Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala
kenaikan tekanan intra okuker, dimana dapat mengakibatkan pencekungan
papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang
pandang
Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan di masyarakat barat.
Diantara mereka hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan
sampai 70 ribu benar-benar buta dan bertambah sebanyak 5500 orang buta
tiap tahun. Jika glaukoma didiagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar
kebutaan dapat dicegah namun kebanyakan kasus glaukoma tidak bergejala
sampai sudah terjadi maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran
penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan bagi semua yang
memiliki faktor resiko menderita glaukoma menjalani pemeriksaan berkala
pada optalmologis untuk mengkaji TIO, lapang pandang dan kaputnervi
optisi. Maka dari itu Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang
menyebabkan proses hilangnya penglihatan
Glaukoma adalah penyebab kebutaan utama kedua di Indonesia, yang
rata-rata terjadi pada orang-orang berusia 40 tahun ke atas.Berdasarkan
analisa WHO tahun 2012, glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di
dunia.Glaukoma sudut terbuka primer merupakan bentuk glaukoma yang
tersering, yang menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral progresif
asimtomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi
pengecilan lapang pandang yang ekstensif.
Pada semua pasien glaukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan
dan efektivitasnya dinilai dengan melakukan pengukuran tekanan intraocular
(tonometry), inspeksi diskus optikus dan pengukuran lapangan pandang
secara teratur.

1
Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat
dikontrol dengan obat. Kadang diperlukan pembedahan laser atau
konvensional (insisional). Tujuan penanganannya adalah untuk menghentikan
atau memperlambat perkembangan agar dapat mempertahankan pengelihatan
yang baik sepanjang hidup. Dapat dilakukan dengan menurunkan TIO.
glaucoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi besar
masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimtomatik mengharuskan
adanyanya kerjasama dengan petugas kesehatan yang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapatkan rumusan
masalahnya yaitu sebagai berikut:
1. Apa definisi glaukoma, klasifikasi, etiologi, komplikasi dari glaukoma?
2. Bagaimana patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan
penatalaksanaan dari glaukoma?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan definisi glaukoma, klasifikasi, etiologi, komplikasi dari
glaukoma.
2. Menjelaskan patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan
penatalaksanaan dari glaukoma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa
perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan intra
okular (TIO) dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar
daripada toleransi jaringan, kerusakan pada sel gangglion retina, merusak
diskus optikus, menyebabkan atropi saraf optik dan hilangnya pandangan
perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya
pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat
timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam.
Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan kerusakan organik
bervariasi. Beberapa orang dapat meneloransi tekanan yang mungkin bagi
orang lain dapat menyebabkan kebutaan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
Istilah glaukoma merujuk pada kelompok penyakit yang berbeda
dalam patofisiologi, persentasi klinis dan penangananya. Biasanya ditandai
dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus.
Kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO, yang terlalu tinggi untuk
berfungsinya saraf optikus secara normal. Semakin tinggi tekanannya,
semakin cepat kerusakan saraf optikus tersebut berlangsung. Peningkatan
TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat peredaran normal
humor aqueus. (Brunner & Suddarth, 2001)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata tidak normal
atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf
pengelihatan dan kebutaan.
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala
kenaikan tekanan intra okuker, dimana dapat mengakibatkan pencekungan
papil syaraf optic sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang
pandang. www.google.com

