Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN POLA ASUH IBU DENGAN PERILAKU SULIT

MAKAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Dijadikan Sebagai Salah Satu Peryaratan untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :
DUWI SRI MEILANI
17059

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut Wong (2009), Anak usia prasekolah merupakan usia tiga sampai

lima tahun, masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan biologis,

psikososial, kognitif dan spiritual yang begitu signifikan.

Anak usia prasekolah akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan

fisik yang melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-3 kg

pertahun dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg pada

usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi badan tetap bertambah

dengan perpanjangan tungkai dibandingkan dengan batang tubuh. Rata-rata

pertambahan tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi

badan rata-rata adalah 95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm pada

usia 5 tahun (Wong et al, 2009).

Pada anak usia prasekolah biasanya juga mengalami perkembangan psikis

menjadi balita yang lebih mandiri, autonom, dan dapat berinteraksi dengan

lingkunganya, serta dapat mengekspresikan emosinya. Di samping itu anak

usia tersebut juga cenderung senang bereksplorasi dengan hal-hal baru. Sifat

perkembangan khas yang terbentuk ini turut mempengaruhi pola makan anak.

Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola makan dimana anak

pada umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Pada masa ini anak sudah
menunjukkan proses kemandirian dimana perkembangan kognitif sudah mulai

menunjukkan perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk

memasuki sekolah dan anak membutuhkan pengalaman belajar dari

lingkungan dan anak orangtuanya (Hidayat, 2012).

Hal ini berkaitan dengan perkembangan anak dimana anak mengalami

masa peralihan bentuk makanan dari lunak ke makanan biasa, serta anak sudah

mulai memilih makanan yang disukai atau tidak disukainya. Sulit makan dapat

mengakibatkan kurangnya kebutuhan nutrisi (Judarwanto, 2010).

Masalah yang paling sering muncul yaitu ketika asupan makan yang

kurang dengan kebutuhan tubuh dapat mengganggu penyerapan asupan gizi.

Kekurangan gizi dapat mengakibatkan penurunan fungsi otak, kurangnya berat

badan, dan mengakibatkan resiko penyakit infeksi (Achmadi, 2013).

Angka kejadian masalah kesulitan makan dibeberapa negara termasuk

cukup tinggi. Sebuah penelitian The Gateshead Millenium Baby Study pada

tahun 2014 di Inggris menyebutkan 20% orangtua melaporkan anaknya

mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi anak hanya mau

makan makanan tertentu (Waugh, 2014).

Prevalensi masalah kesulitan makan menurut klinik perkembangan anak

dari Affiliated program for children development di University George Town

mengatakan 6 jenis kesulitan makan pada anak yaitu hanya mau makan

makanan cair atau lumat: 27,3%, kesulitan menghisap, mengunyah atau

menelan: 23,4%, tidak menyukai variasi banyak makanan: 11,1%,


keterlambatan makan sendiri: 8,0%, mealing time tantrum: 6,1%. Penelitian di

Indonesia yang dilakukan di Jakarta terhadap anak prasekolah, didapatkan

hasil prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%, 44,5% diantaranya menderita

malnutrisi ringan sampai sedang dan 79,2% dari subjek penelitian telah

mengalami kesulitan makan lebih dari 3 bulan (Judarwanto, 2011).

Menurut sensus yang dilakukan World Health Organization (WHO).

Diketahui bahwa 42% dari 15,7 juta kematian anak dibawah 5 tahun terjadi di

negara berkembang. Dari data tersebut sebanyak 84% kasus kekurangan gizi

anak usia dibawah 5 tahun (balita) terjadi di Asia dan Afrika. Sedangkan di

Indonesia tahun 2012 terdapat sekitar 53% anak di bawah umur 5 tahun

menderita gizi buruk disebabkan oleh kurangnya makanan untuk mencukupi

kebutuhan gizi sehari-hari (Depkes, 2012).

Salah satu penyebab kurang nutrisi dan gizi pada anak adalah perilaku

sulit makan. Perilaku sulit makan adalah perilaku anak yang menolak untuk

makan, hanya makan makanan tertentu saja, dan menghabiskan porsi makan

dengan lambat bahkan sering tidak menghabiskan porsi makan setiap jam

makan. Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan untuk makan dan

menolak makanan tertentu. Pada kesulitan makan mempunyai gejala berupa

memenuhkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk

didalam mulut, sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut,

makan berlama-lama dan memainkan makanan, tidak mengunyah tetapi

langsung menelan makanan dan kesulitan makan (Rohmasari, 2013).


