Alhamdulillah , atas pertolongan Allah SWT buku yang kami beri judul ―
Membangun Ruang Nalar Mahasiswa Muslim Indonesia : Ruang-Ruang
Pemikiran Keluarga Alumni KAMMI Bengkulu‖ dapat terbit dan hadir di ruang
baca saudara semua dengan segala lika-liku tantangan dan hambatan yang
menyertainya.
Berbicara tentang gerakan mahasiswa, tentunya tidak mungkin
meminggirkan pembicaraan mengenai Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia. Gerakan mahasiswa yang lahir dari rahim reformasi ini usianya
memang lebih muda dari pada gerakan mahasiswa lainnya seperti Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI),
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) maupun Pelajar Islam Indonesia (PII) yang sudah malang
melintang terlebih dahulu dalam percaturan gerakan mahasiswa.
Era 1998 adalah era dimana KAMMI lahir dan segera naik panggung
pergerakan. Tak salah jika Fahri Hamzah menyatakan bahwa dalam peta gerakan
era 1998, salah satu komponen terbesar organisasi mahasiswa adalah KAMMI.
Beliau dengan mengenang sejarah pada masa itu menyatakan bahwa KAMMI
adalah organisasi kemahasiswaan yang demonstrasinya paling besar ditengah
larangan terhadap mahasiswa untuk berdemonstrasi1.
KAMMI menegaskan dirinya pengawal cita-cita reformasi dengan
tuntutan-tuntutan mahasiswa pada masa itu yang terekspresikan dalam empat
tuntutan Rakyat (Pantura). Tuntutan itu disampaikan melalui aksi berskala
nasional di lapangan kampus Fakultas Kedokteran UI bekerjasma dengan forum
Salemba2. Tuntutan itu antara lain pertama, Pengadilan Soeharto dan Kroninya,
kedua, cabut Azas Tunggal Pancasila, Ketiga hapus dwi fungsi ABRI dan yang
keempat adalah percepat PEMILU yang LUBER dan JURDIL.
1
Hal ini disampaikan oleh Fahri Hamzah dalam kata sambutannya untuk buku Andi Rahmat dan
Muhammad Najib yang berjudul Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus. Buku ini istimewa
karena ditulis oleh para pelaku sejarah dan merupakan salah satu buku rujukan utama untuk
mengenal dan meneliti sejarah KAMMI selain buku Mahfuz Sidiq berjudul ‖KAMMI dan
pergulatan Reformasi. Sebagai catatan bahwa Fahri Hamzah merupakan Ketua Umum KAMMI
saat masa perintisan.
2
Rahmat dan Najib, 2007 : 120
3
Namun tentunya KAMMI tidak hendak terjebak dalam nostalgia masa lalu
sehingga melupakan relevansi gerakan Mahasiswa masa kini. KAMMI pun
akhirnya meluncurkan jargon Muslim Negarawan yang diartikan proses seorang
kader menuju pimpinan puncak dengan penguasaan yang sempurna dalam setiap
level kepemimpinan3. Jalan ini yang diambil oleh KAMMI dan semakin
menegaskan dirinya sebagai organisasi Mahasiswa berbasis pengkaderan, bukan
organisasi massa yang mengambang.
Fadli Zon (1999)4 mewanti-wanti gerakan mahasiswa yang membangun
gerakan baru pasca Orde baru. Beliau menyebutnya sebagai sikap pesmisme
terhadap kemungkinan terbangunnya sebuah kekuatan baru mahasiswa. Sikap-
sikap tersebut antara lain : pertama, aksi-aksi mahasiswa ditakutkan sebagai
sebuah bentuk ― gagah-gagahan‖ belaka namun nir substansi kedua, aksi-aksi
mahasiswa kurang dibekali dengan landasan konsepsional yang matang serta peta
politik ekonomi yang akurat ketiga, aksi-aksi lebih banyak mengandalkan liputan
media massa ketimbang berdiri otonom. Keempat, aksi-aksi bersifat sporadis,
reaktif dan temporer serta tidak membangun isu dari bawah. Kelima, kebanyakan
mahasiswa masih asing dari persoalan bangsa mereka sendiri malah cenderung
abai. Keenam, gerakan mahasiswa yang terpecah kedalam beberapa faksi dengan
isu isu yang berbeda dan ketujuh gerakan mahasiswa tidak berperan dan tidak
kritis terhadap ketidakadilan.
Mau tidak mau apa yang dikhawatirkan oleh Fadli Zon sepuluh tahun yang
lalu cukup relevan bagi dunia mahasiswa pasca Reformasi. Aksi-aksi yang dihelat
oleh Mahasiswa khususnya di Bengkulu lebih bersifat mengikuti arus pemberitaan
media tidak memahami akar persoalan dan tidak bergerak dari akar rumput atau
masyarakat. Mahasiswa seolah hilang daya kritisnya untuk menyuarakan
ketidakadilan yang terjadi. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai kontra
dengan kesejahteraan, keadaban dan keadilan seolah lolos dari filter gerakan
mahasiswa. Mahasiswa pun kehilangan konsep gerakan mau kemana dan hendak
3
Mengenai konsep Muslim negarawan silahkan merujuk buku Taufiq Amrullah berjudul KAMMI
menuju Muslim Negarawan, Meretas Kebangkitan Ondonesia.
4
Dalam Fahruz Zaman Fadhly. 1999. Mahasiswa Menggugat : Potret Gerakan Mhasiswa
Indonesia 1998
4
akhirnya sadar, bahwa masing-masing orang memiliki gaya bahasa sendiri yang
menjadi ciri khas. Hanya saja beberapa tulisan judulnya terpaksa kami ubah agar
lebih cocok dengan isi tulisannya. Kritik, harapan, cetusan pemikiran dan ide akan
pembaca temukan dalam tulisan ini yang menjadi representasi betapa pluralnya
pandangan KAKAMMI dibandingkan dulu saat mereka mejadi kader KAMMI.
Pandangan yang beragam yang dimiliki oleh KAKAMMI ini tentu saja patut
untuk diapresiasi dan sangat layak untuk dibaca oleh kader KAMMI maupun
publik yang lebih luas.
Sebagai catatan beberapa tulisan dalam bunga rampai ini setidaknya
pernah dipublikasikan dalam blog pribadi maupun di media sosial dan beberapa
lainnya di media online. Mereka mengirimkan kepada penyunting dengan tetap
melampirkan sumber dimana tulisan mereka pernah dipublikasikan.
Akhirul kalam, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua dan kami
mohon maaf jika ada pihak-pihak yang merasa kurang berkenan atas hadirnya
kumpulan tulisan ini. Karena itu tegur sapa maupun kritik membangun tentunya
kami terima dengan tangan terbuka. Diharapkan tulisan –tulisan ini menjadi
pemantik diskusi ilmiah dan renungan bagi kita semua seputar Keislaman,
Keindonesiaan dan Ke – KAMMI-an.
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata sambutan
Kata Sambutan
Pengantar Penyunting
Daftar Isi
7
BAGIAN 1
Pendahuluan
Islam hadir ke muka bumi 14 abad yang lalu dengan visi yang menembus
sekat-sekat waktu dan tidak bersifat fragmentaris. Dalam arti Islam sebagai
sebuah ajaran yang menurut Al-qur‘an adalah penutup dan penyempurna agama-
agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu memiliki dua dimensi. Pertama
dimensi waktu dimana ajarannya akan terus bertahan hingga hari kiamat. Kedua
dimensi ruang lingkup ajarannya yang tidak hanya mengajarkan hal-hal yang
berkaitan dengan kebahagiaan hidup di dunia namun juga mengajarkan
bagaimana umatnya mengejar kebahagiaan hidup di dunia. Maka sebenarnya
makna kata ―Al islam‖ memiliki makna yang lebih luas dari kata ―ad-din‖
(Agama)5.
Melintasi masa, Islam muncul tidak hanya sebagai sebuah agama namun
juga sebuah ideologi yang menjadi kekuatan pembentuk peradaban dan
memainkan peran besarnya selama berabad-abad dengan daya jangkau dan daya
tempuh yang luar biasa. Kelenturan Islam dalam menerima unsur-unsur
peradaban daerah yang dilintasinya menjadikan peradaban Islam menjadi
peradaban yang khas yang tidak hanya memberikan ruang terhadap anasir-anasir
muslim namun juga menerima dengan bijak serta memberikan ruang terhadap
agama-agama samawi lainnya seperti Yahudi dan Kristen6. Hal ini berkebalikan
dengan apa yang digambarkan oleh Arnold Toynbee tentang bagaimana Islam
tegak melalui perampokan, pembunuhan dan perbudakan. Sebaliknya umat
5
Yusuf Al-Qordhowi membahas hal ini secara panjang lebar. ―ad-din‖ memiliki banyak makna
yang antara lain adalah ―Balasan‖, ―ketaatan‖ ataupun dasar-dasar dan keyakinan – keyakinan
agama yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat walaupun keyakinan itu sesat. Sampai di sini
kata ―ad-diin‖ disimpulkan secara umum yang memiliki arti agama yang dipeluk dan diyakini oleh
umat manusia benar ataupun salah, hak ataupun batil. Sedang kan al- islam menyangkut agama
dan dunia, akidah dan syariah, ibadah dan muamalah, dakwah dan negara serta akhlak dan
kekuatan. Lihat Yusuf Al-Qordhowi, meluruskan dikotomi agama dan politik, 2008 hal 13-18
6
Salah satu contohnya dapat dilihat dari segi sains. Ada ahli yang menamakan sains muslim
namun istilah ini juga kurang tepat karena bukan hanya ilmuwan Muslim yang ikut terlibat. Ada
juga yang menamakannya sains arab namun istilah ini juga kurang tepat karena unsur-unsurnya
banyak pula dari daerah persia dan daerah lainnya. Ada pula yang menamakannya sains Islam. Hal
ini walaupun dirasa kurang tepat namun penggunaan istilah inilah yang paling banyak dipilih para
ahli Lih. Ehsan Massod (2009) dan Richard Convington (2007)
9
muslim pada masa itu dianggap oleh philip K. Hitti sebagai orang –orang yang
sangat haus akan peradaban dan ilmu pengetahuan7
Hampir satu milenium Islam berada di puncak kejayaannya dengan luas
wilayah yang terbentang dari andalusia hingga ke Asia Tenggara, pada gilirannya
cahaya tersebut mulai meredup. Masa-masa kebangkitan peradaban Eropa
memberikan pesan tersirat akan kemunduran perlahan-lahan kaum muslimin
dalam percaturan dunia. Tak butuh waktu lama Islam mulai terdepak dari
Spanyol dengan adanya Reconquista. Negeri – negeri Islam yang telah terpecah
belah jatuh ke bawah sepatu lars kolonialisme dan imperialisme negeri – negeri
Eropa setelah sebelumnya Eropa harus gigit jari karena perang salib yang
dipropagandakan tidak sesuai dengan keringinan mereka. Perkembangan Eropa
tidak hanya melahirkan sebuah penemuan-penemuan yang terkait erat dengan
industrialisasi. Era industrialisasi dengan ditandai oleh James Watt yang
menemukan mesin uap dan untuk kemudian merombak struktur yang ada dalam
masyarakat Eropa. Revolusi Industri tidak hanya terkait erat dengan
berkembangnya tekhnologi dalam mempermudah kerja-kerja manusia, namun
imbasnya juga dirasakan dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
cara pandang masyarakat Eropa terhadap diri mereka sendiri dan orang-orang
yang ada di luar mereka. Masa ini adalah masa berkembangnya ideologi –
ideologi besar dunia, walaupun sebenarnya ada pula ideologi – ideologi besar
tersebut yang telah lahir jauh sebelumnya, namun pada masa ini kembali digali
dan kembali ditegakkan oleh Eropa yang masing-masing ideologi ini berperan
besar dalam menentukan jalan dan arahnya laju dunia pada beberapa dasawarsa
kemudian.
Lalu pertanyaan yang patut diajukan adalah dimana letak Islam dan apa
perannya ? Benarkah Islam meminjam pendapat Muhammad Assad berada dalam
persimpangan jalan8 ? ataukah Islam yang saat itu hingga saat ini terpuruk dan
tersungkur tanpa ampun dari arus peradaban mampu bangkit kembali dan
memainkan peran-perannya seperti di masa lalu ? Lalu pertanyaan menggelitik
7
Lihat, Arnold Toynbee, Mankind and Mother Earth, 2007 hal 484 serta Philip K. Hitti, History of
Arabs (2007)
8
Lihat, Muhammad Assad, islam di Simpang Jalan, 2015
10
dari Graham E Fuller patut pula kita telaah ― Apa jadinya dunia tanpa islam 9 ?‖.
Jika Islam sebagai ideologi di tengah-tengah ideologi dalam kontestasi peradaban
dunia, benarkah akan terjadi benturan peradaban yang dengan secara yakin
diprediksi (rekayasa?) oleh samuel Huntington antara masing-masing ideologi
dunia hingga keluar satu pemenang tunggal sebagaimana pula diyakini oleh
Fukuyama dan Bernard Lewis ?
9
Lihat, Graham E Fuller, Apa Jadinya dunia tanpa Islam, 2014
10
Ayat itu berbunyi : ― Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan
kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah‖
11
Hal ini terjadi pada Fir‘aun Amenhotep IV yang mencetuskan penyembahan monoteis dan
meninggalkan para pendeta-pendeta Amon-Ra yang politeis. Amenhotep IV gagal mereformasi
kepercayaan bangsa mesir, malah ia sendiri yang akhirnya disingkirkan dari kursi kerajaan oleh
kaum agamawan.
11
titisan Tuhan yang menjadi raja berakhir pada masa ini di dunia Eropa. Namun
kepercayaan ini belum hilang di dunia-dunia timur seperti di Asia Timur maupun
Asia Tenggara.
Namun, setelah Martin Luther dengan berani menentang gereja dan
menabuh genderang protestanisme yang membelah Eropa menjadi dua agama
yang sama-sama Kristen, mulailah lembaga Kepausan yang dahulunya tak pernah
disanggah menjadi sasaran kritik orang-orang Protestan. Perang pun tak bisa
dihindarkan apalagi para raja katholik dan protestan saling berperang demi
kepentingan perluasan wilayah atas nama agama mereka masing-masing.
Muncullah ajaran Anglican di Inggris dan Calvinis di Jenewa dan gerakan
protestanisme menyebar ke Jerman, Belanda dan sekitarnya.
Revolusi perancis mungkin bisa dikatakan sebagai titi picu ledak
sekulerisme. Berangkat dari ketidak puasan terhadap raja yang absolut, Louis
XVI, rakyat Perancis dan para ilmuwan bergerak. Raja di makzulkan dan harus
berakhir di Guillotine. Maka mulailah masa pemerintahan perancis yang dimulai
pada tahun 1789 dengan corak sekuler yang memisahkan agama dan negara. Dari
perancis mulailah sekulerisme menyebar ke seluruh Benua Eropa melalui
pemikiran-pemikiran tokoh-tokohnya seperti John Locke dan Montesquie
termasuk ke negeri – negeri Islam yang pada masa itu berada dalam penjajahan
bangsa-bangsa Eropa12.
Jika revolusi perancis berhasil menjadi titik tonggak ajaran sekulerisme
modern, maka revolusi Industri memiliki dampak yang sangat besar bagi dunia.
Ia tidak hanya melahirkan kapitalisme sebagai sebuah ideologi tapi juga
melahirkan anti tesis dari kapitalisme yaitu sosialisme yang kemudian menjelma
menjadi komunisme. Ada perdebatan yang menarik tentang perkembangan
kapitalisme di eropa apakah etika protestan mendahului kapitalisme atau
sebaliknya. Max weber dalam karyanya yang fenomenal ― Etika Protestan dan
Spirit kapitalisme‖ berpendapat bahwa etika-etika di dalam ajaran protestanlah
yang mendahului tumbuhnya kapitalisme di eropa. Sedangkan kaum Marxis
berpendapat bahwa Etrika protestan dibentuk dari hasil kapitalisme13. Menururt
12
Mengenai detil revolusi perancis dan sejarah perancis dapat dibaca dalam Jean carpentier dan
Francois Lebrun, Sejarah Perancis : dari zaman pra- sejarah hingga akhir abad ke 20, 2011.
13
Asghar Ali Engineer, Islam dan teologi Pembebasan, 2009 hal 123
12
Weber, dalam ajaran protestan (dalam hal ini Calvinis) kesalehan pribadi dengan
memenuhi etika-etika seperti kedisiplinan, ketaatan, kerajinan dan kerja keras
akan mendatangkan berkah Tuhan dan menjadikan ia orang yang terpilih oleh
Tuhan. Selain itu calvinis menolak dengan keras pencampur adukan antara
masalah-masalah negara dengan persoalan agama.
Anthony Giddens dalam pengantarnya di buku Weber nmenyatakan
bahwa sebenarnya kapitalisme dalam bentuk operasi-operasi perdagangan sudah
ada dalam masyarakat terdahulu misalnya di Cina, India, babylon dan Mesir kuno
namun hanya di baratlah aktifitas kapitalisme di asosiasikan dengan organisasi
rasional buruh yang secara formal merdeka14. Perusahaan kapitalis rasional
merujuk pada dua hal, tenaga kerja yang didisiplinkan dan investasi kapital yang
diregulasi. Hal ini sangat kontras dengan tipe-tipe aktivitas ekonomi tradisional.
Perusahaan – perusahaan kapitalis sebenarnya telah muncul pada awal
abad ke 17 seperti VOC (serikat dagang Belanda) dan EIC (serikat dagang
Inggris) yang memiliki kekuasaan penuh mewakili bangsanya di tanah jajahan.
VOC contohnya memiliki hak-hak istimewa seperti mencetak mata uang sendiri,
melakukan perjanjian-perjanjian hingga turut serta ikut campur dalam percaturan
politik kerajaan-kerajaan di Nusantara kaum pemilik modal inilah yang hingga
saat ini memegang peranan penting sebagai ―the invisible hand‖. Jika dulu kaum
kapitalis hanya disematkan pada Amerika dan negara-negara Eropa, saat ini
kapitalisme menjalar pula ke Asia dengan munculnya negara-negara kapitalis
baru seperti Cina, jepang dan Korea. Perdagangan bebas adalah desakan yang
saat ini dikumandangkan oleh kaum kapitalis dan seakan kita tak bisa
menghindari hal tersebut karena dunia saat ini seolah dilipat sehingga jarak
makin dekat.
Di satu kutub terdapat kaum kapitalis pemilik modal di kutub yang
berlawanan terdapat kaum buruh yang termarginalkan. Buruh yang
merepresentasikan kaum proletar bagi Marxian adalah sebuah tenaga kejut yang
apabila disatukan akan menghasilkan kekuatan dalam menumbangkan
kapitalisme yang berdosa dengan menyebabkan kesengsaraan dan penderitaan.
Adalah Karl Marx seorang pemikir yang menggulirkan teori – teori Marxisme.
14
Max Weber , etika Protestan dan spirit Kapitalisme 2006 hal XXXV
13
15
Franz Magniz suseno, Pemikiran Karl Marx, 2005 hal 49
14
Memposisikan Islam
Banyak para tokoh yang menulis kesesuaian antara ajaran Islam dengan
sosialisme. Sebutlah nama seperti Haji Misbah, Ali Asghar Engineer dengan ide
teologi pembebasannya, ataupun Sukarno dengan ide Nasakomnya. Ada pula
yang mencoba membedah kesesuaian Islam dengan Kapitalisme seperti yang
dilakukan oleh Sukidi dan Robert W Hefner yang menuliskan keserupaan
gerakan Muhammadiyah dengan etika Protestannya Weber. Jadi dimana fungsi
Islam sebenarnya ? apakah hanya sebagai alat legitimasi bahwa Komunisme
benar karena sesuai dengan Islam sehingga muncul gerakan yang menamakan
dirinya kiri Islam dan hanya mengkaji ajaran islam yang berpihak pada rakyat
miskin namun tidak mengkaji bahwa Islam juga mengajarkan tentang hak milik.
Atau sebagai alat legitimasi kapitalisme dengan dalih bahwa Rasulullah adalah
pedagang dan banyak di antara sahabat Nabi yang dijamin masuk surga adalah
saudagar. Sampai- sampai muncul bisnis-bisnis khas kaum kapitalis dengan nama
syariah. Baju syariah, bank syariah hingga istilah-istilah yang terkadang jika
dicerna logika masuk dalam kategori ―Contradictio in terminis‖. Bank erat
kaitannya dengan bunga sedangkan syariah mengharamkan bunga lalu dimana
letak kesesuaiannya ?
Jika kita meletakkan Islam hanya sebagai alat legitimasi maka cukuplah
kata-kata Ki Bagus Hadikusumo ― Jika pancasila sama dengan islam mengapa
kita tidak cukup dengan Islam saja‖. Dalam arti jika komunisme dan kapitalisme
sama dengan islam mengapa tidak cukup Islam saja yang kita pedomani ?.
ataukah kita termasuk dalam kaum yang disindir oleh Rasulullah 14 abad silam
sebagai kaum yang masuk lobang biawak bersama-sama dengan ahlul kitab
karena mengikuti jejak-jejak mereka ? ini sebuah renungan bagi kita bersama.
Era perang dingin memetakan dua kubu yang saling berhadapan. Negara
kapitalis yang diwakili oleh amerika Serikat dan negara komunis yang diwakili
oleh Uni soviet. Diibaratkan dua negara ini adalah dua orang pemain catur
sedangkan posisi umat muslim di negara-negara mereka pada waktu itu hanya
15
sebagi bidak-bidak catur belaka. Gerakan non-blok yang digagas oleh negara
Asia-Afrika pada masa itu mungkin sekedar Euphoria dimana pada akhirnya
mereka tetap disuguhkan atas dua pilihan Ameria atau soviet? Sikap Bung Karno
sang penggagas KAA ssendiri pun akhirnya jelas lebih memilih dekat dengan
Soviet daripada Amerika.
Pasca berakhirnya perang dingin yang memunculkan seorang pemenang
tunggal yaitu Amerika dan sekutunya, Amerika mulai bertindak sebagai polisi
dunia. Fukuyama merasa yakin bahwa ini adalah akhir dari sejarah dimana
liberalisme dan kapitalisme muncul sebagai pemenang. Namun sebagai seorang
pemenang, Amerika tidak ingin disaingi dan berusaha meredam berbagai macam
kekuatan yang mampu menjadi potensi pesaingnya di masa depan. Hal ini dapat
dilihar dari bukunya Samuel P Huntington yang berjudul ― The Clash of
Civilization‖ dimana ia memetakan kekuatan-kekuatan dunia dan
memperediksikan bahwa benturan antar peradaban tersebut adalah sebuah
keniscayaan dan salah satu kekuatan yang ditelisik oleh Huntington adalah Islam.
Ikut campurnya Amerika dalam politik domestik negeri – negeri Muslim
setidaknya mencoba untuk mewujudkan hal ini. Karena demokrasi dan
liberalisme sebagai bentuk final, maka Amerika memaksakan kehendak agar
negeri – negeri muslim pun harus menjadi seperti Amerika. Namun ini
mhanyalah lips service tujuan sebenarnya adalah satu pemerintahan di bawah satu
komando. Terbukti ketika Hamas menang secara demokratis, malah Amerika
sendiri yang menciderai apa yang mereka propagandakan selama ini.
Di sisi lain tokoh – tokoh Islam sendiri pun terpecah menjadi beberapa
kelompok. Ada yang setuju dengan model negara sekuler barat, ada yang
menolak dan ingin kembali pada zaman kekhalifahan dan ada pula yang mencoba
mencari bentuk baru dimana perangkat-perangkat negara modern diterima tetapi
substansi dari negara adalah ajaran Islam. Hal inilah yang coba dilakukan oleh
Muhammad Abduh. Lalu bagaimana menyisiati ketertinggalan Islam ?
Kuntowijoyo memiliki pandangan yang menarik. Ia menyimpulkan bahwa
perlu adanya usaha untuk menarik Islam dari ranah ideologi menjadi sebuah ide
melalui reformasi sistemik16 untuk selanjutnya ditarik menjadi sebuah teori.
16
Lih. Kuntowijoyo, Dinamika sejarah Umat Islam, 1994 hal 3
16
Sebagai contoh adalah ayat seandainya penduduk nehgeri beriman dan bertakwa
kepada Allah niscaya Allah akan membuka pintu – pintu berkahnya. Ayat
tersebut adalah grand theory (teori besar) yang masih perlu diterjemahkan ke
dalam middle Theory (teori menengah) yang operasional yaitu bagiamna
menerjemahkan konsekuensi – konsekuensi dari konsep keberimanan dan
ketaqwaan bisa memungkinkan terbukanya rizki. Jika kita menafsirkan secara
utopis mistis ayat itu dipahami secara harfiah, jika kita memahami dalam
kerangka ideologis saja maka kita akan berusaha agar semua orang beriman saja
itu sudah cukup namun jika kita menariknya menjadi sebuah ide bahwa antara
beriman dan bertakwa hingga terbukanya pintu langit dan bumi itu ada middle
rangenya17
Kita perlu untuk mengaplikasikan Islam ke dalam ranah-ranah realistis
sesuai dengan kebutuhan zaman dan hal inilah yang dilakukan Kiai Dahlan dan
Hasan Al Bana. Mereka tidak pernah berhenti di Fatwa ini benar dan ini salah.
Namun mereka mencoba memahami apa akar dari permasalahan yang melekat
pada umat. Ketika menemukan kemiskinan maka gerakan filantropi yang dibuat.
Ketika umat bodoh, maka mendirikan sekolah sesuai dengan tujuannya mereka
lakukan, ketika anak yatim banyak tidak mendapatkan perlindungan pantilah
yang mereka buat.
Sesungguhnya jika kita mampu mengelaborasi ajaran – ajaran Islam yang
tercantum dalam Al-qur‘an dan as-sunnah maka Islam akan keluar sebagai
problem solver dari permasalahan yang tidak bisa dipecahkan oleh kapitalisme
dan komunisme. Sayangnya ketika kita membahas riba, kita masih asyik
mansyuk menelaah fiqh riba tapi belum secara serius berfikir dan menciptakan
teori bagaimana umat bisa selamat dari riba. Umat Islam hanya mampu berhenti
pada tataran syariah yang serba larangan, padahal Islam tidak hanya sebatas
hukum halal haram belaka namun memberikan solusi atas permasalahan yang
mendera umat ini. Bukankah ajaran Islam adalah agama yang rahmatan lil‘alamin
?
