BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu program pendidikan dalam masyarakat yang paling efektif dilakukan adalah program
pemberantasan buta aksara. Bagi mereka yang telah tidak lagi buta aksara, putus sekolah atau
tamat sekolah tetapi tidak melanjutkan, perlu disediakan suatu program agar dapat meningkatkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan memperluas wawasan sebagai bekal untuk
mengembangkan diri, bekerja, atau berusaha secara mandiri. Keberadaan program
pemberantasan buta aksara sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat. Dengan demikian,
sebagai sarana yang diharapkan dapat menjadi pembina dalam kegiatan pemberantasan buta
aksara dan dapat memanfaatkan makalah ini sebagai sumber yang baik.
Keaksaraan merupakan keadaan mengenai aksara yang meliputi membaca, menulis, berhitung,
dan berkomunikasi secara fungsional yang memungkinkan seseorang untuk secara terus-menerus
mengembangkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya.
Sementara itu, yang dimaksud dengan pendidikan keaksaraan adalah usaha untuk membimbing
dan dan membelajarkan pengetahuan mengenai keaksaraan agar bermanfaat bagi dirinya.
Permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia adalah tingginya tingkat warga buta aksara yang
disebabkan oleh kurangnya kesempatan belajar yang dapat diperoleh karena tingkat kemiskinan
yang cukup tinggi, sehingga warga tidak mampu memfasilitasi dirinya untuk belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf
dan berkeinginan kuat untuk belajar calistung (baca, tulis, dan berhitung). Untuk memotivasi
pembelajaran mereka, maka diperlukan suatu pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kultur
yang ada dalam masyarakat agar tingkat buta aksara dapat diperkecil.
C. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program pemberantasan buta aksara ini adalah
membangkitkan dan meningkatkan kemampuan warga belajar dalam membaca, menulis, dan
berhitung, sehingga tercipta masyarakat yang cerdas, menjadi sebuah program kegiatan belajar
masyarakat, dan mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam rangka
pemberantasan buta aksara, sehingga mereka yang telah “melek huruf” tidak menjadi buta aksara
kembali.
D. MANFAAT
Dalam hal kemanfaatan, program pemberantasan buta aksara bermanfaat bagi masyarakat dalam
hal :
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan pembelajaran untuk warga belajar dilakukan juga seperti kegiatan pembelajaran
sekolah formal. Artinya, kegiatan pembelajarannya mengacu pada standar kompetensi
keaksaraan. Standar kompetensi keaksaraan fungsional dikembangkan berdasarkan level atau
tingkat kompetensi keaksaraan yang ingin dicapai oleh warga belajar. Tingkat keaksaraan
tersebut adalah:
Ciri-ciri warga belajar pada tingkat keaksaraan dasar adalah mereka yang belum mengenal
semua huruf, belum bisa merangkai kata dengan lancar, dan belum mengerti arti sebuah kalimat
dengan jelas. Meskipun mereka belum bisa menulis, membaca, atau berhitung, tetapi mereka
sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Pada tingkat ini, mereka biasanya sudah dapat membaca dan menulis sederhana, tetapi masih
belum lancar. Walaupun mereka sudah memiliki pengetahuan, mereka belum memiliki semua
kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut karena
mereka biasanya jarang menggunakan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung dalam
kehidupan sehari-harinya.
Pada tingkat ini, warga belajar diharapkan sudah mempunyai sikap untuk terus belajar secara
mandiri. Mereka juga diharapkan dapat memecahkan masalah keaksaraan yang dihadapi dan
mencari informasi serta narasumber sendiri. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, warga
belajar perlu diberikan kesempatan untuk menganalisis, memecahkan masalah, dan mencari
informasi dan narasumber dari lembaga desa atau instansi pemerintah yang ada.
Pendekatan yang digunakan dalam keaksaraan fungsional mempunyai empat prinsip utama,
yaitu:
1. Konteks Lokal
2. Desain Lokal
Pendidik dan warga belajar perlu merancang sendiri kegiatan belajarnya di kelompok belajar
berdasarkan minat, kebutuhan, masalah, kenyataan, dan potensi setempat. Rancangan kegiatan
belajarnya (kurikulum) harus fleksibel, mudah dimodifikasi, diganti, dan ditambah sehingga
sesuai dengan minat, kebutuhan, kesepakatan, situasi dan kondisi warga belajar.
