Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................................1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................................3
2.1 Definisi dan Peranan Air Pada Beton ............................................................................................3
2.2 Proses Terjadinya Air ....................................................................................................................3
2.3 Persyaratan Air ..............................................................................................................................6
2.4 Pengaruh Zat-Zat Yang Terkandung dalam Air Terhadap Beton .................................................8
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................10
3.2 Saran ............................................................................................................................................10
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda tercinta kita
yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Air Yang dapat Digunakan
untuk Kontruksi Bangunan", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Teknologi Bahan Bangunan yaitu ibu
Mardewi Jamal yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran
dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Samarinda, 01 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air pada beton mempunyai fungsi sebagai pengencer. Agar cairan beton dapat padat dan
mengisi ruang-ruang sehingga membentuk cetakan. Ciri-ciri air yang baik untuk campuran beton
adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Kita banyak butuh air untuk pekerjaan sehari-hari antara lain adalah untuk kebutuhan
campuran beton, air yang bagaimana dapat digunakan untuk campuran beton, apa saja
persyaratannya, dan apa saja senyawa yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan dalam pembuatan
beton. Air tawar yang memenuhi syarat air minum, tanpa diragukan boleh digunakan untuk
pembuatan adukan dan perawatan beton.
Air mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembuatan beton, karena berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton, sifat-sifat yang berpengaruh adalah kemudahan pengerjaan (workability)
dan penyusutan. Selain itu tujuan utama pemakaian air adalah untuk proses hidrasi, yaitu rekasi antara
seman dan air yang mengahasilkan campuran keras setelah bebrapa waktu tertentu. Setelah
pengecoran air juga berguna untuk perawatan (curing) guna menjamin proses pengerasan yang
sempurna.
Air yang kita jumpai di alam ini ada berbagai macam. Ada air yang berasal dari air hujan, air
danau (rawa), air sungai, air laut, dan mata air dari dalam tanah. Secara umum air memiliki rumus
kimia H2O, akan tetapi dikarenakan adanya proses dan gejala-gejala alam maka tidak semua air
adalah murni.
Pada air hujan yang baru saja turun banyak terkandung berbagai macam kotoran di udara
seperti debu, CO2, SO2, dan zat-zat lain yang bebas di udara. Bila air hujan telah mengalir ke
permukaan, maka akan tercampur dengan zat-zat yang mudah larut seperti zat organik, garam
anorganik, serta tidak jarang pula mengandung zat padat.
Apabila air hujan tersebut meresap ke dalam tanah kemudian muncul lagi sebagai sumber
mata air seperti sumur atau lainnya, maka air tersebut mengandung larutan garam seperti garam sulfat,
besi, kalsium, natrium, dan sebagainya (umumnya mengandung asam karbonat, asam
bikarbonat/sementara atau terikat sebagai garam kalsium atau magnesium). Dengan demikian, maka
air sumber ini bisa bersifat asam, basa, ataupun netral tergantung dari daerah yang dilaluinya.
Untuk air laut secara umum bersifat asin karena mengandung berbagai macam garam terutama
NaCl. Untuk air laut, sekitar 75% adalah larutan NaCl dan sisanya adalah larutan garam lain.
Banyaknya sumber air di alam ini dan berbagai macam kandungan yang ada di dalam air yang
dapat menyebabkan berbagai macam hal bila digunakan sebagai bahan pembuat beton, maka dari itu
kita perlu mengetahui kriteria air yang bagaimana yang cocok untuk bahan pembuatan beton.
1.2 Tujuan
1. untuk mengetahui definisi dan peranan air pada beton
2. untuk mengetahui proses terjadinya air
3. untuk mengetahui persyaratan air pada beton
4. untuk mengetahui pengaruh zat-zat yang terkandung dalam air terhadap beton
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Peranan Air pada Beton


Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi.
Salah satunya adalah dalam hal pembuatan beton. Pada pembuatan beton air diperlukan dalam proses
pengadukan untuk melarutkan semen sehingga membentuk pasta (bereaksi dengan semen) yang
kemudian mengikat semua agregat dari yang paling besar sampai paling halus dan menjadi bahan
pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dalam proses pengadukan,
penuangan, maupun pemadatan. Pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara air dan semen maka
bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru
perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut Faktor Air Semen (FAS). Air yang berlebihan
akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang
terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi penguatan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu kekuatan beton pada
umur 7 hari/28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang
menggunakan air standar/suling.

Karena air mempunyai peranan penting dalam pencampuran beton, maka air tidak dapat
ditambahkan sembarangan dalam pengadukan mortal, jadi harus diingat faktor air semennya
disesuaikan dengan kebutuhan dalam workability serta mutu beton yang diinginkan. Dan yang perlu
dicatat bahwa jumlah air yang terlalu banyak dapat menyebabkan kekuatan beton menjadi rendah.