Wallahu’alam bishawab
17
Ibid, hal 7
17
sekarang bukanlah milik UNIB tetapi merupakan asset YAMP yang terletak di
kawasan UNIB, maka secara politik anggaran dan rencana strategis UNIB tidak
menganggap bahwa masjid kampus merupakan prioritas pembangunan. Arah
perkembangan pembangunan fisik UNIB itu mengarah ke arah timur atau lebih
dikenal ―UNIB Belakang‖ sehingga secara otomatis keberadaan DU sebagai
masjid kampus dengan sendirinya akan ditinggalkan. Sekali lagi merupakan
kerugian besar dari sisi geostrategi atau dengan kata lain DU dengan sengaja
dimarginalkan. Posisi bangunan DU saat ini berada di sudut tanah ―UNIB
Depan‖ yang berbatasan langsung dengan PUSKESMAS, perumahan warga,
tanah masayrakat, dan areal rawa yang kadang-kadang ditanami sawah oleh
mahasiswa pertanian. Letak DU yang berada di sudut dan di areal yang sangat
sempit tidak memungkinkan lagi dikembangkan secara fisik.
Bila kita perhatikan pegawai rektorat, pegawai dekanat, dan pegawai UPT
yang dekat kea rah DU tidak diarahkan untuk memakmurkan masjid.ktor Pihak
rektorat mengadakan sholat berjamaah di HALL REKTORAT, begitu juga
pegawai dekanat lebih memilih sholat di ruang sempit yang disulap jadi tempat
sholat, begitu juga pegawai UPT, bahkan mereka sholat di ruang kerja masing-
masing. Alasan klasik yang kita dengar mengapa tidak sholat di DU adalah jarak
yang jauh dari rektorat padahal pegawai rektorat, dekanat, dan pegawai UPT
memiliki kendaraan transportasi masing-maing. Bila hanya menunggu kesadaran
masing-masing individu untuk memakmurkan masjid (ambil saja dua indikator :
sholat berjamaah dan menghadiri kajian) tanpa ada sentuhan kebijakan dari
pimpinan kampus sama saja dengan kita berharap ―sisik pada ikan lele‖.
Belum lagi saat penulis masih aktif kuliah sekitar tahun 2008 sampai tahun
2012 kondisi atap genteng DU banyak yang bocor serta plafonnya sudah banyak
yang lapuk ditetesi air hujan . Cat masjid yang tak pernah diperbaharui, teralis
masjid yang sudah berkarat, pagar masjid yang sudah usang dan berkarat. Pada
tahun 2015 sudah ada pembaharuan, dilakukan perbaikan atap, masjid di cat
ulang, plafon masjid diganti, kamar mandi dan tempat wudhu sudah diperbaharui,
persediaan air sudah cukup memadai. Kendala utama dalam merenovasi masjid
21
DU ini terletak pada dana yang terbatas, apalagi hanya mengandalkan infak
jamaah masjid. Secara legal formal masjid DU merupakan asset milik YAMP tapi
secara operasional YAMP tidak ikut terlibat dalam pengelolaan masjid apalagi
dalam hal pendanaan masjid. Apalagi setelah tumbangnya rezim orde baru
keberadaan YAMP Bengkulu bagai hilang ditelan bumi.
Status ini pula yang membuat pihak kampus khususnya rektorat tidak bisa
memeberikan bantuan dana untuk merenovasi dan merehabilitasi DU sebagai
satu-satunya masjid yang ada di dalam areal kampus UNIB. Memang ada ujar-
ujar orangtua kita ― kalau ndak seribu akal, kalau idak ndak seribu alasan.‖ Terkait
masalah ini saya dan beberapa teman mahasiswa pernah berdialog dengan
pemangku kebijakan di UNIB terkait dua asset di kampus yang bukan milik
kampus yaitu masjid DU dan venue panjat tebing yang kedua-duanya berlokasi di
UNIB depan. Setelah memaparkan kondisi masjid DU dn venue panjat tebing
sesuai pengetahuan yang ada pada kami maka kami menerima jawaban normatif.
Masjid DU bukan milik UNIB, masjid itu milik YAMP maka harus mereka yang
merenovasi, begitu juga venue panjat tebing itu milik PENGDA Persatuan Panjat
Tebing. Persoalan sepele semacam ini harusnya bisa dengan cepat diselesaikan,
pihak kampus tinggal panggil pihak YAMP lalu diskusikan atau minta pihak
YAMP menghibahkan bangunan masjid kepada pihak kampus, lalu bangun
masjid sesuai kebutuhan jamaah baik secara fisik dan non-fisik. Walhasil sampai
sekarang terkatung-katunglah nasib masjid DU antara milik YAMP tau milik
UNIB. Baik pihak YAMP maupun pihak UNIB sama-sama tidak memperhatikan
masjid DU sebagaimana mestinya perhatian terhadap masjid kampus. Dalam
keadaan seperti itulah pengurus/takmir masjid bersama LDK/UKM Kerohanian
UNIB masih berjuang dan membangun dan memakmurkan masjid DU. Sungguh
suatu tuduhan yang sangat keji menuduh LDK yag menjadi penyebab keruntuhan
masjid DU. Kata Bang Haji Rhoma Irama ―Sungguh terlalu‖ Bila pihak kampus
mau belajar dengan kampus-kampus lain di Indonesia maka akan tampaklah
bahwa sungguh UNIB jauh sekali tertinggal dalam hal pembangunan dan
pengelolaan masjid kampus. Tidak perlu dibandingkan dengan kampus di pulau
Jawa, dengan kampus di Sumatera saja tampakalah nyata bahwa UNIB sangat
jauh ketinggalan.
22
Sebagai alumni UNIB saya sudah menjelaskan kondisi internal UNIB dan
sikap UNIB terhadap DU. Sebagai alumni KAMMI saya juga tergelitik untuk
mengkritisi jurnal ini karena jurnal ini berbicara tentang KAMMI sebanyak lima
halaman dari halaman 51 sampai halaman 55 dan menghasilkan kesimpulan yang
sangat keliru. Dari awal munculnya kata ―KAMMI‖ dalam jurnal ini pada
halaman 51 sudah terdapat kesalahan informasi yang menyebutkan KAMMI
dibentuk oleh parpol SKP. Secara keilmuan pernyataan ini salah besar, dalam
24
ilmu tajwid dissbut salah jalli. Saya akan uraikan kesalahannya. Tidak ada di
Indonesia ini parpol yang bernama SKP. Kalau mau menyebut nama parpol sebut
saja dengan jelas, jangan jadi pengecut dalam dunia akdemis. Dalam dunia
akademis kita diajarkan untuk berkata benar, lugas, dan terus terang, apa adanya.
KAMMI bukan didirikan oleh parpol manapun, KAMMI merupakan organisasi
mahasiswa muslim yang lahir di era reformasi yaitu tepatnya pada tanggal 29
Maret 1998 di Universitas Muhammadiyah Malang pukul 13.00 atau bertepatan
pada tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang mengambil momentum pada pelaksanaan
Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus ke sepuluh (FSLDK X) se-
Indonesia. Lam Sedangkan partai SKP yang ditulis dalam jurnal, biar lebih jelas
saya sebut saja sesuai maksud penulis jurnal yaitu partai PKS lahir dan
dideklarasikan pada tanggal 20 Juli 1998 di Masjid Al Azhar Jakarta dengan nama
awal PK (Partai Keadilan). Bagaimana mungkin PKS atau PK yang berdiri pada
20 Juli 1998 mendirikan KAMMI yang justru dideklarasikan lebih awal pada 29
Maret 1998. Sangatlah keliru bila menyebutkan KAMMI didirikan oleh PK atau
PKS. Informasi yang benar adalah KAMMI lahir dari rahim Lembaga Dakwah
Kampus bukan sebaliknya. Bila menyebutkan KAMMI menguasai LDK juga
tidak tepat karena dari awal rumah KAMMI adalah LDK dan KAMMI tidak ingin
berkuasa di rumah yang telah melahirkannya.
yang dimaksud dengan penggita pertama DU itu? Supaya jurnal ini tidak
berdarkan asumsi-asumsi belaka.
Kampus merupakan temat terbuka bagi semua gerkaan, muali dari gerakan
keagamaan, gerakan social, gerkan politik bahakan gerakan anti-agama. Juga
merupakan ladang luas bagi paham sekulerisme, liberalism, pluralism juga bagi –
isme sesat lainnya. Keberadaan KAMMI di kampus merupakan suatu hal alami
dan wajar karena memang KAMMI lahir dari rahim LDK yang bergerak di
kampus. Tapi mengidentikkan LDF, LDK dengan KAMMI juga merupakan hal
keliru karena LDF dan LDK itu lembaga fakultas yang diisi juga oleh juga oleh
kader HMI, kader NU, kader Muhammadiyah, kader thariqah, kader PII, kader
26
PERSIS, dan juga diisi oleh mahasiswa yang tidak terikat pada organisasi
manapun, bahkan juga diisi oleh kader Syiah dan Ahmadiyah. Mempersoalkan
mereka memiliki atribut yang sama , jilbab panjang, lebar dan tebal juga tidak
tepat karena jilbab itu identitas umat Islam. Perjuangan memakai jilbab memiliki
cerita yang panjaentng di Republik Pancasila ini. Jibab itu identitas umat Islam
bukan identitas kelompok tertentu. Kalau dulu aneh melihat orang berjilbab justru
hari ini akan aneh melihat orang tidak berjilbab.
ngakak atau ngapain. Penulis tak habis pikir penulis jurnal tersebut mendapat
referensi darimana. Tidak ada dalam literatur apapun, buku bacaan kader
KAMMI, materi kaderisasi, dan dalam materi pembinaan kader KAMMI materi
menolak asas tunggal PANCASILA justru yang dianjurkan adalah membaca buku
Anis Matta berdamai dengan Pancasila. Bila kita teliti membaca sejarah maka
pemberlakuan asas tunggal itu terjadi pada pada tanggal 19 Februari 1985 dengan
terbitnya UU nomor 3/1985 yang mengharuskan Pancasila sebagai asas tunggal
dalam setiap organisasi. Pada masa itu KAMMI belum lahir dan saat KAMMI
lahir Undang-undang ini tidak berlaku lagi. Justru yang menolak asas tunggal itu
ialah HMI sehingga HMI pecah menjadi dua yaitu HMI MPO dan HMPI DIPO.
Lebih keras lagi yaitu kawan-kawan di PII secara bulat menolak asas tunggal
PANCASILA. Bila kita lihat ormas NU justru sejak tahun 1978 yang paling keras
menolak asas tunggal itu, lalu terjadi lobi tahun 1980-an hingga pada tahun 1984
sebelum UU itu disahkan akhirnya menerima juga pada muktamarnya yang ke 27
di Situbondo. Muhammadiyah justru tidak sereaktif NU karena Muhammadiyah
nerima saja. Saya mengajak marilah semua anak bangsa menahan diri untuk tidak
mengembangkan narasi-narasi jahat sesama anak bangsa da juga men-stigmatisasi
kelompok tertentu hanya karena berbeda dengan kelompok kita. KAMMI itu
SEPENUHNYA INDONESIA.
Terakhir saya juga ingin mengajak kita semua untuk instropeksi diri
terutama pihak kampus dan semua civitas akademika UNIB untuk memberikan
perhatian yang lebih baik terhadap DU dari segi pengelolaan, manajemen juga
bantuan financial ketimbang mencari-cari kesalahan orang/organisasi lain yang
notabene mereka semua adalah keluarga besar UNIB. Marilah bahu-membahu,
gotong-royong dan bekarjasama sesuai dengan nilai luhur PANCASILA untuk
memajukan Darul Ulum sesuai namanya yakni ―Kampung Ilmu atau Gudang
Ilmu‖. Mengakhiri tulisan ini saya teringat pantun Buya HAMKA yang juga
sering disampaikan buya di ranah Minang
Bahasa Indonesianya
misalnya. Kita juga tidak lupa akan sebutan onta gurun yang kerap digunakan
netizen untuk menyerang kaum yang dekat dengan ideologi transnasional.
Aneh bukan? Di satu sisi menganggungkan pluralism dan kebhinekaan. Di
sisi lain menjustifikasi manusia sebangsa dan setanah airnya sebagai produk
impor dan mengancam NKRI. Padahal tidak semua gerakan transnasional seperti
yang dipikirkan kelompok liberal dan sekutunya. Penulis sendiri pernah
berdiskusi dengan tokoh kelompok yang dipandang radikal dan dikenal akan
mengganti Pancasila dengan ideologi Islam Kaffah. Dengan terang-terangan ia
menyatakan bahwa gerakan transnasional adalah gerakan yang anti dengan
perpecahan. Jika ada perintah untuk mempertahankan Papua dari Negara dan
ulama, mereka siap untuk berjuang bersama. Sebab gerakan transnasional
bukanlah gerakan yang pro-separatis. Bahkan anti dengan perpecahan. Lalu
dimana alasan harus khawatir dengan gerakan yang tidak ingin Indonesia bercerai
berai ini?
Paranoid terhadap Islam atau Islamophobia adalah penyakit nyata yang
memang menjangkiti sebagian masyarakat Negara dengan penduduk Muslim
terbanyak di dunia ini. Penyakit ini pun semakin gencar dihembuskan dan
ditularkan oleh agen-agen pro liberalisme dengan dalil ilmiah. Di dukung pula
oleh daya baca yang rendah dari masyarakat sehingga hoax mudah tersebar.
Informasi penuh dengan muatan Islamophobia dengan lancar dihembuskan lalu
terserap di masyarakat tanpa saring dan sharing yang baik. Hal yang seperti ini
justru bias menimbulkan syak wasangka dan meningkatkan resiko perpecahan
sesama anak bangsa.
Penyadaran Peta
Dari uraian di atas, sebenarnya peta face to face gerakan Islam
transnasional adalah dengan kelompok Liberal. Bukan gerakan Islam yang masuk
dalam kategori lain, misalnya Islam Tradisional. Apa itu gerakan Islam
Tradisional? Secara mudah, gerakan Islam Tradisional adalah gerakan Islam yang
dekat dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat. Islam seperti inilah yang
banyak dianut oleh sebagian besar penduduk Negara ini. Kedatangan Islam
32
"Masa depan itu dibeli oleh masa sekarang" Samuel Jhonson. Bisa
diartikan bahwa masa depan kita juga ditentukan dibentuk oleh apa yang kita
lakukan saat ini. Atas setiap langkah kehidupan kita dikemudian hari, maka
terdapat rangkaian yang membentuknya tahap demi tahap. Usaha yang kita
lakukan pelan-pelan dengan cara yang benar akan memberikan hasil yang bagus
dimasa setelahnya, kita harus rela jungkir balik mengalami halangan dan
rintangan terlebih dahulu sebelum kesuksesan datang dimasa depan.
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia organisasi mahasiswa yang
lahir pada masa akhir orde baru tahun 1998 setelah tumbangnya rezim "kelamaan"
Presiden Soeharto, tiga puluh dua tahun berkuasa tanpa boleh ada lawan politik
menandinginya. Menasbihkan dirinya sejak awal berdiri sebagai gerakan
parlemen jalanan, sebagai jembatan masalah rakyat kepada dewan nya, maka aksi
demonstrasi menjadi kerja nyata aktivis KAMMI, setelah berhasil ikut serta
menumbangkan rezim "kelamaan" KAMMI perlahan - lahan seiring dinamika
yang terjadi di republik tercinta ini mulai menitipkan satu - per satu aktivisnya
masuk ke parlemen di senayan sebut saja Fahri Hamzah, Akbar Zulfakar, dan
Andi Rahmat mantan ketua KAMMI yang bergerak dari parlemen jalanan menuju
parlemen senayan, inilah buah cermin masa lalu KAMMI.
Anggota DPR yang lahir dari rahim organisasi KAMMI era awal tentu
harus mampu mencerna darimana asalnya, dan tak lupa melihat siapa ia dimasa
lalunya. Tidak hanya mengisi pada kursi anggota DPR RI di senayan, aktivis kami
juga mulai banyak duduk di DPRD Provinsi, Kota dan Kabupaten. Jika para
dewan yang dulunya aktivis KAMMI ini tidak lupa bercermin dan bisa melihat
bayangan masa lalunya di cermin, maka langkah setapak demi setapak dalam
menjalankan tiga fungsi anggota dewan bundgeting, anggaran dan pengawasan
sudah tidak akan gamang apalagi salah dalam melangkah, karena seorang
KAMMI sejati yang masa lalunya dalam pergerakan semasa berorganisai benar
dan baik, makan saat menjadi anggota dewan dipastikan akan menjadi bintang,
sebaliknya jika ke-KAMMIan nya hanya sebatas stempel dan label numpang
35
lewat atau bahkan karbitan, maka juga bisa dilihat bagaimana geraknya tidak
optimal saat duduk di singgasana wakil rakyat.
―Jangan menghukum masa depan dengan masa lalu. Karena kita selalu bisa
memperbaiki situasi" Tere Liye. Memang kita tidak perlu menyalahkan apa yang
terjadi saat ini dengan mengutuk masa lalu, niscaya masa lalu telah tiada, tinggal
kita perbaiki apa yang kurang atau salah dimasa ini, boleh dengan sesekali
bercermin dan melihat lagi masa lalu dengan prinsip kerja "kaca spion" yang
sesekali kita lihat untuk terus maju lancar ke depan.
―Berhentilah mengkhawatirkan masa depan, syukurilah hari ini, dan
hiduplah dengan sebaik-baiknya" Mario Teguh. Ya, saat kita mensyukuri hari ini,
berbuat baik hari ini, maka kita tak perlu mengkhawatirkan masa depan kita,
pesan Mario Teguh ini bisa kita ambil hikmahnya, sesuai juga dengan pepatah
lama "apa yang kini kita tanam itulah yang akan kita tuai" maka bercermin
terhadap siapa kita dahulu guna menemukan rangkaian kehidupan kita menjadi
sebuah hal yang mesti kita lakukan, juga dalam rangka mengintrospeksi dan
melihat dimana ada salah tingkah dan sikap kita dimasa lalu untuk diperbaiki saat
ini.
Keluarga Alumni KAMMI, ya dalam perjalanannya kali ini lahirlah KA
KAMMI apakah ia lanjutan dari KAMMI atau dialah cermin aktivis KAMMI
dimasa lalu ? Dimulai dengan dualisme kepengurusan KA KAMMI di awal
kemunculannya sekita dua atau tiga tahun lalu, ada KA KAMMI Presidennya
Bang Fahri Hamzah dan KA KAMMI Ketua Presidiumnya Bang Fitra Arsil,
keduanya di masa lalu saat masih berstatus Aktivis KAMMI adalah orang pertama
bahkan termasuk deklarator KAMMI di Malang kala itu.
Dinamika KA KAMMI di pusat ini tentu berimbas ke daerah - daerah. KA
KAMMI muncul tentu seperti KAMMI yang bersejajajr dengan HMI, PMII
bahkan IMM, meski lahir paling muda ditengah OKP "tua" tersebut, KA KAMMI
juga ingin bersejajar dengan KAHMI, IKA PMII dan alumni IMM.
Munculnya KA KAMMI bisa kembali memunculkan dinamika yang
bermacam - macam, penulis belum membaca syarat sah seorang aktivis KAMMI
bisa disebut alumni KAMMI, dibeberapa grup nampaknya siapapun sudah ikut
DM I KAMMI sudah bisa disebut alumni KAMMI dan gabung di KA KAMMI,
36
dinamika yang muncul tiap daerah tentu berbeda - beda, tema yang banyak
dibahas mulai soal bagaimana mencoba membantu adik - adik di komsat hingga
daerah, yang kemudian dilawan oleh tipe alumni yang tidak ingin memanjakan
adik - adiknya dengan bahasa "dulu kami berjuang sendiri, gak manja," lalu
muncul alumni yang bicara tentang regenarasi kepemimpinan di komsat dan
daerah dahulu, lalu bertentangan dengan alumni yang di muskomlub, musdalub,
hingga membahas keunderbowan KAMMI oleh PKS, selain banyak juga grup
alumni yang produktif bertukar info lowongan kerja, kegiatan kopi darat
silaturahim.
Seluruh aktivitas di KA KAMMI saat ini sesungguhnya tanpa disadari
individu alumni adalah cermin kamu dimasa lalu saat menjadi aktivis KAMMI
semasa kuliah. Sadarkah kita dengan hal itu, masih tergantung individunya,
apakah saat menjadi alumni bercermin saat aktivis dulu ? Pepatah arab
mengatakan: ―Syubhanul yaom, rijalul ghad‖ artinya: pemuda hari ini pemimpin
masa depan, jadi KA KAMMI hari ini adalah produk KAMMI dahulu, alumni
saat ini adalah cerminan aktivis dahulu, bagaimana ia saat beraktivitas menjadi
pengurus KAMMI di komsat kah, Kammda kah? Maka seprestasi apa saat itu,
maka itulah cerminan alumni hari ini.
Ketika hari ini berisi masalah keluhan ratapan negatif, kutukan
menyalahkan kegelapan masa lalu yang terus tersimpan di alam bawah sadar
maka cuitan pesan di grup alumni hanya itulah isinya, saat kita coba flashback ke
belakang bagaimana si alumni saat di masa jadi aktivis, ternyata memang banyak
catatan, selain virus merah jambu, pengelolaan keuangan yang tidak transparan
hingga jual beli proposal kemungkinan menghiasi hari - hari keaktivisannya,
sebaliknya untuk alumni - alumni yang hari ini dipenuhi hal - hal positif
disibukkan dengan upaya menyalakan pelita, senderung mereka adalah orang -
orang yang saat menjadi aktivis pengurus di komsat, Kammdanya adalah juga
orang orang yang sibuk beramal nyata, bekerja rapi dan penuh prestasi organisasi.
So, mari sejenak kita sebagai KA KAMMI bercermin, gunakan KAMMI
sebagai cermin kita hari ini, dimana salah kita dahulu, minta maaf jika salah kita
masih melukai seseorang sengaja maupun tidak, lalu minta ampun tobat kepada
Allah jika teringat ada dosa yang kita lupa memohon ampunan dikala itu.
37
Semangat pemuda kala itu, gerak progresif kita dahulu bisa saja meninggalkan
kebencian dendam dan luka yang terus berbekas hingga hari ini, sehingga
sebabkan kita saat alumni kini tak se semangat dahulu, tak seprogresif masa itu.
Semoga hari - hari esok adalah milik kita.
38
TAHTA SI PEMBERANI
Oleh : Ardizal
Agak nanar pada penglihatanku bertemu teman lama yang sama- sama
pernah berteriak lantang dibawah terik matahari melawan kezholiman tangan
pemerintah yang tamak. Hari ini berulang dia ada diantara mahasiswa- wahasiswa
yang berdemo, tapi bukan sebagai pendemo. Menjadi mata- mata, mencatat setiap
gerak dan ucapan yang dulu dia juga ucapkan, kemudian melaporkan kepada sang
tuan. Saat kutanya ; kenapa seperti itu bro ? Dia Cuma tersenyum kecut, kemudian
pergi meninggalkanku,...??????
Ada saat kita menilik kembali arti seorang aktivis. Peran, aksi dan suasana
batinnya bergelut dari setiap satuan waktu yang dijalani. Dari saat menuntut ilmu,
terperangkap sebagai seorang aktifis kemudian keluar dan bertemu dengan dunia
nyata setelah kuliah. Tiba-tiba ada suasana dilema yang harus dihadapi oleh
banyak aktivis hari-hari ini. Antara tetap setia dengan kemurnian hati dan
fikirannya atau bermain zig zag dengan kenyataan hidup yang tak bisa dia hindari.
Saya merasakan ada sesuatu yang terancam. Tentang tetap setia atau
menurunkan sedikit demi sedikit kesetiaan itu dengan berbagai argumennya.
Dilema itu persis seperti pilihan- pilihan MAKANAN orang yang sakit. Satu sisi
hasrat untuk tetap terlibat dengan suatu capaian yang tidak jelas bersamaan
dengan tekanan yang datang dari logika sederhana tentang hidup harus dibiayai.
Tidak saja tentang logika hidup harus dibiayai juga tentang tak jelasnya arah
langkah sang aktivis kemana selanjutnya. Jika bisa disebut sebagai TEROR,
bukan lagi dari negara dengan aparatnya saat sang aktifis membentuk mimbar-
mimbar jalanan pada periode kuliahan. Tapi kini teror itu datang dari seputaran
dirinya sendiri. Istri, anak bahkan mertua yang ― membisikkan ― tentang arti
tanggung jawab. Kegamangan memilih langkah apa yang harus ditempuh
akhirnya melemahkan AUMAN sang singa menjadi MEONGAN sendu seekor
kucing betina. Meluluh lantakkan keberanian yang sejatinya menjadi identitas
seorang aktivis.
Ini adalah lorong jeda berwarna buram yang didalamnya ada aneka
pelajaran berharga sekaligus ujiannya. Di antara kesiapan yang wajib harus
39
pusaran kesesatan fikiran : Hidup harus dibiyai : ini tanggung jawab yang hakiki.
Arah proyeksi diri semakin tak jelas sementara tetap ada yang menempuh jalan
menuju tahta tapi terjebak biaya yang yang tak terkira.
Menghentikan pusaran sesat ini bukanlah gampang. Beban hidup dan teror
yang berada di seputar kalangan aktivis tak bisa diselesaikan dengan mudah.
Inisiatif mendirikan usaha tak langsung menghasilkan buah. Sementara orang
dirumah merengek- rengek menuntut haknya. Hampir tak ada ruang untuk
berbagai inisiatif diremukkan oleh sistem pasar yang tidak berpihak kepada yang
lemah dan yang baru meniti jalannya. Pilihan pekerjaan jadi makin terbatas dan
kebutuhan hidup tak bisa ditunda. Sah sah saja jika diantara aktifis berfikir untuk
mendirikan yayasan dan mulai mendirikan sekolah kecil- kecilan. Mungkin jika
dikelola secara baik suatu saat akan menghasil profit. Tetapi itu tetap lama,
sementara tahta sebagai sumber segala persoalan bangsa tidak bisa menunggu
lama orang baik disana. Hanya kepada aktifislah Tuhan telah menitipkan rencana
kebaikannya. Berfikir untuk memiliki usaha juga sah. Lagi- lagi proses menuju
sukses butuh waktu yang lama. Yang cepat adalah bermain di anggaran negara.
