomor : Volume 2, Nomor 2

ISSN : 2527-7057

Tahun Terbit : 2017

Jurnal 2

Judul : PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN WARGA


NEGARA GLOBAL

Penulis : SUTRISNO

Tebal Jurnal : 11 halaman

Volume, Nomor : Volume 6, Nomor 1

ISSN : 2579-5740

Tahun Terbit : 2018

2. Ringkasan Isi CJR

Jurnal 1
Kecenderungan Global dalam Pendidikan Kewarganegaraan Zaman era reformasi telah membuka
jalan ke arah terwujudnya paradigma baru pendidikan kewarganegaraan. Paradigma baru itu
berorientasi pada terbentuknya masyarakat demokratis (Muchson AR, 2003). Hal ini sejalan dengan
kecenderungan global pendidikan pancasila dan kewarganegaraan untuk demokrasi (John J Patric,
1997). Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan paradigma baru berupaya memberdayakan warga
negara melalui proses pendidikan agar mampu berperan aktif dalam sistem pemerintahan yang
demokratis.
Misi pancasila dan kewarganegaraan adalah menciptakan kompetensi warga negara yang baik (good
citizenship) supaya mampu berperan aktif dan bertanggung jawab untuk kelangsungan pemerintahan
demokratis melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan karakter kewarganegaraan.
Visi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan bertujuan mewujudkan masyarakat demokratis
Merupakan reaksi atas kesalahan paradigm lama yang berlabelkan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Dari beberapa kajian literatur, seperti dikemukakan oleh Winarno
(2006:24), mata pelajaran PPKn sangat menyolok dengan misi mewujudkan sikap toleransi, tenggang
rasa, memelihara persatuan dan kesatuan, tidak memaksakan pendapat, menghargai, dan lain-lain
yang dirasionalisasikan demi kepentingan pemerintahan untuk mendukung pembangunan nasional.
PPKn masa itu sesungguhnya merupakan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang berfungsi
sebagai alat penguasa untuk melanggengkan kekuasaan. Karena itu, tidak aneh kalau PPKn dianggap
lebih politis daripada akademis yang pada ujunya di tingkat persekolahan, mata pelajaran ini
cenderung terdiskreditkan dan tidak banyak diminati siswa.
Lahirnya paradigma baru pendidikan pancasila dan kewarganegaraan itu tentu bukanlah kebetulan. Ia
lahir dari harapan pendidikan di Indonesia untuk dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Bagian Rasional Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi). Hal ini penting, sebab secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan
dengan bentuk Republik.
Harapan dalam pelaksanaan pendidikan nasional, tergambarkan dalam hakikat Pendidikan pancasila
dan Kewarganegaraan. Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata
pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dirumuskan sebagai mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Sebagai negara dan bangsa yang terus terhubung dengan bangsa-bangsa yang lain, negara Indonesia
tidak mungkin melepaskan dari perkembangan global. Begitu pun halnya dalam bidang pendidikan,
termasuk dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Standar Isi mata pelajaran pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan, tidak terlepas dari adanya kecenderungan-kecenderungan global
dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.
Kecenderungan global dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang diadaptasi dari
pendapat John J. Patric (1997). Kecenderungan global itu tergambar dalam uraian berikut:
Pendididikan pancasila dan kewarganegaraan dalam Konseptualisasi yaitu komponen-komponen yang
saling berinterelasi. Secara substantif, mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
mempelajari prinsip-prinsip sekaligus mempraktekkan “democratic governance and citizens”. Tentang
komponen-komponen yang berinterelasi itu, sebuah penelitian The International Association for
Evaluation Achievement (IEA) sebagaimana dikemukakan Samsuri (2006:35) terhadap implementasi
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di 28 negara, menemukan komponen pendidikan
kewarganegaraan yaitu meliputi aspek civic knowledge, civic engagement, dan civic attitudes dan
konsep lainnya (Torney-Putra, et.all, 2001:179). Adapun materi kajian pendidikan kewarganegaraan
yang dikaji meliputi materi demokrasi, kewarganegaraan, identitas nasional, hubungan internasional
dan keragaman/kohesi sosial (Torney-Putra, et.al, 2001:29-30). Implikasi Kecenderungan Global
Pendidikan Kewarganegaraan
Implikasi pada proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di tingkat persekolahan di
Indonesia. Pendapat ini ditegaskan oleh Azis Wahab (2011:15) yang menyebut bahwa kesembilan
kecenderungan global ini secara luar biasa berpotensi mempengaruhi pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan pada negara-negara yang menganut faham demokrasi konstitusional.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berinteraksi.
Dalam ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam hal ini, pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan
subyek khusus dari pendidikan Corey (1986).
Mencermati beberapa konsep pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik dan pendidik,
melibatkan
unsur-unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.
Pembelajaran dalam menggambarkan kegiatan guru mengajar dan siswa sebagai pembelajar dan
unsur-unsur lain yang saling mempengaruhi.
Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, karena didalamnya terdapat beberapa komponen
pembelajaran yang saling terkait antara komponen yang satu dengan komponen yang lain dan saling
A system ketergan is integrated set of element that interact wich each other”. Komponen-kompenen
pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) tujuan, (2) bahan, (3) metoda, (4) media, (5) evaluasi.
Pertama, Komonen Tujuan. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan ditingkat persekolahan
memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi,
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya,
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Permendiknas No. 22 Tahun
2006).

Jurnal 2

Globalisasi di era saat ini tentu membawa perkembangan yang sangat signifikan dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Globalisasi dapat dimaknai dengan berbagai
pemahaman tergantung dari sudat mana memahami makna globalisasi. Banyak perdebatan
yang membahas tentang adanya dampak globalisasi khusunya pada negara berkembang.
Adanya globalisasi akan menjadikan negara tersebut justru akan menjadi negara yang kaya
semakin kaya, atau justur menjadikan negara yang miskan akan semakian miskin dalam
menghadapi era globalisasi. Adanya globalisasi juga berdampak pada kondisi sosial
kemasyarakatan warga negara. kondisi sosial kemasarakatan dalam globalisasi terikat oleh
tiga dimensi dalam globalisasi yakni ekonomi, politik dan kultural. Globaliasi ekonomi
berdampak pada adanya perkembangan pada berbagai kondisi pasar-pasar ekonomi global,
perdagangan bebas, dan pertukaran barang dan jasa. Globalisasi politik memiliki peran pada
globaliasi dunia yakni terjadinya dominasi peran organisasi internasional dalam mengatur
negara di bawah kendali PBB dan Uni Eropa yang mengakibatkan munculnya politik Global.
Globalisasi kultural merupakan perkembangan kondisi sosial masyarakat pada ranah
teknologi dan informasi secara global, model globalisasi ini menjadi konsep pemahaman
tentang warga negara global (Melcom waters: 1995). Konsep warga negara global ini tentu
bukan menjadi hal baru. munculnya pemahaman tentang warga negara global sudah mucul
sejak zaman yunani kuno tepatnya pada abad ke 4 SM. Munculnya konsepsi akan warga
negara dunia ini berawa dari ketidak terimaan akan kesetian publik warga negara yang
dikemukakan oleh salah satu filsuf Diogenes. Kemudian Linklater (2002) menyatakan adanya
gogasan tersubut menjadi rujukan untuk mengkritisi negara terkait adanya bentuk kedaulatan
secara universal. Dengan tujuan dapat mewujudkan kehidupan warga negara dunia yang adil,
makmur dan damai. Secara umum warga negara global dapat diartikan sebagai pemahaman
akan tanggung jawab warga negara untuk memenuhi persyaratan institusional dan kultural
demi kebaikan yang lebih besar bagi masyarakat dunia. Menurut Beth salah seorang guru
studi sosial di Hickory High School (dalam Dill, Jeffrey S, 2012) mengungkapkan bahwa
warga negara global adalah seseorang yang berakar dalam identitas kebangsaannya, tatapi
mereka memiliki kesadaran yang lebih besar dari pada itu yakni menghargai berbagai
keberagaman budaya-budaya, sikap toleransi terhadap keyakinan dan kepercayaan lain serta
melihat berbagai isu-isu global sebagai kajian utama dari pada batasa-batasan bangsanya
sendiri. Warga negara global menitik beratkan pada peran warga negara global dalam
menjalankan hak dan kewajiban secara global. Konsep warga negara global cenderung
megembangkan istilah dalam kewarganegaraan global yang dalam hal ini menurut Bringham
(dalam Zahabioum, Yousefy, Yarmohammadian, Keshtiaray, 2012) menyatakan bahwa,
“global citizenship is A way of understanding - how the world works, links between our own
lives and those of people throughout the world”. Kewarganegaraan global membahas tentang
peran dan tanggung jawab manusi dalam memahami, melihat dan bertindak dalam kondisi
dunia kerja, serta hubungan antar kehidupan manusia secara individu dan warga negara di
seluruh dunia. Perkembangan warga negara global terdapat berbagai kritikan dari beberapa
pihak selain adanya yang mendukung tentang konsep warga negara global. Dalam hal ini
Michael Walzer menjelaskan bahwa dalam memahami makna warga negara global harus
memahami tentang apa warga negera bangsa dan warga negara global. Seorang warga negara
global tidak bisa diartikan sebagai warga negara global lantaran ada kebutuhan hak dan
kewajiban yang harus dipenui dari warga negara bangsa. Oleh karena konsepsi tentang warga
negara dunia hurus diperhitungkan secara matang kalau tidak hal ini justru malah akan
menjadi alat politik yang dibalut dalam makna secara unviersal. Hal ini harus bisa disikapi
dengan bijak bahwa konsepsi warga negara dunia akan dijadikan sebagai alat kepentingan
politik untuk imprealisme budaya bangsa lain atau malah justur bisa digunakan sebagai tren
gerakan secara universal bangsa-bangsa untuk mengembankan bentuk solidaritas sosial antar
umut manusia dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dunia di era globalisasi
demi terwujudnya kehidupan dunia yang adil dan damai. Sebagai salah satu komponen dari
warga negara bangsa maka secara umum manusia harus bisa menempatkan posisinya pada
tataran kapan menjadi warga negara bangsa dan kapan menjadi warga negara global. Tentu
hal ini tidak semata-mata sebagai perwujudan dari paham tentang warga negara global akan
tetapi satu hal yang lebih penting yakni bisa menjadi warga negara yang memiliki perspektif
global untuk bisa bersama-sama menyelesaikan permasalahan isu-usu global seta konflik-
konflik yang terjadi (Wahab AA & sapriya, 2011). Dengan demikian perlu adanya persiapan
sejak dini agar persepsi ini bisa ditransformasikan melalui pendidikan Pendidikan
kewarganegaraan global pada dasarnya memiliki tujuan yang sangat baik untuk menciptakan
adanya persamaan persepsi akan adanya tugas, hak dan kewajiban warga negara dalam
menjalankan tugas menjadi warga negara yang baik dan tidak mebedakan adanya persamaan
ras, suku, budaya, agama maupun kelompok yang sama-sama memiliki hak asasi. Dengan
demikian tidak adanya perbedaan antara warga negara satu dengan warga negara yang lain.
Pembedanya hanya terletak pada hak dasar yang melekat pada negara dimana dia tinggal. Hal
ini inilah yang secara umum disebut dengan kesamaan hak diantar seluruh umat manusia.
Sebagaiman dijelaskan oleh Linklater, A (2002: 325) bahwa pendidikan kewarganegaraan
global akan menjadi lebih bermakna apabila hak dan kewajiban warga negara secara global
dapat disatukan dalam bentuk hukum yang diatur secara Internasioal. Dengan catatan setiap
warga negara mampu memiliki persamaan rasa persatuan dan kesatuan dalam
menyelesaiakan dan menjaga kestabilan internasional secara bersama-sama dan tidak
membedakan adanya perbedaan yang ada. Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Membangun Warga Negara Global Pendidikan Kewarganegaraan secara umum memberi
kontribusi yang sangat besar untuk menyelesaikan berbagai permasalah global. Pada
dasarnya manusia akan selalu berhubungan satu sama lain, karena pada hakikatnya manusia
bisa diartikan sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain.
Begitupun konsep warga negara bangsa, setiap negara memiliki permasalahan secara
universal tentang negara dan bansa, yang tentu dalam hal ini membutuhkan bantuan dan
kerjasama dari bangsa dan negara lain di dunia. maka dari itu konsepsi Pendidikan
Kewarganegaraan muncul untuk memberikan pengalaman dan pendidikan bagi warga negara
muda di berbagai negara untuk bisa menyelesaikan permasalahanpermasalahan global dan
bisa bekerjama untuk membangun warga negara global melalu proses pembelajaran pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan baik di lingkup pendidikan formal, nonformal
maupun informal Pendidikan Kewarganegaraan secara umum memberikan kontribusi untuk
membina dan mengembangkan karakter warga negara yang cerdas dan baik. Hal tersebut
tentu sudah menjadi bagian dari ide, instrumentasi dan praksis dalam pendidikan nasional di
Indonesia, sebagaimana dijelaskan oleh Winataputra (2015) bahwa keberadaannya sudah
terwujud dalam lima status yakni pertama, sebagai mata pelajaran yang di kembangkan dan
ada pada kurikulum sekolah. Kedua, masuk pada ranah program mata kuliah wajib (MKU) di
kurikulum perguruan tinggi. Ketiga, masuk pada ranah cabang pendidikan disiplin ilmu sosial
dalam kerangka program pendidikan guru yang dibina dan dikembangkan oleh lembaga
program studi Pendidikan Kewarganegaraan pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK). Keempat, masuk pada ranah program pendidikan politik yang dikemas dalam
penataran P4 di era tahun 1970-1990-an atau bentuk sejenisnya yang dikelola dan di
kembangkan serta di atur oleh Pemerintah. Kelima, sebagai kerangka konseptual, dalam
bentuk pemikiran individual atau kelompok pakar terkait yang di kembangkan sebagai
landasan dan kerangka berfikir tentang pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan pendidikan yang bisa mengarahkan pembentukan watak dan
peserta didik untuk memiliki kesadaran sebagai salah satu warga negara global. Pendidikan
Kewaarganegaraan tentu menjadi pilihan untuk melatih sikap, pengetahuan dan keterampilan
warga negara untuk bisa berpartisipasa dalam menyelesaiakn permasalahan, konflik, dan isu-
isu global yang terjadi melalui pola pembelajaran yang diterapkan. Sekait dengan hal tersebut
Dill, Jeffrey S (2012) menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan Global (Global Civic
Education) merupakan bentuk reformasi pendidikan yang paling cepat di era saat ini.
Pendidikan Kewarganegaraan global dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang dapat
menyiapkan warga negara global untuk bisa memahami berbagai permasalahan global.
BAB III
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

