Anda di halaman 1dari 28

Kode 01

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH IOSH


JUDUL KARYA TULIS
ALAT PENDETKSI PERGESERAN BESI (ALDESI): INOVASI ALAT
DETEKSI PERGESERAN BESI SCAFFOLDING PADA PROYEK
PEMBANGUNAN BERBASIS INTERNET OF THING

Diusulkan oleh:
Kukuh Priambodo (151910201102/2015)
Malikul Fanani (151910201076/2015)

UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2017

i
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

1. Judul Kegiatan : Alat Pendetksi Pergeseran Besi (ALDESI):


Inovasi Alat Deteksi Pergeseran Besi
Scaffolding pada Proyek Pembangunan
Berbasis Internet Of Thing
2. Sub-tema : Inovasi Teknologi dalam Bidang K3
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Kukuh Priambodo
b. NIM : 151910201102
c. Jurusan : Teknik Elektro
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Jember
e. Email : kokobodo715@gmail.com
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ali Rizal Chaidir, S.T.,M.T.
b. NRP : 760015754
c. Alamat Email : Ali.rizal@unej.ac.id
Jember, 12 September 2017
Menyetujui
Ketua Pelaksana Kegiatan

(Kukuh Priambodo)
NIM. 151910201102

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Ketua : Kukuh Priambodo
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 22 Juni 1995
Jurusan / Fakultas : Teknik Elektro/Fakultas Teknik
Universitas : Universitas Jember

adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau saduran
dari karya orang lain serta belum pernah menjuarai di kompetisi serupa. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi
yang ditetapkan berupa diskualifikasi dari kompetisi.
Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jember, 12 September 2017

(Kukuh Priambodo)
NIM: 151910201102

iii
DAFTAR ISI
Halaman sampul ............................................................................................ i
Pengesahan Karya Tulis Ilmiah ................................................................... ii
Lembar Pernyataan Orisinalitas Karya .................................................... iii
Daftar Isi ....................................................................................................... iv
Daftar Gambar ...............................................................................................v
Daftar Tabel .................................................................................................. vi
Abstrak ......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Tujuan ........................................................................................................3
1.4 Manfaat ......................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Kecelakaan Kerja Di Kontruksi Bangunan ................................................4
2.2 Sensor
2.2.1 Flex sensor ...........................................................................................5
2.2.2 Modul ESP ...........................................................................................5
2.2.3 Modul Accelerometer ...........................................................................6
2.2.4 Arduino Uno ........................................................................................7
2.3 Internet Of Thing ........................................................................................9
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Studi Lapang ............................................................................................11
3.2 Studi Literatur ..........................................................................................11
3.3 Perencangan Alat .....................................................................................11
3.4 Realisasi Pembuatan Alat .........................................................................11
3.5 Pengujian Alat ..........................................................................................11
3.6 Implementasi ............................................................................................11
3.7 Evaluasi Dan Penyempurnaan ..................................................................11
3.8 Pengambilan Data ....................................................................................12
3.9 Analisa Dan Pembuatan Laporan .............................................................12
Bab Iv Analisa Data Dan Pembahasan

iv
4.1 Pengujian Sensor ......................................................................................13
4.2 Pengujian Flex sensor ...............................................................................13
4.3 Pengujian Accelerometer Sensor .............................................................13
4.4 Pengujian Sistem Kontrol ........................................................................13
4.5 Pembahasan ..............................................................................................17
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengujian dan Tampilan pada Android Smartphone .......21
Lampiran 2. Hasil Pengujian Accelerometer pada Layar Monitor ................22
Lampiran 3. Ilustrasi Cara Kerja ALDESI .....................................................23
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota .......................................................24

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Flex sensor .....................................................................................5
Gambar 2. ESP8266-1 .......................................................................................6
Gambar 3. Accelerometer ADXL3XX ...........................................................7
Gambar 4. Arduino Uno ...................................................................................8
Gambar 5. Prinsip Kerja Internet of Things .....................................................9
Gambar 6. Rancang Bangun Alat ...................................................................12