Resiko terkaparnya lebih besar, Hampir tak ada yang bersentuhan dengan uang
negara kecuali akan terlepas idealismenya. Akan banyak dalil dalil pembenaran
dari apa yang dilakukannya.
Pada situasi seperti inilah militansi mendapatkan ujiannya. Diantara
lemahnya kemampuan mengkapitalisasi diri dengan harta bersamaan tuntutan
tetap berpegang pada idealisme perjuangan. Idealnya seorang aktifis tak boleh
takluk dengan keadaan. Dia tidak akan berkompromi dengan kenyataan. Persoalan
ekonomi harusnya menjadi persoalan yang kecil, karena seorang aktifis hidup
bersama aktifis yang lain. Tidak ada alasan yang kuat untuk mengendurkan
idealisme yang digaungkan saat masih berada di jalanan. Auman tak boleh
berubah jadi meongan.
Tahta tergantung kepada siapa dia diduduki. Rakyat merasakan
kebahagiannya saat tahta itu menjadi milik orang- orang yang baik dan mengerti
tujuan tahta yang sebenarnya. Sebaliknya tahta akan mengancam kehidupan saat
dia diduki si tamak. Pasukan tamak dengan berbekal keyakinan naif akan
memporak porandakan kerinduan akan kehidupan yang bahagia dan cenderung
41
akan mempertahankan status quo dengan cara papun. Kelompok ini akan bersikap
manis menutupi kekasaran yang mereka miliki. Akan banyak yang terbunuh tapi
tak akan ada yang menuntut saat melihat senyum manis mereka yang diserta
hadiah- hadiah kecil berupa amplov- amplov kecil. Tapi kekuatan ini sebenarnya
tak ‗seberapa‘ secara jumlah hanya mereka jauh lebih punya dukungan dari
elemen-elemen tak tampak. Jika sikap adalah Politik ‗pembiaran‘ negara akan
mengalami kehancuran yang teratur dan tak terasa. Jika tak ada tindakan pada
keberadaan kelompok ini membuat mereka kian liar mencabik- cabik tubuh
bangsanya.
Di sisi inilah para aktifis harus terus melihat. Tahta tak boleh dikuasai oleh
si tamak. Akan berdosa dan akan menjadi penyesalan yang panjang serta tak
berguna saat semua harapan rakyat tak tahu kemana lagi disampaikan. Sadarlah
wahai para aktifis. Tahta merindukan kalian dalam keadaan sebagai si
PEMBERANI. Berhentilah menjadi orang yang gamang. Berhentilah menjadi
pengeluh. ―......Tahta itu merindukan si PEMBERANI, bukan untuk si TAMAK,
apalagi si PENGELUH,..... ― ( Queen of Jahnsy )
42
18
Penulis lebih banyak diamanahkan sebagai anggota KAMMI saat mahasiswa dari pada menjadi
Pengurus organisasi ini.
19
KAMMI. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
20
KAKAMMI. Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia.
43
hanya dengan beretorika di jejaring sosial saja. Hal seperti itu harusnya sudah
khatam di KAMMI. Jikapun ingin melanjutkan perdebatan tak berkesudahan dan
membuka lembaran masa lalu di KAMMI, bukalah forum lain. Tidak di
KAKAMMI. Tidak juga menjadikan KAKAMMI sebagai media unjuk suara
tanpa aksi. Kenyataannya : jangankan beraksi, menuliskan gagasannya saja tidak
mau dengan alasan yang bermacam-macam. Sementara salah satu kemampuan
yang seharusnya dimiliki oleh seorang alumni KAMMI penulisan gagasan yang
dimilikinya agar bisa sampai kepada khalayak ramai.
Lalu bagaimana caranya menjadikan KAKAMMI sebagai rumah singgah
yang layak bagi alumni KAMMI? Hal yang paling mendasar adalah topangan
ekonomi alumni secara bersama. Salah satu bentuk usaha bersama yang paling
ringan dan minim resiko adalah koperasi. Tidak sedikit alumni KAKAMMI yang
bermain di koperasi. Apa salahnya untuk meminta saran, sumbangan tenaga
maupun finansial kepada mereka yang sudah berkecimpung di dunia
perkoperasian ini.
Apa bentuk koperasi yang akan dibuat? Tak ada salahnya kita meniru
koperasi konsumsi di Rochdale, Inggris, yang didirikan tahun 1843 dan dikenal
sebagai perintis koperasi. Dengan menerapkan prinsip : beli tunai jual tunai,
dalam setengah abad koperasi ini sudah memiliki anggota yang berjuta-juta21. Jadi
bukan koperasi simpan pinjam yang ditawarkan oleh Bapak Koperasi Indonesia.
Melainkan koperasi konsumsi karena langsung menohok dapur anggota koperasi
itu sendiri. Namun, baiknya keputusan akan bentuk koperasi ini ditentukan oleh
pengurus KAKAMMI. Sebab penguruslah yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab mengelola KAKAMMI ini.
Kalaupun memang bukan koperasi yang menjadi pondasi awal membentuk
KAKAMMI sebagai rumah singgah alumni KAMMI, setidaknya perhatian dan
aksi untuk memperbaiki taraf kehidupan alumni KAMMI haruslah ada. Tidak
perlu bersusah payah mengumpulkan anggota KAKAMMI nantinya jika memang
ada bukti nyata bahwa ekonomi alumni KAMMI membaik sejak aktif di
KAKAMMI. Semut akan mencari gula, demikian falsafah tua mengatakan.
21
Mohammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, Gagasan dan Pemikiran.
2015. Hal. 28.
44
Sebab itu, mari kurangi konsumsi pembicaraan politik yang tak jauh dari
potensi konflik. Mulai lah meminimalisir hobi banyak bicara tapi tak mau kerja.
Semisal saja soal ajakan untuk menulis gagasan. Sebagian tak mau menulis
dengan alasan tak ada untungnya untuk pribadi. Miris memang. Sejak dulu, di
KAMMI kita tidak diajarkan untuk untung rugi saat berbuat. Tapi agaknya terlalu
jauh sauh kita labuhkan. Berbuat sedikit lalu hitung untung rugi. Apakah begitu
adat kita berorganisasi selama ini? Jika tidak sanggup menulis, katakan saja apa
adanya. Selalu ada kelebihan di balik kekurangan, begitu kata orang.
Wallahu‟alam.
45
Pada masa kejayaannya yang lampau Kota Baghdad merupakan salah satu
kota yang maju peradabannya. Setiap malam setelah Matahari tenggelam, di sudut
kota ada seorang bernama Jahim yang hendak memasang lentera di depan
rumahnya. Lentera itu begitu tampak benderang ketika di kiri dan kanannya
belum terpasang lentera lainnya. Malam terus berlarut, dan lentera-lentera para
tetangga Jahim satu demi satu dipasang di tepi jalan yang sama, sehingga
membuat pinggiran jalan bermandikan cahaya. Dan kini lentera jahim tidak lagi
menjadi lentera yang paling benderang. Cahayanya justru nampak redup
dibanding lentera milik tetangganya yang hidupnya jauh lebih makmur dan kaya
ketimbang si Jahim. Barangkali karena Jahim sangat bangga dengan lenteranya,
maka beberapa saat kemudian ia keluar untuk melihat kembali lenteranya.
Ternyata sinar lenteranya nyaris seperti cahaya kunang-kunang ditelan semburat
cahaya lentera para tetangganya.
Melihat lentera lain yang jauh lebih benderang, Jahim begitu marah dan
dia cenderung menyalahkan dan mengumpat lentera tetangganya. Segera
diraupnya batu-batu sebesar kepalan tangannya, lalu dilempari lentera tetangganya
tersebut. Bunyi ledakan lentera tetangganya membuat penghuni mereka segera
keluar untuk melihat apa yang terjadi. Beberapa orang menyergap Jahim dan
mulai memukuli dirinya. Beruntungnya ada Abu Nawas yang menenangkan
warga dan kemudian mengingatkan untuk tidak main hakim sendiri. Abu Nawas
pun menasehati Jahim jika ingin lentera tampak lebih terang dibanding lentera
yang lain, jangan padamkan lentera lain itu, tetapi gantilah lenteranya dengan
yang lebih besar (Inspirasi cerita : Buku Afif Abdullah).
Kisah ini menyadarkan akan pentingnya kerukunan, Abu Nawas mengingatkan
kita untuk persaingan yang sehat, dan bersikap jujur dan berjiwa besar. Barangkali
di sekitar kita banyak yang seperti Jahim, dengan kesombongan dan kebanggan
diri rupanya telah menutup keterbukaan menerima kelebihan orang lain. KAMMI
sebagai suatu organisasi tak lepas dari penilaian organisasi lain, selama ini dinilai
46
terkesan ekslusif, mengaku paling baik, anggotanya paling sholeh dan islami.
Sehingga kita mulai abai dengan teman organisasi lain, atau bahkan dengan teman
satu organiasi ini. Pengabaian ini kadang membuat beberapa teman satu organisasi
mulai sering memilih sikap berbeda, kritis dan sensitif
Inilah yang kemudian patut ditanyakan kepada KAMMI perbedaan-
perbedaan, misalnya perbedaan pendapat di tubuh organisasi ini. Mulai dari
Alumni KAMMI dan menurun kepada organisasi mulanya KAMMI. Sungguh apa
yang menjadi soal perbedaan ini? Mungkin karena persaingan dan adu pendapat,
tapi sejatinya itu merupakan cara terbaik dalam merumuskan kebenaran.
Tergantung bagaimana kita menyikapi perbedaan, jika disikapi dengan sikap
berjiwa besar tentu kita dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain
tersebut. Meskipun kita juga tidak boleh larut dengan penyelesaian perbedaan.
Hiduplah dengan perbedaan dan indahkan dengan eratnya persatuan.
Perbedaan yang terjadi sejatinya bukanlah mencari kemenangan pada
salah satu kelompok. Manusia memang memiliki ego, yang menyebabkan
seseorang bisa menganggap dirinyalah yang paling benar, dan itu bukanlah suatu
hal yang salah. Sebab memang ego punya sisi positif, dengan egolah kita punya
kepercayaan diri. Namun, ego yang dikendalikan nafsu, semisal gengsi dan
sombong tadi, menyebabkan orang tak lagi berfikir jernih. Hanya egolah yang
dapat membebaskan diri dari kungkungan nafsu dan materilah yang mampu
menangkap kebenaran sejati. KAMMI harus merdeka dari ―ego dan nafsu‖
terbebas dari kepentingan pribadi dan perasaan mau menang sendiri. Saatnya
mulai saling merangkul untuk kebesaran dan kebaikan organisasi ini ke depan.
Tak dipungkiri perbedaan yang terjadi biasanya juga disebabkan karena perbedaan
kepentingan. Apalagi kepentingan yang dimaksud lazimnya juga beririsan dengan
kepentingan golongan atau bahkan partai politik. Keterkaitan antara anggota dan
alumni kepada partai politik membuat kepentingan dalam suatu organisasi
diarahkan pada keuntungan golongan dan kelompok. Dengan demikian kelompok
yang lain akan terkesan dipinggirkan. Karena memang mereka memiliki interest
pada kepentingan kelompoknya masing-masing.
Disisi lain, para pengurus yang kini memegang kekuasaan berusaha
mengamankan dan memagari kepentingannya. Kepentingan yang mendominasi
47
ini dapat kita lihat dengan sikap pembelaan kepada kemapanan (status quo).
Biasanya kekuasaan yang dimiliki akan terasa nyaman dan cenderung
dipertahankan secara statis. Sedangkan kelompok lain yang berbeda kepentingan
dan cenderung bersikap kritis akan dlihat sebagai antitesisnya, yaitu
antikemapanan dan disimbolkan sebagai kelompok yang menerima keterbukaan
dan dinamis.
Untuk semua itu, KAMMI yang kini berkuasa menciptakan sistem yang
dipertahankan semaksimal mungkin, kalau perlu dengan tangan besi, demi
kepentingan diri dan ―kelompok‖ dan golongan partai tertentu. Karena itu
pembela status quo adalah orang-orang yang berada dalam belitan kepentingan.
Akibatnya, pemikiran mereka terstruktur oleh sistem yang diciptakan, atau berada
dalam tekanan kepentingan kelompok. Sehingga setiap tindakan dan pengambilan
keputusan yang dilakukan akan selalu disesuaikan dengan sistem dan kepentingan
kelompok tersebut. Fenomena seperti ini akan sulit dihilangkan terlalu besar
dominansi kepentingan dan egoisitas golongan. Sekedar menegaskan! Pengurus
dan anggota KAMMI tidaklah butuh sikap seperti Jahim yang cinta akan
kesombongan, keserakahan, dan kepentingan diri maupun golongannya.
Saya pikir KAMMI saat ini butuh orang-orang yang ―berjiwa besar‖ yaitu
orang yang arif, merangkul bukan memukul, mengerti kebutuhan organisasi, dekat
dengan anggota, dan tahu batasan jarak dengan partai politik (tak mesra dan tak
berselingkuh dengannya) serta punya konsep membangun kepentingan bersama
anggota KAMMI. Kepemimpinan KAMMI harus kuat dan menghasilkan karya
sebagai buah dari pengorganisasian pengurus, tidak hanya sebatas kegiatan yang
tak tahu jalan kelanjutannya. Dan kusampaikan, marilah kita berfikir ―waras‖.
Mengedepankan prinsip kekeluargaan dan kepentingan bersama, inilah harapanku
pada KAMMI Bengkulu. Dan saya yakin Lentera itu tetap benderang jika kita
mampu memaksimalkan potensi diri, tanpa mengusik ketenangan yang lain.
Harapan itu masih ada!
RUANG 2
Pemilu 2019 telah usai, kini semua post politik legislatif hasil pemilu 2019
di setiap tingkatan, mulai dari tingkat DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi
dan DPRRI, b e r i k u t perangkat kelangkapan lembaga legislatif lainya telah
tersusun mulai dari unsur pimpinan dewan, komposisi pembagian jabatan komisi
dan postur fraksi baik yang terbentuk sebagai fraksi mandiri maupun fraksi yang
terdiri dari gabungan parpol.
Ajang pemilu kali ini, merupakan ajang pemilu yang paling sibuk dan
melelahkan di sepanjang sejarah ke_pemiluan di Republik Indonesia sejak di
kemerdekaakan tahun 1945, mengingat pada pemilu kali ini semua perangkat
politik baik legislatif DPRD/DPRRI dan DPDRI di rangkum dalam satu event saja
plus dengan Pemilihan Presiden Republik Indonesia. Tetapi tak apalah, bangsa ini
memeng harus terus belajar dan berbenah agar menemukan tempat duduk yang
paling sesuai dalam berdemokrasi, di tengah budaya b a n g s a yang s a n g a t
heterogen, hal ini juga mengingatkan kita kembali, bahwa era keterbukaan
demokrasi yang telah kita raskan bersama saat ini, adalah merupakan buah dari
hikmah reformasi yang telah kita kita tuntut bersama sebagai sebuah konsesnsus
bersama sebagai bangsa pada tahun 1998 lalu.
Dalam catatannya sebagai negara demokrasi yang bercita cita menemukan
konsep ideal tatanan sebuah negera, dalam bingkai budaya beragam, memang
perlu energi besar, agar ada kebersamaan rasa dan kebersamaan fikir sehingga
gerak dari kebersamaan tersebut menjadi fokus kita sebagai bangsa dalam
mewujudkan cita cita kesejahteraan rakyat melalui peran elit politik yang ditunjuk
melalui pemilu untuk mengemban amanat sebagai pejabat politik pada setiap
level tingkatannya.
Namun demikian, perlu untuk di catat bahwa demokrasi yang bercita cita
ideal harus mampu berdiri pada kerangka ideal demokrasi dimana ada ruang yang
luas untuk dpat mewadahi proses eksplorasi ide dan gagasan yang dikemas
kedalam ruang partisipatif kolektif semua elemen bangsa.
50
hal ini partai politik harus mampu menjadi penghubung antara rakyat dengan
pejabat politik.
Struktur partai politik dari tingkat pimpinan pusat hingga pimpinan tingkat
desa kedepan tidak cukup hanya di verifikasi oleh lembaga penyelenggara pemilu
sebagai syarat administrasi semata sebagai prasyarat menjadi peserta pemilu, n a
m u n s e l a i n s y a r a t d a m i n i s t r a s i , syarat eksistensi juga t a k k a l a h
pentingnyadimilikisebuahpartaipolitik.Sehingga
kesiapan pemilu bukan hanya soal kesiapan berkas semata sebagai kelengkapan
syarat administrasi tetapi partai politik juga perlu menggenabkan syarat
kecakapannya dalam hal kinerja dan eksistensinya di masyarakat. sehingga
dengan demikian, dengan adanya instrumen penilaian akreditasi tersebut, sebuah
partai politik tidak hanya sekedar bias mengikuti pemilu tetapi sadar betul bahwa
partai politik yang dikelolanya layak di pilih masyarakat. Arti lain partai politik
sudah kurang syarat kalau hanya cukup secara administrasi melalui proses
verifikasi tetapi juga harus cakap syarat secara eksistensi melaui akreditasi oleh
lembaga yang kompeten dan independen. Mengingat partai politik sebagai
instrumen utama demokrasi yang memiliki peluang besar untuk mengatur ritme
bernegara, maka ia harus berdiri paling depan untuk mencontohkan
profesionlisme kinerja di depan bangsa ini, sehingga kredibelitas pemilu dapat
benar benar.
kapolsek dan dan danramil untuk ditempatkan sebagai pimpinan partai tingkat
kecamatan sehingga pemaham yang tajam pada geopolitik di kecamatan menjadi
acuan bagi pengambil kebijakan politik di pemerintahan untuk mengambil
keputusan, selain itu juga, dengan keuatan SDM yana cakap sebagai pimpinan
partai tingkat kecamatan, kemampuan organisasi yang matang juga harus menjadi
modal yang harus di miliki oleh pimpinan partai tingkat kecamatan sehingga ia
berkemampuan untuk mengorganisir pimpinan partai tingkat bawahnya yang ada
di desa untuk kemudain dapat menerima rahan dalam rangka membangun
kekuatan idiologis partai di desa melalui tugas pendelegasian yang diperankan
oleh pimpinan partai tingkat desa.
Akreditasi partai politik juga bertujuan untuk memutus mata rantai ―politik
berbiaya tinggi‖ dimana selama ini sering melahirkan budaya politik uang dalam
setiap event pemilu yang ujungnya akan bermuara pada aktifitas korupsi.
Akreditasi partai politik adalah jalan politik murah dan humanis, sehingga dengan
peran yang optimal di masyarakat partai politik dan pemilu adalah soal kebutuhan
idiologis dan partisipatif rakyat, tidak ada ada lagi kesan bahwa yang dipilih
adalah orang yang bermutu rendah karena mereka yang dicalonkan dan terpilih
memenangkan kontes demokrasi adalah benar benar lulus akreditasi dengan syarat
cukup dan cakap syarat.
Mekanisme akreditasi partai politik dapat merujuk pada mekanisme
standart mutu yang telah ada, misalnya akreditasi perguruan tinggi, sertifikasi ISO
9002 dan mekanisme penilaian standart mutu lainnya yang setara itu.
Adanya akreditasi partai potlitik terkesan menambah beban operasional
partai politik, dimana mutu akan mengakibatkan akses profesionalisme dan
pelayanan public. Namun itu semua justru akan menghemat biaya operasional,
mengingat semua fungsi social yang dilakukan partai politik akan berbuah
investasi politik bagi partai politik itu sendiri. Memang partai politik bukan
organisasi profit atau korporasi dimana operasional partai berkaitan dengan biaya
operasional terkandala pada biaya. Fungsi social partai politik dapat lebih optimal
di fungsikan dengan terbukanya terbventuknya afiliasi politik partai baik dengan
lembaga profit maupun lembaga social di luar partai politik. Partai politik dapat
melakukan pemberdayaan kadernya melalui fungsi kemandirian ekonomi yang
53
Penulis : Adalah mantan ketua KAMMI Daerah Bengkulu Tahun 2009, Tulisan
Ini Di Dedikasikan Untuk Bunga Rampai Keluarga Alumni KAMMI Wilayah
Bengkulu
54
menjaring calon-calon luar yang nota bene memiliki dana yang relatif
cukup/banyak.
Jadi mungkin tidak akan kita temui ada partai politik yang mencalonkan
kandidat yang bersih tetapi tidak memiliki dana, karena bukan menjadi rahasia
lagi pendaftaran yang dilakukan oleh parpol ada indikasi aji mumpung karena
daftarnya tidak gratis lo….. coba sebutkan partai mana yang buka pendaftaran
dengan gratis? Pasti nanti ada susulan, biaya snack, biaya ini, biaya itu.
Dan kita belum pernah mendengar ada partai yang mengusung kandidat
yang bersih, punya kans tetapi tidak punya dana, belum ada sama sekali, Jadi
jangan heran jika nanti pada Pilwako Kota Bengkulu calonnya adalah para
pemilik modal ditambah dengan para incumbent yang memang sudah ada modal.
Apalagi jika kita bermimpi ada partai yang mengusung kandidat bersih
yang punya kans menang tetapi tidak punya dana, rasanya bagai pungguk
merindukan bulan. Apalgi jika kita berharap seharusnya partai yang membiayai
atau minimal mencarikan para donatur yang memang memiliki perubahan.
Jika mendaftar saja sudah ada biayanya, apalagi jika sudah pada tahap
mendapatkan rekomendasi Provinsi dan rekomendasi Pusat, karena di KPU yang
berlaku adalah rekomendasi pusat yang partainya memiliki SK Kemenkumham,
iasanya harga satu kursi tidak murah seperti kita membeli kacang goreng atau
membeli kursi beneran..
Jika partai politik-partai politik, masih berprinsip menjual perahunya
kepada para pemilik modal dan kepada para ―gamer-gamer‖ atau para partai
politik hanya mau mencalonkan kadernya yang punya dana saja, maka sampai
kapanpun tidak akan ada kader yang mencalonkan diri sehingga menjadi kepala
daerah karena kebiasaan orang-orang berduit cendrung tidak mau terlibat terlalu
jauh dipartai.
Stop jual beli ―perahu‖….!
Ayo usung kader….!
Ayo pengurus pusat partai-partai politik bantu dan fasilitasi para kader
yang potensial…!
Karena jika kader tersebut menang, tentunya yang paling diuntungkan
adalah partai itu sendiri, apapun partainya.
56
Senada dengan pendapat para tokoh diatas, penulis juga menyatakan tidak
sependapat terhadap wacana pemisahan agama dan politik/agama dan negara.
Bagi penulis, pernyataan seperti itu merupakan pernyataan yang utopis untuk
dapat diterapkan di NKRI ini. Mengapa? Berikut ini penulis mengemukakan
beberapa alasan yang membuat agama tidak dapat dipisahkan dalam seluruh aspek
kehidupan bangsa Indonesia, termasuk politik.
Pertama, negara ini dapat merdeka banyak didukung oleh perjuangan para
pemuka-pemuka agama, khususnya tokoh dari kalangan Islam. Sebut saja ada
nama besar jendral Soedirman, yang memimpin perang dalam keadaan apapun.
Bung Tomo yang terkenal dengan orasinya yang menggelegar berjuang bersama
arek-arek suroboyo mengusir penjajah. M. Natsir yang Gigih mempersatukan
negara-negara bagian Indonesia untuk tetap dalam bingkai NKRI. Agus Salim
yang melakukan lobi-lobi ke dunia internasional untuk kemerdekaan Indoenesia.
Dan masih banyak lagi nama-nama besar yang tidak penulis sebutkan dalam
tulisan ini. Bukankah jasa mereka sangat untuk tegaknya NKRI ini? Bukankah
mereka mendambahkan negara-negara yang berketuhanan? Bahkan kalau kita
mau bertanya adakah peran kaum sekuler dalam kemerdekaan Indonesia? Lalu
mengapa kita yang hanya menikmati kemerdekaan ingin melupakan jasa-jasa
pejuang kemerdekaan? Padahal Bung Karno mengatakan JAS MERAH!
Kedua, penduduk indonesia mayoritas adalah penduduk beragama.
Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, dari 237.641.326 total penduduk Indonesia,
87,18% adalah pemeluk Islam, 6,96% protestan, 2,9% katolik, 1,69% hindu,
0,72% buddha, 0,05% kong hu cu, 0,13% agama lainnya
(https://id.wikipedia.org). Apa yang kita tangkap dari data tersebut? Tentulah
bahwa negara Indonesia adalah negara yang beragama. Jadi mustahil
menghilangkan peran agama dalam setiap aktivitas kehidupan warga negaranya.
Ketiga, dasar negara kita telah mencantumkan silah pertama yakni, KeTuhanan
yang Maha Esa. Ini menggambarkan peran agama itu benar-benar dijunjung tinggi
dalam proses bernegara. Memisahkan agama dengan politik/negara sama saja
dengan tidak mengakui sila pertama Pancasila tersebut.
Keempat, Agama berfungsi mengatur kehidupan manusia dalam segala
aspek. Khususnya agama Islam yang merupakan agama yang mayoritas, setiap
58
tingkah laku pemeluknya harus diatur menurut hukum Islam. Meninggalkan salah
satu aspek dalam hukum Islam, berarti agamanya menjadi tidak sempurna.
Padahal perintah dalam Al-Qur‘an sudah jelas bahwa kita disuruh, ―Masuklah
kedalam Islam secara Kaaffah. Islam jelas tidak memisahkan agama dengan
politik/negara.
Kelima, salah satu program besar Jokowi adalah revolusi mental. Apa
yang menjadi landasan program revolusi mental yang Presiden gaungkan jikalau
bukan agama? Karena revolusi mental itu akan berhasil jikalau manusia dekat
dengan Tuhannya. Sehingga ketika dia dekat dengan Tuhannya, maka tentu
manusia tersebut akan berpikir dan berperilaku yang baik dan benar sesuai
perintah Tuhannya. Tidak akan berbuat kerusakan dimuka bumi. Namun jika
landasannya adalah Liberalisme, maka pasti akan menghasilkan manusia-manusia
pembuat masalah di Indonesia tercinta ini. Contoh saja, jika para politisi-politisi
kita adalah orang-orang baik agamanya, pastilah tidak akan korupsi, dan
kebijakan-kebijakn yang dihasilkan untuk keadilan dan kesejahteraan bersama.
Namun jika politik, dijauhkan dari agama, maka tidak heran banyaknya muncul
politisi-politisi busuk yang kita saksikan saat ini.