2.2 Proses Terjadinya Air

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat
berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk
hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai
tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
a. Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada
keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan
turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan
pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler
atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga
air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
c. Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-
sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh
air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang
membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap,
yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Tempat terbesar terjadi di laut.

Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Air :


a. Siklus Pendek / Siklus Kecil
a) Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b) Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
c) Turun hujan di permukaan laut

Gambar 2.1 Siklus Pendek Air Hujan


https://komariyahkokom.files.wordpress.com/2011/10/atmosfer4.jpg

b. Siklus Sedang
a) Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b) Terjadi evaporasi
c) Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
d) Pembentukan awan
e) Turun hujan di permukaan daratan
f) Air mengalir di sungai menuju laut kembali

Gambar 2.2 Siklus Sedang Air Hujan


http://id.static.z-dn.net/files/d8f/2c18b64ff1bd4f2b5ed0aefebfb0b386.jpg

c. Siklus Panjang / Siklus Besar


a) Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b) Uap air mengalami sublimasi
c) Pembentukan awan yang mengandung kristal es
d) Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
e) Pembentukan awan
f) Turun salju
g) Pembentukan gletser
h) Gletser mencair membentuk aliran sungai
i) Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut

Gambar 1.3 Siklus Panjang Air Hujan


http://id.static.z-dn.net/files/d79/7a27b22f8facf97a7a0cd86c76ae9306.jpg
2.3 Persyaratan Air

Air diperlukan untuk pembuatan adukan dan perawatan beton. Air yang akan digunakan
harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni tidak boleh mengandung bahan-bahan yang merusak
beton/baja. Air tawar yang memenuhi syarat air minum, tanpa diragukan boleh digunakan untuk
pembuatan adukan dan perawatan beton.
Air untuk pembuatan adukan beton harus diamati terlebih dahulu sebelum digunakan. Air
yang tidak jernih (keruh) atau mengandung kotoran tidak boleh dipakai. Di samping itu, air yang
mengandung bahan-bahan perusak, seperti: fosfat, minyak, asam, alkali, bahan-bahan organis atau
garam-garam, juga tidak boleh dipakai. Penelitian kandungan bahan perusak dalam air dilakukan di
laboratorium kimia. Untuk itu perlu mengetahui sampai sejauhmana air dapat di pergunakan dalam
pembetonan, secara umum terdapat beberapa persyaratan air untuk beton.

a. Air yang diperlukan untuk beton dipengaruhi oleh :


a) Ukuran agregat maksimum, diameter membesar maka kebutuhan air menurun,
begitu juga jumlah mortar yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit.
b) Bentuk butir, bentuk bulat akan menyebabkan kebutuhan air menurun misalkan
untuk batu pecah perlu lebih banyak air.
c) Gradasi agregat, gradasi baik akan menyebabkan kebutuhan air menurun untuk
kelecakan yang sama.
d) Kotoran dalam agregat, Makin banyak silt, tanah liat dan limpur maka akan
meningkatkan kebutuhan air meningkat.
e) Jumlah agregat halus ( dibandingkan agregat kasar,) Jika agregat halus lebih sedikit
maka kebutuhan air menurun.
b. Persyaratan air yang tercantum dalam buku Kleinlogel “ Einflusse auf beton “ 5 auflage
p. 18.
Dapat di pakai bila :
a) Kadar SO3 kurang dari 1% (bila kadar sulfat 0,5 kekuatan beton turun kurang lebih
4% dan bila kadar sulfa 1%, kekuatan beton turun ± 10% )
b) Kadar Na = 0,15% dan NaCl = 0,15%
c) Air tambang ( kecuali air tambang bau bara ) juga air ambang gips.
d) Air limbah dari pemotongan hewan.
e) Air limbah dari pabrik : bir, gas, dan sabun.
f) Air laut dengan kandungan garam kuran dari 3%.
Tidak dapat di pakai bila :
a) Air laut dengan kadar garam lebih dari 3,5%
b) Air dengan kadar sulfat larut lebih dari 3,5%
c) Air dengan kadar NaCl lebih dari 3%
d) Air dari pabrik kulit, pabrik cat dan perusahaan galvanisir.
e) Air yang mengandung gula.
f) Air limbah dari ppabrik cokas.
c. Persyaratan BS 3148 – 1958
Air untuk beton harus :
a) Larutan padat tifak lebih dari 2000ppm
b) Alkali karbonat dan atau bikarbonat tidak lebih dari 1000 ppm (air seperti ini, bila
dibua percobaan kekuatannya tidak turun lebih dari 20% dibanding dengan
menggunakan air bersih)
c) Kadar SO3 tidak lebih dari 1000 ppm dan Cl tidak lebih dari 500 ppm.
d. Persyaratan dr Dinas pengairan Pemerintah Belanda untuk bangunan jalan, air untuk
beton (Eisen door Rijkswaterstaat gesteld aan bouwstoffen voor wegenbouw, 1950 p. 20
par. 5 Water voor bereiding van cementbeton).
a) Air harus bebas dr minyak dan bahan/benda terapung
b) Air harus bersifat netral lakmus atau bersifat basa lemah
c) Air boleh mengandung maksimum :
(a) Sulfat dihitung sebagai SO3 = 0,5 % (5 gr/liter)
(b) Chlorida dihitung sebagai Cl = 1,5 % (15 gr/liter)
d) Bila direaksikan dengan KMnO4 untuk oksidasi bahan organik atau benda lain yg
larut, tidak lebih dr 1000 mg/liter.
e. Persyaratan khusus air untuk beton menurut ACI 318-83
a) Air yang dipakai untuk pengaduk beton harus bersih, bebas dr bahan yg merugikan
seperti minyak, alkali, garam, bahan organik, yg dapat membahayakan bagi beton
dan tulangan.
b) Air untuk beton pratekan atau beton yg dilekati aluminium, termasuk air yg
terkandung dlm agregat, tidak boleh mengandung ion chlorida. Untuk mencegah
korosi, kadar chlorida pd beton setelah 28 hari termasuk chlorida yg terdapat dlm
agregat, air, bahan tambah dan bahan beton lainnya tidak boleh lebih dr prosen
jumlah semen sebagai berikut :
Bentuk Konstruksi Maksimum % Cl ion dihitung
terhadap berat % semen