Menurut Soetjningsih (2013), perilaku sulit makan disebabkan beberapa

faktor, antara lain kebiasaan makan, psikologis, dan organik. Kelainan

kebiasaan makan biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan seperti

mengikuti kebiasaan makan teman sebaya atau orang-orang sekitar, menyukai

dan menolak jenis makanan yang sama pada waktu yang berbeda, atau suka

memakan makanan yang tidak sesuai dengan usianya. Faktor psikologis

sebenarnya masih ada hubungannya dengan pola asuh karena psikologis anak

sangat ditentukan dari cara pengasuhan, lingkungan dan juga hubungan

didalam keluarga, semakin baik hubungan dalam keluarga maka semakin kecil

kemungkinan untuk anak mengalami anoreksia psikogenik atau kesulitan

makan karena gangguan psikologis. Dan faktor organik biasanya terjadi sulit

makan pada anak akibat suatu penyakit infeksi atau kelainan pada organ-organ

tertentu seperti gigi dan mulut, gangguan menghisap dan mengunyah, penyakit

bawaan atau genetik, dan penyakit infeksi saluran cerna.

Salah satu faktor psikologis yaitu pola asuh orangtua yang mempengaruhi

perilaku sulit makan. Pola asuh orangtua adalah sikap dan perilaku orangtua

dalam mendidik anak, membimbing anak, berkomunikasi dengan anak dan

melakukan berbagai banyak hal dengan anak untuk pengetahuan dasar anak

serta ikut memengaruhi dalam membangun karakteristik anak. Pola asuh

orangtua adalah salah satu faktor dalam pembentukan karakter anak, hal ini

didasari bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan utama dan

pertama bagi anak. Pola asuh dibagi menjadi 3 kategori yaitu pola asuh

otoriter, demokratis, dan permisif (Wibowo, 2012).


Pola asuh otoriter adalah sentral artinya segala ucapan, perkataan, maupun

kehendak orantua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-

anaknya. Supaya taat, orangtua tidak segan-segan menerapkan hukuman keras

kepada anaknya (Dariyo, 2011).

Pola asuh demokratis merupakan suatu bentuk pola asuh yang

memperhatikan dan menghargai kebebasan kepada anak, namun kebebasan itu

tidak mutlak, orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk

mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak

melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orangtua

(Dariyo, 2011).

Pola asuh permisif yaitu orangtua membolehkan anak berbuat apa saja.

Orantua membebaskan anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya

sendiri. Orangtua memeliki kehangatan dan menerima apa adanya.

Kehangatan cenderung memanjakan, menuruti keinginannya. Sedangkan

menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak

untuk berbuat apa saja (Dariyo, 2011).

Pola asuh ibu sangat penting dalam tumbuh kembang anak dalam

psikologis anak, kemampuan bersosialisasi anak, kemandirian anak, serta

peilaku sulit makan pada anak. Sikap ibu dapat membentuk karakter anak

menjadi sulit makan adalah cara menyiapkan makanan, cara memberikan anak

makan, menenangkan anak dengan memberikan makanan ringan, memaksa


anak untuk makan, terlambat memberikan makanan padat, dan ibu tidak

membiasakan anak makan tepat waktu (Nafratilawati, 2014).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat masalah “Gambaran pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan

pada anak usia prasekolah”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana gambaran pola asuh ibu dengan

perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan anak

usia prasekolah.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pola asuh orangtua yang memiliki anak usia

prasekolah.

b) Untuk mengetahui perilaku sulit makan anak usia prasekolah.

c) Untuk mengetahui dampak pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan

anak.

d) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh ibu


1.4 Manfaat

a) Bagi orangtua dan masyarakat

Sebagai bahan evaluasi diri bagi orangtua dan masyarakat tentang

pola asuh yang baik bagii anak usia prasekolah, agar pola makan dapat

diatasi dengan baik oleh orangtua.

b) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya

keperawatan anak mengenai pentingnya pengetahuan tentang pola asuh

ibu dengan perilaku sulit makan anak prasekolah.

c) Bagi Peneliti

Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman tentang

pentingnya pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan anak

prasekolah.

Anda mungkin juga menyukai