Keenam, negara yang memisahkan agama dan politik dapat menjadi
negara Komunis. Kita telah menyaksikan sendiri bagaimana kekejaman PKI di
Indonesia. Apakah kita akan mengulangi kejadian seperti GS30 PKI dimasa
lampau? Karena jelas bagi orang-orang komunis, agama itu tidak lain adalah
candu, dan penghambat misi mereka untuk menguasi negara.
Oleh karena itu, penulis berharap ditengah kondisi negara yang carut
marut seperti saat ini, seorang Presiden tidak perlu mengeluarkan pernyataan-
pernyataan yang semakin menambah kegaduhan di negeri ini. Hendaklah masing-
masing kita menjadi perekat dan penentram suasana. Sehingga visi Nawacita yang
beliau gaungkan benar-benar dapat kita wujudkan bersama.
*Penulis adalah Pemerhati Sosial Politik Indonesia dan Direktur Eksekutif BSIC
(Bengkulu Survey and Information Center)
59
Dalam konteks konstitusi kita, dalam pembukaan UUD RI, tertulis "Atas
berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa..."
Sakali lagi, yang pertama kali ditundukkan adalah keyakinan mereka
terhadap kekuasaan Allah. Seluruh jiwa dan pikirannya tunduk, patuh dan disertai
cinta kepada yang Allah dan rasul-Nya.
Ketundukkan ini menjadi penting. Karena apa pun solusi yang ada tanpa
ketundukkan hati dan pikiran manusia kepada pencipta-Nya, potensi konflik akan
terus terjadi sampai akhir zaman. Semua solusi yang ditawarkan hanya semu.
Karena hati manusia terus bergejolak setiap waktu dan setiap saat. Kecuali, hati
dan jiwa yang hidup di bawah naungan petunjuk sang Ilahi.
Dalam konteks Indonesia, hadiah terbesar untuk bangsa ini ketika
cendikiawan muslim saat itu legowo dan menerima penghapusan tujuh kata demi
persatuan. Akhirnya, pancasila mempersatukan kita saat ini sebagai kesepakatan
bersama. Pancasila menyatukan 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa, 719 bahasa
daerah menurut Summer Institute of Linguistics (SIL) (652 bahasa daerah,
berdasarkan hasil verifikasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia), dan ada 6 agama,
semua bisa bersatu dan rukun itu karena Pancasila. Namun demikian, tahun-tahun
berlalu. Sedih dalam benak Kasman Singodimedjo tak juga beranjak. Air matanya
menetes saban mengingat perannya menyetujui penghapusan tujuh kata dalam
Piagam Jakarta pada pagi 18 Agustus 1945. ―Saya lah yang ikut bertanggung
jawab dalam masalah ini (baca: menghapus tujuh kata Piagam Jakarta), dan
semoga Allah mengampuni dosa saya,‖ kata Kasman seperti ditulis cendikiawan
Muhammadiyah Lukman Harun dalam Hidup Itu Berjuang: Kasman
Singodimedjo 75 Tahun.
Radikalisme agama selama ini sudah banyak dibahas. Ini dianggap sebagai
pemicu konflik. Bahkan negara telah membentuk badan khusus bernama Badan
Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT) dan dilengkapi lagi sebuah detasemen
khusus bernama Detasemen Khusus 88 (Densus 88). Yang menarik adalah negara
tidak mewaspadai bahaya radikalisme sekuler yang juga bertentangan dengan
ideologi negara. Sampai saat ini tidak ada aparat negara yang berteriak keras
tentang perlunya mewaspadai paham radikalisme sekuler yang merebak di
Indonesia. Tidak ada dibentuk badan khusus penanggulangan bahaya sekulerisme.
Tidak ada detasemen khusus yang ditugaskan untuk itu. Padahal ini bisa memicu
konflik di tengah-tengah masyarakat. Contohnya salah satu disertasi dari UIN
Jogja tentang pembolehan zina dengan orang yang memikili komitmen hidup
bersama.
Islam hadir bukan untuk merusak persatuan dan menghilangkan pondasi
negara. Jika kita mempelajari sejarah, para pendiri bangsa sudah berdebat panjang
tentang hal ini. akan tetapi, mereka saling berlapang dada menerima pandangan
yang berbeda. inilah yang tidak dimiliki oleh para pemimpin bangsa saat ini.
Disinilah budaya literasi menjadi penting agar kita bisa saling berlapang dada.
Puncak dari kehidupan bernegara dan berbangsa yang berdaulat adalah
melepaskan umat Islam dan bangsa Indonesia seluruhnya dari kemiskinan dan
kebodohan serta menegakkan keadilan. Orang yang terdidik tentu sangat
menyadari bahwa sikap objektif mendorong kita untuk terbuka menerima
argumen orang lain. Pendekatan-pendekatan yang lebih baik tentu harus kita
terima dengan lapang dada. Islam mengajarkan hal itu.
Islam hadir untuk memberikan ruh pada pancasila, karena islam sama
sekali tidak meniadakan pancasila. justru jika dicarikan dalilnya, pancasila lahir
dari kandungan-kandungan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
3. Persatuan Indonesia
Dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal (QS Al-Hujurat/49: 13)
Islam membangun lahir dan batinnya manusia agar menjadi manusia yang
paripurna.
Walaupun memang harus kita akui, karena keterbatasan pendidikan, latar
belakang yang beragam, ekonomi, budaya, dan ketajaman akal dan pemahaman
tentang islam. Keindahan Islam tertutupi oleh tingkah lagi umat islam sendiri.
Tapi, substansi ajaran islam mengandung pesan-pesan universal untuk seluruh
manusia. Orang yang menolak islam, hanya ada dua kemungkinan. Pertama,
belum memahami secara utuh konsepnya. Kedua, karena terlalu paham konsepnya
dan konsekuensinya. karena demikiannya, sunnatullah kebenaran, pada awalnya
ditolak dengan keras, ditentang, lalu akhirnya diterima. Mengapa? Karena Islam
adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia.
Sistem nilai islam hidup di sanubari setiap pemeluknya. Ia (Keyakinan/
iman) selalu diperbaharui setiap saat, minimal 5 kali sehari. Untuk apa? agar
manusia sadar dan ingat akan janji dan tujuan untuk apa ia diciptakan. Agar
kesadaran akal sehat dan kebersihan hatinya selalu terjaga untuk menjadi pelopor
keadilan, kebenaran, kedamian, dan pemersatu dalam segala lini kehidupan.
Kesadaran itu sangat penting, agar ia berlaku menjadi jujur, tidak
mengambil hak orang lain, menegakkan keadilan, mencari karunia Allah,
berkarya dan beramal untuk kehidupan yang abadi. Jadi para pendiri bangsa
(khususnya yang beragama islam) menyadari betul, bahwa umat yang besar ini
harus diatur dengan syariatnya sendiri. Untuk apa? agar dikemudian hari tidak
menimbulkan konflik. Mengapa umat islam? karena jumlahnya yang paling besar
dan kuantitas itu punya peluang untuk membawa kebaikan dan kebermanfaatan
untuk masyarakat, bangsa dan negara jika diatur dengan baik. Di sisi lain, jika
umat itu dibiarkan hidup tanpa aturan ia bisa mendatangkan pergesekan,
permusuhan, perselisihan, dan perpecahan. Konflik dengan siapa? Baik konflik
antar sesama muslim maupun konflik dengan agama lain/ khususnya antar anak
bangsa.
Sejarah mencatat makanya masuklah klausa "...dengan kewajiban
mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja " Coba perhatikan
dengan baik, artinya syariat Islam dijalankan bagi orang islam sendiri. Atas nama
66
toleransi dan tali kebangsaan klausa tersebut dihapus. apa dampaknya? pondasi
negara menjadi rapuh.
Apa itu toleransi? Menurut para ahli, toleransi yakni sikap dan perilaku
yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan,
suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan
dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan
tersebut. jika memang kita dituntut saling menghargai, kenapa kita
mempermasalahkan umat islam untuk menerapkan syariat bagi pemeluk-
pemeluknya? Siapa sebenarnya yang tidak toleran?
Dampak dari semua ini, kita bisa rasakan hari ini. Semua saling
mengklaim pancasilais dan toleran. Tapi, klaim itu malah memunculkan banyak
gesekan di akar rumput. Toleransi tidak boleh mengorbankan prinsip-prinsip
keyakinan beragama, sebagaimana keyakinan agama tidak boleh dikorbankan
demi toleransi. Jadi, selain konsep yang terbukti dan teruji, kita butuh sosok yang
menjadi tauladan yang bisa memberikan contoh bagaimana konsep itu bisa hidup
sangat penting.
pentingnya karunia itu dan amat tinggi nilainya Allah mengingatkan mereka
supaya selalu mengingat-Nya dengan firman-Nya:
Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu lalu jadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.
(Q.S. Ali „Imran [3]: 103)
Maka dengan pertolongan Allah dan persatuan kaum Muslimin serta rasa
cinta, kasih sayang yang terjalin antara sesama mereka, betapa pun kesulitan dan
bagaimana pun besar bahaya yang akan menimpa tentu akan dapat ditanggulangi
dan diatasi. Saudaraku yang dirahmati Allah, hasil riset menunjukkan bahwa
konflik muslim dengan umat lain justru cenderung menurun beberapa tahun
terakhir, akan tetapi konflik sesama muslim semakin tinggi. Apa artinya ini?
Solusi dan imbauan yang diserukan belakangan ini tentang larangan
penggunaaan kata ―kafir‖ adalah hal yang sia-sia. Faktanya secara empiris di
masyarakat kita jarang memanggil saudara kita dengan sebutan ―Hai kafir‖. Tentu
kita memanggilnya dengan sebutan Pak Fulan, Mas Danu, dan panggilan sopan
lainnya. Kenapa? Karena islam mengajarkan kita seperti itu. Imbauan itu justru
membuat konflik semakin meningkat. Bukan terhadap umat lain, tetapi sesama
muslim. Kenapa? Karena yang mengeluarkannya salah satu ormas islam.
Mari kita sudahi semua ini, bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang
yang beriman. Pahamilah tujuan yang sebenarnya, kenali siapa musuhmu yang
sebenarnya dan siapa saudaramu. Bukanka kita semua bersaudara? Jika tidak
saudara seiman, maka kita sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Menyakiti ciptaan-
Nya tanpa alasan yang benar, sama juga menyakiti Sang Pencipta.
Allah memperingatkan pula dalam ayat ini bagaimana tingginya nilai
persatuan itu sehingga bila Nabi Muhammad sendiri menghabiskan semua
kekayaan yang ada di bumi untuk mencapainya pasti dia tidak akan berhasil.
Wahai saudaraku, sekali lagi ingatlah, kita tidak akan bisa meraih dan
memenangkan hati manusia dengan semua kekayaan yang kita miliki, apalagi jika
sumber daya kita terbatas. Tetapi, tidak perlu khawatir semua tantangan dan riak-
68
riak yang muncul ke permukaan publik akhir-akhir ini mengandung hikmah yang
besar bagi persatuaan dan kesatuan umat islam. Percayalah.
Mereka yang benci kepada islam, benci kepada Indonesia untuk bersatu
dan bersaudara. Tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka dengan iman yang
kuat dan rasa kasih sayang yang tinggi.
Bukankah kita tidak pernah merasakan senasip dan sependeritaan seperti
yang kita rasakan seperti saat ini? Anggaplah semua ini sebagai latihan agar
simpul-simpul keumatan semakin kuat dan mengkrucut menjadi sebuah pondasi
yang kokoh untuk menggapai ridho Allah. Ini adalah satu tanda bahwa Dia
meridai kaum Muslimin dan merestui perjuangan mereka dan tak usahlah mereka
merasa khawatir sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Luruskan niat dan berjuanglah dengan seluruh sumber daya yang kita miliki untuk
meninggikan kalimat Allah.
Karena ujian sebenarnya bukan ketika kita berada dalam kesempitan,
dicaci, dihina. Tetapi, ujian sebenarnya yang lebih berat adalah ketika kita meraih
kemenangan, dipuji, dan semua kenikmatan dibuka oleh Allah. Masihkah kita
mau bersatu? Masih kita bersaudara? Masihkah kita menyemah-Nya dengan tulus
ikhlas? Masihkah kita mau mengikuti ajaran nab Muhammad shalaullohhu ‗alaihi
wassalam? Masihkah kita mengedepankan ego, syahwat, dan amarah yang tidak
pada tempatnya? Ingatlah hanya Allah yang bisa mempersatukan hati kita.
Semoga semua itu tidak mengalihkan pandangan kita, semoga Allah menolong
kita semua.
69
Jauh sebelumnya, Bung Karno telah mengingatkan kita akan bahaya yang
akan bangsa kita hadapi kedepan. Ia tidak terlalu kuatir jika ada bangsa lain
datang untuk menjajah kembali dan menghancurkan bangsa Indonesia. Namun Ia
sangat mengkuatirkan bahwa kehancuran bangsa Indonesia itu justru terjadi
karena perpecahan dan permusuhan antar sesama anak bangsa itu sendiri. Prediksi
Bung Karno hampir mendekati kenyataan jika tidak segera ditanggulangi.
Tidak ada yang dapat memungkiri akan karunia Allah SWT untuk bangsa
Indonesia. Ia diciptakan seindah-indah bentuk, sekaya-kaya harta, sebagus-bagus
rupa, dan semanis-manis rasa. Maka, tidak heran banyak orang menyatakan
Indonesia sebagai surga dunia. Oleh karena sudah sepatutnya karunia ini kita
syukuri dengan menjaga dan merawatnya.
Indonesia dianugerahi kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Mulai
dari Tambang Emas Kualitas Terbaik di-Dunia yang berlokasi di Papua, dengan
jumlah Produksi emas diperkirakan mencapai 1.444.000 ons atau 40.936 kg per-
tahun. Memiliki luas area: 527.400 hektar. Selain itu, Indonesia juga memiliki
Cadangan Gas Alam Terbesar Di Dunia, Antara lain di Blok Natuna dan Blok
Cepu yang menghasilkan sekitar 200 kaki kubik minyak bumi dan gas alam.
Tetapi lagi-lagi yang menikmati ini adalah bangsa lain, karena pengelolanya
adalah Exxon Mobil.
Indonesia juga memiliki Tambang Batu Bara Terbesar Di Dunia. Kualitas
Tanah Terbaik Di Dunia juga ada dinegeri ini. Hampir semua lahan di Negeri Kita
bisa ditanami Tumbuhan-tumbuhan apapun. Negara ini juga mempunyai Lautan
terluas di dunia, hingga tidak heran memiliki jutaan spesies ikan yang tidak
dimiliki negara lain. Indonesia letaknya sangat strategis dikepit oleh dua samudera
yaitu samudera hindia dan samudera pasifik. Serta masih banyak kekayaan
sumber daya alam lainnya. (http://www.pusakaindonesia.org)
70
Selain kaya akan SDA, Indonesia juga bangsa yang kaya akan Ke-
Bhinneka-an. Negara yang berpenduduk sekitar 254,9 juta jiwa ini, memiliki
keragaman suku bangsa yang sangat banyak jumlahnya. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) berdasarkan hasil sensus penduduk terakhir, diketahui bahwa
Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa. (http://www.jpnn.com). Dari Sabang
hingga Merauke menyimpan kekayaan budaya yang begitu indah.
Indonesia juga mengakui ada 6 agama resmi yang dianut oleh warga
negaranya, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.
Kebebasan beragama ini telah dijamin oleh UUD 1945 yang dinyatakan bahwa
"tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan
kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah,
menurut agama atau kepercayaannya".
Indonesia juga sangat kaya akan ragam bahasa. Menurut Kepala Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), Mahsun, mengatakan bahwa Indonesia memiliki ragam bahasa
yang luar biasa banyaknya. Jumlahnya terus bertambah seiring penelitian yang
terus dilakukan. Pihaknya mencatat sedikitnya ada 442 bahasa yang dimiliki
Indonesia yang terungkap dalam Kongres Bahasa ke-9 yang digelar 2008 silam.
Pada 2012, penelitian berlanjut dengan mengambil sampel di 70 lokasi di wilayah
Maluku dan Papua. Hasil dari penelitian itu, jumlah bahasa dan sub bahasa di
seluruh Indonesia mencapai 546 bahasa. (http://nasional.kompas.com)
Dari data diatas, memang tidak ada yang bisa membantah bahwa bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang kaya dan beragam. Kekayaan dan Kebhinnekaan
yang dimiliki bangsa Indonesia ini bagaikan dua sisi mata pisau. Jika potensi ini
benar-benar dirawat dan dimanfaatkan dengan baik, maka ini akan dapat
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar di dunia. Namun juga
sebaliknya, jika potensi ini tidak dijaga dan dikelola dengan baik, maka tentu akan
menjadikan bangsa Indonesia sebagai perahan bangsa lain dan menjadi bangsa
yang terpecah belah saling bermusuhan.
Dari fakta yang ada, nampaknya kondisi yang kedua lebih nampak
menggambarkan bangsa Indonesia saat ini. Dimana, kekayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia masih banyak dikelola dan dinikmati oleh bangsa Asing.
71
oleh hukum. Kasus hukum Ahok dapat kita ambil sebagai contoh. Bagaimana
istemewanya Ahok dimata hukum. Mulai dari kasus dugaan korupsi RS Sumber
Waras, yang jelas data BPK menunjukkan adanya kerugian negara. Namun hingga
saat ini tidak jelas penanganannya. Belum lagi kasus penistaan agama yang
dilakukan oleh Ahok, sudah jelas tersangka namun masih bebas berkeliaran
menebar pesona. Padahal kasus-kasus yang serupa sebelumnya, tersangkanya
pasti langsung ditahan. Tolong tegakkan hukum seadil-adilnya.
Selanjutnya, pemerintah juga harus menginisiasi dan menggalakkan
sebuah forum lintas agama, etnis, suku dan jabatan. Forum ini berguna untuk
membahas semua keluhan serta berkomitmen untuk menuntaskannya. Semua
uneg akan terasa lega jika telah didengarkan, dibahas dan dipecahkan secara
bersama-sama. Tentu kerukunan akan semakin terjalin dengan duduk bersama dan
sama-sama duduk.
Kekayaan dan ke-Bhinneka-an Indonesia haruslah dirawat. Agar bisa diwariskan
untuk anak-cucu kita nanti. Merawat kekayaan dan ke-Bhinneka-an Indonesia
haruslah dengan aksi nyata, bukan dengan slogan belaka. Merawatnya adalah
dengan menciptakan persatuan, keadilan, kebersamaan dan kemakmuran bagi
semua rakyat Indonesia. Mustahil, kekayaan dan ke-Bhinneka-an itu akan terawat
jika bangsa kita jauh dari tuhan, dipimpin oleh pemerintah yang serakah,
kemiskinan dibiarkan merajalela, penegakkan hukum seperti dirimba, dan antar
anak bangsa sulit untuk bekerjasama. Oleh karena itu, mari kita jaga kekayaan
alam kita, dan kita rawat ke-Bhinneka-an kita.
73
Riuh rendah suara politik jelang pesta demokrasi lima tahunan di Kota
Bengkulu telah terdengar. Sebentar lagi, semua orang akan tahu siapa yang akan
menjadi peserta dalam Pemilihan Walikota (Pilwakot) Bengkulu yang
pencoblosannya dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2018 mendatang.
Menariknya, survei-survei politik jelang penetapan pasangan kandidat
tidak lagi semasif seperti pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sebelumnya.
Hanya ada satu survei yang terpantau dan dipublikasi oleh salah satu media lokal,
dimana yang melaksanakan surveinya merupakan kalangan internal mereka
sendiri yang kredibilitasnya tentu saja menguntungkan bagi afiliasi politik
mereka.
Fenomena menarik yang seakan menjadi rutinitas jelang Pilkada langsung
adalah bertebarannya fitnah dan hoax di media sosial (medsos). Mudahnya akses
publik untuk membuat akun medsos palsu menjadikan fitnah dan hoax itu
berlangsung masif bak tsunami yang menerjang logika sehat dan argumentasi
ilmiah apa saja yang berusaha membendungnya.
Patut disayangkan. Padahal sebenarnya Pilkada merupakan sebuah proses
demokrasi memilih pemimpin yang menuntut penggunaan nalar sehat berbasis
argumentasi yang objektif. Argumentasi soal memilih pemimpin itu tidak
sedangkal pertanyaan apakah seorang Walikota telah memasang spanduk di
pinggir jalan, di jalan apa spanduk itu dipasang dan siapa pihak-pihak yang entah
dengan sengaja atau tidak memasang spanduk tersebut.
Sebab, ada begitu banyak tantangan yang akan dihadapi oleh Bengkulu
sebagai sebuah kota. Katakanlah angka pengangguran yang masih tinggi, banjir
yang masih kerap terjadi, Pasar Panorama yang belum tertata rapi, dan banyaknya
warga miskin dari kabupaten-kabupaten tetangga yang berurbanisasi.
Tidak elok meletakkan kesalahan pada pundak-pundak orang tertentu.
Pasalnya, Bengkulu adalah milik semua orang yang hidup, bernafas, lahir, makan,
tidur, beranak pinak dan mati di kota ini. Apa yang bisa dicermati adalah apa yang
74
sudah dilakukan oleh pemangku kebijakan, tantangannya, serta jalan keluar yang
bisa dilakukan secara bersama-sama.
Sebuah fakta yang tak terbantahkan adalah meski dengan anggaran yang
terbatas, bahkan pembangunan sempat dua tahun terseok-seok karena adanya
kriminalisasi dana bantuan sosial tahun 2013 yang dialami oleh para pemangku
kebijakan, wajah Kota Bengkulu telah sangat berubah jauh dari masa sebelum-
sebelumnya.
Dahulu Kota Bengkulu yang tak berumah sakit sendiri, kini telah
memilikinya. Dahulu terlalu banyak jalan yang rusak, kini hampir nyaris semua
yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kota untuk memperbaikinya telah
diperbaiki. Dahulu kriminalitas dan pengangguran teramat mengkhawatirkan, kini
telah jauh berkurang. Dahulu pendidikan sulit dijangkau, sekarang hampir seluruh
anak yang bertekad sekolah di tingkat dasar telah difasilitasi oleh Pemerintah
Kota. Air bersih telah banyak dinikmati dan listrik sudah jarang mati.
Semua itu dicapai dengan begitu banyak kendala. Sebut saja proposal dana
pinjaman sebesar Rp250 miliar dari PT Sarana Multi Infrastruktur yang ditolak
atau proses revisi Peraturan Daerah (Perda) tentang Dana Bergulir Satu Miliar
(Samisake) yang pengesahannya ditunda-tunda oleh para anggota DPRD Kota
Bengkulu yang terhormat.
Rakyat tentu berharap semua kekurangan itu bisa diperbaiki. Bila
persoalannya adalah politik, rakyat berhak menghukum mereka yang telah
menghambat pembangunan secara politik di kotak suara. Bila masalahnya di
legislatif, rakyat berhak mengganti semua mereka yang menghambat usaha-usaha
untuk mensejahterakan rakyat.
Dengan begitu, Bengkulu di masa mendatang adalah Bengkulu yang indah
untuk dikunjungi oleh semua orang. Bengkulu yang aman dari tindak kriminalitas
karena semua orang telah sejahtera. Bengkulu yang cerdas karena semua anak
bersekolah. Bengkulu yang maju karena semua infrastruktur telah dibangun
dengan baik. Bengkulu yang sehat karena budaya gerak masyarakat dan adanya
rumah sakit berkualitas yang menjamin seluruh warganya untuk berobat tatkala
jatuh sakit.
75
Catatan : Tulisan ini telah terbit pada Media Online Pedoman Bengkulu
tanggal menjelang Pemilihan Walikota. Untuk lebih lengkapnya silahkan klik
http://
76
ABSTRAK
PEMBAHASAN
2. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah
memiliki hak menggunakan suara
3. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun
4. Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia, hanya
diketahui oleh si pemilih itu sendiri
6. Adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa
ada pengistimewaan atau diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas
jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih atau peserta pemilu, tetapi
juga kepada penyelenggara pemilu.
78
Pemantau Pemilu
KESIMPULAN
3. Adanya persepsi yang sama antara Bawaslu dan pihak-pihak yang tergabung
dalam sentra Gakkumdu (Penegakkan Hukum Terpadu) terkait jenis-jenis
pelanggaran pemilu dan mekanisme penindakannya
suara agar tidak terjadi salah penghitungan suara seperti kesalahan dalam
menuliskan jumlah suara pada form Model C1
6. Sinergitas antara Bawaslu dengan Komisi Pemilihan Umum dan pihak terkait
dalam hal
RUANG 3
Oleh: Yahumri
ABSTRAK
Pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius, terutama
sub sektor tanaman pangan yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Kegagalan panen disuatu sentra produksi dapat menyebabkan keguncangan di
daerah lain, terlebih pada daerah yang bukan sentra pertanian. Perubahan pola
curah hujan, peningkatan kejadian iklim ekstrim, serta kenaikan suhu udara dan
permuakaan air laut telah menyebabkan produksi pertanian, terutama sub sektor
tanaman pangan menurun secara signifikan. Untuk itu, Badan Litbang telah
menyusun teknologi adaptif dengan perubahan iklim yaitu sistem informasi
Kalender Tanam (KATAM) terpadu. Kalender Tanam Terpadu adalah pedoman
atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi
musim, awal tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan banjir dan
kekeringan, serangan OPT, serta rekomendasi varietas dan kebutuhan padi dan
palawija, serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk dan rekomendasi alsintan
berdasarkan prediksi variabilitas dan perubahan iklim.
PENDAHULUAN
Dalam dua dekade terakhir, isu perubahan iklim terus menguat dan menjadi
entry point penting dalam menyusun perencanaan pengembangan pertanian,
khususnya tanaman pangan. Perubahan iklim yang ditandai oleh perubahan pola
dan distribusi curah hujan, peningkatan suhu udara, dan peningkatan muka air laut
berdampak langsung terhadap kerentanan pertanian diwilayah tertentu (Badan
Litbang Pertanian, 2012) Perubahan iklim telah membuat sebaran hujan tidak
merata bahkan curah hujan harian ekstrim dapat mencapai 234 mm/hari
(Farmanta, 2012).
Pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius. Tanaman
pangan merupakan sub sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Kegagalan panen disuatu sentra produksi dapat menyebabkan keguncangan di
daerah lain, terlebih pada daerah yang bukan sentra pertanian. Perubahan pola
84
curah hujan, peningkatan kejadian iklim ekstrim, serta kenaikan suhu udara dan
permuakaan air laut telah menyebabkan produksi pertanian, terutama sub sektor
tanaman pangan menurun secara signifikan (Kementerian Pertanian, 2012).
Di tengah krisis pangan dunia yang dipicu oleh perubahan iklim, pemerintah
tetap menargetkan swasembada pangan (Ditjen Tanaman Pangan. 2008).
Sementara itu, produktivitas padi di Provinsi Bengkulu masih rendah yaitu 42,17
ku/ha salah satunya akibat dari dampak negatif perubahan iklim yaitu pergeseran
awal musim tanam dan pola tanam, ancaman kekeringan, banjir dan serangan
organisme penggangu tanaman. Untuk itu, Badan Litbang telah menyusun
teknologi adaptif dengan perubahan iklim yaitu sistem informasi Kalender Tanam
(KATAM) terpadu (Badan Litbang Pertanian, 2012).
Manfaat Kalender Tanam antara lain: (1) Menentukan waktu tanam
pada setiap musim yaitu musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK), (2)
Menentukan pola, rotasi tanam dan rekomendasi teknologi pada skala kecamatan,
(3) Menduga potensi luas tanam untuk mendukung sistem perencanaan tanam dan
produksi tanaman pangan, (4) Mengurangi resiko penurunan dan kegagalan
produksi serta kerugian petani akibat kekeringan, banjir dan serangan OPT.
Semakin menonjolnya isu perubahan iklim maka penerapan Katam sangat
mendukung upaya adaptasi sekaligus mitigasi dalam pengamanan/penyelamatan
atau pengurangan resiko, pemantapan pertumbuhan produksi, dan mengurangi
dampak sosial-ekomomi. Oleh karena itu peranannya yang sangat strategis dan
bersifat dinamis.
lebih panjang. Sebaliknya, di Wilayah Selatan Jawa dan Bali intensitas curah
hujan cenderung meningkat tetapi dengan periode yang lebih singkat (Naylor,
2007). Secara nasional, Boer et al. (2009) mengungkapkan tren perubahan secara
spasial, di mana curah hujan pada musim hujan lebih bervariasi dibandingkan
dengan musim kemarau.
2. Sumber Daya Lahan dan Air
Secara umum, perubahan iklim akan berdampak terhadap penciutan dan
degradasi (penurunan fungsi) sumberdaya lahan, air dan infrastruktur terutama
irigasi, yang menyebabkan terjadinya ancaman kekeringan atau banjir. Di sisi lain,
kebutuhan lahan untuk berbagai penggunaan seperti pemukiman, industri,
pariwisata, transportasi, dan pertanian terus meningkat, sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan kemajuan zaman. Secara absolut,lahan yang
tersedia relatif tetap, bahkan cenderung menciut dan terdegradasi, baik akibat
tidak tepatnya pengelolaan maupun dampak perubahan iklim. Kondisi tersebut
menyebabkan laju konversi lahan akan semakin sulit dibendung dan sistem
pengelolaan lahan akan semakin intensif, bahkan cenderung melebihi daya
dukungnya.
Berdasarkan analisis Irawan et al. (2001), dalam periode 1981-99 telah terjadi
alih fungsi lahan sawah seluas 1.002.055 ha, sementara penambahan luas lahan
sawah hanya 518.224 ha. dalam periode 1999-2002 telah terjadi konversi lahan
sawah seluas 167.150 ha, yang menyebabkan penciutan lahan sawah seluas
107.482 ha (Sutomo, 2004). Data penciutan lahan sawah ini masih menjadi
kontroversi, tetapi fakta di lapangan mengindikasikan bahwa intensitas konversi
lahan semakin tinggi dan sulit dikendalikan. Penciutan lahan sawah tadah hujan di
Jawa relatif kecil setelah tahun 2000. Sementara di luar Jawa cenderung
meningkat tajam, sekitar 300.000 ha selama kurun waktu 1995-2000, terutama
akibat beralih fungsi menjadi areal perkebunan kelapa sawit.
Pengusahaan lahan kering perbukitan atau lahan berlereng padat penduduk
pada umumnya kurang memperhatikan aspek lingkungan dan seakan mendorong
perluasan lahan kritis yang umumnya berada di kawasan DAS penyangga. Selain
menurunkan produktivitas, kerusakan lahan tersebut juga menurunkan fungsi
hidrologis dan potensi sumberdaya air akibat penurunan daya serap dan daya
86
tampung air, meningkatnya ancaman banjir, dan kekurangan air atau bahkan
kekeringan. Ancaman banjir dan kekeringan akan diperparah oleh perubahan pola
curah hujan dan kejadian iklim ekstrim akibat perubahan iklim.
3. Tanaman
Pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, paling rentan terhadap
perubahan pola curah hujan, karena tanaman pangan umumnya merupakan
tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman (kelebihan dan
kekurangan) air. Secara teknis, kerentanan tanaman pangan sangat berhubungan
dengan sistem penggunaan lahan dan sifat tanah, pola tanam, teknologi
pengelolaan tanah, air, tanaman, dan varietas (Las et al., 2008b). Oleh sebab itu,
kerentanan tanaman pangan terhadap pola curah hujan akan berimbas pada luas
areal tanam dan panen, produktivitas, dan kualitas hasil. Kejadian iklim ekstrim,
terutama El-Nino atau La-Nina, antara lain menyebabkan: (a) kegagalan panen,
penurunan IP yang berujung pada penurunan produktivitas dan produksi; (b)
kerusakan sumberdaya lahan pertanian; (c) peningkatan frekuensi, luas, dan
bobot/intensitas kekeringan; (d) peningkatan kelembaban; dan (e) peningkatan
intensitas gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) (Las et al., 2008a).
Faktor pemicu kegagalan panen salah satunya adalah serangan hama dan
penyakit. Perubahan iklim mengakibatkan perkembangan dinamika serangan
hama danpenyakit, salah satu serangan walang sangit dan tikus. Fattah dan Hamka
(2011) menyatakan serangan tikus di musim kemarau lebih tinggi karena
pengaruh iklim seperti cuaca. Pada musim kemarau, intensitas curah hujan lebih
rendah dibanding musim hujan sehingga aktifitas tikus untuk mencari makanan
lebih banyak Berbeda halnya pada musim hujan, berbagai kendala yang dihadapi
tikus untuk melakukan aktifitasnya seperti curah hujan yang tinggi menyebabkan
terjadinya banjir sehingga banyak lubang-lubang tikus yang terendamakibatnya
banyak tikus yang mati karena kedinginan terutama anak tikus.
Baehaki dan Abdullah (2008) menyatakan bahwa perubahan iklim global juga
dapat mengakibatkan terjadinya dinamika organisme penganggu tumbuhan yaitu
peningkatan serangan hama danpenyakitdi areal persawahan di Indonesia.Fattah
dan Hamka (2011) menambahkan bahwapenyebab serangan walang sangit adalah
karena pengaruh iklim. Kondisi suhu yang panaskemudian diiringi dengan hujan
87
dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim dan perubahan pola curah
hujan. Kementerian Pertanian menerbitkan petakalender tanam yang
menggambarkan potensi pola dan waktu tanam bagi tanaman pangan terutama
padi. Peta kalender tanam disusun berdasarkan kondisi pola tanam petani saat ini,
dengan tiga skenario kejadian iklim, yaitu tahun basah, tahun normal dan tahun
kering.
Inovasi teknologi adaptif untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim
antara lain adalah: (a) Varietas unggul yang rendah emisi GRK, toleran
kekeringan dan genangan, berumur genjah (ultra genjah), dan toleran salinitas; (b)
Teknologi pengelolaan lahan dan air, pengolahan tanah, sistem irigasi intermitten,
pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan, dan pengomposan; (c) Teknologi
zero waste dan pemanfaatan limbah (organik) pertanian, pupuk organik, pakan
ternak, teknologi biogas dan bioenergi (Badan Litbang Pertanian, 2011).
SIMPULAN
Beberapa simpulan dari upaya adaptasi sektor pertanian terhadap perubahan iklim:
1. Perubahan iklim semakin dirasakan dampaknya terutama sektor pertanian oleh
karena itu penerapan Kalender Tanam (KATAM) sangat mendukung upaya
adaptasi sekaligus mitigasi dalam pengamanan/penyelamatan atau pengurangan
resiko, pemantapan pertumbuhan produksi, dan mengurangi dampak sosial –
ekomomi.
2. Agar para pemangku kebijakan, penyuluh, petani, dan pengguna inovasi
lainnya dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim secara masif dan
berkelanjutan untuk meminimalisir dampak perubahan iklim terhadap sektor
pertanian.
3. Kalender Tanam (KATAM) bersifat dinamis, dapat diperbaharui dan dapat
menyesuikan dengan musim.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim
Sektor Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Badan Litbang Pertanian. 2012. Petunjuk Teknis Gugus Tugas. Kalender Tanam
Terpadu dan Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor.
90
Sutomo, S. 2004. Analisa data konversi dan prediksi kebutuhan lahan. Hal 135-
149 dalam Hasil Round Table II Pengendalian Konversi dan Pengembangan
Lahan Pertanian. Direktorat Perluasan Areal. Ditjen Bina Produksi Tanaman
Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.
92
mantan Kepala Desa dan RAM kedua milik Kepala Desa yang baru. Setelah
ditelisik lebih jauh pemodal keduanya adalah pengusaha Cina. Melalui dua orang
yang paling berpengaruh di Desa itulah Cina menancapkan kuku-kuku kekuasaan
ekonomi dalam mengatur harga sawit bahkan lebih jauh lagi mengatur suksesi
kepemimpinan Desa. Tentu saja dengan modal yang tak terbatas dan dukungan
serikat pekerja sawit yang dimilikinya. Surveyor Cina yang datang dari
Malaysia, dari Jakarta mondar madir aja survey tanah, survey buah, survey lokasi
ke daerah ini. Mereka sudah memetakan Sumber Daya Alam sampai ke pelosok
negeri. Alumni KAMMI yang ada di sini (saya) hanya survei PILKADA, haha.
Sesekali ada juga yang datang dari Pekanbaru numpang nginap di tempat saya, tak
beranjak dari survey PILKADA, quick count. Mudah-mudahan nanti ada alumni
KAMMI yang datang untuk survey lahan eksplorasi Blok Rokan, survey ladang
minyak Blok Mahato.
Setelah lebih kurang tujuh tahun lamanya hidup di daerah perkebunan
kelapa sawit dengan segala suka dukanya maka datang pula waktunya beralih ke
daerah perbatasan provinsi Sumatera Barat – Riau tepatnya di Desa Koto Tuo
Kecamatan XIII Koto Kampar. Memang sudah suratan saya tinggal di ujung
negeri, sebelumnya di perbatasan provinsi Riau – Sumatera Utara sekarang di
perbatasan Riau – Sumatera Barat. Menariknya desa ini merupakan merupakan
desa pindahan dari desa lama yang terkena dampak genangan waduk Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang. Permasalahan pertama yang saya lihat
yaitu ramainya mobil pengangkut pasir dan batu sehingga jalan aspal jadi
berdebu, terkadang bahkan berumpur karena material yang diangkut bercampur
lumpur dan tanah. Tentu saja ini menimbulkan permasalahan baik dari segi
kesehatan juga dari segi keselamatan pengendara di jalan raya.
Bila diselidiki lebih jauh lagi perusahaan galian type C di sepanjang
aliran Sungai Kampar ternyata tidak ada yang memiliki izin resmi dari Gubernur
Provinsi Riau. Sehingga usaha ini bisa menjadi ladang ―kucing-kucingan‖ aparat
kepolisian, satpol PP, tentara dengan pelaku usaha. Bila setoran lancar usaha pun
lancar, bila setoran tidak lancar maka usaha pun tidak lancar. Gejolak demo
pemuda, mahasiswa dn masyarakat hanya sebentar. Setelah demo galian C ini
ditutup, tak lama setelah itu kembali beroperasi. Apalah daya masyarakat kecil ini
95
bila berhadapan dengan petinggi negeri yang sudah ambil bagian dalam usaha
galian C ini bukan hanya sebagai penerima setoran bahkan aparat secara nyata
juga ikut menjadi pemain langsung. Barangkali isu-isu seperti ini sudah
selayaknya menjadi perhatian kita bersama karena berjuang itu bukan hanya
menyampaikan khutbah, ceramah di mimbar, urusan PILKADA, PILEG dan
PILPRES yang gegap gempita. Bencana banjir, longsor,dan bencana ekologis
lainnya menanti bila galian C ini sengaja dibiarkan.
Bila kita layangkan pandangan dari pinggiran sungai Kampar ke arah
deretan perbukitan yang merupakan gugusan dari Pegunungan Bukit Barisan
meneteslah air mata bagi yang punya hati nurani. Tanah itu bukan milik kita lagi,
sudah berganti dengan kebun sawit si mata sipit, juga sudah berganti dengan
kebun sawit milik prajurit. Bagaimana bisa mereka mendapatkan tanah yang
begitu luas hingga mampu membuat perkebunan sawit di atas tanah ulayat ini.
Jawabannya sederhana ―dek pitih sagalo jadih, dek ameh sagalo bakeh.‖ Tanah itu
dulunya milik masyarakat, karena kebutuhan mendesak maka dijuallah tanah itu
kepada orang yang bisa membeli tanpa dikaji lagi siapa orang yang membeli.
Rupanya orang yang membeli itu sengaja ditugaskan oleh perusahaan tertentu
untuk melakukan pembebasan tanah. Semua aparat yang terlibat mulai dari
Kepala Desa, Niniak Mamak apakah tidak menyadari ratusan surat tanah yang
dikeluarkan atas nama yang berbeda akhirnya berada di tangan satu orang saja.
Tidak tahu atau pura-pura tidak tahu.
Masyarakat yang vocal mendapat intimidasi, bahkan dijemput tengah
malam oleh polisi, bukan polisi sektor kecamatan, bukan pula oleh polisi resor
kabupaten tapi langsung oleh POLDA. Siapa yang tahan diintimidasi begini tanpa
ada lembaga bantuan hukum yang mendampingi. Hilang nyali aktivis bila sudah
begini. Berani dan garang saat demo di kota, di tengah kawan-kawan yang
mendampingi. Lain cerita bila berjuang di ujung negeri, jauh dari liputan media,
jauh dari bantuan hukum, salah-salah bukan hanya berujung di jeruji besi tapi
nyawa terintimidasi. Saya rasa permasalahan tanah, konflik perusahaan dengan
masyarakat di semua tempat di Indonesia hampir sama. Butuh pejuang-pejuang
tangguh untuk berhadapan dengan kekuatan uang dan kekuasaan.
96
RUANG 4
RUANG EKONOMI
97
juga semakin tinggi dan beban bunga hutang yang harus dibayar juga semakin
besar. Semakin tinggi Debt ratio, menyebabkan bunga hutang semakin tinggi dan
hal ini akan menjadi beban bagi BUMN untuk tumbuh kedepan.
Selanjutnya, indikator yang juga bisa digunakan untuk mengukur kinerja
BUMN adalah Debt to Equity Ratio. Ketika nilai rasio ini meningkat artinya
sebagian aset perusahaan dibiayai oleh kreditor (pemberi hutang) dan aset tersebut
bukan berasal dari ekuitas (modal perusahaan sendiri). Hal ini merupakan trend
yang cukup berbahaya bagi sebuah perusahaan. Pemberi pinjaman dan Investor
biasanya memilih Debt to Equity Ratio yang rendah karena kepentingan mereka
lebih terlindungi jika terjadi penurunan kinerja perusaaan.
Nilai Debt to Equity Ratio dari BUMN terus meningkat setiap tahunnya.
Dapat dilihat, mulai dari nilai 1,856 pada tahun 2016, menjadi 2,029 pada tahun
2017 dan terakhir semakin tinggi menjadi 2,264 pada tahun 2018. Hal ini cukup
membahayakan bagi BUMN, karena setiap tahunnya penambahan Aset BUMN
berasal dari hutang, bukan dari keuntungan ataupun modal usaha BUMN.
Penambahan aset yang berasal dari hutang seharusnya tidak bisa disebut sebagai
sebuah pencapaian yang bagus dalam mengelola BUMN yang ada dan hal ini
perlu dievaluasi.
Indikator kinerja perusahaan yang terakhir adalah Rate of return on total
assets (ROA). ROA biasanya digunakan untuk mengukur seberapa
menguntungkan perusahaan dalam menggunakan asetnya. Nilai ini bisa
menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan mampu mengkapitalisasi asetnya,
sehingga aset yang ada bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan Laba bersih bagi
perusahaan.
Dalam konteks BUMN, Nilai RoA dari tahun 2016 hingga 2018 tidak ada
perubahan signifikan dan malah cenderung menurun. Pada tahun 2016, nilai RoA
BUMN sebesar 0,025, lalu berubah sedikit menjadi 0,026 pada tahun 2017 dan
menurun kembali pada tahun 2018 menjadi 0.023. Hal ini pertanda bahwa
manajemen BUMN saat ini gagal dalam mengelola dan memaksimalkan aset
BUMN yang ada untuk menghasilkan keuntungan bagi negara. Padahal aset dan
hutang yang begitu besar, seharusnya bisa menghasilkan keuntungan yang besar
juga bagi BUMN dan negara.
99
Satu hal yang sangat disayangkan bahwa pertambahan jumlah hutang yang
sangat signifikan tahun 2016-2018 yaitu sebesar 1.373 Triliyun rupiah, yang
menyebabkan pertumbuhan aset yang cukup bagus, namun tidak berimplikasi
signifikan pada peningkatan keuntungan BUMN. Hal ini dapat dilihat dengan
jelas dari nilai ROA keseluruhan BUMN yang menjelaskan bahwa tidak ada
perubahan nilai yang signifkan.
Pengelolaan BUMN harus dievaluasi secara menyeluruh, hal ini berkaitan
dengan hutang yang semakin bertambah banyak namun tidak menghasilkan
keuntungan yang signifikan bagi BUMN dan negara. Hutang yang semakin
banyak yang mengakibatkan Debt Ratio semakin tinggi, sehingga BUMN harus
menanggung beban bunga hutang yang semakin besar juga. Selain itu resiko
BUMN untuk membayar hutang juga semakin tinggi, yang salah-salah resikonya
bisa menyebabkan BUMN gagal dalam membayar hutang yang ada. Disamping
itu, laba bersih yang dihasilkan oleh BUMN tidak bertambah signifikan, hal ini
dapat dilihat dari RoA yang cednerung stagnan dan menurun. Sangat disayangkan
sekali, BUMN yang mengambil resiko tinggi, namun tidak menghasilkan
keuntungan yang tinggi pula.
Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlu evaluasi yang
menyeluruh dari keseluruhan BUMN yang ada dan juga Kementerian BUMN
yang menjadi penanggung jawab utama pengelolaan BUMN tersebut. Hal ini
dikarenakan, kebijakan untuk mengambil begitu banyak hutang tidak berdampak
signifikan pada keuntungan negara. Padahal keseluruhan BUMN tersebut
mengambil cukup besar resiko bisnis untuk hutang tersebut. Namun hutang yang
ada tidak maksimal dalam mengahasilkan keuntungan bagi negara.
Zakat merupakan salah satu ajaran Islam yang termaktub dalam rukun
Islam. Zakat terdiri dari zakat fitrah dan zakat maal. Seorang muslim wajib
mengeluarkan zakat jika sudah sampai haul dan nisabnya. Jika seorang muslim
yang tidak membayar zakat, padahal haul dan nisabnya sudah cukup, berarti ia
termasuk orang-orang tidak menjalankan rukun Islam. Di zaman khalifah pertama
Abu Bakar Assidiq, orang-orang yang tidak membayar zakat, diperangi sampai
mereka mau kembali membayar zakat.
Kategori tidak menjalankan rukun Islam, bukan hanya untuk orang yang
tidak mau membayar zakat, tetapi juga termasuk bagi orang-orang yang
menentang terlaksananya undang undang zakat yang sudah dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia termasuk turunan dari peraturan peraturan tentang zakat
didaerah berupa PERDA dan Surat Edaran Kepala Daerah.
Sebagaimana kita pernah mendengar berita tahun lalu, sebagian besar
anggota DPRD Provinsi Bengkulu menolak Raperda Zakat. Padahal Raperda
Zakat tersebut merupakan Raperda inisiatif para anggota dewan tersebut. Dari
total fraksi yang ada di DPRD provinsi, hanya 3 (tiga) fraksi yang setuju raperda
zakat, yaitu Fraksi Keadilan Pembangunan, yang merupakan gabungan dari partai
Keadilan Sejahtera dan Partai Persatuan Pembangunan, Fraksi PAN dan Fraksi
Nasdem. Selebihnya menolak raperda yang sudah mereka buat sendiri, padahal
sebagian besar dari anggota fraksi tersebut adalah muslim, bahkan ada yang
mantan pejabat salah satu instansi keagamaan.
Seorang Muslim yang tidak menjalankan rukun Islam berarti ia telah
meruntuhkan tiang agamanya. Karena rukun Islam merupakan tiang-tiang bagi
sebuah bangunan Islam. Kedudukan seorang muslim dalam zakat hanya ada dua.
Sebagai muzakki, yaitu orang yang wajib mengeluarkan zakat atau sebagai
mustahik, yaitu orang yang berhak menerima zakat. Wacana pemotongan zakat
bagi seluruh ASN (aparatur sipil negara) yang mendapat respon negatif oleh
sebagian kecil oknum pejabat muslim, merupakan sebuah pertanyaan besar atas
pemahaman keIslaman mereka?
102
di belahan daerah lain dalam kondisi kelaparan, tidak bisa sekolah, tidak bisa
berobat, dan sebagainya dalam kondisi kekurangan.
Ayo kita berzakat, supaya harta dan hati kita menjadi bersih dan berkah.
Dengan berzakat berarti ikut berpartisipasi dalam membantu saudara-saudara kita
yang berada dalam kekurangan. Membantu saudara saudara kita yang kelaparan,
membantu pendidikan anak-anak yang putus sekolah, membantu yang tidak bisa
berobat dan lain sebagainya. Tentunya membantu program pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan.
Ayo berzakat, maka ekonomi ummat akan bangkit.
Wallahu‟alam.
106
RUANG 5
RUANG PENDIDIKAN
107
ABSTRAC
The challenge of our education was the challenge for parents, school and society. It was
not only school responsibility, but according to Ki hajar Dewantara, family was central of
education. One of our education challenges was free sex which had effect as sexual
abuse, unwanted pregnancy and reproduction health. Islamic sex education in family
consists of : Embed shame on children, separating their beds, introducing Visiting Time
(asking permission in 3 times), Educated to maintain the cleanliness of the genitals,
introducing their brother and sister (mahram), Educated to keep their looking, educated
children not to do ikhtilat (Mixed up men and women), educated children not to do
khalwat (together with the opposite sex), educated to make up ethics, and ihtilam and
menstruation (Zulia Ilmawati in id.the asianparent.com, access on 5th February 2019).
This research aimed to gave description about Islamic sex education practice in
Muhammadiyah‘s Family. Its scope was pre aqil baligh period. The approach used in this
study is qualitative. The subjects of this study were children of the Muhammadiyah
Bengkulu organization management. Sample selection techniques use purposive
sampling, a technique of collecting data through interviews directly to the speakers. The
research data obtained were analyzed using descriptive data analysis techniques. The
results of the study show Islamic values in sex education pattern still touched firm in their
family, even though 11 values that described with Zulia Ilmawati was not all done it.
Key Word : Islamic Parenting, Sex Education, Pattern Of Pre–Aqil Baligh,
Muhammadiyah‘s Family
ABSTRAK
Tantangan pendidikan kita adalah tantangan bagi orang tua, sekolah, dan masyarakat.
Bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi menurut Ki hajar Dewantara, keluarga
adalah pusat pendidikan. Salah satu tantangan pendidikan kita adalah seks bebas yang
terjadi seperti pelecehan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan dan kesehatan
reproduksi. Pendidikan seks islami dalam keluarga terdiri dari: Menanamkan rasa malu
pada anak-anak, memisahkan tempat tidur mereka, memperkenalkan waktu
berkunjung(meminta izin dalam 3 waktu, menjaga kebersihan alat kelamin, mengenali
saudara mereka dan saudara perempuan (mahram), Dididik untuk menjaga pandangan
mereka, anak-anak yang berpendidikan tidak melakukan ikhtilat (Mencampur aduk laki-
laki dan perempuan), anak-anak terdidik untuk tidak melakukan khalwat (berdua dengan
lawan jenis), dididik etika dalam berdandan, ihtilam dan menstruasi (Zulia Ilmawati
dalam id.the asianparent.com, akses pada 5 Februari 2019). Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang praktik pendidikan seks Islam di Keluarga
Muhammadiyah. Batasannya adalah pada masa pra aqil baligh. Pendekatan yang
digunakan dalamn penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini
adalah anak dari pengurus organisasi Muhammadiyah Bengkulu. Tekhnik pemilihan
Sampel menggunakan purposive sampling ,Tekhnik pengumpulan data melalui
108
Tabel: wawancara pengasuhan pendidikan seks dalam keluarga usia pre-aqil baligh
Pertanyaan Narasumber
SH NV MS ETP HMA V IA MDI F
Usia berapa Sebelum 7th Sejak 3th 4th 7th 10th 4th Sudah
sudah TK (4th) kecil pisah
berpisah tempat
tempat tidur tidur
(baik dari sejak
ortu atau kecil
saudara
berbeda
jenis
kelamin)?
Apakah Ibu Guru Ayah Ibu Ibu Guru Ayah Ibu Ayah &
ayah atau ngaji & ibu PAI di ibu
ibu yang sekola
mengajarka h
n tentang
Ihtilam
(mimpi
basah) dan
Haid?
Sampai usia 4th 4th 2th 3th 3th 5th 5th 4th 5th
berapa
masih
dimandikan
oleh
orangtua?
Batasan 5th 8th 5th 5th 6th 15th 7th 6th 10th
pertemanan
dengan
lawan jenis
diberitahu
pada usia
berapa?
Pernahkah Pernah, Belu Sejak Pernah, Pernah, Perna Pernah, Iya Iya,
merasakan dari ibu. m TK diajarka dari ibu. h, seperti ibu, setiap
pendidikan Tapi ayah pern sudah di n ibu. Karena untuk memas hingga melihat
seks dari selalu ah edukasi Sebab ayah selalu uki usia usia atau
112
Narasumber sudah mulai mandiri dalam bersuci (mandi) pada rentang usia
yang cukup dini yaitu 3th-5th . hal ini bisa dimaknai bahwa tanpa sadar bahwa para
narasumber sudah mampu membersihkan organ reproduksi nya sesuai dengan usia
perkembanganya saat itu. Mandi secara mandiri merupakan bagian dari
pendidikan seks diusia dini, ini merupakan bagian dari keberhasilan peran
orangtua didalam keluarga. Pemahaman tentang seks dapat dilakukan melalui
pendidikan baik dari keluarga maupun di sekolah. Peran keluarga khususnya
orangtua penting dalam mengenalkan pendidikan seks usia dini pada anak
(Ardianti, 2017).
113
Persoalan pendidikan seks yang lebih luas (pertanyaan ke-5) didapatkan oleh
narasumber dari orangtua secara langsung, dari hasil wawancara mendalam antara
peneliti kepada narasumber diperoleh informasi bahwa setelah mereka berusia
remaja, orangtua mereka sudah lebih terbuka dalam persoalan seks dalam bentuk
diskusi apalagi saat mereka memasuki usia siap menikah. Informasi seputar seks
biasanya mereka terima saat duduk bersama bercengkrama bersama anggota
keluarga lainya. Sekalipun ibu tetap mendominasi sebagai sumber informasi,
namun ayah juga mengambil peran dalam bentuk ketegasan dalam hal pola asuh
sesuai jenis kelamin. Dalam hal ini yang dimaksudkan dalah pada pemilihan
permainan, missal: anak perempuan di beri boneka, mengenakan mukena saat
kemasjid atau minimal mengenakan jilbab sedangkan pada anak laki-laki di
berikan permainan yang bersifat maskulin seperti pistol, mobil-mobilan dan
sejenisnya. Disisi lain larangan menangis pada anak lelaki juga diterapkan ayah,
sebagai wujud menegaskan bahwa anak laki-laki memikul amanah lebih berat
dikemudian hari sebagai imam dan tempat berlindung saudara perempuanya
sehingga dilarang menjadi pribadi yang cengeng.
Ada satu narasumber sejak kecil hingga menikah dan saat ini telah memiliki
anak namun sama sekali belum pernah menerima edukasi pendidikan seks secara
langsung dari orangtuanya dalam hal ini ibu (narasumber sejak kecil sudah
ditinggal ayahnya/meninggal dunia), ini bisa disebabkan karena sang ibu di
sibukkan oleh pekerjaan untuk membesarkan anak-anak sebagai seorang single
parent dan disisi lain sang narasumber juga sempat tinggal di panti asuhan
sehingga tidak memperoleh informasi pendidikan seks secara langsung dari sang
ibu.
bertentangan dengan ajaran agama (Alya Andika, 16: 2010). Sedangkan menurut
Merri dan Hardi (2018) Pendidikan seks adalah salah satu pengetahuan yang
wajib di ketahui dan dipahami oleh semua anak, semakin dini anak mengenal
tentang tubuhnya maka akan semakin baik pula anak menjaga bagian tubuh
sensitifnya.
Konsep seksualitas dalam Al-Quran dan Hadist dari hasil penelitian Salma
& Beni Firdaus (2016) ada Hasil kajian penelitiannya menunjukkan bahwa:
seksual sejenis. Ditemukan juga lafal seksualitas dalam konteks nikah, cerai,
adabmoral, diyat dan lain-lain. Bahkan ditemukan lafal dalam al-Qur‗an yang
membicarakan teknik ( ) ش ئ تم أن ىdalam melakukan hubungan seksual yang
dijelaskan oleh Hadis dan tafsir secara gamblang. Lafal yang paling banyak
ditemukan adalah tentang hubungan seksual, baik hubungan seksual yang
dibolehkan, maupun hubungan seksual yang dilarang. Hal mendasar lain
dalam lafal-lafal seksualitas adalah, sifat akhlak yang melekat pada setiap
aturan dalam artian di mana ada lafal seksual di situ, tercermin akhlak atau
nilai perilaku seksual seseorang.Vol. 12 No. 1 Juni 2016
2. Kedua, lafal-lafal seksualitas dalam Hadis umumnya telah didahului
petunjuknya dalam al-Qur‗an secara umum dan Hadis berfungsi sebagai
penjelasnya. Selain itu, juga didapati lafal seksualitas dalam Hadis-hadis yang
tidak disebutkan dalam al-Qur‗an secara jelas. Misalnya, Al-Qur‗an
menyebutkan tentang dua jenis kelamin yaitu ال ذك رdan األن ثىdan Hadis
menyebutkan satu jenis tambahan yaitu berkelamin ganda ( .)ال خ ن ثىDalam
Hadis juga ditemukan lafal tentang khitan dan kontrasepsi ( .)ال عزلSecara
umum, gambaran Hadis tentang seksualitas lebih terbuka dan terperinci
dibanding penjelasan al-Qur‗an kecuali pada lafal-lafal tertentu.
3. Ketiga, pengelompokan konsep seksualitas dilakukan berdasarkan
kategorikategori yang unsur-unsurnya memiliki keterkaitan. Konsep-konsep
tersebut digambarkan berdasarkan teori seksualitas dan menyatukannya
dengan alur pikir penafsiran Hadis dan ahli tafsir tentang makna lafal.
Kategori itu adalah psikologi seksual dan fisiologi seksual yang terdiri dari
kategori: organ seksual laki-laki dan perempuan, hubungan seksual,
teknik/cara melakukan hubungan seksual, kelainan dan penyimpangan
seksual, rangkaian proses terjadinya hubungan seksual, perkembangan seksual
perempuan dan proses reproduksi manusia.
Melalui pendidikan seks, anak akan memiliki pengetahuan mengenai
tubuhnya, kesadaran yang baik, dan hubungan interpersonal yang tepat, mampu
membedakan identitas diri dan peran seks, pengetahuan tentang fungsi generatif,
dapat melindungi diri dari kekerasan, meningkatkan stabilitas emosi dan
kesehatan, dan kepribadian yang saling menghormati (Kakavoulis:1998).
116
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai
lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden
age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya.
Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Jangan biarkan anak
terkontaminasi pesan non verbal yang keliru hanya karena orang tua tidak mampu
mengikis keresahannya setiap kali membiacarakan seks. Sangat disarankan agar
selaku orang tua kita lebih dulu melepaskan diri dari semua persepsi seks dewasa
yang erotis dan mesum ketika menginformasikannya pada anak agar anak tidak
menangkap pesan yang keliru.
Tidak kala penting adalah orangtua membekali diri dengan informasi seputar
pendidikan seks yang disesuaikan dengan usia perkembangan anak serta apa saja
yang seharusnya dilakukan orangtua saat anak-anak mereka menuju masa
pubertas karena pubertas adalah fitrah yang akan di alami oleh setiap anak-anak
menuju aqil balighnya. Menjadi orangtua yang siap menumbuhkan fitrah
seksualitas dalam diri anak agar kelak dikemudian hari anak-anak tidak
mengalami penyimpangan seksual dimasa depanya.
118
CONCLUSION
Nilai-nilai Islam dalam pola pendidikan seks masih menyentuh dengan kuat dalam
keluarga mereka, meskipun 11 nilai yang dijelaskan dengan Zulia Ilmawati tidak
semuanya dilakukan seperti: memisahkan tempat tidur sejak usia dini, mandi
sendiri sejak anak usia 3th, mengenalkan tentang Batasan pergaulan antara laki-
laki dan perempuan, mengenalkan konsep aurat dalam Islam serta berani
mendiskusikan seputar seks saat mereka mulai remaja.
REFERENCES
Amran, H. (2019). Pubertas Sebagai Salah Satu Proses Fitrah Seksualitas. Diakses 2019 reiveted
https://catcheighteen.wordpress.com/category/institut-ibu-profesional-2/page/3/
Andika, Alya. 2010. Bicara Seks Bersama Anak. Yogyakarta: Galang Press.
.2010. Ibu, Dari Mana Aku Lahir? Cara Cerdas Mendidik Anak Tentang Seks.
Yogyakarta: Pustaka Grhatama.
Ardianti, S. D., & Ristiyani, R. (2017). Pemahaman Pendidikan Seks Usia Dini Melalui Modul
Anggota Tubuh Manusia. Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 5(2), 65-70.
Asekun-Olarinmoye, E. O., Dairo, M. D., & Adeomi, A. A. (2011). Parental attitudes and
practice of sex education of children in Nigeria. International Journal of Child
Health & Human Development, 4(3), 301–307
El-Qudsy, Hasan. 2012. Ketika Anak Bertanya Tentang Seks, Panduan Islam Bagi Orang
Tua Mendampingi Anak Tumbuh Menjadi Dewasa. Solo: Tinta Medina.
Hartati, MS. (2019). Panduan Model Parenting Pendidikan Seks Berbasis Budaya.
Yogyakarta: K-Media Pustaka.
Hartati, MS dan Hardiansyah. (2018). Tantangan Dan Masa Depan Pendidikan Seks
Anak Usia Dini (Studi Kasus Paud Langit Biru Bengkulu). Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Guru PAUD ―Pendidikan Anak Usia Dini Menyongsong Abad
XXI‖. Halm 13-16. Bengkulu, 31 Oktober 2018.
Kakavoulis, A. (1998). Early childhood sexual development and sex education: A survey
of attitudes of nursery school teachers. European Early Childhood Education
Research Journal, 37–41. https://doi.org/10.1080/13502939885208241
Kenny, M. C., Reena, R., Ryan, E. E., & Runyon, M. K. (2008). Child sexual
abuse: From prevention to self-protection. Child Abuse Review, 17, 36–54.
https://doi.org/10.1002/car.
119
Listiyana, A. (2012). Peranan ibu dalam mengenalkan pendidikan seks pada anak usia
dini. EGALITA.
Muhayati, S. (2016). Pola Asuh Dialogis Dan Metode Individual Dalam Pendidikan Seks
Islam Pada Pendidikan Agama Terhadap Sikap Anak Berbusana Sesuai Dengan
Jenis Kelaminnya. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2(1).
Pop, M. V., & Rusu, A. S. (2015). The role of parents in shaping and improving
the sexual healtg of children-lines of developing parental sexuality education
programmes. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 395–401.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.210
Raudhoh. (2017). Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Harkat an-Nisa:
Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. II, No. 1.
Robinson, K. H., Smith, E., & Davies, C. (2017). Responsibilities, tensions and ways
forward: parents‘ perspectives on children‘s sexuality education. Sex Education,
1–15. https://doi.org/10.1080/14681811.2017.1301904
Roqib, M. (2008). Pendidikan seks pada anak usia dini. Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan, 13(2), 1–12.
The Asianparent Indonesia. 2019. Bagaimana Pendidikan Seks dalam Perspektif Islam?
https://id.theasianparent.com/pendidikan-seks-dalam-perspektif-islam
Zulia Ilmawati, Pendidikan Seks Untuk Anak, hhtp://hizbut
tahrir.or.id/main.php?page=alwaie&id=204
informasi harus sudah saling seiring sejalan untuk melengkapi. Oleh karena itu,
untuk mengimbangi perkembangan ilmu dan teknologi yang tumbuh dan
berkembangnya sangat cepat sekali melalui temuan-temuan baru ini maka
perpustakaan dipaksa untuk turut andil mengambil peran dalam setiap aspeknya
diantaranya melalui bangunan Repository Institusi (IR) . Karena bila ledakan
sumber informasi ini tidak diantisipasi akan mengakibatkan banyak orang sangsi
dengan keberadaan perpustakaan khusunya Perpustakaan Perguruan Tinggi, yang
sejak awal merupakan tempat rujukan informasi terpercaya yang tidak ada
tandingannya dalam komunikasi ilmiah akademik (Scholary Communication)
sebagaimana dijelakan Pasal 24 ayat 1-4 UU RI nomor 43 tahun 2007
mencantumkan dengan jelas bahwa tujuan pengembangan perpustakaan perguruan
tinggi adalah menyelenggarakan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar yang
memenuhi standar nasional perpustakaan dan memperhatikan standar nasional
pendidikan, yang berkembang dalam mendukung pelaksanaan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat, dengan memiliki koleksi yang mencukupi
kebutuhan semua peserta pemustaka serta mengembangakan layanan
perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu pada hari
ini keberadaan internet mampu menggeser paradigma masyarakat mengenai
informasi sehingga internet jugalah yang akhirnya membuat perpustakaan
kehilangan ruhnya karena pemikiran masyarakat untuk menggunakan sarana
paling mudah, murah, cepat, dan tanpa batas dalam mengakses informasi.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah perpustakaan perguruan tinggi
mampu menjadi sarana atau wadah bertemu dan berjalannya komunikasi ilmiah
sebuah institusi perguruan tinggi? apakah perpustakaan perguruan tinggi mampu
menjadi pendobrak paragdigma konvensional yang selama ini telah berjalan
bertahun-tahun lamanya? Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya singkat dan
padat yaitu ―mampu‖, tinggal adakah kemauan dari para stakeholder untuk
mendukung repository ini mulai dari regulasi aturan main, sarana dan perangkat
pendukung.
122
salah satu sumber belajar alternatif bagi kalangan akademisi setelah perpustakaan
konvensional di lembaga pendidikan tinggi.
Timbul pertanyaan berikutnya, lalu bagaimanakah pengelolaan
perpustakaan yang benar agar eksistensinya tetap terjaga, ketika teknologi
bermunculan dan seperti saling melindas satu dan lainnya? Pustakawan dan
pengelola perpustakaan sebaiknya menyadari betul fungsi perpustakaan. Berawal
dari kegiatan pengadaan, pengolahan, penyebaran informasi dan preservasi.
Proses pengadaan berkaitan dengan visi dan misi serta kebijakan yang diambil
oleh institusi penaungnya. Misalnya bagi perpustakaan-perpustakaan perguruan
tinggi, pengadaan buku atau jurnal tentunya terkait dengan fakultas atau program
studi yang diselenggarakan di tempat tersebut. Kegiatan pengadaan yang baik
harus terkoordinasi secara baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan, karena
terkait dengan anggaran dana. Pustakawan harus memiliki kemampuan untuk
memilah dan memilih mana koleksi yang nanti akan dibutuhkan kelompok
penggunanya. Selain itu harus pandai melakukan lobi agar anggaran dana tersebut
memadai. Di bagian inilah pustakawan hendaknya mengerahkan tenaga dan
pikirannya agar koleksi perpustakaan berkembang, kepuasan pengguna tercapai,
dan tujuan institusi teraih.
Penyebaran informasi identik dengan pelayanan. Pelayanan
perpustakaan merupakan ujung tombak sebuah perpustakaan. Pelayanan yang
ramah dan menyenangkan merupakan salah satu kunci terpenting di samping
kelengkapan koleksi yang dapat menjadi daya tarik kunjungan ke perpustakaan.
Di bagian pelayanan inilah sebuah sistem yang dijalankan di perpustakaan dapat
dinilai baik atau tidaknya. Sistem perpustakaan yang baik haruslah memenuhi
persyaratan: mudah melakukan temu balik informasi, yang ditandai dengan ada-
tidaknya alat penelusuran online. Selain itu, adanya rambu-rambu perpustakaan
yang dapat memudahkan pengguna dan petugas, serta petugas yang komunikatif
dan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap ilmu dan pengetahuan.
ilmiah dapat dipublikasikan lebih cepat tanpa intermediasi seperti penerbit. Alasan
kedua adalah bahwa penilaian terhadap output penelitian akademis lebih efektif
dari segi biaya. Secara khusus, ketika menyangkut jumlah biaya berlangganan
jurnal yang sangat mahal sehingga mengarah pada krisis jurnal, maka akses
terbuka terlihat menjadi opsi yang menarik. Walaupun tersedia akses gratis, bukan
berarti penerbitan terhadap output karya ilmiah gratis seluruhnya. Biaya untuk
menjalankan repositori harus diperhitungkan.
Lebih lanjut Faizudin (2017) menjelaskan untuk saat ini ada beberapa
perguruan tinggi yang mengembangkan repository khusus untuk theses dan
dissertations. Koleksi jenis ini umumnya dikenal dengan istilah e-theses atau
etheses (kependekan dari electronic theses) atau ETD (kependekan dari electronic
theses and dissertations). Contohnya:
1. eTheses Repository University of Birmingham (etheses.bham.ac.uk)
2. Durham e-Theses Durham University (etheses.dur.ac.uk)
3. CaltechTHESIS California Institute of Technology (thesis.library.caltech.edu)
4. University of Glasgow Theses (theses.gla.ac.uk)
5. Università di Pisa ETD (etd.adm.unipi.it)
6. White Rose Etheses Online (etheses.whiterose.ac.uk) mengelola doctoral
theses dari tiga perguruan tinggi (Universities of Leeds, Universities of
Sheffield dan Universities of York).
Di Indonesia juga terdapat perguruan tinggi yang mengembangkan
repository khusus ETD, yaitu Etheses of Maulana Malik Ibrahim State Islamic
127
Referensi
Abdul Rahman Saleh, ―Perpustakaan dan teknologi informasi‖ Facebook page
diunduh 2017
Ali Akbarjono (2016) Urgensi Repositori Bahan Perpustakaan Perguruan Tinggi;
Jurnal Al Maktabah IAIN Bengkulu Vol 1 tahun 2016.
Faizudin Harliansyah (2017) Strategi Pengembangan Open Access Institutional
Repository; Jurnal Al Maktabah IAIN Bengkulu Vol 2
tahun 2017.
UU Nomor 43 tahn 2007 tentang Perpustakaan
128
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
MEWUJUDKAN LEMBAGA PENDIDIKAN UNGGULAN
DALAM MENGHADAPI ERA DISTRUPSI
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
A. Pendahuluan
Dinamika kehidupan kita akhir-akhir mengalami pergolakan yang cukup
menyita perhatian masyarakat. Sebut saja, meroketnya dolar di atas rupiah,
naiknya beberapa kebutuhan pokok masyarakat, beberapa pekerjaan yang
dahulunya membutuhkan tenaga manusia sekarang diganti dengan mesin.
Terkhusus kehadiran komputer atau artificial intelligence yang membuat dunia
usaha mengalami revolusi besar-besaran.
Sejarah revolusi industri dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga
industri 4.0. Fase industri merupakan perubahan nyata dari perubahan yang ada.
Industri 1.0 ditandai dengan mekanisme produksi untuk menunjang efektifitas dan
efisiensi aktivitas manusia; industri 2.0 dicirikan oleh produksi masal dan
standarisasi mutu, industri 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan
fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir
menggantikan industri 3.0 ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur
(Hermann et al, 2015; Irianto, 2017).
Era Revolusi Industri 4.0 merupakan era dimana hadirnya digitalisasi dan
otomatisasi perpaduan internet dengan manufaktur. Buah dari revolusi industri 4.0
adalah munculnya fenomena distruptive technology. Dampak dari fenom ena ini
telah menjalar di segala bidang kehidupan. Mulai dari industri, ekonomi,
pendidikan, politik, dan sebagainya. Fenomena ini juga telah berhasil menggeser
gaya hidup (life style) dan pola pikir (mindset) masyarakat dunia. Distruptive
innovation secara sederhana dapat dimaknai sebagai fenomena terganggungnya
para pelaku industri lama (incumbent) oleh para pelaku industri baru akibat
kemudahan teknologi informasi.
kemudian pesimis, frustasi, putus asa, akibatnya lari ke narkoba, miras, terjadilah
kenakalan remaja.
Kesalahan atau bahkan dosa terbesar para guru dan dosen serta para
pejabat di lembaga pemerintahan adalah terlalu banyak melakukan pengajaran dan
pelatihan, namun tidak pernah melakukan pendampingan atau (mentorship)
terhadap siswa dan mahasiswa untuk mengejar dan mencari jati dirinya sebagai
pribadi, bagaimana seharusnya ia berhubungan dengan Tuhannya, berhubungan
dengan dirinya sendiri, berhubungan dengan keluarga, berhubungan dengan
masyarakat, berhubungan dengan alam, lalu sebagai kelompok, sebagai bagian
dari sebuah masyarakat bangsa yang bernama indonesia bahkan sebagai
masyarakat dunia.
Ada sebuah hasil survey yang sangat membahayakan di Amerika Serikat
tentang IQ yang dikemukakan oleh Agustian (2007: 6-7), kita semua hari ini
mungkin melihat, mendengar, dan merasakan bagaimana anak-anak lebih cepat
menguasai teknologi dibandingkan kaum tua. IQ anak-anak makin tinggi, tetapi
kecerdasan emosi mereka justru turun.
Walaupun data ini cukup lama tapi patut kita renungkan hasil survei
besar-besaran tahun 80-an terhadap para orang tua dan guru menunjukkan, anak-
anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi ketimbang
generasi terdahulunya. Coba Anda survei kecil-kecilan di sekitar Anda, keluarga,
masyarakat, dan sekolah. Apa yang Anda lihat? Bagaimana perasaan Anda
menyaksikan fenomena generasi muda hari ini?
Mereka tumbuh dalam kesepian dan depresi, mudah marah dan sulit
diatur, lebih gugup dan cenderung cemas, impulsif dan agresif. Apalagi kehidupan
di kota besar yang hyper competitive. Survey itu terus berlanjut bukan hanya
untuk anak-anak tetapi penelitian juga ditujukan terhadap ratusan ribu pekerja,
dari level bawah hingga eksekutif puncak, mencakup perusahaan besar sampai
perusahaan kecil. Apa hasil penemuannya? Setelah diteliti ditemukan inti
kemampuan pribadi dan sosial yang sama, yang terbukti menjadi kunci utama
keberhasilan, yaitu kecerdasan emosi. Tapi saya mengajak Anda untuk berpikir
sejenak lihatlah kondisi jalan raya, lakukanlah survei kecil-kecilan. Sekarang apa
yang Anda lihat?
132
Apa yang salah dengan pendidikan kita selama ini? saya tidak heran
dengan semua fakta yang saya dengar dan baca. Karena ada yang hilang dalam
pendidikan kita selama ini. ketika pendidikan kita hanya berorientasi kepada nilai
akademis tanpa mengasah kecerdasan emosi, inilah hasilnya. Kita kehilangan rasa
dalam berkaraya. Kita kehilangan rasa untuk saling memahami. Kita kehilangan
rasa untuk saling berkorban. Kita kehilangan rasa untuk sama-sama menanggung
beban. Lalu apa yang terjadi?
Ketika dunia pendidikan kembali dituding telah gagal membentuk watak
mulia pada anak didik, maka seperti biasa, segera muncul saran untuk
memperbaiki kurikulum atau muatan pada mata ajaran. Tapi, bila sebelumnya
yang dipersoalkan hanya sebatas masalah mata pelajaran atau paling jauh struktur
kurikulum, mungkin banyak dari kalangan pemerhati dan pelaku pendidikan
mempersoalkan hal yang lebih mendasar — yakni tentang sistem pendidikan
nasional yang ditudingnya masih mewarisi sistem pendidikan kolonial.
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini
memang adalah sistem pendidikan yang sekular-materialistik. Bila disebut bahwa
sistem pendidikan nasional masih mewarisi sistem pendidikan kolonial, maka
watak sekular-materialistik inilah yang paling utama, yang tampak jelas pada
hilangnya nilai-nilai transendental pada semua proses pendidikan.
Sistem pendidikan semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia
shaleh yang sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui
penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan
menghasilkan dikotomi pendidikan yang sudah berjalan puluhan tahun, yakni
antara pendidikan agama di satu sisi dengan pendidikan umum di sisi lain.
Pendidikan agama melalui madrasah, institut agama, dan pesantren dikelola oleh
Departemen Agama, sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah
menengah, dan kejuruan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen
Pendidikan Nasional.
Disadari atau tidak, berkembang penilaian bahwa hasil pendidikan
haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam. Pengembalian itu
dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan, atau apapun yang setara
dengan nilai materi yang telah dikeluarkan. Agama ditempatkan pada posisi yang
133
sangat individual. Nilai transendental dirasa tidak patut atau tidak perlu dijadikan
sebagai standar penilaian sikap dan perbuatan. Tempatnya telah digantikan oleh
etik yang pada faktanya bernilai materi juga.
Lebih jauh lagi jika kita menelisik proses pendidikan yang berjalan
selama ini cenderung berbau fisik, mekanis, matrealisme, hedonisme. hasilnya
banyak yang berambisi agar nilainya tinggi, menjadi juara kelas, lulus UN dengan
Nilai baik tanpa mengindahkan etika dan kejujuran dalam prosesnya. Hasilnya
Kecenderungan output pendidikan kita berambisi pada harta, jabatan, ketenaran,
terkenal. Sebagian berhasil mencapainya, yang lain gagal kemudian pesimis,
frustasi, putus asa, akibatnya lari ke narkoba, miras, terjadilah kenakalan remaja.
Dalam bidang pendidikan saat ini, ada tiga masalah utama bangsa ini yang
harus segera diperbaiki.
Pertama, paradigma pendidikan nasional yang sangat sekuler dan matrealistik
sehingga tidak menghasilkan manusia yang berkualitas secara lahiriyah dan
batiniyah.
Kedua, semakin mahalnya biaya pendidikan dari tahun ke tahun sehinga sulit
dijangkau oleh rakyat pada umumnya.
Ketiga, rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan oleh
proses pendidikan nasional.
Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report yang
dirilis UNESCO 2011 dalam (www.indonesiaberkibar.org), tingginya angka putus
sekolah menyebabkan peringkat indeks pembangunan rendah. Indonesia berada di
peringkat 69 dari 127 negara dalam Education Development Index. Sementara,
laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak
yang putus sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka putus
sekolah di Indonesia. Namun faktor paling umum yang dijumpai adalah tingginya
biaya pendidikan yang membuat siswa tidak dapat melanjutkan pendidikan dasar.
Data pendidikan tahun 2010 menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam
putus sekolah.
Tanpa mengabaikan masalah-masalah struktural lainnya, penulis
berpendapat bahwa pendidikan adalah masalah besar dan fundamental nomor satu
bagi setiap negara. Sebelum kita masuk ke pembahasan utama, mari kita resapi
134
beberapa kenyataan dasar yang dirumuskan Michael J. Bonnell dalam Basri dan
Munandar (2009:102-103), makmur tidaknya suatu negara/ bangsa tidak
ditentukan oleh usianya. Mesir dan India sudah berusia ribuan tahun, namun
kesejahteraan penduduknya masih minim. Ini kontras dengan Kanada, Selandia
Baru atau Singapura yang baru berusia setengah hingga satu abad, namun
kesejahteraan penduduknya jauh lebih tinggi ketimbang yang ada di India atau
Mesir.