3. Proses Partisipatif
Hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut adalah warga belajar dapat
memfungsikan keaksaraannya untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh perkiraan hasil program keaksaraan fungsional, di antaranya
warga belajar dapat:
d. Berdiskusi dan menganalisis masalah dan sumber-sumber, atau potensi yang ada di
lingkungannya,
e. Mencoba ide-ide baru yang dipelajari dari bahan bacaan, dapat menulis dengan benar,
menganalisis dan berdiskusi, dan dapat melaksanakan kegiatan belajarnya secara mandiri.
C. TOLAK UKUR KEBERHASILAN PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
c. Menulis kuitansi,
d. Mengisi formulir,
Kemampuan membaca dan menulis fungsional yang harus dikuasai setiap warga belajar, antara
lain:
a. Membaca buku hiburan (petualangan, misteri, roman, sejarah, dan buku-buku tentang
masyarakat),
c. Menulis untuk keperluan diri sendiri (seperti catatan harian, pengalaman diri, nasihat,
pendapat, laporan yang pernah dibacanya, riwayat hidup, cerita-cerita, sajak, syair lagu).
b. Membaca dan menulis catatan-catatan atau surat dari dan atau ke relasi kerja,
d. Mengisi lembar permohonan, buku tabungan, kuitansi, nota pembelian, kartu kebutuhan
belajar,
b. Membaca persetujuan/kontrak,
Kemampuan fungsional ini, misalnya dilihat dari aktifitas warga belajar dalam kegiatan:
Beberapa contoh perkiraan hasil program keaksaraan fungsional ini, di antaranya warga belajar
dapat:
f. Menulis proposal untuk memperoleh dana, bahan, atau narasumber dari instansi lain,
Efektifitas kegiatan belajar sangat bergantung pada kemampuan pendidik dalam mengorganisasi
dan membimbing warga belajar dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman menunjukkan bahwa
kegiatan menulis perlu didahulukan daripada kegiatan membaca. Karena melalui kegiatan belajar
menulis, warga belajar sedikit demi sedikit langsung belajar membaca. Sebaliknya, apabila
mereka didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang terampil dalam hal menulis.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan tutor dalam membelajarkan warga belajar adalah sebagai
berikut:
a. Tanyakanlah perasaan warga belajar dan materi apa yang akan dipelajari pada hari itu.
d. Apabila telah disepakati, buatlah tabel kosong, peta buta, atau kalender kegiatan dan
mintalah semua warga belajar untuk mengisi tabel, peta, atau kalender kegiatan tersebut.
e. Jika topik yang dipilih adalah mengenai kegiatan sehari-hari, pengalaman, atau tentang
perasaan warga belajar, maka mintalah warga belajar yang bersangkutan untuk mengemukakan
dan menceritakan kembali, sedangkan warga belajar yang lainnya menanggapi.
f. Mintalah warga belajar yang menuliskan topik belajar tersebut untuk membacanya.
g. Kemudian, mintalah kepada semua warga belajar membaca hasil tulisan tersebut, baik
secara bersama-sama maupun bergiliran.
h. Mintalah mereka untuk mendiskusikan judul atau tema tulisan di atas, kemudian membuat
kesepakatan judul/tema.
i. Mintalah kepada warga belajar untuk mengkritisi dan memperbaiki ide/gagasan, ejaan, dan
tanda baca.
Diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran efektif dalam program Keaksaraan
Fungsional (KF) yang harus diterapkan di kelompok belajar. Tujuan diskusi adalah membuka
pikiran warga belajar dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan pengetahuannya.
Oleh karena itu, tutor perlu membantu warga belajar dari pengalaman sendiri (BDPS) dan
membantu terjadinya proses diskusi. Topik yang harus pertama kali didiskusikan dalam
kelompok belajar adalah menyangkut minat, kebutuhan warga belajar, potensi, dan hambatan
yang mungkin ditemui selama proses kegiatan pembelajaran. Untuk keperluan tersebut, tutor
perlu merangsang warga belajar melalui pertanyaan yang tepat, guna membuka proses kegiatan
belajar-mengajar.
