Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada
balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, dintaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9% ,
stunting (pendek) 37,2%. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI)
berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas
2013 anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan
perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu
gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
profesional. Pendekatan pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan melalui kegiatan spesifik
dan sensitif, sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar
gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung.
Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan
masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Pelayanan gizi yang bermutu dapat
diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi sesuai dengan 4
pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) maka disusun Pedoman Pelayanan Gizi di
Puskesmas.
Dalam pelaksanaanya pelayanan gizi di Puskesmas Manyaran berperan strategis
mendukung peningkatan pencapaian target lintas program dan diharapkan berdampak pada
peningkatan kinerja puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi dilakukan sesuai Visi Puskesmas
yaitu menjadikan Puskesmas Manyaran sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
profesional, terjangkau dan melibatkan peran serta aktif masyarakat, menuju
Kecamatan Semarang Barat Sehat dan Mandiri serta Misi yaitu meningkatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas, memberdayakan masyarakat (individu dan
keluarga), memiliki kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat dan mandiri serta
menggerakkan Kecamatan yang berwawasan kesehatan.Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu
sesuai dengan 4 pilar dalam pedoman Gizi seimbang (PGS).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas Manyaran dan
jejaringnya.
2. Tujuan Khusus :
a. Tersedinya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan, sarana
dan prasarana di Puskesmas Manyaran dan jejaringnya;
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas
Manyaran dan jejaringnya;
c. Tersedianya acuan bagi tenagan gizi Puskesmas Manayaran untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien / masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Manyaran dan jejaringnya;
d. Tersedinya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas Manyaran
dan jejaringnya.

C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola Program Kesehatan dan Lintas Terkait

D. Ruang Lingkup
1. Kebijakan Pelayanan gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di dalam gedung
3. Pelayanan gizi di luar gedung
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

E. Batasan Operasional
Pelayanan gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif, preventif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Manyaran
di dalam gedung dan di luar gedung.
1. Pelayanan gizi di Dalam Gedung :
 Koseling gizi (Rujukan dari BP dan KIA)
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan
dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah
kesehatan lingkungan yang dihadapi.
2. Pelayanan gizi di Luar Gedung :
Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya diluar
gedung , melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan di luar
gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif yang sasarannya adalah masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Manyaran, antara lain :
a. Edukasi gizi / Pendidikan gizi
Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan , sikap dan perilaku
masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan
masalah gizi.
Sasarannya adalah kelompok dan masyrakat di wilayah kerja Puskesmas Manyaran.
Lokasi edukasi gizi antara lain posyandu, pusling, institusi pendidikan, kelas ibu
dan balita, dll.
b. Pelayanan kesehatan dan pemantauan pertumbuhan
Tujuan : untuk memantau status gizi balita menggunakan KMS atau buku KIA.
Sasaran : kader posyandu, lokasi kegiatan di Posyandu.
c. Pemberian kapsul vitamin A
Tujuan : untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian kapsul vitamin A
melalui pembinaan muali dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga
kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
Sasaran : bayi, balita dan ibu nifas. Lokasi pelaksanaan di Posyandu.
d. Pemberian tablet tambah darah
Tujuan : meningkatkan keberhasilan pemberian tablet tambah darah untuk
kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi
Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri ibu hamil dan ibu nifas
Lokasi di tempat pratek bidan , posyandu
e. Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan
MP-ASI bufferstock adalah MP-SI pabrikan yang di siapkan oleh kementrian
kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kekurangan gizi
terutama di daerah rawan gizi. PMT- Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah
makanan ringan padat gizi dengan kandungan 350-400 kalori dan 10-15 gr protein.
Lama pemberian PMT- Pemulihan adalah 90 Hari Makan Anak (HMA) dan 90 hari
makan bumil (HMI).
f. Surveilens gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan secara terusn menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala
Puskesmas serta lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan.
Informasi kegiatan surveilens gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera,
perencanaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Tujuan : tersedinaya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah,
penyebab masalah, kecenderungan masalah gizi dan faktor-faktor terkait serta
menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan. Meliputi
kegiatan ;
 Pemantauan Status Gizi (PSG)
 Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium tingkat Rumah Tangga.
g. Kerjasama lintas sektor dan lintas program.
Tujuan : meningkatkan pencapaia indikator perbaikan gizi di tingkat Puskesmas.
Sasaran seksi pemberdayaan masyarakat, TP PKK, kelurahan, program KIA, Bidan,
Sanitarian, Promosi Kesehatan, perawat dll.

Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan sebagai dasar


Penyelenggaraan pelayanan gizi di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan .
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif.
4. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
6. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894/Menkes/SKB/VIII/2001 dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 335 tahun 2001 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 tahun 2013 tentang praktik tenagan gizi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tanaga Gizi


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga Gizi yang ada di Puskesmas
Manyaran
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Pelayanan kesehatan Gizi Pendidikan minimal Diampu oleh 1 orang
- Dalam gedung DIII Gizi dengan latar belakang
- Luar Gedung pendidikan DIII Gizi

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab Pelayanan Kesehatan Gizi dibagi menjadi dalam gedung
puskesmas dan pelayanan kesehatan Gizi Luar gedung. Adapun petugasnya adalah
sebagai berikut :
Kegiatan Penanggungjawab Unit terkait
Pelayanan kesehatan Gizi Kepala Puskesmas
- Dalam gedung Petugas Gizi UKP
- Luar Gedung Petugas Gizi UKM

C. Jadual Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan program gizi dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tiga bulanan/lintas
sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan program gizi dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di
break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan kegiatan
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program gizi di
koordinasikan oleh Kepala Puskesmas Manyaran
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar fasilitas ruang Gizi Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan


pelayanan gizi Puskesmas Manyaran memiliki penunjang yang harus dipenuhi
Kegiatan pelayanan kesehatan Gizi Sarana Prasana
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku Register, Buku Pencatatan Kegiatan
- Tmbangan Dewasa, dan Bayi
Dalam Gedung - Microtoice/ Pengukur tinggi badan
- Leaflet
- Alat peraga/ Foot Model
- Buku panduan : penuntun diet, pedoman
pelayanan anak gizi buruk, tata laksana
balita gizi buruk, Pedoman pelayanan gizi
pada pasien tuberkulosis
- Leaflet, Lembar balik, Materi Materi
Penyuluhan : Inisiasi Menyusui Dini,
Strategi peningkatan Penimbangan Balita
Di posyandu, Angka Kecukupan Gizi
- Tabel Antropometri
Luar Gedung - Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
Timbangan bayi
- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan
- Meja, Kursi, ATK, F 2 Gizi, F3 Gizi, dan
Blanko-blanko laporan lain
- Vit. A, Fe
- Pita Lila
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