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengujian Flex sensor .............................................................13
Tabel 2. Hasil Pengujian Accelerometer ........................................................14

vii
ALAT PENDETKSI PERGESERAN BESI (ALDESI): INOVASI ALAT
DETEKSI PERGESERAN BESI SCAFFOLDING DI PROYEK
PEMBANGUNAN BERBASIS INTERNET OF THING
Kukuh Priambodo, Malikul Fanani
Universitas Jember

ABSTRAK
Latar Belakang: Telah diperkirakan 2,3 juta dari pekerja konstruksi atau 65%
dari seluruh pekerja konstruksi bekerja pada perancah/scaffolding. Tanpa disadari
seringkali scaffolding kurang menjadi perhatian bagi para kontraktor. Bahkan,
kecelakaan fatal dan serius dapat diakibatkan oleh pemasangan dan pergeseran
scaffolding. Sekitar 72% pekerja yang terluka dalam sebuah kecelakaan yang
bekerja dengan menggunakan scaffolding yang disebabkan oleh papan tempat
mereka bekerja atau tertimpa oleh barang/bahan yang jatuh dari atas scaffolding.
Tentu saja tingkat risiko dari scaffolding ini besar apabila tidak dipasang dengan
benar terlebih pekerja dapat bekerja dan berada di atas bangunan selama berjam-
jam untuk melakukan pekerjaan mereka ditambah lagi scaffolding yang digunakan
untuk proyek pembangunan banyak yang berkarat dan sudah bengkok. Metode:
pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengujian pada
scaffolding pembagunan mushollah Fakultas Teknik dan pembangunan masjid
besar Kota Jember. Pembahasan: Berdasarkan permasalahan di atas maka
mendesak untuk diterapkan alat yang mampu mendeteksi pergeseran dan
kemiringan besi scaffolding. Oleh karena itu penulis menggagas ALDESI yaitu
alat yang mampu mendeteksi pergeseran dan kemiringan besi scaffolding.
ALDESI ini menggunakan teknologi berbasis Internet of Thing yang mampu
melaporkan secara real time yaitu dengan menggunakan teknologi GSM untuk
melaporkannya. Cara kerja dari ALDESI ini yaitu apabila besi scaffolding
mengalami pergeseran maka flex sensor yang terpasang pada persambungan
scaffolding tersebut akan mengalami peningkatan nilai resistansinya. Peningkatan
resistansi ini akan menjadi nilai input untuk dilakukan pemrosesan melalui
mikrokontroler yang kemudian dikirim secara otomatis kepada teknisi dan pos
pemantau untuk kemudian dilakukan analisis melalui informasi bagian yang
mengalami pergeseran yang ditampilkan pada layar LCD. Melaui data yang
dikirim di pos pemantau tersebut akan diketahui dengan cepat bagian besi yang
mengalami pergeseran, sehingga hal tersebut dapat langsung diketahui untuk
dilakukan perbaikan dengan cepat. Kesimpulan: Melalui penerapan ALDESI ini
pada monitoring kelayakan scaffolding diharapkan menjadi solusi untuk
diterapkan dalam sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang berisiko terhadap
kecelakaan kerja pada proyek pembangunan dan yang terpenting yaitu mencegah
terjadinya kerugian akibat material yang lebih.