Kalau bukan ras, kekayaan alam, usia peradaban dan streotype yang
menjadi penentu, lalu apa? Apa yang menentukan suatu negara/ bangsa menjadi
maju dan sejahtera atau tidak? Penentunya adalah sikap hidup (attitude) orang
yang ada di tiap negara. Sikap hidup itu berlatar kebudayaan, namun pada intinya
terbentuk oleh proses pendidikan selama bertahun-tahun. Dengan kata lain,
pendidikanlah yang menjadi penentu paling mendasar apakah suatu negara/bangsa
dapat maju/makmur atau tidak. Ukuran keberhasilan pendidikan itu bukan semata-
mata pada jumlah insinyur atau dokter, juga pada berapa medali emas yang diraih
dalam olimpiade matematika internasional, melainkan lebih pada terbentuknya
sikap hidup yang positif.
Di negara-negara maju, mayoritas penduduknya memiliki sikap hidup
positif antara lain: etika yang tinggi dan terpuji sebagai prinsip utama, integritas,
penuh tanggung jawab, menghormati hak orang lain, namun juga menjunjung
tinggi hak-haknya sendiri, hormat pada hukum dan aturan, mau bekerja keras,
selalu berusaha menjadikan dirinya lebih baik, mendahulukan tabungan dan
investasi daripada bersenang-senang atau ikut lomba gengsi, dan menghargai
waktu, sebagai bagian dari kebiasaan menghargai janji dan semua ucapan yang
telah disampaikan, lisan apalagi tertulis.
Sedangkan di negara-negara terbelakang, berkembang atau kurang maju,
ternyata sedikit saja penduduknya yang punya sikap hidup yang positif. Mayoritas
penduduknya masih bersikap seenaknya. Untuk maju sikap itulah yang lebih
penting ketimbang atribut sosial atau profesi.
135
sangat dalam yang sangat sulit didamaikan. Bahkan pertentangan dua kubu itu
masih kita rasakan pengaruhnya sampai saat ini dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan Islam sangat diperlukan. Cara
pandang yang serba negatif dan mencoba lari dari Islam harus dihentikan. Anak-
anak Islam harus dididik untuk kembali kepada Al-Qur‘an dan As-Sunnah.
Bangga dengan sumber ajaran agamanya, memahami sejarah bangsanya, dan tidak
tercerabut dari akar keislamannya. Begitu juga cara pandang yang sempit,
mengisolasi diri, tidak mau membuka wawasan, sejatinya telah melenceng dari
ajaran hakiki Islam yang menyuruh untuk belajar dan menguasai ilmu
pengetahuan sehingga dapat menjadi khalifah di muka bumi.
Metode itu banyak, sementara prinsip itu sedikit. Mereka yang berpegang
pada prinsip akan mampu memiliki metodenya sendiri. Namun mereka yang
menjalankan motode sementara mengabaikan prinsip, pasti akan mendapatkan
masalah. demikian pendapat Harrington Emerson dalam Nugroho (2016: 20).
Atas nama pembaharuan pula, lantas timbul gagasan agar agama jangan
dicampur-campur dengan politik. Orang Islam mesti turut mengadakan
modernisasi, yaitu modernisasi yang memisahkan agama dengan negara.
Modernisasi oleh karenanya adalah sekularisasi. Agama hanya diisolasi di masjid.
Islam masih dibiarkan hidup tapi hanya membaca-baca tahlil, membaca doa-doa
pada hari besar resmi. Para ulama dan kiyai hanya didukung untuk membuat
fatwa-fatwa yang menyokong kepentingan politik penguasa. (Hamka, 2002: 24-
25)
Tentu saja, modernisasi yang seperti itulah yang diinginkan oleh para
musuh Islam. Modernisasi semacam itu pula yang hendak diterapkan di beberapa
negara yang mayoritas umat Islam ada di dalamnya. Buya hamka menyimpulkan
uji coba modernisasi dan sekularisasi semacam itu sebagai kegagalan besar.
Kemal Attaturk di Turki yang mempreteli Islam, sampai ke tingkat merubah azan
dan sholat ke dalam bahasa Turki. Habib Burguiba Presiden Tunia menyingkirkan
Islam sampai pada anjuran tidak berpuasa di bulan ramadhan karena dianggap
menurunkan produktifitas. Dan Presiden Soekarno dengan Nasakomnya, dan suka
mencemooh orang yang taat beragama sebagai kolot dan fanatik (Hamka, 2002:
26-27). Upaya modernisasi semacam itu terbukti gagal. Karena bukan itu yang
dimaksudkan dengan pembaharuan dalam Islam.
Sekularisasi tumbuh subur di Barat setelah melalui masa renaissance,
kaum yang menghambakan duniawi, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
dianggap Tuhannya, berjuang membebaskan diri dari kungkungan gereja yang
dianggap menghalangi kemajuan berpikir. Sekularisme timbul karena ketika
agama dibawa dalam pemerintahan, kerusuhan dan huru-hara atas nama agama
tidak pernah berhenti hingga peperanagan atas nama Agama Katolik dan Protestan
di abad 16-17. Akhirnya, sekularisme mencapai puncaknya yang radikal dengan
tumbuhnya paham komunisme; persetan dengan Tuhan, persetan dengan agama.
Tuhan dan agama nonsence semua. (Hamka, 2002: 271)
Modernisasi bukan westernisasi. Sehingga segala yang diambil dari barat
itu pembaharuan, itulah modern. Ajaran Islam itu universal dan memandang
manusia dari segi universalnya pula. Ini merupakan prinsip dalam pendidikan
islam. Jika konsisten menjadikan prinsip-prinsip ini sebagai pegangan serta
143
rujukan dalam berprilaku, maka manusia akan mampu menghadapi situasi apapun.
Cahaya Allah itu menyinari seluruh langit dan bumi, sebagai pelita yang
membawa sinar ke seluruh alam. Sinarnya tidak pernah padam. Minyaknya tidak
pernah kering. Sinarnya tidak condong ke timur atau ke barat, tteapi merata ke
segenap penjuru. (Q.S. An-Nur : 35)
Dalam Oxford Dicitionary mendefinisikan prinsip sebagai, “a
fundamental truth or proposition that serves as the foundation for a system of
belief or behafior or for a chain of reasoning”. Prinsip adalah sebuah kebenaran
universal yang tidak lekang dimakan zaman dan merupakan dasar bagi sistem
keyakinan, cara berpikir dan prilaku seseorang. (Nugroho, 2016: 21)
Manusia sepanjang masa tidak boleh berhenti untuk meningkatkan imtak
yang harus seimbang iptek. Yang dihadapi sekarang adalah dominasi dari iptek
atas beban pengorbanan kualitas imtak. Karena itu, kehidupan di bumi
mengalami, krisis nilai atau crisis of values. Krisis nilai moral dan etika yang
mengakibatkan manusia-manusia yang berada dimana pun, apakah sebagai kepala
keluarga, kepala cabang perusahaan dan bahkan sampai sebagai presiden, kalau
tidak hati-hati dan hanya melihat keuntungan iptek dan keuntungan ekonomisnya
saja, menghalalkan semua cara untuk mendapatkan sesuatu, maka akan
membahayakan dalam arti keadilan yang tidak dapat dilepaskan dari etik dan
nilai-nilai moral. (Habibie, 2012: 151-152)
Modernisasi tidak berarti menghilangkan kepribadian sebagai bangsa
merdeka, kepribadian sebagai umat Islam yang dinamis, lantas kita meniru-niru
barat atau timur. Segala yang dari barat ditiru, termasuk hal-hal yang bertentangan
dengan agama. Oleh karena itu, kemodernan bagi penulis adalah semangat untuk
maju dan kemampuan untuk menanggapi perubahan zaman. Walaupun demikian,
orientasi hidup dan pendidikan hendaknya masih tetap bermuara pada nilai-nilai
islam yang lebih menekankan pembangunan karakter (akhlak mulia).
F. Solusi Fundamental
Pendidikan yang materialistik adalah buah dari kehidupan sekuleristik
yang terbukti telah gagal menghantarkan manusia menjadi sosok pribadi yang
utuh, yakni seorang Abidu al-Shalih yang muslih. Hal ini disebabkan oleh dua hal.
Pertama, paradigma pendidikan yang keliru di mana dalam sistem kehidupan
sekuler, asas penyelenggaraan pendidikan juga sekuler. Tujuan pendidikan yang
ditetapkan juga adalah buah dari paham sekuleristik, yakni sekedar membentuk
manusia-manusia yang berpaham materialistik dan serba individualistik.
Kedua, kelemahan fungsional pada tiga unsur pelaksana pendidikan,
yakni (1) kelemahan pada lembaga pendidikan formal yang tercermin dari
kacaunya kurikulum serta tidak berfungsinya guru dan lingkungan
sekolah/kampus sebagai medium pendidikan sebagaimana mestinya; (2)
kehidupan keluarga yang tidak mendukung; dan, (3) keadaan masyarakat yang
tidak kondusif.
Tidak berfungsinya guru/dosen dan rusaknya proses belajar mengajar
tampak dari peran guru yang sekadar berfungsi sebagai pengajar dalam proses
transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tidak sebagai pendidik yang
berfungsi dalam transfer ilmu pengetahuan dan kepribadian (transfer of
145
Perubahan yang mesti dilakukan sementara ini, agar kita bisa menang dari
komputer atau artificial intelligence melalui jalur Kreatifitas (entah dapat
147
Jadi, yang harusnya ada saat ini didunia pendidikan atau yang harus kita
pelajari saat ini adalah:
1. Religion
Saya lebih suka menyebutnya diin/ agama. Berbicara tentang agama kita
akan berbicara bagaimana menghidupkan seluruh sistem yang ada di dalam tubuh
manusia. Mengapa demikian? Akhir-akhir ini kita melihat, banyak manusia yang
belum menjadi manusia seutuhnya. Agama hadir untuk mengasah, mengasuh, dan
menggembleng keseimbangan antara olah hati, olah akal, olah raga, olah rasa dan
karsa yang ada dalam diri manusia.
Agama juga mengatur tentang hubungan kita dengan Allah dan mengatur
bagaimana kita berhubungan dengan sesama manusia, bahkan semua makhluk
ciptaanNya. Agama juga berbicara tentang ekonomi, sosial, politik, pendidikan,
hukum, dan area lainnya yang ditempati manusia. Bahkan agama berbicara hal-hal
yang lebih intim dalam rumah tangga seorang muslim.
148
Jarang dan sulit kita temui manusia yang bisa menyeimbangkan seluruh dimensi
kemanusiaannya. Mengolah hati, akal, raga, rasa dan karsanya dengan baik.
Sehingga kumpulan pribadi-pribadi yang unggul ini nantinya akan berdampak
pada keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan di panggung dunia.
2. Culture
Apa itu budaya? suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya yang hidup
di tengah-tengah masyarakat.
Saya yakin, apa yang kita saksikan saat ini jauh dari budaya Indonesia
yang sesungguhnya. Bagaimana cara menumbuhkembangkan kembali budaya
Indonesia yang sesungguhnya. Darimana kita mempelajari kebudayaan kita?
Bagaimana cara menampilkan kebudayaan Indonesia yang menarik? Ini PR kita
bersama.
3. Creativity
4. Team work
(Kerja tim, atau bahasa yang lebih membumi di Indonesia, kita sering
menyebutnya gotong royong)
Secara spesifik menurut hemat saya, yang harus diajarkan di sekolah: Ilmu
mengenal Allah (Agama), Ilmu mengelola emosi, ilmu berpikir, ilmu fokus, ilmu
kecerdasan keuangan, ilmu berkarir, ilmu mengambil keputusan, ilmu kesehatan,
ilmu komunikasi, ilmu leadership, ilmu membuat kebiasaan positif.
H. Simpulan
Lain zaman, lain pula kondisinya. Berbagai persoalan pendidikan yang
dihadapi di masa (pra) kemerdekaan tentu sangat berlainan dari persoalan-
persoalan pendidikan di era globalisasi seperti sekarang ini. setiap zaman,
membawa permasalahannya sendiri. Agar sistem pendidikan dapat kembali
meraih prestasi gemilang, atau sekurang-kurangnya supaya tidak terjebak dalam
―romantisme‖, dan jika ini yang terjadi berarti suatu kemunduran, maka kita perlu
lebih serius membenahi sistem pendidikannya sedemikian rupa sehingga responsif
terhadap tuntutan zaman.
Sistem pendidikan dituntut kemampuannya untuk dapat memprediksi
tantangan masa depan, sehingga kompatibel dalam mempromulasikannya secara
aplikatif. Dengan begitu, sistem pendidikan indonesia akan tampil kembali
sebagai lokomotif kemajuan, dan bukan limbah sejarah. Ia akan melahirkan
lulusan yang menjadi para pemimpin pada semua lapisan dan di segala bidang
kehidupan, bukan lulusan yang menjadi beban sejarah.
Pembaharuan pendidikan dalam islam sebenarnya dalam rangka
menyelesaikan problem terjadinya pertentangan akut antara dua kubu golongan
terpelajar Islam di Indonesia. ingin memperbaharui cara berpikir, bertindak, dan
berkarya mereka, agar tidak melenceng dari ajaran islam yang sebenarnya. Para
Tokoh, tidak ingin hanya ilmu-ilmu keislaman saja yang dikaji di dalam masjid,
tapi juga sains, humaniora, dan filsafat di bahas di dalamnya, seperti hal itu pun
dilakukan pada zaman kejayaan Islam.
Hasil yang diharapkan dari sistem pendidikan yang demikian adalah
lahirnya kaum terpelajar Islam yang mampu berperan aktif dalam pembangunan
bangsa Indonesia karena penguasaannya terhadap sains dan teknologi tanpa
meninggalkan jati diri sebagai muslim sejati, atau akan terlahir para ulama yang
mampu menguasai ilmu keislaman dengna tidak mengisolasi diri terhadap
perkembangan sains dan teknologi. kita menginginkan lahirnya generasi baru
Islam sebagai kaum intelek yang ulama dan kaum ulama yang intelek.
150
Daftar Pustaka
Habibie, Bacharuddin Jusuf. 2012. Habibie & Ainun. Jakarta: PT. THC Mandiri
Hamka. 2002. Dari Hati ke Hati Tentang Agama, Sosial, Budaya Politik. Jakarta:
Pustaka Panjimas.
Munandar, Haris & Faisal Basri. 2009. Landskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan
Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru,
dan Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta: Kencana
Sukardi, Edy & Suyatno. 2005. Refleksi Satu Abad Pendidikan Muhammadiyah
Konsesp dan Manajemen Pendidikan Menuju Pencerahan Peradaban.
Jakarta: Uhamka Press.
Sumber Internet :
http://indonesiaberkibar.org/id/fakta-pendidikan diakses pada tanggal 7 Syaban
1437 H/ 15 Mei 2016 M
http://www.riosaputra.com/2018/09/perubahan-pendidikan-di-era-industri-40.html
151
Saya belum mempunyai data konkret tentang tingkat daya baca mahasiswa
secara khusus. Sungguh pun demikian, secara umum bisa diasumsikan masih
belum beranjak dari tingkat rendah, atau paling tinggi sedang-sedang saja. Hal ini
bisa kita lihat sendiri di kampus kita tercinta ini, pustaka masih jarang dikunjungi
dan kalaupun dikunjung dijadikan tempat istirahat dang ngobrol-ngobrol, di saat-
saat senggang jarang sekali mahasiswa/i membaca, hanya ngumpul di pojok-pojok
kampus atau di pelatarn kampus bahkan di tangga-tangga kampus atau yang lebih
naas lagi asyik berdua dengan pasangan hatinya (berpacaran). Saat naik angkutan
umum pun jarang kita temui seorang mahasiswa yang membaca buku, jangankan
membaca buku bacaan terkadang membawanya pun terlupa. Hanya saja yang tak
pernah terlupa dibawa adalah sisir dan peralatan kosmetik lainnya bagi para
mahasiswi.
Gambaran yang lebih kasatmata dari budaya membaca kita adalah tingkat
konsumsi kita buku masih sangat rendah. Tidak perlu bercermin pada masyarakat
Amerika atau Eropa, dibandingkan dengan negara tetangga kita sendiri seperti
Malaysia dan Filipina saja kita tertinggal sangat jauh. Di malaysia , konsumsi
buku mencapai 62,5 eksemplar per kapita. Sedangkan Filipina, mencapai 27,5
eksemplar per kapita. Indonesia? Jangan kaget hanya 14,25 eksemplar per
kapita.Ustadz Fauzil Adzim (penulis buku Menjadikan Anak Gila membaca)
pernah bercerita saat beliau mengisi seminar i hotel Horison Bengkulu beberapa
waktu lalu, bahwa ada seorang penulis besar dari Arab bertemu dengan seorang
penerjemah buku-buku berbahasa Arab. Sang penerjemah memohon diizinkan
secara resmi untuk menerjemahkan buku-bukunya. Maka terjadilah dialog serius
tentang royalti.
Ketika sang penulis bertanya, ―Berapa eksemplar buku-bukunya akan
diterbitkan?‖
Sang penerjemah menjawab, ―Biasanya tiga ribu eksemplar atau paling
tinggi lima ribu.‖
―Lima ribu eksemplar bukan lima puluh ribu?‖
―Bukan! Lima ribu saja.‖
153
buku saja belum tentu membaca apalagi yang tidak membeli buku. Bahwa ada
yang membaca d perpustakaan atau meminjam dari teman, itu pasti. Tapi berapa
jumlahnya? Agaknya tidak terlalu signifikan untuk diperhitungkan. Yang pasti,
gambaran umum pemasaran buku seperti itu cukup bagi kita unuk menarik
kesimpilan bahwa budaya membaca kita memang masih rendah. Persoalannya
bagaimana kiata bisa mengatrol minat baca para mahasiswa/i. Untuk mengatrol
minat baca di kalangan mahasiswa agaknya perlu ada ―pemaksaan‖. Siapakah
yang harus memaksa dan bagaiman memaksanya? Ketika ada mata kuliah yang
menggunakan buku setebal apapun, senang atau tidak senang kita pasti akan
membacanya..
Ada cara lain yang lebih cepat dan tepat untuk itu. Apa itu? Menulis! Ya.
Membaca dan menulis. Tentu dapat kita dengar dan kita lihat perjuanngan kakak
tingkat kita dalam menyelesikan skripsi. Meski didera lelah yang luar biasa, meski
mata sudah nyaris bengkak, dengan segala derita yang tertahan akhirnya tugas itu
selesai juga. Setelah dihitung-hitung jumlah buku yang ―terpaksa‖ dibaca untuk
menyelesaikan sebuah-ya, hanya sebuah- skripsi ternyata puluhan, bahkan ada
yang hingga ratusan buku, selain sekian banyak majalah, jurnal, dan surat kabar.
Jadi, untuk melahirkan sebuah skripsi saja, kakak kita terpaksa menelan puluhan
hingga ratusan buku, bagaiman kalau tesis atau disertasi? Tentu akan lebih banyak
lagi.
Nah, jika skripsi saja mampu membuat seorang mahasiswa terdorong
untuk membaca, tentu saja karya ilmiah lain bisa memberikan dorongan yang
sama, yaitu tanggung jawab ilmiah. Hal ini sejalan dengan pola pikir mewajibkan
mahasiswa untk membuat suatu karangan ilmiah minimal dengan lima buah
referensi, seperti yang dicontohkan oleh Drs.Agus Makmurtomo, M.Kes pengasuh
mata kuliah Kewarganegaraan. Bila hal seperti ini dilaksanakan mau tidak mau
mahasiswa harus membaca.
Mulai hari ini kita harus menyampaikan kebenaran dengan tulisan sebagai
rasa tanggung jawab ilmiah kita sebagai mahasiswa. Jika belum mampu dalam
bentuk buku, mulailah dengan risalah sekurang-kurangnya artikel atau makalaah
dengan pemikiran dan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
155
Dengan demikian kita harapkan terjadi lompatan ilmu yang luar biasa pada
mahasiswa kita, terutama di Univeritas Bengkulu tercinta ini.
Jika selama ini kesempatan dan keterampilan membaca bagi kita masih
menjadi kendala, maka menulis adalah pintu utama menembus kendala itu.
Tulislah apa saja tentang keilmuan yang kita kuasai. Jika belum berani langsung
dalam bentuk buku, mulailah dengan menulis artikel dan kirmkan ke media
massa. Kalau masih ragu dimuat di media massa nasional, kirimkan ke media
lokal,atau kirimkan ke media seperi buletin Media Bestari FKIP, bulein be Smart
FOSI, serta buletin HIMATIKA FKIP KBM UNIB. Ketika tulisan-tulisan kita
sering muncul di media massa. Mulai saat it juga kita kan diperlakukan sebagai
―ulama=ilmuwan‖dalam artian setiap kata atau statement kita akan dihargai.
Percayalah! Sekali tulisan kita muncul di media massa . kita akan
ketagihan untuk menulis. Mengapa? Karena disana ada kelezatan rohani yang tak
bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada lagi yang lebih istimewa yaitu dengan
menulis berarti kita memiliki dokumentasi nyata dari prosses perjalanan
pemikiran yang sewaktu-waktu bisa dijadikan kebangganaan untuk anak cucu
kita. Jujur saja ketika setiap saya membaca buku karya-karya Sayyid Quthub,
kiata merasa seolah-olah beliau hadir di depan saya untuk mengajar, berfatwa dan
memberikan ilmu-ilmu lainnya. Bahakan sekalipun kematiannya harus diakhiri di
tiang gantunagn pemerintah rezim Gamal Abdul Nasser, setelah itu buku-bukunya
semakin laris di pasaran terutama tafsir Fii Zilaalil Qur‘an.
Hingga konon kabarnya seorang penngusaha penerbitan di Lebanon
mampu bangkit setelah mencetak tafsir itu. Karena itu, tak berlebihan rasanya Dr.
Shalah Al-Khalidi menyebut Sayyid Quthub sebagai Asy-Syahid Al-Hayyi (Sang
Martir yang Masih Hidup).
Mungkin ada yang masih bertanya, apa yang harus kita tulis jika isi otak kita
memeng tidak ada? Saya ingatkanjangan sekali-kali merasa bodoh karena merasa
bodoh adalah kebodohan yang paling bodoh.
Buya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amarullah), asal Ranah Minang
yang dikenal sebagai ulama besar yang sangat disegani. Meski tidak pernah
mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi seperti kita-kita ini, belau
memiliki ratusan tulisan dalam bentuk buku ataupun bentuk lainnya, dan yang
156
paling terkenal yaitu tafsir Al-Azhar, Tenggelamnya Kapal Van Der Wikj. Selain
itu beliau dipercaya untuk mengajar di berbagai perguruan tinggi sebagai guru
besar yang diberi hak menyandang gelar profesor. Universitas AL-Azhar, Mesir,
lambang supremasi ilmu-ilmu keilsaman internasional, juga Universitas
Kebangsaan Mlaysia mengaunugerahkan gelar doktor kepada beliau sebagai
pengakuan keilmuannya. Bahkan beliau dipercaya sebagai Ketua Majelis Ulama
Indonesia yang pertama.
Contoh lain yang masih hidup dan bisa dikonfirmasi langsung yaitu
Dahlan Iskan. Belaiu adalah praktisi ekonomi dan bisa dianggap sebagai pakar
yang sangat andal. Beliu adalah pimpinan (CEO) perusahaan penerbitan raksasa
yang membawahi berbagai media di seluruh provinsi di Indonesia dalam Jawa Pos
Group, serta puluhan anak perusahaan dengan aset triliunan rupiah. Padahal beliau
hanyalah lulusan Madrasah Aliyah. Tapi karena beliau rajin membaca dan
menulis sebagai wartawan sehingga keilmuannya berkembang luar biasa. Kini,
nama beliau sebagai praktisi ekonomi bisa disejajarkan dengan doktor-doktor
lulusan perguruan tinggi luar negeri.
Nah, kalau kita telah sadar dengan contoh orang yang sukses diatas tentu
saja kita akan terpancing untuk rajin menulis dan membaca. Kembali mengutip
kata-kata Taufiq Ismail ―janganlah jadi generasi yang buta membaca dan lumpuh
menulis‖ sehingga tidak menimbulkan apa yang disebut oleh budayawan Emha
Ainun Najib ―Budaya numpang nampang‖. Sebagai mahasiswa kita harus
menghidupkn kembali budaya suci kita yaitu membaca dan menulis. Sejak saat ini
pula,membaca tidak lagi menjadi kewajiban, tetapi sudah menjadi kebutuhan,
sehingga budaya membaca akan hidup dalam diri setiap mahasiswa. Sekujur
tubuh kita akan terasa sakit bila tidak membaca. Setelah membaca menulislah atau
menulislah untuk membaca.
Referensi :
RUANG 6
Manusia. Bagi mereka yang telah membaca mengakui bahwa apa yang dituliskan
oleh Pram lebih terasa ―gregetnya‖ daripada apa yang ditampilkan di film. Hal ini
adalah sesuatu yang wajar karena diperlukan kemampuan yang baik dalam
menangkap pesan tertulis untuk dijadikan semacam tontonan disamping faktor
subjektif lainnya seperti tafsiran seorang sutradara maupun kepentingan soal laku
atau tidaknya film tersebut. Tentu saja saat menulis, Pram tidak menyangka
bahwa bukunya suatu hari nanti akan difilmkan. Kondisi Pram saat menulis
tetralogi Pulau Buru sangat ―mengenaskan‖. Hampir separuh hidupnya ia
habiskan dalam pembuangan dan penjara.
Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora – sejenak mengingatkan
kita pada karyanya cerita dari Blora – Jawa Tengah. Beliau menghabiskan hampir
separuh hidupnya dalam penjara dengan rincian 3 tahun penjara kolonial, 1 tahun
di Orde Lama, 14 tahun pada masa Orde Baru. Beliau pernah dipenjarakan di
Nusakambangan, Pulau Buru, dan Magelang / Banyumanik tanpa proses
pengadilan. Hal ini imbas dari – meminjam istilah Motinggo Busye- Malam
jahanam 30 September 1965. Saat kekisruhan politik dan ideologi mencapai titik
didih, saat friksi meletus menjadi sebuah pemberontakan, demikianlah menurut
sejarah resmi bangsa kita.