 Puskesmas Manyaran merupakan Puskesmas Rawat Jalan yang salah satu


upaya kesehatan wajib adalah Perbaikan Gizi Masyarakat, sehingga upaya
kegiatan gizi meliputi ;
Upaya Perbaikan Gizi Kegiatan
Masyarakat
Pelayanan gizi di dalam gedung 1. Konseling Gizi meliputi.
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Pelaksanaan intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi
Pelayanan gizi di luar gedung 1. Edukasi Gizi atau pendidikan gizi meliputi.
a. Penyuluhan gizi di posyndu
b. Penyuluhan KADARZI di masyarakat
c. Penyuluhan gisi seimbang di institusi
2.Konseling ASI Eksklusif meliputi
a. Penyuluhan di posyandu dengan sasaran ibu
hamil dan ibu nifas
b. Konseling di kelas ibu hamil / ibu balita
3. Pengelolaaan Pemantauan Pertumbuhan
Pemantuan berat badan dan tinggi badan di
posyandu
4. Pengelolaan Pemberian vitamin A
a. Pendistribusian vitamin A
b. Monitoring Pemberian kapsul vitamin A di
Posyandu
5. Pengelolaan pemberian tablet tambah darah
a. Pendistribusian tablet tambah darah
b. Monitoring dan evaluasi pemberian tablet
tambah darah
6. Pengelolaan MP ASI dan PMT Pemulihan
a. Pemberian PMT pada balita gizi kurang
b. Monitoring dan evaluasi pemberian MP ASI
dengan kunjungan rumah balita
7. Surveilens gizi
a. Mengumpulkan data
1). Persentase balita gizi buruk yang mendapat
perawatan
2).Persentase balita yang ditimbang berat
badannya
3). Persentase bayi usia 0 – 6 bln mendapat ASI
Eksklusif
4). Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi
Garam beryodium
5). Persentase balita 6-59 bulan yang mendapat
Kapsul vitamin A
6). Persentase ibu hamil yang mendapat 90 tablet
FE
8. Kerjasama linsek dan linpro
a. Melaksanakan pertemuan linprog dan linsek
b. Melaksanakan refreshing kader
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Persiapan Ruangan
b. Pelayanan dengan menerima rujukan dari poli umum, poli KIA, poli Gigi oleh
petugas medis atau para medis, Pustu, Posyandu atau sarana kesehatan yang lain.
c. Melakukan tindakan yang diperlukan sesuai permasalahan yang dihadapi pasien
:
 Klinik Gizi (Pojok gizi)
 Konsultasi Gizi
 Melaksanakan program kesehatan gizi masyarakat dengan sasaran ibu
hamil,
 Ibu nifas, bayi dan balita
 Bayi baru lahir mendapatkan IMD (Inisiasi Menyusui Dini ) dan dengan
 Promosi, motivasi ASI Eklusif
 Pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil
 Pengukuran Kingkar Lengan atas (LILA) ibu hamil
 Pemberian kapsul VIT A untuk bayi, Balita dan Bufas
 Perawatan Gizi buruk yang ditemukan.

2. Kegiatan di luar gedung


a. Persiapan
Penjadwalan Kegiatan
Penjadwalan kegiatan penyuluhan, pembinaan kader kesehatan

b. Pelaksanaan :
 Pelayanan Gizi Balita, Bumil, Bufas, PUS ( Sasaran Posyandu ) berupa :
 Promosi dan motivasi ASI Eklusif
 Pemantauan pemberian Kapsul Vitamin A
 Penyuluhan, Pemantauan Status Gizi dan konsultasi gizi
 Pemetaan Kadarsi
 Monitoring Garam beryodium
 Penyuluhan kelompok di posyandu
 Penyuluhan makanan Pendamping ASI pada usia 6-24 bln dan penyuluhan
pola makan yan benar pada anak balita terutama yang bermasalah ( Gizi
kurang atau gizi lebih )
 Pemberian PMT Pemulihan Bagi prioritas Gizi buruk/kurang dari keluarga
Miskin (Gakin)
 Pemantaun pemberian Tablet tambah darah (TTD) pada Bumil dan Bufas
 Pemberian PMT pemulihan Bumil KEK dari Keluarga Miskin (Gakin)
 Pelacakan kasus gizi buruk

B. METODE
Merupakan cara bagaimana pelaksanaan upaya perbaikan gizi masyarakat
dilakukan di Puskesmas Manyaran, yaitu ;
1. Pendekatan secara individu dengan strategi advokasi
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para pejabat pembuat keputusan
atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dilaksanakan
tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan kebijakan atau keputusan
dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat pembuat keputusan dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain.