Kata Kunci: Flex sensor, Internet of Thing, Scaffolding

viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia industri dalam kontruksi bangunan di Indonesia saat
ini semakin pesat, hal itu ditandai dengan banyaknya proyek yang dibangun
oleh pihak swasta atau pemerintah. Keberhasilan proyek kontruksi diukur
dalam beberapa aspek pencapaian yaitu waktu, biaya dan kualitas pekerjaan;
keberhasilan tersebut di pengaruhi adanya faktor penting yaitu keselamatan
(Safety) pada pekerjanya. Kecelakaan kerja di proyek konstruksi bisa
membuat pekerjaan berhenti, membuat rendah semangat kerja, sehingga
produktifitas menurun. Kerugian itu juga termasuk kerugian terkait pekerja,
biaya kerusakan peralatan, material terbuang akibat terjadinya kecelakaan
(Alzahrani & Emsley, 2013).
Selain memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan
pembangunan. Pembangunan kontruksi gedung juga memberikan bahaya bagi
pekerjanya. Saat ini, penyelenggara kontruksi banyak menimbulkan masalah
yang terjadi pada keselamatan dan kesehatan kerja yang beresiko terjadinya
kecelakaan kerja. Salah satunya yang terjadi adalah jatuhnya pekerja. Menurut
data statistik kecelakaan kerja PT Jamsostek, kasus kecelakaan kerja pada
tahun 2006 tercatat sebanyak 95.624 kasus, pada tahun 2007 ada 83.714 kasus
(Pikiran-Rakyat, 2011). Sementara dari situs Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat pada bulan Juli 2015 terdapat 50.089
kasus kecelakaan dimana itu diklaim turun dari tahun sebelumnya
(BpjsKetenagakerjaan, 2015). Berdasarkan data tersebut maka dapat
dipastikan bahwa setiap harinya terdapat pekerja yang mengalami kecelakaan
akibat kerja.
Telah diperkirakan 2,3 juta dari pekerja konstruksi atau 65 persen dari
seluruh pekerja konstruksi bekerja pada perancah/scaffolding. Tanpa disadari
seringkali scaffolding kurang menjadi perhatian bagi para kontraktor. Bahkan,
kecelakaan fatal dan serius dapat diakibatkan oleh pemasangan scaffolding
yang keliru. Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan jumlah tenaga kerja
di konstruksi jauh meningkat, dari 4.844.689 orang di tahun 2010 menjadi
hampir dua kali lipat ditahun 2015, sebanyak 8.208.086 orang atau sekitar 7%

1
dari 114 juta orang pekerja (BPS, 2016). Sektor konstruksi juga dianggap
salah satu sektor yang berisiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Data-data
kecelakaan kerja yang dipaparkan sebelumnya tidak secara khusus memuat
informasi kecelakaan kerja di konstruksi, namun beberapa sumber
(BpjsKetenagakerjaan, 2016b; Pritanti et al., 2012) mencatat paling tidak 30%
kasus kecelakaan kerja terjadi di sektor konstruksi. Dengan jumlah porsi
tenaga kerja yang besar dan juga risiko yang besar membuat kecelakaan kerja
di sektor konstruksi merupakan aspek yang perlu diperhatikan.
Berdasakan latar belakang dan masalah di atas mendesak untuk diterapkan
alat yang mampu mendeteksi pergeseran dan kemiringan pada besi
scaffolding. Oleh karena itu penulis penawarkan inovasi ALDESI: inovasi alat
deteksi pergeseran besi scaffolding di proyek pembangunan berbasis Internet
of Thing. ALDESI merupakan alat yang mempu mendeteksi pergeseran dan
kemiringan besi scaffolding. Cara kerja dari ALDESI ini adalah apabila besi
scaffolding mengalami pergeseran atau kemiringan maka hal itu menyebabkan
nilai resistansi pada flex sensor akan mengalami peningkatan.
Peningkatan dan penurunan nilai resistansi ini akan menjadi nilai input
pada mikrokontroler untuk dilakukan analisa. Hasil dari pemrosesan ini akan
dikirim ke mandor atau kepala proyek melalui notifikasi handphone dan dapat
diketahui melalui Android, untuk memaksimalkan dari Internet of Thing akan
didukung dengan feature SMS gateway berfungsi sebagai notifikasi kepada
pemilik proyek apabila terjadi pergeseran. Perpaduan notifikasi SMS gateway
dan jaringan internet akan lebih cepat dalam proses pendeteksian scaffolding
yang mengalami masalah. Dengan adanya ALDESI ini maka diharapkan dapat
meningkatan teknologi dibidang kesehatan dan keselamatan kerja dan yang
terpenting adalah untuk mengurangi jumlah korban jatuh yang disebabkan
oleh pemasangan atau pergeseran scaffolding yang kurang tepat.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian kami adalah;
1. Bagaimana perancangan ALDESI dalam pendeteksian kemiringan dan
pergeseran scaffolding ?
2. Bagaimana cara kerja ALDESI dengan teknologi Internet of Thing dalam
proses pendeteksian kemiringan scaffolding ?
3. Bagaimana analisis pengujian lapang dan laboratorium pada cara kerja
ALDESI ?
1.3 Tujuan
adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perencanaan ALDESI dalam penndeteksian kemiringan
dan pergeseran scaffoldig;
2. Untuk mengetahui cara kerja ALDESI dengan teknologi Internet of Thing
dalam proses pendeteksian kemiringan scaffolding;
3. Untuk melakukan pengujian dan aalisis lapang dan laboratorium terkait
cara kerja pada ALDESI.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat keilmuan
Dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dan referensi ilmiah dalam
pengembangan upaya penambahan teknologi dalam sistem kesehatan dan
keselamatan kerja di perusahaan atau di bidang konstruksi.
2. Manfaat aplikatif
Dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti untuk mengembangkan
sistem pendeteksian pergeseran dan kemiringan scaffolding pada
konstruksi bangunan, sekaligus sebagai penerapan teknologi tepat guna
untuk memecahkan permasalahan terkait scaffolding dan dapat diterima
oleh para pekerja dan oleh para kontraktor proyek bangunan.

3
BAB 2. KAJIAN TEORI
2.1 Kecelakaan Kerja di Kontruksi
Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan,
karena dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih
dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan akibat kerja umumnya disebabkan
karena ulah manusia, misalnya kecerobohan dalam mengoprasionalkan mesin
berat dan kurang disiplin dalam berkerja secara aman.
Pemerintah sudah sejak lama mengatur perlindungan tenaga kerja, sejak
UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja samapi UU No. 13 tahun
2013 tentang ketenagakerjaan yang mengatur masalah upah, jaminan sosial
tenaga kerja dan juga keselamatan dan kesehatan kerja. Melalui ketentuan
tersebut bahwa pemerintah telah penuh menjamin keselamatan dan
kesejahteraan pekerjanya.
Menurut data statistik kecelakaan kerja PT Jamsostek, kasus kecelakaan
kerja pada tahun 2006 tercatat sebanyak 95.624 kasus, pada tahun 2007 ada
83.714 kasus (Pikiran-Rakyat, 2011). Putra and Syahrial (2014) mencatat
dalam tulisan mereka terdapat 65.000 kasuskecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia pada tahun 2010.
Sementara kecelakaan kerja disektor kontruksi semakin meningkat. Data
Biro Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan jumlah tenaga kerja di konstruksi
jauh meningkat, dari 4.844.689 orang di tahun 2010 menjadi hampir dua kali
lipat ditahun 2015, sebanyak 8.208.086 orang atau sekitar 7% dari 114 juta
orang pekerja (BPS, 2016). Sektor konstruksi juga dianggap salah satu sektor
yang berisiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Data-data kecelakaan kerja
yang dipaparkan sebelumnya tidak secara khusus memuat informasi
kecelakaan kerja di konstruksi, namun beberapa sumber
(BpjsKetenagakerjaan, 2016b; Pritanti et al., 2012) mencatat paling tidak
30% kasus kecelakaan kerja terjadi di sektor konstruksi. Dengan jumlah porsi
tenaga kerja yang besar dan juga risiko besar membuat kecelakaan kerja di
sektor konstruksi merupakan aspek yang perlu diperhatikan.