3
B. Klasifikasi
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongnital. Tipe
primer terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka, dan glaukoma sudut
tertutup.
1. Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi,
struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorpsi akuos humor
mengalami patologi langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma sudut terbuka atau glaukoma kronik atau glaukoma
simpleks/open angle glaucoma merupakan bentuk glaukoma primer
yang lebih tersembunyi dan membahayakan serta paling sering terjadi
(kurang lebih 90% dari klien glaukoma). Sering kali merupakan
gangguan heriditer yang menyebabkan perubahan generatif. Bentuk
ini terjadi pada individu yang mempunyai sudut ruang (sudut antara
iris dan kornea). Terbuka normal tetapi terdapat hambatan pada aliran
keluar aquos humor melalui sudut ruangan. Hambatan dapat terjadi di
jaringan trabekular kanal schlemn atau vena-vena aqueus.
Keadaan ini terjadi pada klien usia lanjut (>40 tahun) dan
perubahan karena usia lanjut memegang peranan penting dalam proses
sklearosa badan silier dan jaringan rabekel. Karena aqueus humor
tidak dapat meninggalkanmata pada kecepatan yang sama pada
prodoksinya, TIO meningkat secara bertahap.bentuk ini biasanya
bilateral dan dapat berkembang menjadi kebutaan komplit tampa ada
nya serangan akut.gejala relatif ringan dan banyak klien tidak
menyadari hinggga terjadi kerusakan visus yang serius.suatu tanda
berharga yang ditemukan oleh downey yaitu jika diantara kedua mata
selalu terdapat perbedaan TIO 4 mmHg atau lebih, dianggap
menunjukan kemungkinan glukomkoma simpleks meskipun tensinya
masih normal (wijiana N, 1993). Tanda klasik bersifat bilateral,
herediter, TIO meninggi, sudut COA terbuka, bola mata yang tenang,

4
lapang pandang yang mengecil dengan macam macam skotoma yang
khas, perjalanan penyakit progresif lambat.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Glukoma sudut tertutup/angle closure glaucomal/close angle
glaucomal/narrow angle glaucomalacute glaucoma
awitannyamendadak dan harus ditangani sebagai keadaan emergensi.
Mekanisme dasar yang terlibat dalam patofisiologi glaukoma ini
adalah menyempitnya sudut dan perubahan letak irir yang terlalu di
depan. Perubahan letak iris menyebabkan kornea menyempit atau
menutup sudut ruangan, yang akan menghalangi aliran keluar akueos
humor. TIO meningkat dengan cepat, kadang-kadang mencapai
tekanan 50-70 mmHg(deWit,1998), tindakan pada situasi inin harus
cepat dan tepat atau kerusakan saraf optik akan menyebabkan
kebutaan pada mata yang terserang.
Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan di sekitar
mata, timbulnya halo di sekitar cahaya, pandangan kabur. Klien
kadang megeluhkan keluhan umum seperti sakit kepala, mual,
mumtah, kedinginan, demam bahkan prasaan takut mati mirip
seranggan angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan
mata (gangguan pengelihatan, fotofobia, dan lakrimasi) tidak begitu
dirasakan oleh klien.peningkatan TIO menyebabkan nyri yang melalui
saraf kornea yang menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melalui
cabang-cabang nervus trigeminius. Iritasi saraf vagal dapat
mengakibatkan mual dan sakit perut.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit
mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan
volume cairan didalam mata.Kondisi ini secara tidak langsung
mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi akueos
humor.Gangguan ini terjadi akibat:

5
a. Perubahan lensa, dislokasi lensa, intumensensi lensa yang katarak,
terlepasnya kapsul lensa pada katarak.
b. Perubahan uvea, uveitis anterior, melanoma dari jaringan uvea,
neovaskularisasi di iris.
c. Trauma, hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea/limbus disertai
prolaps iris.
d. Operasi, pertumbuhan epitel yang masuk cameri oculi anterior (COA),
gagalnya pembentukan COA setelah operasi katarak, uveitis
pascaekstraksi katarak yang menyebababkan perlengketan iris.
3. Glukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom.
Resesif dan biasanya bilateral. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
C. Etiologi
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi
pada umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa
meningkatkan tekanan intra okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).
1. Umur
2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
3. Tekanan bola mata /kelainan lensa
4. Obat-obatan
Glaukoma penutupan-sudut primer adalah akibat defek anatomis yang
menyebabkan pengdangkalan kamera anterior. Menyebabkan sudut
pengaliran yang sempit pada perifer iris dan trabekulum. Individu yang
menderita glaukoma penutupan-sudut perifer sering tidak mengalami masalah
sama sekali dan tekanan intrakulernya normal, kecuali terjadi penutupan
sudut yang sangat akut ketika iris berdilatasi, menggulung ke sudut dan
menyumbat aliran keluar humor aqueus dari trabekulum. Atau mereka
mengalami episode yang dipresipitasi oleh dilatasi pupil moderat atau miosis
pupil jelas. (Brunner & Suddarth, 2001)

6
Kejadian tersebut dapat terjadi selama dilatasi pupil ketika berada di
ruangan gelap atau obat yang menyebabkan dilatasi akut pupil. Dilatasi bisa
pula terjadi akibat rasa takut atau nyeri, pencahayaan yang kurang terang,
atau berbagai obat topikal atau sistemik (vasokonstriktor, bronkodilator,
penenang atau anti-Parkinson). (Brunner & Suddarth, 2001)
D. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi aqueus humor dan aliran
keluar aqueus humor dari mata. TIO normal adalah 12-21 mmHg dan
memepertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran
keluar aqueus humor. Aqueus humor diproduksi di dalam badan silier dan
mengalir keluar melalui kanal schlemn ke dalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau
oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar aqueus melalui
camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler >23 mmHg
memerlukan evaluasi yang seksama. Penigkatan TIO mengurangi aliran darah
ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini kehilangan
fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya di mulai dari perifer
dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf
optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen. Tanpa
penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya
pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
(Indriana N. Istiqomah, 2004)
Aqueous humor secara kontinou diproduksi oleh badan silier (sel
epitel prosesus siliari bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada
lensa. Aqueous humor mengalir melalui jaring-jaring trabukuler, pupil, bilik
mata depan, trabukuler meshword dank kanal schlem. Tekanan intra okuler
(TIO) dipertahankan dalam batas 12-21 mmHG tergantung keseimbangan
antara produksi dan pengeluaran (aliran) aqueous humor dibilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah kesaraf optic dan retina
sehingga dapat merusak serabut saraf optic menjadi iskemik dan mati
selanjutnya menyebabkan kerusakan jaringan dimulai dari perifer menuju ke

7
fovia sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai
dari daerah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal (Sunaryo Joko Waluyo,
2009).
E. Manifestasi Klinis
Dari riwayat keluarga ditemukan beberap anggota keluarga dalam
garis vertikal atau horizontal yang memiliki penyakit serupa.
Gejala–gejala terjadi akibat peningkatan tekannan bola mata. Penyakit
ini berkembang secar lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti
normal dan sebaggian besar tidak mempunyai keluhan pada stadium dini.
Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena
pandangan lebih gelap, lebih kabur, lapang pandang menjadi sempit hingga
kebutaan permanen. (Brunner & Suddarth, 2001)
Keluhan yang sering muncul adalah sering menabrak akibat
pandangan yang menjadi jelek atau kabur, lapang pandang menjadi lebih
sempit hingga kebutaan secara permanen.
Gejala lain adalah : (Hanawartiaj,2008)
1. Mata merasa sakit tanpa kotoran
2. Kornea suram
3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah
4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat
5. Nyeri dimata dan sekitarnya
6. Udema kornea
7. Pupil lebar dan reflex berjurang sampai hilang
8. Lensa keruh
F. Pemeriksaan Diagnostik
Penegakkan diagnosis glaukoma meliputi pemeriksaan mata dengan
oftalmoskop untuk mengkaji kerusakan saraf optikus, tonometri untuk
mengukur TIO, perimetri untuk mengukur luas lapang pandang, dan riwayat
okuler dan medis. (Brunner & Suddarth, 2001)

8
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Oftalmoskopi
Untuk melihat fundus mata bagian dalam yaitu retina , diskus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
2. Tonometri
Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHG dan dianggap patilogi
bila melebihi 25 mmHG.
3. Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. secara sederhana, lapang pandang
dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
4. Pemeriksaan Ultrasonotrapi
Adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur
dimensi dan struktur okuler.
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan TIO ke tingkat
yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan bisa
berbeda bergantung pada klasifikasi penyakit dan responnya terhadap terapi.
Terapi obat, pembedahan laser, pembedahan konvensional dapat
dipergunakan untuk mengontrol kerusakan progresif yang diakibatkan oleh
glaukoma.
1. Farmakoterapi
Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk
penangan glaukoma sudut-terbuka primer. Meskipun program ini dapat
diganti, terapi diteruskan seumur hidup. Bila terapi ini gagal menurunkan
TIO dengan adekuat, pilihan berikutnya pada kebanyakan pasien adalah
trabekuloplasti laser dengan pemberian obat tetap dilanjutkan. Beberapa
pasien memerlukan trabekulotomi. Namun pembedahan laser atau
insisional biasanya merupakan ajuvan bagi terapi obat bukannya
menggantikannnya.