2. Pendekatan secara kelompok dengan


a. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat)
yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar para tokoh
masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Strategi ini
dapat dikatanan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh masyarakat, seminar,
lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.
b. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan
utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan
pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam
bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan
kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam
pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos obat
desa, dan sebagainya.
C. LANGKAH-LANGKAH
1. Perencanaan
a. Pengkajian data
1) Pengkajian masalah gizi yang ada di wilayah Puskesmas Manyaran
melalui
2) kajian lintas program
3) Pengkajian masalah gizi yang terjadi dalam lingkup kesehatan
masyarakat
4) dalam kebijakan pemerintah.
5) Loka karya mini dengan lintas program dan lintas sektor
6) Pengkajian Permasalahan gizi yang terjadi dalam SMD dan MMD
ditingkat
7) masyarakat.
b. Penyusunan RUK
Dilaksanakan dengan memperhatikan :
1) Bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah ada pada
periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih
bermasalah
2) Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan di wilayah Puskesmas Manyaran dan kemampuan
puskesmas.
c. Penyusunan RPK
Merupakan penetapan rincian rencana pelaksanaan kegiatan Perbaikan Gizi
Masyarakat berdasarkan RUK
2. Pelaksanaan
Melaksanaan kegiatan perbaikan gizi masyarakat sesuai dengan jadwal yang
telah disusun bersama dan melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan.
3. Pemantauan / monitoring
a. Pencatatan dan pelaporan
Pencatanan dan pelaporan untuk mendokumentasikan pelayanan gizi
masyarakat menggunakan instrumen :
1. Buku register pasien
2. Rekap jumlah pasien yang mendapat konseling
3. Dokumentasi asuhan gizi
4. F3/Gizi
5. Pelaporan ASI Eksklusif.
6. Pelaporan vitamin A, TTD
7. Pelaporan balita gizi buruk
b. Monitoting dan evaluasi kegiatan
Kegiatan yang dimonitoring adalah kegiatan perbaikan gizi masyarakat baik
di dalam maupun di luar gedung, meliputi ;
1. Peningkatan status gizi
2. Cakupan balok SKDN posyandu
3. Cakupan SPM (Standar Pelayanan Minimal)
4. Kepuasan pelanggan
4. Penilaian dan evaluasi
Merupakan kegiatan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan upaya
perbaikan gizi masyarakat mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan
kegiatan.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan gizi
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan kegiatan
- Leaflet
- Buku panduan
- Komputer
- Alat antropometri
- Rekammedik
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
- Iodina test
- Materi penyuluhan
- Lila, Mikrotoice
- Leaflet
- Form Kadarzi
- Form Pelacakan Gizi buruk
- Form pemeriksaan garam
- Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator upaya kegiatan gizi
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator upaya
kesehatan gizi berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan
mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of
Action ).
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang
terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus
diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan
menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam mengelola
keselamatan sasaran antara lain :
 Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan, kemungkinan terjadi
resiko terdapat dalam keamanan pangan dan kondisi lingkungan.
2 Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin
terjadi.Analisa resiko pada kegiatan gizi antara lain:
 Cara mengolah dan pemilihan bahan PMT yang salah bias menimbulkan
keracunan.
 Garam yang sudah di tetesi dengan iodina test bias menyebabkan keracunan.
 Kesalahan pemberian dosis Vit A
 Situasi yang tidak kondusif pada saat konseling.
3 Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
Upaya pencegahan pada saat pelaksanaan kegiatan, antara lain
1. Pada saat pemberian PMT kepada ibu hamil maupun Balita gizi buruk harus
diperhatikan jenis makanan dan pengelolahan bahan makanan yang akan diberikan
kepada sasaran sehingga keamanan pangan dapat terjaga.
2. Pada saat pemeriksaan garam beriodium, sasaran di informasikan untuk membawa
garam yang sudah ditetes dengan iodine tes .
3. Pada saat pemberian kapsul vitamian A, hendaknya kader sudah diberikan edukasi
tentang perbedaan usia dan dosis pemberian kapsulvit A.
4. Pada saat pemberian konseling gizi hendaknya dilakukan di tempat yang nyaman
sehingga terjalin interaksi yang baik antara petugas gizi dengan sasaran.

Upaya Identifikasi Resiko Pencegahan Resiko

Konseling Tidak nyaman Ruang sesuai standart


- Ventilasi minimal 10 %
dari luas lantai
- Ukuran pintu 1,2 meter
- Pencahayaan 100 Lux

Cara Pengolahan salah Keracunan Pemilihan bahan yg benar


Pemberian petunjuk yg jelas
Pengawasan pengolahan

Cara Pemberian vitamin A Salah dosis Mencocokan usia anak dengan


dosis sblm diberikan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil
kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan
serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas
pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan
fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas
kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk
itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi
dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
kondisi tubuh yang sehat.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program upayakesehatan gizi
perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakanantara lain :

1. Penggunaan masker pada saat konseling ( khusus pada pasien dengan penyakit
menular)
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga
agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator perbaikangizimasyarakat
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan upayakesehatangizi ini dibuat untuk memberikan petunjuk


dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan di Manyaran, penyusunan pedoman disesuaikan
dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi
yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan,
kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada
hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan gizi di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan
dari kebijakan yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai