Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda tercinta kita
yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Air Yang dapat Digunakan
untuk Kontruksi Bangunan", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Teknologi Bahan Bangunan yaitu ibu
Mardewi Jamal yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran
dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Karena air mempunyai peranan penting dalam pencampuran beton, maka air tidak dapat
ditambahkan sembarangan dalam pengadukan mortal, jadi harus diingat faktor air semennya
disesuaikan dengan kebutuhan dalam workability serta mutu beton yang diinginkan. Dan yang perlu
dicatat bahwa jumlah air yang terlalu banyak dapat menyebabkan kekuatan beton menjadi rendah.
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat
berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk
hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai
tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
a. Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada
keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan
turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan
pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler
atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga
air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
c. Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-
sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh
air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang
membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap,
yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Tempat terbesar terjadi di laut.
b. Siklus Sedang
a) Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b) Terjadi evaporasi
c) Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
d) Pembentukan awan
e) Turun hujan di permukaan daratan
f) Air mengalir di sungai menuju laut kembali
Air diperlukan untuk pembuatan adukan dan perawatan beton. Air yang akan digunakan
harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni tidak boleh mengandung bahan-bahan yang merusak
beton/baja. Air tawar yang memenuhi syarat air minum, tanpa diragukan boleh digunakan untuk
pembuatan adukan dan perawatan beton.
Air untuk pembuatan adukan beton harus diamati terlebih dahulu sebelum digunakan. Air
yang tidak jernih (keruh) atau mengandung kotoran tidak boleh dipakai. Di samping itu, air yang
mengandung bahan-bahan perusak, seperti: fosfat, minyak, asam, alkali, bahan-bahan organis atau
garam-garam, juga tidak boleh dipakai. Penelitian kandungan bahan perusak dalam air dilakukan di
laboratorium kimia. Untuk itu perlu mengetahui sampai sejauhmana air dapat di pergunakan dalam
pembetonan, secara umum terdapat beberapa persyaratan air untuk beton.
Dari beberapa persyaratan tersebut diatas, hendaknya dapat dipakai sebagai bandingan, bila
terpaksa pada suatu tempa tidak terdapat air yang bersih atau air yang dapat diminum. Lepas dari
persyaratan khusus untuk suatu jenis beton tertentu, perlu diketahui adanya pengaruh-pengaruh
bahan yang larut dalam air, antara lain :
a. Air yang mengandung larutan padat, sehingga air keruh, adanya partikel yang
mengeruhkan air itu, akan dapat mempengaruhi sifat pengerasan semennya, sehingga
memungkinkan kekuatan beton turun/rendah.
b. Air yang mengandung minyak , akan berakibat seperti a
c. Air yang mengandung zat organik , akan berakibat seperti a
d. Air mengandung garam Cl (terutama CaCl2 atau MgCl2), karena sifat garam ini
hygroskopis, betonnya akan selalu basah. Akibat basah dapat terjadi yaitu : beton menjadi
bercak putih, tumbuh lumut atau bila ada tulangan dan logam menjadi lekas berkarat
e. Bila adanya garam berupa NaCl selain berakibat seperti diatas, adanya Na dan bila
agregatnya bersifat alkali reaktif, maka kemungkinan terjadi reaksi pengembangan “ alkali
agregat reaction”
f. Bila mengandung sulfat (biasanya Ferrosulfat, Na Sulfat atau Mg Sulfat) atau asam sulfat
yg larut dlm limbah, akan menganggu reaksi C3A membentuk entringit atau mono sulfat,
membahayakan ketahanan beton
g. Air yang mengandung senyawa besi larut, misalnya ferro sulfat, akan berubah menjadi
Ferri oksida ini menimbulkan warna kuning pada beton, air semacam ini kurang baik
untuk merawat beton.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pembuatan beton air diperlukan dalam proses pengadukan untuk melarutkan semen
sehingga membentuk pasta (bereaksi dengan semen) yang kemudian mengikat semua agregat dari
yang paling besar sampai paling halus dan menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar
dapat mudah dikerjakan dalam proses pengadukan, penuangan, maupun pemadatan.
Tidak semua air dapat digunakan untuk pembuatan beton. Kualitas air sangat mempengaruhi
kekuatan beton. Air diusahakan agar tidak membuat rongga pada beton, tidak membuat retak pada
beton dan tidak membuat korosi pada tulangan yang mengakibatkan beton menjadi rapuh.
Air yang memenuhi syarat untuk pembuatan beton memiliki karakteristik yaitu tawar, tidak
berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh, bebas dari minyak, alkali, garam dan bahan-
bahan organik.
Air yang digunakan untuk pembuatan beton tidak harus memenuhi syarat sebagai air minum.
3.2 Saran
Lebih teliti dalam memilih air yang akan digunakan untuk pembuatan beton. Air yang akan
digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
http://yogie-civil.blogspot.com/2010/07/air-dalam-pembuatan-beton-normal-0.html