PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bedah sesar atau sectio cesarea sudah menjadi pembedahan yang lazim di
Indonesia. Biasanya teknik operasi ini lebih diperuntukkan bagi wanita dengan
bedah sesar pada persalinan sebelumnya dan wanita dengan kehamilan yang
memiliki resiko besar saat persalinan seperti distosia, posisi janin sungsang, dan
fetal distress. Karena bedah sesar termasuk salah satu jenis pembedahan, tentu saja
tindakan ini juga memerlukan anestesi untuk mengurangi rasa sakit pasien
(Apfelbaum et al., 2016). Commented [MIS1]: Apfelbaum, J.L., Hawkins, J.L.,
Agarkar, M., Bucklin, B.A., Connis, R.T., Gambling,
Teknik anestesi dan obat-obatan yang digunakan dalam sectio caesarea harus D.R., Tsen, L.C. 2016. Practice Guidelines for
Obstetric Anesthesia. Journal Anesthesiology. Vol:
meminimalkan transfer obat anestesi ke janin melalui plasenta dan tidak 124 (2): 270-300
tubulus colectivus kurang efektif. Sekitar 90% wanita hamil dengan kadar
glukosa darah normal mengeluarkan 1–10 g glukosa per hari. Karena
peningkatan GFR dan permeabilitas kapiler glomerulus terhadap albumin,
ekskresi fraksional protein dapat meningkat hingga 300 mg / hari dan ekskresi
protein juga meningkat. Pada kehamilan normal, konsentrasi total protein
dalam urin tidak meningkat di atas batas normal c
3. Metabolisme Air Dalam Tubuh
Kekurangan arteri pada kehamilan menyebabkan stimulasi baroreseptor
arteri dan mengaktifkan RAA serta sistem saraf simpatik. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya pelepasan Arginin Vasopressin (AVP) dari
hipotalamus. Perubahan-perubahan ini menyebabkan retensi natrium dan air
dalam ginjal dan menciptakan hiperolemik dan keadaan hipoosmolar pada
kehamilan. Volume ekstraseluler meningkat 30-50% dan volume plasma 30-
40%. Volume darah ibu meningkat 45% menjadi sekitar 1.200-1.600 ml di atas
nilai wanita tidak hamil. Pada akhir trimester ketiga volume plasma meningkat
lebih dari 50-60%, dengan peningkatan massa sel darah merah yang lebih
rendah, dan karenanya osmolalitas plasma turun 10 mosmol / kg. Peningkatan
volume plasma memainkan peran penting dalam menjaga sirkulasi darah,
tekanan darah dan perfusi uteroplasenta selama kehamilan (Soma-Pillay et al,. Commented [MIS14]: Soma-Pillay, P., Nelson, C.,
Tolppanen, H., Mebazaa, A. 2016. Physiological changes in
2016). pregnancy. Cardiovascular journal of Africa. Vol 27(2): 89–
94.
Aktivasi sistem RAA menyebabkan peningkatan kadar aldosteron dalam
plasma dan selanjutnya menyebabkan retensi garam dan air di tubulus distal
dan saluran pengumpul. Selain peningkatan produksi renin oleh ginjal,
ovarium dan unit uteroplasenta menghasilkan protein prekursor renin yang
tidak aktif pada awal kehamilan. Plasenta juga menghasilkan estrogen yang
merangsang sintesis angiotensinogen oleh hati, sehingga meningkatkan kadar
aldosteron. Kadar aldosteron plasma berkorelasi baik dengan estrogen dan
meningkat secara progresif selama kehamilan. Peningkatan aldosteron akan
meningkatkan volume plasma selama kehamilan. Peningkatan GFR juga
meningkatkan pengiriman natrium distal, memungkinkan ekskresi natrium
berlebih. Progesteron memiliki efek antikaliuretik dan oleh karena itu ekskresi
kalium dijaga konstan selama kehamilan karena perubahan reabsorpsi tubular,
dan total kalium tubuh meningkat selama kehamilan (Shagana et al,. 2018). Commented [MIS15]: Shagana, J.A., Dhanraj, M., Ashish,
R., Nirosa, T. 2018. Physiological changes in pregnancy.
Journal Drug Invention Today. Vol 10 (8):1-10
Dengan peningkatan jumlah eritrosit, kebutuhan terhadap zat besi dalam proses
produksi hemoglobin meningkat. Bila suplemen zat besi tidak diberikan,
kemungkinan akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Kebutuhan zat besi pada
trimester kedua kehamilan kira-kira 6–7 mg/hari. Bila suplemen zat besi tidak
tersedia, janin akan menggunakan cadangan zat besi maternal. Sehingga anemia
pada neonatus jarang terjadi; akan tetapi defisiensi zat besi berat pada ibu dapat
menyebabkan persalinan preterm, abortus, dan janin mati (Olikayude, 2015).
Pada kehamilan terjadi thromobositopoeisis akibat kebutuhan yang meningkat.
Kadar prostacyclin (PGI2) sebuah “platelet aggregation inhibitor” dan
Thromboxane (A2) sebuah perangsang aggregasi platelet dan vasokonstriktor
meningkat selama kehamilan. Nilai rata – rata selama awal kehamilan adalah
275.000 / mm3 sampai 260.000 / mm3 pada minggu ke 35. Mean Platelet Size Commented [MIS17]: Olikayude, A. 2015. Hematological
Changes in Pregnancy - The Preparation for Intrapartum
sedikit meningkat dan life span trombosit lebih singkat (Olikayude, 2015). Blood Loss. Obstetrics & Gynecology International Journal.
Vool 4 (3): 271-301
Kehamilan disebut sebagai hipercoagulable state. Terjadi peningkatan kadar
fibrinogen dan faktor VII sampai X secara progresif. Kadar fibrinogen dari 1.5 –
4.5 g/L (tidak hamil) meningkat dan sampai akhir kehamilan mencapai 4 – 6.5 g/L.
Sintesa fibrinogen terus meningkat akibat meningkatnya penggunaan dalam
sirkulasi uteroplasenta atau sebagai akibat tingginya kadar estrogen. Faktor II, V
dan XI sampai XIII tidak berubah atau justru malah semakin menurun. Peningkatan
resiko tromboemboli yang terkait dengan kehamilan lebih diakibatkan oleh stasis
vena dan kerusakan dinding pembuluh darah dibandingkan dengan adanya
perubahan faktor koagulasi itu sendiri (Olikayude, 2015).