Sebagai pembuka kegiatan di kelompok belajar, tutor dapat memilih teknik-teknik, seperti peta,
tabel, dan kalender kegiatan/jadwal. Melalui teknik-teknik tersebut, tutor dapat mengumpulkan
dan menganalisis informasi dari pengalaman warga belajar.
Berikut ini diberikan petunjuk teknik-teknik tersebut beserta contoh dan cara penggunaannya.
Membuat Peta
Tujuan : Membantu warga belajar mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan potensi yang ada.
Petunjuk :
2) Mintalah warga belajar menuliskan atau menggambarkan apa yang diketahuinya di kertas
kosong atau papan tulis.
6) Diskusilah bagaimana cara memanfaatkan dan menggunakan peta tersebut atau cara
memperbaiki situasi yang ada di lingkungan sekitar warga belajar.
Langkah-langkah Kegiatan
1) Tutor dapat menanyakan potensi yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup
warga belajar dan menempatkan gambar/simbol atau menuliskan namanya langsung di peta.
Jenis pertanyaan yang digunakan, misalnya:
c. Di mana tegalan?
d. Di mana jalan?
Dalam praktik pembuatan peta, semua pertanyaan tersebut tidak harus disampaikan, akan tetapi
dikondisikan agar warga belajar dapat menyebutkan hal-hal yang berhubungan dengan situasi,
kondisi, masalah, kebutuhan, dan potensi yang ada disekitarnya. Sedangkan untuk menentukan
simbol-simbol tersebut perlu ada kesepakatan dengan warga belajar.
Kegiatan Belajar-Mengajar
Topik Diskusi
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Topik Berhitung
1) Menghitung jumlah rumah.
Topik Aksi
Setelah warga belajar berdiskusi tentang masalah yang dihadapi dan menemukan jalan
keluarnya, ajaklah warga belajar untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari atau
mengambil salah satu dari bahan diskusi tersebut di atas.
Misalnya: Bagaimana “Membuat Keripik Singkong” atau warga belajar bekerja bakti untuk
membersihkan selokan yang menjadi sarang nyamuk.
Topik Menulis
1) Pekerjaan,
2) Pengolahan sawah/pekarangan,
Apabila warga belajar ada yang buta huruf murni, maka warga belajar tersebut diminta untuk
menulis kata-kata yang sederhana.
Topik Membaca
Hasil tulisan dari masing-masing warga belajar ditukar satu sama lain, kemudian warga belajar
membaca hasil tulisan temannya.
Melalui cara-cara tersebut akan menimbulkan motivasi bagi warga belajar, karena tulisan mereka
dapat dibaca sendiri dan dapat dibaca pula oleh teman yang lain. Kemudian, bisa saja tutor
mengambil salah satu hasil tulisan warga belajar untuk dibacakan secara bersama-sama dengan
dipandu oleh tutor atau oleh warga belajar yang sudah lancer membaca.
2. Strategi Pembelajaran Membaca
1) Prinsip-prinsip Membaca
Biasanya warga belajar sudah mempunyai kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf atau
kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, mereka belum mengerti betul
bahwa kata-kata tersebut terdiri dari beberapa suku kata atau huruf.
Misalnya:
Kemampuan mengucapkan dan menghafal kata-kata, biasanya tidak selalu beriringan dengan
kemampuan membacanya. Ajarkanlah keterampilan membaca sesuai dengan kebutuhan warga
belajar dengan bahan bacaan yang sederhana.
Keterampilan membaca perlu selalu diajarkan bersamaan dengan kegiatan fungsional warga
belajar. Misalnya, tentang:
a. Cita-cita/keinginan anaknya.
b. Resep:
Pergunakan alat-alat/sarana yang ada dan dimiliki warga belajar sebagai alat bantu belajar.
Pergunakan selalu media belajar yang ada seperti Radio dan TV sehingga bisa dijadikan bahan
belajar pendukung.
Berikan bahan bacaan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan, serta yang biasa digunakan
warga belajar dalam kehidupan sehari-harinya. Sumber bahan bacaan dapat diperoleh dari:
a) Lembaga/Instansi/Perorangan
b) Bentuk bahan bacaan, dapat berupa: buku, Koran, majalah, leaflet, iklan, poster, dan
formulir.
d) Tutor atau warga belajar dapat membuat sendiri bahan bacaan keaksaraan. Hal yang harus
diperhatikan di antaranya:
(3) Sertakan juga gambar sederhana yang sesuai dengan kehidupan warga belajar, bentuknya
dapat berupa simbol atau lambing yang mudah dikenal, lembaran bergambar, guntingan
Koran/majalah.
Jika isi kalimat, istilah, dan gambar yang terdapat dalam bahan bacaan tidak sesuai dengan
tingkat keaksaraan warga belajar, seorang tutor perlu menyederhanakannya dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
e) Mintalah warga belajar untuk menulis kalimat pendek dengan struktur sederhana.
3) Cara Membantu Warga Belajar Buta Huruf Murni melalui Pendekatan Pengalaman
Berbahasa (PPB)
Dalam satu kelompok belajar, biasanya ada sebagian warga belajar yang benar-benar buta huruf
murni. Mereka dulu tidak berkesempatan untuk sekolah, atau mungkin DO SD kelas I.
Kemudian, mereka tidak pernah menggunakan kemampuan baca, tulis, dan hitungnya dalam
waktu yang cukup lama sehingga mereka buta aksara kembali. Untuk membantu warga belajar
buta huruf murni tersebut, tutor dapat membelajarkan mereka melalui teknik Pendekatan
Pengalaman Berbahasa (PPB).
a. Kegiatan Pembelajaran
a) Mulailah dengan informasi yang berasal dari warga belajar yang sudah mempunyai
kemampuan mengenal huruf dan kata.
b) Biasakan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari warga
belajar, seperti:
b. Langkah-langkah Pembelajaran
Mulailah selalu mendiskusikan ide secara lengkap, kemudian membelajarkan dan mengenalkan
warga belajar dimulai dari satu kalimat, kata, dan huruf.
c. Mengingat huruf
Meminta warga belajar membawa benda atau kata, dan mencari huruf pertama yang sesuai untuk
nama benda/kata tersebut pada Poster Abjad.
Membantu warga belajar membuat kamus sendiri untuk menulis kata-kata baru, tutor
mengarahkan dan memastikan apakah warga belajar dapat menemukan kata yang sejenis?
Selanjutnya, warga belajar dapat membuka dan melihatnya di kamus pribadinya.
e. Membaca Lancar
b) Pada saat membaca teks, berhenti sebentar untuk mendiskusikan artinya dengan warga
belajar.
c) Setelah membaca mintalah warga belajar membuat kesimpulan tentang informasi dimaksud
dengan kata-katanya sendiri.
d) Setelah membaca, mintalah warga belajar untuk menulis tanggapan/respon tentang isi
informasi tersebut.
h. Membuat Catatan
Selanjutnya, warga belajar menyalin atau membuat catatan mengenai isi bahan bacaan yang
dibacanya.
b. Tanyakanlah pada warga belajar tentang situasi masyarakat di lingkungan mereka pada saat
itu, bantulah mereka membuat jadwal (waktu kejadian) tentang sejarah, masalah atau peta, dan
jelaskanlah lokasi masalah serta sumber pemecahannya.
c. Bacakanlah setengah bagian dari suatu cerita yang sudah dikenal warga belajar lalu
mintalah mereka untuk menerka kemungkinan akhir cerita tersebut.
d. Tunjukkanlah sebuah gambar yang mengandung masalah dan mintalah pendapat warga
belajar tentang hubungan gambar tersebut dengan kehidupan sehari-hari yang dialami warga
belajar.
e. Mintalah warga belajar untuk bermain peran atau simulasi dan diskusi, serta menanyakan
hasil dari simulasi dan diskusi tersebut.
Proses menulis akan lebih mudah warga belajar bekerja sama dan saling membantu dengan yang
lain. Bila mereka menulis dalam kelompok kecil atau dengan berpasangan (partner), tugas
seorang tutor adalah memonitor dan membantu warga belajar satu per satu.
Dalam kegiatan ini tutor melatih terlebih dahulu warga belajar dalam satu kelompok yang
dianggap mampu/memiliki kemampuan calistung lebih tinggi dibandingkan dengan warga
belajar lainnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperingan kerja tutor dalam membimbing
seluruh warga belajar. Melalui cara ini warga belajar yang sudah dilatih tersebut diharapkan
membantu warga belajar lainnya yang masih dalam taraf permulaan belajar.
a. Menggunakan bahan-bahan, peristiwa atau kejadian, dan permasalahan yang berasal dari
masyarakat setempat.
b. Memiliki berbagai pilihan gambar yang ditampilkan, dalam mengemukakan masalah yang
dihadapi warga belajar, selanjutnya meminta mereka mencari pemecahannya.
d. Bantulah warga belajar agar percaya diri dan merasa senang bahwa mereka dapat menulis.
a) Analisislah hasil tulisan warga belajar dan pilihlah beberapa contoh untuk digunakan dalam
praktik membaca. (bisa menggunakan hektograf atau fotokopi untuk memperbanyak hasil
tulisan).
b) Warga belajar diminta untuk saling berpasangan, warga belajar membaca dan
mendiskusikan hasil tulisan yang dipilih oleh tutor.
c) Warga belajar diminta untuk memberi tanggapan tentang hasil tulisan tersebut.
d) Warga belajar mendiskusikan dan menuliskan informasi lebih banyak mengenai topik yang
didiskusikan.
a) Guna membantu memperbaiki hasil tulisannya, analisislah hasil tulisan dan identifikasilah
kesalahan yang dibuat warga belajar.
c) Cara menyunting: bantulah warga belajar menulis kalimat yang benar melalui proses
membetulkan ejaan, suku-kata, kata, kalimat, dan tata bahasa.
d) Warga belajar menulis kata atau kalimat dengan bahasa mereka sendiri.
e) Bimbing dan bantulah secara bertahap satu per satu dengan menggunakan pertanyaan.
a) Tujuan tulisan warga belajar adalah pada hasil akhir dan harus mempunyai arti yang jelas.
b) Tutor tidak perlu khawatir apabila ejaan dan tata bahasanya belum benar. Tutor dapat
membantu warga belajar memperbaikinya secara perlahan-lahan.
c) Pilih satu atau dua keterampilan menulis yang dianggap paling penting bagi warga belajar.
a. Cara penerbitan
a) Salinan tangan.
b) Warga belajar menulis salinan/tambahan dengan tangan, bukan diketik atau difotokopi.
d) Warga belajar dapat membuat satu tulisan lalu dicetak atau difotokopi beberapa lembar.
d) Selebaran: dapat berupa lembar lipat (leaflet), yang berisi gambar dan informasi yang dapat
dibaca warga belajar.
e) Poster: terdiri atas gambar dan informasi yang dibuat pada kertas lebar.
g) Catatan Harian: berisi mengenai tulisan warga belajar yang berisi jadwal kegiatan sehari-
hari.
b) Penerbitan akan lebih mendorong warga belajar untuk membaca dan menulis.
c) Penerbitan adalah salah satu cara untuk membuat dokumen, sejarah suatu tempat/daerah,
pengetahuan, cerita, dan dapat memberikan informasi pada orang lain.
Dalam kegiatan ini, seorang tutor perlu memberikan motivasi pada warga belajar agar dapat
menganalisis dan memperbaiki situasi kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil tulisan atau hasil
belajar mereka. Warga belajar dapat melakukan kegiatan, seperti membuat sebuah cerita, riwayat
hidup, selebaran informasi, surat laporan, artikel, dll. Untuk mencapai hasil yang diinginkan,
biasanya warga belajar memerlukan waktu beberapa minggu untuk menulis dan memperbaiki
hasil tulisannya, sehingga dapat menyampaikan informasi/pesan dengan jelas dan mudah
dimengerti oleh orang lain
Pada pelajaran berhitung, biasanya sedikit mengalami kesulitan, karena warga belajar sudah
mampu mengenal/menghitung nilai nominal uang, jumlah ternak yang dimiliki, jumlah anak, dll.
Akan tetapi, pengalaman menunjukkan bahwa warga belajar juga belum mampu menuliskan
secara benar tentang penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perbandingan. Tutor perlu
membantu membelajarkan berhitung yang sudah biasa dikenal dan digunakan warga belajar
dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada saat kegiatan belajar berhitung, tutor perlu mengamati kegiatan berhitung yang ada pada
masyarakat. Selain itu, tutor perlu mengamati cara belajar keterampilan berhitung yang
digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Prinsip-prinsip Berhitung
d) Gunakan dan manfaatkanlah alat-alat yang berasal dari kehidupan warga belajar.