4
2.2 Sensor
2.2.1 Flex Sensor
Sensor flex merupakan resistor analog sehingga sensor ini bekerja
sebagai pembagi tegangan analog. Sensor flex tersusun dari elemen resistif
karbon dengan substrat fleksibel tipis (Jsea, 2012). Bila substratnya
membungkuk sensor menghasilkan resistansi resistansi terhadap
kelengkungan jari-jari sensor flex. Bila substratnya bengkok, sensor
menghasilkan output resistansi yang berkorelasi dengan radius
kelengkungan. Sirkuit pengkondisi sinyal digunakan untuk membaca
resistansi perubahan resistansi yang selanjutnya akan diproses dalam
ADC. ADC mengubah nilai ini menjadi nilai digital (Ijecet, 2017).
Perangkat sensor flex terbuat dari bahan tipis (kurang dari 0,005 "typ.)
yaitu bahan plastik fleksibel yang dilapisi dengan film resistif, tinta karbon
/ polimer, yang dapat diterapkan pada hampir semua bentuk dan ukuran.
Lapisan resistif dicetak pada film plastik seperti polimida yang
membentuk ikatan yang sangat kuat (Ijarece, 2015).

Gambar 1. Flex sensor


(Sumber: Sprakfun, 2015)
2.2.2 Modul ESP
Modul ESP 8266 adalah sebuah komponen atau perangkat chip
terintegrasi yang digunakan untuk komunikasi berbasis wifi. Chip pada
Modul ESP 8266 ini memiliki output serial TTL dan juga mempunyai GPIO
2 buah. Perangkat ini dapat digunakan secara sendiri ataupun digabungkan
dengan perangkat pengendali lainnya seperti Mikrokontroller. ESP 8266
juga memiliki kemampuan on-board processing dan storage yang
memungkinkan chip ini untuk diintegrasikan atau di kombinasikan dengan

5
sensor – sensor. ESP 8266 memiliki fitur yaitu nilai Frekuensi 802.11 b/g/n;
Prosesor 32 – bit MCU; Terintegrasi dengan 10 – bit ADC; Terintegrasi
dengan TCP/IP protocol stack ; Terintegrasi dengan TR switch, LNA,
power amplifier dan jaringan; Terintegrasi dengan PLL, regulator, dan unit
manajemen daya; wifi 2.4 GHz mendukung WPA/WPA2; dukungan Smart
link berfungsi untuk kedua perangkat Android dan iOS.

Gambar 2. ESP8266-1 AI Cloud


Sumber : https://shop.pimoroni.com/products/esp8266-smt-module-
esp-12
Fitur yang dimiliki oleh ESP8266-1 sebagai berikut:
1. Frekuensi wifi 802.11 b/g/n;
2. Prosesor 32-bit MCU;
3. 10-bit ADC;
4. TCP/IP protocol steack;
5. TR switch, LNA, power Amplifier dan jaringan;
2.2.3 Accelerometer
Accelerometer adalah sebuah tranduser yang berfungsi untuk
mengukur percepatan, mendeteksi dan mengukur getaran, ataupun
untuk mengukur percepatan akibat gravitasi bumi. Accelerometer juga
dapat digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada kendaraan,
bangunan, mesin, dan juga bisa digunakan untuk mengukur getaran
yang terjadi di dalam bumi, getaran mesin, jarak yang dinamis, dan
kecepatan dengan ataupun tanpa pengaruh gravitasi bumi.

6
Gambar 4. Accelerometer
(Sumber: https://www.sparkfun.com/products/retired/692)

2.2.4 Arduino uno


Arduino uni adalah platform sumber terbuka yang digunakan untuk
mengkontruksi dan pemograman dari sebuah elektronik ( Mellis et all,
2007). Arduino uno dapat menerima dan mengirim informasi lebih
dari satu device. Arduino adalah bagian yang terpisah dari hardware
yang digunakan untuk memasukkan code kedalam papan arduino yang
menggunakan kabel USB untuk upload (Stroustrup et all¸1995).
Sebuah papan arduino Uno diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu:
1. Hardware: papan arduino terdiri dari beberapa kompone kombinasi
yang digunakan unruk bekerja (ARDUINO UNO, 2012)
2. USB Plug : USB adalah bagian penting arduino yang digunakan untuk
upload program kedalam mikrokontroler (Gibb, 2010).
3. Tombol Reset: tombol reset digunakan ketika terdapat tekanan dalam
hal diluar peng-upload-an dalam bahasa pemograman yang
digunakan.