9
Obat sistemik dapat menyebabkan rasa kesemutan pada jari tangan
dan jari kaki, pusing, kehilangan nafsu makan, defekasi tidak teratur, dan
kadang batu ginjal. Pasien harus diberi tahu mengenai kemungkinan efek
samping. Namun mereka yang sudah menderita penyakit agak lanjut
biasanya mampu menghadapi hal ini.
Antagonis beta-adrenergik. Antagonis beta-adrenergik topikal kini
merupakan bahan hifotensif yang paling banyak digunakan karna
efektifitasnya pada berbagai macam glaukoma dan tidak menyebabkan
efek samping yang biasanya disebabkan oleh obat lain.
Bahan kolinergik. Obat kolinergik topikal (mis,pilokarpin
hidroklorida, 1%-4%, asetilkolin klorida, karbol)digunakan dalam
penagganan glaukoma jangka pendek dengan penyumbatan pupil akibat
efek langsungnya pada reseptor saraf parasimpatis iris dan badan silier.
Agonis adrenergik. Mekanisme aksi senyawa adrenergik pada
glaukoma belom dipahami benar. Digunakan bersama dengan bahan
penghambat beta-adrenergik, berfungsi saling sinergi dan bukan
berlawanan, agonis adrenergik topikal menurunkan IOP dengan
meningkatkan aliran keluar humor aqueos, memperkuat dilatasi pupil,
menurunkan prodoksi aqueos dan menyebabkan kontraksi pemuluh darah
konjunktiva.
Inhibitor anhidrase karbonat. Inhibitoranhidraseinhibitor,
mis.asetazolamid (Diamox), diberikan secara sistemik untuk nenurunkan
IOP dengan menurunkan pembuatan humor aqueus. Digunakan untuk
menangani gloukoma sudut terbuka (jangka panjang) dan menangani
glaukoma penutupan sudut (jangka pendek) dan glaukoma yang sembuh
sendiri, seperti yang terjadi setelah trauma.
Diuretik Osmotik. Bahan hiperosmotik oral (gliserol atau intravena
mis. Manitol) dapat menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolalitas
plasma dan menarik air dari mata ke dalam pembuluh darah.
2. Bedah Laser Untuk Glaukoma

10
Pembedahan laser untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan
menurunkan TIO dapat diindikasikan sebagai penanganan primer untuk
glaukoma, atau bisa juga dipergunakan bila terapi obat tidak bisa
ditoleransi, atau tidak dapat menurunkan TIO dengan adekuat. Laser dapat
digunakan pada berbagai prosedur yang berhubungan dengan penanganan
glaukoma.
3. Bedah Konvensional
Prosedur bedah konvensional dilakukan bila teknik laser tidak
berhasil, atau peralatan laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok
untuk dilakukan bedah laser (misalnya pasien yang tak dapat duduk diam
atau mengikuti perintah). Prosedur filtrasi rutin berhubungan dengan
keberhasilan penurunan TIO pada 80 sampai 90 % pasien.
4. Implikasi Keperawatan
Pasien mungkin memerlukan rawat inap singkat setelah
pembedahan. Ambulasi progresif diperkenankan, bergantung usia dan
kondisi fisik pasien. Gerakan dan aktivitas berat yang dapat
mengakibatkan pasien mengalami keadaan yang serupa dengan manuver
Valsava (dengan akibat peningkatan TIO), seperti mengejan, mengangkat
beban, dan membungkuk, dihindari sampai satu minggu. Pasien tidak
diperbolehkan mengendarai kendaraan selama 1 minggu. Mata dibalut
selama 24 jam atau lebih lama bila diperlukan, dan mata tidak boleh
kemasukan air. (Brunner & Suddarth, 2001).
H. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada
kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan
ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan
rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang
dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat
dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan

11
fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

I. Patoflodiagram

12

Anda mungkin juga menyukai