(1) Jarak,
f) Gunakanlah alat-alat yang dapat dikerjakan sendiri oleh warga belajar, seperti lidi, batu,
daun, dll.
(3) Mengumpulkan dan menggunakan alat local sebagai alat bantu berhitung.
Belajar aksi fungsional/keterampilan adalah cara membelajarkan warga belajar untuk ikut
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, seperti kegiatan praktik, kunjungan lapangan,
membuat jaringan kerja, membuat rencana, membuat proposal dana belajar, menerapkan hasil
belajarnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut dijelaskan beberapa contoh yang berkaitan
dengan belajar aksi fungsional tersebut.
Untuk menunjang keberhasilan program dan penerapan hasil belajar, warga belajar dan tutor
perlu membuat jaringan kerja dengan instansi lain. Tujuannya adalah untuk membelajarkan
warga belajar dalam memfungsikan keaksaraannya, dan memanfaatkan kesediaan instansi-
instansi tersebut agar bersedia membantu kegiatan belajar di kelompok, dan untuk mencari
informasi atau bantuan untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui warga belajar dengan
cara:
a) Tutor dan warga belajar mengunjungi Instansi/kantor atau sumber lain yang dapat
membantu Kejar dalam mencari dan mengumpulkan bahan bacaan.
c) Perlengapan belajar,
b) Tutor bersama warga belajar mengunjungi instansi, kantor, organisasi, dan perorangan.
Pengelola, pamong belajar, dan Penilik/TLD hanya bertugas membantu memberi rekomendasi
atau memfasilitasi kegiatan tersebut.
2) Keterampilan Fungsional
Kegiatan di kelompok belajar akan lebih menggairahkan jika disertai dengan keterampilan
fungsional yang bermanfaat bagi peningkatan taraf hidup warga belajar. Warga belajar tidak
hanya belajar baca, tulis, dan hitung (calistung) saja, tetapi perlu diintegrasikan dengan kegiatan
keterampilan fungsional, seperti membuat kue, menjahit, membuat anyaman, menanam sayuran.
Kegiatan keterampilan fungsional sangat penting dilakukan sebagai wahana mempraktikkan
hasil belajar mereka.
Tujuan membuat proposal dana belajar adalah membantu warga belajar membuat suatu rencana
untuk memperoleh dana belajar sebagai penunjang kegiatan di kelompok belajar. Tutor dapat
membimbing warga belajar dengan cara:
a. Meminta warga belajar membantu membuat rencana kegiatan yang harus diselenggarakan,
b. Membantu warga belajar memikirkan bagaimana cara menggunakan dana secara efektif
dan efisien,
c. Membantu warga belajar memikirkan bagaimana cara mendapatkan dana baik dari Dikmas
maupun dari instansi lain,
e. Agar warga belajar dapat memberikan kontribusi lebih besar di kelompok belajar.
Program Keaksaraan Fungsional menyediakan dana belajar, untuk membantu warga belajar
meningkatkan penhasilan dan memotivasi mereka untuk terus belajar. Sambil belajar menulis,
membaca, dan berhitung sekaligus belajar keterampilan untuk memperbaiki mutu dan taraf
kehidupannya. Besarnya dana belajar sesuai dana yang tersedia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat dipaparkan pada
makalah ini adalah bahwa Program Keaksaraan Fungsional pada dasarnya merupakan suatu
pengembangan dari program keaksaraan sebelumnya.
B. SARAN
Sebenarnya sangat banyak program-program untuk memberantas buta aksara. Namun, karena
kurangnya fasilitator sebagai penyalur kepada warga belajar dalam masyarakat menyebabkan
program-program tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar. Ini juga disebabkan karena
kurangnya informasi-informasi penting yang tidak sampai pada masyarakat.
Untuk itu, sangat diperlukan cara penyampaian informasi yang khusus, sehingga masyarakat
tidak kekurangan informasi-informasi yang penting dalam memberantas buta aksara di
daerahnya. Siapa saja bisa menjadi fasilitator, apabila orang tersebut memang mempunyai
kemampuan dan keterampilan khusus dalam menjalankan program-program pemberantasan buta
aksara dalam lingkungan masyarakat.