1. Beton pratekan 0,06

2. Beton bertulang yg berhubungan dgn 0,15


chlorida dlm pemakaiannya

4. Beton bertulang yg akan terus kering, 1,0


atau dilindungi dr kelembaban selama
pemakaian

5. Beton bertulang umum lainnya 0,30

2.4 Pengaruh zat-zat yang terkandung dalam air terhadap beton

Dari beberapa persyaratan tersebut diatas, hendaknya dapat dipakai sebagai bandingan, bila
terpaksa pada suatu tempa tidak terdapat air yang bersih atau air yang dapat diminum. Lepas dari
persyaratan khusus untuk suatu jenis beton tertentu, perlu diketahui adanya pengaruh-pengaruh
bahan yang larut dalam air, antara lain :
a. Air yang mengandung larutan padat, sehingga air keruh, adanya partikel yang
mengeruhkan air itu, akan dapat mempengaruhi sifat pengerasan semennya, sehingga
memungkinkan kekuatan beton turun/rendah.
b. Air yang mengandung minyak , akan berakibat seperti a
c. Air yang mengandung zat organik , akan berakibat seperti a
d. Air mengandung garam Cl (terutama CaCl2 atau MgCl2), karena sifat garam ini
hygroskopis, betonnya akan selalu basah. Akibat basah dapat terjadi yaitu : beton menjadi
bercak putih, tumbuh lumut atau bila ada tulangan dan logam menjadi lekas berkarat
e. Bila adanya garam berupa NaCl selain berakibat seperti diatas, adanya Na dan bila
agregatnya bersifat alkali reaktif, maka kemungkinan terjadi reaksi pengembangan “ alkali
agregat reaction”
f. Bila mengandung sulfat (biasanya Ferrosulfat, Na Sulfat atau Mg Sulfat) atau asam sulfat
yg larut dlm limbah, akan menganggu reaksi C3A membentuk entringit atau mono sulfat,
membahayakan ketahanan beton
g. Air yang mengandung senyawa besi larut, misalnya ferro sulfat, akan berubah menjadi
Ferri oksida ini menimbulkan warna kuning pada beton, air semacam ini kurang baik
untuk merawat beton.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pada pembuatan beton air diperlukan dalam proses pengadukan untuk melarutkan semen
sehingga membentuk pasta (bereaksi dengan semen) yang kemudian mengikat semua agregat dari
yang paling besar sampai paling halus dan menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar
dapat mudah dikerjakan dalam proses pengadukan, penuangan, maupun pemadatan.

Tidak semua air dapat digunakan untuk pembuatan beton. Kualitas air sangat mempengaruhi
kekuatan beton. Air diusahakan agar tidak membuat rongga pada beton, tidak membuat retak pada
beton dan tidak membuat korosi pada tulangan yang mengakibatkan beton menjadi rapuh.

Air yang memenuhi syarat untuk pembuatan beton memiliki karakteristik yaitu tawar, tidak
berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh, bebas dari minyak, alkali, garam dan bahan-
bahan organik.

Air yang digunakan untuk pembuatan beton tidak harus memenuhi syarat sebagai air minum.

3.2 Saran

Lebih teliti dalam memilih air yang akan digunakan untuk pembuatan beton. Air yang akan
digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan

DAFTAR PUSTAKA

http://yogie-civil.blogspot.com/2010/07/air-dalam-pembuatan-beton-normal-0.html

Anda mungkin juga menyukai