Celakanya, sejarah meletakkan Pram pada tempat yang salah dalam
pandangan Orde Baru. Pram dikenal sebagai ujung tombak dari Lekra, Lembaga
Kebudayaan Rakyat dimana didominasi oleh kaum kiri dan komunis. Memang
pendiri Lekra ada pula yang menjadi petinggi dalam partai paling terkutuk di
negeri ini, PKI yang konon tak mengenal Tuhan itu. Kesalahan fatal Pramoedya
adalah saat beliau menjadi bintangnya ―Bintang Timur‖ dalam rubric Lentera
yang mengkritik keras lawannya, Manifes Kebudayaan yang terbukti nantinya
mendapatkan tempat oleh penguasa Orde Baru. Kritik keras Pramoedya salah
satunya ditujukan kepada pujangga sekaligus ulama Indonesia, Buya Hamka atas
karyanya ― Tenggelamnya kapal Van Der Wijck‖ yang dituduhnya sebagai plagiat
dari karya Alphons Carr. Masa ini melahirkan Pramoedya yang mengkritik habis
lawan-lawannya ataupun oposisi dari Lekra. Konsep lekra sendiri adalah konsep 1
– 5 -1, dimana Politik adalah panglima, Turun ke bawah bersama rakyat dan
menjunjung tinggi aliran Realisme sosial yang anti Humanisme Universal.
162
23
Tempo Edisi Khusus Edisi 30 September – 6 Oktober 2013, Lekra dan Geger 1965
24
Konflik antara Lekra dan Manikebu bisa dibaca dalam Supartono, (2000), Susanto (2018)
25
Kritik keras Soekarno terhadap Soeharto atas tindakannya memberangus komunis dan pendapat
sebagian ahli tentang kudeta merangkak Soeharto dapat dibaca dalam M.C. Ricklefs ( 2008), Ben
Anderson & Ruth T MC Vey (2017) untuk beberapa kasus pembantaian orang yang dituduh PKI
di beberapa daerah lihat Cribb ( 2016),
163
biasa, ia ceritakan tetralogy pulau Buru kepada teman-temannya26. Tak hanya itu,
bahan-bahan sejarah yang dikumpulkan oleh mahasiswanya sebagai tugas kuliah,
ia ingat secara detail dan diramu menjadi epos sejarah terbesar Indonesia pada
masa kontemporer, Arus Balik. Isak (dalam Pramoedya,2002) menyatakan bahwa
Arus Balik lebih besar dibandingkan karya – karya Pram lainnya.
Pram diganjar dengan penghargaan bertubi-tubi dan selalu masuk dalam
nominasi peraih hadiah nobel dalam bidang sastra. Secara jujur ia lebih dihargai di
luar negeri dari pada di dalam negeri sendiri. Piagamnya berderet dan namanya
berkibar harum dalam dunia sastra walaupun dirinya penuh dengan kontroversi.
Namun hingga jenazahnya masuk ke dalam liang kubur, taka da satu pun yang
mampu membuktikan bahwa ia adalah seorang komunis. Ia mengakuinya sendiri
bahwa ia bukan seorang komunis. Dan Susanto ( 2018 : 40) menyebutkan alasan
sederhana yang paling masuk akal sehingga orang menyebut Pram sebagai
komunis, ia seorang Lekra dan Lekra dalam komunis, Titik.
26
Dalam pengantar penerbit di novel Anak Semua Bangsa
164
“Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Dimanapun ada yang mulia dan
jahat …. Kau sudah lupa kiranya nak, yang kolonial selalu iblis, taka da yang
kolonial pernah mengindahkan kepentingan bangsamu”
27
Lihat Denys Lmbard (2005) jilid 1 Batas – batas Pembaratan (Nusa Jawa Silang Budaya)
165
“ Betapa bedanya bangsa- Bangsa Hindia ini dari bangsa Eropa. Di sana setiap
orang yang memberikan sesuatu yang baru pada umat manusia dengan
sendirinya mendapatkan tempat yang selayaknya di dunia dan di dalam
sejarahnya. Di Hindia, pada bangsa-bangsa Hindia, nampaknya setiap orang
takut tak mendapat tempat dan berebutan untuk menguasainya
Secara jujur saya bukan penggemar Pram, Bagi saya Hamka masih
menjadi penulis yang menempati ruang sendiri di hati. Sebagaimana buya Hamka
menerima anak Pram dan calon menantunya untuk belajar Islam dengan tangan
terbuka, demikianlah pula hendaknya kita menerima karya-karya Pram pula
dengan tangan terbuka. Karena karya sejati akan teruji oleh waktu dan karya-
karya Pram sudah teruji dan mendapatkan tempat dalam dunia sastra. Saatnya
mengembalikan karya – karya Pram yang lebih diterima pada masa lalu di luar
negeri pulang kampung ke negeri sendiri.
Wallahu’alambishawab
166
Pendahuluan
Membaca sejarah Indonesia sejatinya adalah membaca kumpulan-
kumpulan sejarah lokal karena dari kata ―Indonesia‖ saja, kita dapat
membayangkan konsep geografis yang sangat luas terbentang dari Sabang hingga
merauke dengan kondisi Etno linguistik dan geopolitik yang berbeda –beda pada
masa lalunya. Luas indonesia yang demikian itu setidaknya perlu ditilik dari studi
kawasan sebagaimana Ajid Thohir menggunakan studi kawasan ini untuk Dunia
Islam. Semua identitas lokal dan regional berkembang dalam kelompok-kelompok
etnik dengan bahasa dan sejarah yang menyatukannya (Thohir, 2009 :3). Jika
dilihat dalam kasus Indonesia, maka berbagai macam kisah sejarah lokal di masa
lalu sesungguhnya diikat oleh satu hal seperti yang pernah di bilang oleh Bung
Karno yaitu kesamaan nasib sebagai bangsa yang dijajah. Inilah yang mungkin
menjadikan Sejarah-sejarah lokal ini sebagai sejarah Indonesia ataupun yang kita
sebut sebagai sejarah nasional, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa tuturnya.
Sartono Kartodirjo dalam bukunya ―Multi Dimensi Pembangunan Bangsa‖
menampilkan satu bagian tulisan seputar Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ditampilkan Yogyakarta sebagai sebuah kawasan dimana memberikan kontribusi
yang besar bagi perjuangan bangsa ini. Di Yogyakarta terdapat keraton penerus
kerajaan Mataram Islam yang terkenal dengan sikap Sultan Hamengkubuwono IX
yang anti imperialisme. Selain kekuatan religio-magis tentang keraton,
Yogyakarta dalam lintasan sejarahnya juga merupakan tempat setidaknya tiga
organisasi pergerakan nasional tumbuh yaitu Budi Utomo, Muhammadiyah dan
Taman Siswa yang memainkan peran dalam pentas sejarah bangsa. Tak berlebih
jika kiranya Yogyakarta pantas disebut sebagai daerah klasik dan penuh
historisitas (Kartodirjo, 2003:97).
Bengkulu masih dianggap sebagai daerah Peripheral (pinggiran) dalam
penulisan sejarah nasional. Keberadaannya seolah dianggap ada dan tiada
tenggelam dengan kebesaran Sriwijaya ataupun dinamika sejarah Minangkabau.
Ia pula tidak se seksi Aceh dengan bermacam ragam peninggalan sejarahnya baik
yang dikumpulkan oleh Sejarawan lokal maupun sejarawan internasional. Padahal
167
daerah ini pernah menjadi pusat kekuasaan Inggris di Asia Tenggara dengan
pusatnya di Fort Marlborough. Mengapa hal ini terjadi ? karena bisa jadi kita
selaku warga Bengkulu kurang menghargai masa lalu. Sejarah Bengkulu hanya
terkait erat dengan Putri Gading Cempaka, Putri cantik dari Kerajaan Sungai serut
yang harus menyingkir ke pedalaman karena serangan Aceh. Sejarah Bengkulu
juga masih kental dengan hal-hal yang bersifat legenda ataupun mitos. Sedangkan
periode pada abad ke 20 saat pergerakan kebangsaan menusukkan pengaruhnya ke
tulang sum sum kesadaran berbangsa masyarakat Bengkulu, kurang begitu
diperhatikan padahal saksi sejarah masih banyak yang hidup dan sumber sejarah
pun bisa dikatakan cukup banyak.
Jika Sartono Kartodirjo mengetengahkan Yogyakarta sebagai daerah
―Klasik yang penuh dengan nilai historis‖, maka di daerah Bengkulu terdapat
sebuah daerah yang bernama Pasar Bengkulu yang memiliki nilai historisitas yang
tinggi dan memainkan peran yang cukup signifikan dalam perjuangan kebangsaan
Indonesia ini. Setidaknya terdapat beberapa peristiwa sejarah di daerah ini dimana
peristiwa itu menempati posisi istimewa dalam sejarah Bengkulu, itu pun jika kita
memandangnya ―istimewa‖.
Jika disebut nama ―pasar‖ maka pikiran kita akan langsung terkontak pada
sebuah tempat yang luas dimana penjual dan pembeli bertemu dan melakukan
transaksi perdagangan. Namun dalam hal tempat-tempat di Bengkulu yang
menggunakan kata ―pasar‖ di depannya masih perlu dianalisis secara mendalam
lagi. Apakah kata ―Pasar‖ tersebut hanya menandakan orang bertransaksi jual beli
ataukah ―pasar‖ yang dimaksud adalah tempat-tempat yang memiliki fungsi sosial
dan ekonomi yang lebih luas daripada ―pasar‖ yang kita kenal. Agus Setiyanto
menjelaskan bahwa pada masa pemerintahan Pangeran Mangku Raja (anak
Pangeran Raja Muda), telah terjadi perkembangan dalam struktur kekuasaan
seiring dengan pesatnya perdagangan pada saat itu. Salah satunya adalah pasar
yang menuntut Pangeran Mangku Raja membuat sebuah peraturan yang berkaitan
dengan pasar di wilayahnya. Untuk itu diangkatlah empat orang menteri sebagai
168
penghulu (kepala pasar) dengan gelar Datuk de ngan wilayahnya Pasar Pondok
Tuadah, Pasar Melintang, Pasar Baroo dan pasar Malabro (Setiyanto, 2006:67)
Pasar Bangkahoeloe dahulunya adalah di bawah kekuasaan dari Pangeran
Balai Buntar (Pangeran sungai Lemau) selain dari Sungai Lemau, Pale, lais,
Bintuan, serangai hingga perbatasan Ibu kota (setiyanto, 2006: 51). Daerah ini
akhirnya jatuh sebagai hadiah kepada bangsawan keturunan Bugis, Daeng Makule
karena menikah dengan putri Pangeran dari sungai Lemau tersebut. Dengan
prsetasinya ia diakui sebagai Penghulu dari semua bangsa kecuali bangsa Eropa
dan diberikan wewenang untuk mengangkat datuk dari pasar-pasar melayu di Fort
Marlborough (Burhan 1988:7). Ketika Belanda datang ke Bengkulu, empat datuk
pasar-pasar Bengkulu ini diberhentikan kecuali Datuk Cahaya Negeri. Pada waktu
itu berdiri pula penghulu pada tiap-tiap pasar yaitu Melabro, Pasar Melintang,
pondok Juadah, Berkas dan anggut-penurunan, dimana posisi dan peran
kekuasaan mereka sangat kecil dibandingkan sebelumnya (Burhan, 1988: 186-
187).
Pasar Bengkulu pada saat ini adalah salah satu nama dari kelurahan yang
ada di Kota Bengkulu dimana luas wilayahnya tentulah tidak sama dengan masa
lalunya. Kelurahan ini saat ini berhadapan dengan Samudera Hindia di bagian
baratnya, Sungai Bengkulu di bagian timur yang membatasi kelurahan ini dengan
kelurahan Rawa Makmur. Ia juga diapit oleh Kelurahan Kampung Kelawi dan
kelurahan Kampung Bali. Kelurahan pasar Bengkulu termasuk dalam kecamatan
Sungai Serut setelah terjadi perluasan kecamatan di wilayah kota bengkulu.
Penduduknya mayoritas menyebut dirinya sebagai melayu Bengkulu selain itu ada
pula yang berasal dari luar kota Bengkulu ataupun dari daerah lainnya dengan
mayoritas penduduk beragama Islam dan bermata pencaharian sebagai nelayan.
dengan pasukan Aceh yang disebabkan oleh penolakan pinangan Puteri Gading
Cempaka. Banyak hal yang menjadi tanda tanya dalam masa sungai serut ini
diantaranya, siapa Ratu Agung ? Satu sumber menyatakan bahwa ia berasal dari
Gunung Bungkuk. Ada pula sumber yang menyatakan ia berasal dari majapahit
dan pendapat lainnya mengemukakan bahwa ia berasal dari Banten (Siddik,
1996:2). Hakim Bernadie menyatakan bahwa jika Ratu Agung itu adalah bukan
keturunan langsung dari sultan Banten - dalam hal ini Sultan Hasanudin
sebagaimana pendapat Abdullah Siddik- melainkan berasal dari kesultanan
Kalapa yang menjadi vasal Banten dengan nama lainnya adalah Ratu Dewata
(1535-1543 M). Setelah menjadi ―akuwu‖ di kesultanan Kalapa, ia pun diangkat
menjadi ―akuwu‖ Banten di Sungai Serut Bengkulu. Namun jika dikatakan Ratu
Agung adalah keturunan dari Sultan Hasanudin, maka Siddik kemungkinan salah
mengidentifikasinya sebagai laki-laki. Djajadiningrat ( 1983 : 36) menyatakan
bahwa Ratu Agung anak Sultan Hasanudin itu adalah seorang Putri yang juga
dipanggil dengan Ratu Kumadaragi sedangkan anak laki-lakinya dari Pangeran
ratu (Putri Demak) adalah Pangeran Sunyaras, Pangeran Pajajaran, dan Pangeran
Pringgalaya.
Walau terdapat perbedaan pendapat, namun Abdullah Siddik dan Hakim
Bernadie sepakat bahwa Bengkulu pada masa itu adalah daerah penghasil Lada
yang sangat menjanjikan sehingga kehadiran Ratu Agung di sana erat kaitannya
dengan sumber alam yang paling dicari bangsa barat ini. Hal iniah yang
menyebabkan Banten begiu terpikat dengan daerah ini sehingga ia ditarik ke
bawah pemerintahan Banten. (Djajadiningrat, 1983:71). Namun hubungan ini
bukan hanya hubungan yang harmonis belaka. Guillot (2008 : 252) menhyatakan
bahwa Bengkulu, Silebar dan Lampung mencoba lepas dari kekuasaan Banten
dalam hal penjualan lada sehingga Sultan mengirimkan pasukannya ke tempat-
tempat terpencil ini untuk memadamkan pemberontakan. Tahun 1640 tercatat raja
Bengkulu di tahan ke Banten disusul oleh pimpinan pemberontakan di Lampung
dan Syahbandar Silebar diganti.
Dimana tepatnya letak Kerajaan Sungai Serut ini ? Abdullah Siddik
menjelaskan bahwa berdasarkan naskah Melayu terletak di Muara Sungai Serut
yaitu mudik Kualo air (sungai) Bengkulu sekarang di sebelah kanan yang disebut
170
Bengkulu Tinggi. Sungai Serut adalah Sungai yang panjang dan lebar
memudahkan transportasi ke pedalaman dan membawa hasil hutan ke Muara
(Siddik,1996: 2). Hanya saja kemudian untuk melihat dimana sebenarnya
Bengkulu tinggi ini menjadi perbedaan pendapat. Agus Setiyanto yang penulis
coba hubungi ―by Phone‖ menjelaskan bahwa kerajaan ini memang terletak di
Muaro Sungai Bengkulu di Pasar Bengkulu. Hal ini bukan tanpa alasan, karena
Sungai dimana pernah berdiri Benteng Inggris di tepinya adalah Sungai yang
melintasi Pasar Bengkulu ini. Karena tidak mungkin Inggris mendirikan Benteng
(Fort York) di Sungai yang bukan menjadi lalu lintas perdagangan Lada ke
pedalaman jika bukan Sungai besar dan jalan utama lalu lintas lada dari
pedalaman. Hal ini juga disinnggung oleh Abdullah Sidik bahwa letak Benteng ini
berada di dekat Kerajaan Sungai Serut (Siddik, 1996:35)
Dalam hal ini, daerah Pasar Bengkulu pada masa itu merupakan daerah
yang telah memainkan perannya dalam perdagangan lada dan dalam perdagangan
antar bangsa termasuk dengan Banten.
dijadikan tempat pertahanan serta tidak sehat daerah sekelilingnya. Dalam surat-
surat Inggris yang dikumpulkan oleh Firdaus Burhan, nampak banyak tentara
Inggris yang mati karena kondisi tidak sehat ini. Hal ini kemungkinan berasal dari
rawa-rawa Bengkulu yang menjadi sarang nyamuk sehingga menyebabkan
Malaria dan demam berdarah. Maka ditetapkanlah Ujung Karang sebagai
perbentengan Inggris yang baru. Proyek pembuatan Benteng ini dimulai sejak
tahun 1714 dengan diberi nama Fort Marlborough. (Dalip, 1991:21) Posisinya
kini berada di dekat Kampung Cina dan dengan gagah menantang Samudera
Hindia.
Tahun 1719 Benteng kokoh dengan dinding depan dua lapis ini berhasil
berdiri. Namun penyerbuan rakyat Bengkulu pada tahun yang sama menegaskan
bahwa sekokoh-kokohnya Benteng, masih tetap kokoh perjuangan di hati rakyat
Bengkulu yang tak sudi untuk diperlakukan secara semena-mena. Penyerbuan ini
membuat Inggris kocar-kacir dan untuk sementara meninggalkan Bengkulu.
Fort York pada saat ini kondisinya begitu mengenaskan. Di atasnya telah
berdiri Kantor Urusan Agama dan Sebuah sekolah (SD N57 Pasar Bengkulu).
Tidak lagi ada kesan bahwa tempat ini dulunya adalah sebuah Benteng Inggris
yang memainkan peran signifikan dalam perdagangan rempah. Bahkan banyak
orang Bengkulu yang berpendidikan pun tak pernah mendengar nama Fort York.
Demikianlah, seiring dengan mengenaskannya kondisi Fort York pada saat ini,
demikian pula mengenaskan kesadaran sejarah Masyarakat Bengkulu.
kerap terjadi. Ali Chanafiah mencatat sampai beberapa tahun sebelum Bung
Karno dibuang ke Bengkulu, sering terjadi bakar membakar sampan antara kaum
Muda (Muhammadiyah) dan kaum tua tradisionalis (Chanafiah : 2004). Akhirnya
Muhammadiyah mendapat tanah wakaf di kebun ross dan pindahlah pusat
kegiatan Muhammadiyah Bengkulu ke sana. Tokoh Muhammadiyah dari pasar
Bengkulu sangat banyak namun tokoh yang sampai saat ini dikenang dengan
warga muhammadiyah Pasar Bengkulu adalah Datuk Yahya Pasar Bengkulu
(Wawancara dengan Cik Din, Imam Masjid Muhammadiyah Mardhatillah pasar
Bengkulu, bulan agustus 2016).
Saat ini di Pasar Bengkulu sendiri terdapat dua masjid yang saling
berdekatan yaitu masjid Mujahidin yang dipegang oleh kaum tua (tradisionalis)
dimana ayah penulis sering melakukan sholat di sini. Masjid kedua adalah
Mardhatillah yang dikelola oleh Muhammadiyah dan menjadi Muhammadiyah
Cabang I. Jika dulu golongan Muhammadiyah dan kaum tua sering terjadi
percekcokan, seiring berjalannya waktu pertentangan itu berganti pada saling
menghargai dan menghormati. Malah warga dua ajaran Islam ini terkadang ada di
dalam satu rumah. Ayahnya pengikut kaum tua sedangkan anaknya pengikut
kaum muda. Imam masjid Mujahidin, Bapak Sulistiyono sendiri tidak terlalu rigid
dalam menerapkan ajaran. Sering pula ia mengikuti tabligh musibah yang
dilakukan oleh Muhammadiyah dan warga Muhammadiyah ada juga yang ikut
tahlilan kematian warga.
Jembatan baru di posisi jembatan lama yang roboh tersebut. Saat ini jembatan
baru pasar Bengkulu menjadi tempat kawula muda untuk menghabiskan waktu
sorenya dengan berjalan-jalan.
Penutup
Syafi‘i Ma‘arif pernah mengatakan bahwa orang yang ahistoris tidak akan
pernah mampu membaca masa depan dengan tepat. Tulisan ini adalah salah satu
cara untuk menggedor kesadaran sejarah kita yang selama ini mati suri. Bengkulu
yang tenang, Bengkulu yang damai dan Bengkulu yang jauh dari konflik-konflik
sosial saat ini ternyata menyimpan sejarah yang begitu kaya yang jika ingin
dilacak membentuk sebuah jaring yang menghubungkannya dengan jaringan
sejarah nasional bahkan internasional. Usaha dalam mencari relevansi dapat
diartikan sebagai jalan upaya agar ilmu sejarah tidak menjadi anak tiri di negeri
sendiri (kuntowijoyo, 2003 : 9)
Demikianlah akhirnya tulisan ini telah menyajikan potret sebuah tempat
yang bernama pasar Bengkulu dan peranannya dalam sejarah Bengkulu dari
zaman Swapraja hingga zaman perjuangan kemerdekaan. Semoga menjadi sebuah
sumbangan bagi lintas sejarah Bengkulu sebagai bagian dari Sejarah Nasional.
Referensi
Djenen. Dkk. 1972. Bengkulu dipandang dari sudut Geografi Sejarah dan
Kebudayaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Kebudayaan
Van Niel, Robert. 2009. Munculnya Elite Modern Indonesia. Jakarta : Pustaka
Jaya
Thohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia islam perspektif Etno-Linguistik dan
geo-politik. Jakarta : Rajawali Press
YAHUMRI
Menyelesaikan pendidikan sarjana di Program Studi
Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu pada
tahun 2007. Pada saat ini sedang menempuh pendidikan pasca
sarjana Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
(PSDA), Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Penulis
tercatat sebagai peneliti di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Bengkulu dengan jenjang fungsional Ahli
Peneliti Pertama dari tahun 2013 hingga saat ini dengan Bidang Keahlian
Budidaya Tanaman Pangan Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Memulai karir
sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun 2005 di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP), Badan penelitian Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan), Kementerian Pertanian.
181
Pada tahun 2009 hingga 2011 pernah menjabat sebagai koordinator Laboratorium
Tanah BPTP Balitbangtan Bengkulu, tahun 2011 sampai dengan 2019 diberi tugas
sebagai Liasson Officer (LO) Kabupaten Kaur untuk mengawal Program Strategis
Kementerian Pertanian diantaranya P2BN, UPSUS PAJALE, SAPIRA dan
Gerakan Petani Milenial. Tahun 2013-2014 diberi tugas sebagai salah satu Tim
Gugus Tugas Kalender Tanam (KATAM) Terpadu.
Hasil-hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk karya tulis ilmiah antara lain:
Keragaan Produktivitas Benih Sumber Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Pada
Sawah Irigasi di Kabupaten Seluma; Kajian Adaptasi Cabai Merah Kencana Pada
Agroekosistem Dataran Tinggi Musim Kemarau di Kabupaten Rejang Lebong;
Analisis Penerapan Teknologi Penanggulangan Hama Penyakit Pada Usaha Tani
Cabai Merah Dataran Tinggi di Provinsi Bengkulu; Effect Mulching and Fertilizer
ZA On The Growth and Production Of Red Chili In Seluma Lowlands; Growth
Response and Results Of Onion By Granting Of Organic Fertilizer From
Industrial Waste and Animal Waste; dan Agronomic Performance Of Three
Lowland Onion Varieties At Bengkulu City.
IMRAN HASYIM
ZEDRI ARESTI
HARIYANTO
INDRA UTAMA
Lahir di Lubuk Linggau, 2 januari 1975. Studi S1 dan
S2 dalam ilmu Manajemennya diselesaikan di
Universitas Bengkulu. Alumni SMA N 1 Rejang
Lebong ini aktif dalam berbagai kegiatan dan lembaga
seperti di Baznas Provinsi Bengkulu, Ikatan Pelaku
Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Provinsi
Bengkulu, Lembaga Perlindungan Anak Provinsi
Bengkulu, Klinik bisnis konsultran keuangan mitra
Bank, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan lain
sebagainya. Sejak mahasiswa sudah aktif dalam berbagai pergerakan seperti Senat
Mahasiswa fakultas Ekonomi, Persaudaraan Kempo Indonesia, Buletin
Ekonomika, KAMMI dan lain sebagainya. Saat ini bekerja sebagai dosen di
Universitas Dehasen Bengkulu, Manajer Operasional kantor Wilayah Zafa Tour
Bengkulu dan program percepatan sanitasi pemukiman dan lain sebagainya. Dapat
dihubungi di nomor 085273605857.
184
RIO SAPUTRA
Lahir di Argamakmur 18 Maret 1990. Menyelesaikan
studi S1nya di Universitas Muhammadiyah Bengkulu
dalam bidang Pendidikan Bahasa Indoesia dan
melanjutkan studi magisternya di Universitas HAMKA
(UHAMKA) Jakarta. Rio adalah motivator tingkat
nasional serta bersama dengan rekannya menulis buku ―
Semua Orang Berhak Sukses‖ yang diberi endors oleh
Ipho Santosa. Selain aktif dalam bidang kepenulisan dan
motivasi, beliau juga aktif semasa kuliahnya sebagai
aktivis kampus dan beberapa kegiatan kemanusiaan seperti relawan gempa
Padang 2008, International Islamic Medicine Foundation (IIMF), Sekretaris BEM
REMA UMB, KAMMI dan banyak kegiatan lainnya.
Saat ini tercatat sebagai dosen di almamaternya, Universitas Muhammadiyah
Bengkulu serta aktif dalam Dai Muda Muhammadiyah. Tulisannya banyak
tersebar di blognya ― Always Positive and Be Happy‖.
Mu‟ammar Syarif
Lahir di Jambi, 16 Oktober 1988, alumni fakultas hukum
Universitas Bengkulu. Selain pernah menjadi aktifis
KAMMI juga sempa aktif di LMND Bengkulu serta
penggiat Koperasi Syariah di Bengkulu. Saat ini menjabat
sebagai pimpinan redaksi Pedoman Bengkulu, Media
online. Untuk menghubunginya dapat melalui email,
muammaramar@yahoo.com
SEPRI YUNARMAN
Saat ini tercatat sebagai dosen di beberapa universitas seperti Dosen tetap
Universitas Dehasen, Dosen Luar Biasa di Universitas Muhammadiyah Bengkulu
dan Tutor di Universitas Terbuka.