1. Kelebihan
Jurnal 1
- jurnal ini sudah membahas dengan dalam atau lengkap mengenai globalisasi dalam
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
- jurnal ini juga membahas mengenai pentingnya pendidikan kewarganegaraan
- jurnal ini memiliki materi yang bagus untuk di baca
- referensi yang digunakan untuk jurnal ini cukup beragam mulai dari nasional hingga
internasional
- penulisan pada jurnal cukup bagus dan tata letak hurufnya rapi

Jurnal 2
-jurnal ini sudah membahasa cukup dalam atau lengkap mengenai pendidikan pancasila di era
globalisasi
- jurnal ini membahas peranan pancasila di era globalisasi
- jurnal ini membahas masalah yang ada dengan solusi yang diberikan berkaitan dengan
pendidikan kewarganegaraan
-referensi yang digunakan jurnal ini cukup beragam mulai dari nasional hingga internasional.

2. Kelemahan
Jurnal 1
-pada jurnal ini tidak terdapat grafik atau tabel yang menunjukkan persenan kecenderungan
dalam proses belajar pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di sekolah.

Jurnal 2
-pada jurnal ini tidak terdapat grafik atau tabel yang menunjukkan peran pendidikan
kewarganegaraan dalam membangun warga negara golobal.
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pembahasan kelebihan dan kelemahan yang telah dipaparkan, setiap jurnal baik
itu jurnal 1 ( utama ) ataupun jurnal 2 ( pembanding ), memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing baik dari segi kedalaman pembahasan materinya , keterkaitan dengan
pendidikan pancasila, dan keberagaman referensinya. Kedua jurna sudah cukup memberikan
manfaat bagi kita dan tentunya dapat menjadi referensi bagi pembaca.

2. Saran
Apa yang menjadi kelebihan dalam jurnal tetaplah dipertahankan dan bahkan
dikembangkan lagi, dan apa yang menjadi kelemahan dalam jurnal haruslah diperbaiki
supaya tercapai kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan.2017.Kecenderungan Global Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Di Sekolah.Jurnal Civics.Volume 2,Nomor 2.Halaman 48-58
Sutrisno.2018.Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Warga Negara
Global.Jurnal Civics.Volome 6,Nomor 1.Halaman 41-51

Anda mungkin juga menyukai