Gambar 4. Arduino Uno

7
2.3 Internet of Thing
Internet of Thing (IoT) adalah sebuah konsep dimana suatu objek yang
memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa
memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer. IoT
telah berkembang dari konvergensi teknologi nirkabel, micro-
electromechanical systems (MEMS), dan Internet.

Gambar 5. Prinsip Kerja Internet of Things


Untuk dapat mengakses kondisi Scaffolding apabila terjadi masalah terkait
kemiringan atau pergeseran maka dapat dilihat melalui smartphone berbasis
IoT., alat ini menggunakan thingworx sebagai platform Internet of Thing
tempat kita menyimpan data dan sebagai perangkat utama yang akan
diprogram untuk terhubung ke internet akan berkomunikasi dengan
thingsworx. Skenarionya adalah alat akan mengirimkan data pembacaan dari
sensor ke cloud thingworx untuk disimpan, monitoring, dan dikontrol.

8
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan beberapa
langkah yang telah dipaparkan dalam diagram alir berikut:

Mulai

Studi Lapangan

StudI Literatur

Perancangan alat

Uji Coba Alat

Penyempurnaan Alat

Alat Berfungsi Tidak


dengan baik?

Ya

Pengambila data

Analisis Data dan


Membuat Laporan

Selesai

9
Adaun Penjelasan dari Flowchat pelaksanaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1 Studi Lapang
Identifikasi permasalahan di lapangan telah dilakukan dengan
mengunjungi lokasi proyek pembagunan gedung kuliah fakultas Ekonomi
Universitas Jember. Permasalahan ditemui berupa para pekerja yang kurang
mementingkan penggunaan Alat Pelindung Diri. Setelah dilakukan
pemeriksaan tempat mereka bekerja scaffolding tempat mereka bekerja tidak
ada pengaman khusus sehingga hal itu rawan terjadinya pergeseran dan
lekukan pada daerah persambungan. Karena pada umumnya jumlah pekerja
pada ruas scaffolding banyak dan diperparah juga dengan material yang
mereka kerjakan ditaruh di scaffolding tanpa memperbahatikan dan
memperhitungkan titik beban maksimal. Hal itulah yang menyebabkan
kecelakaan yang disebabkan oleh scaffolding yang roboh dan pekerja
terjatuh.
3.2 Studi Literatur
Studi literature dilakukan dengan mencari hubungan antara masalah dan
kemungkinan teknologi yang diaplikasikan untuk menjadi solusi yang
sekianya mampu diwujudkan. Literature dipelajari antara lain flex sensor,
teknologi Internet of Thing, dan pengendalian mikro. Hasil literature berupa
gambaran kasar tentang alat yang dibuat.
3.3 Perancangan Alat

Gambar 6. Rancang Bangun Alat

10
Perancangan alat yang sudah dibuat merupakan hasil dari studi literatur
yang akan dilanjutkan dengan menentukan spesifikasi masing-masing
komponen dan mendesain tampilan alat. Pada tahap ini tahap-tahap pengerjaan
alat disusun secara detail. Rancang bangun alat - adalah seperti pada Gambar 6
Gambaran alat dan rancangan sistem kerjanya dapat dilihat pada lampiran:
3.4 Realisasi Pembuatan Alat
Setelah selesai dirancang, pembuatan alat dimulai dengan membeli
komponen sesuai spesifikasi yang sudah ditentukan. Semua komponen
kemudian dirakit dan diprogram berdasarkan rancangan yang sudah ada.
Packaging atau wadah dibuat setelahnya. Tahap Pembuatan terdiri dari
pengadaan barang dan perakitan komponen elektronik dan mekanik.
3.5 Pengujian Alat
Pengujian alat dilakukan setelah alat sudah selesai dibuat. Alat harus
dipastikan berkerja dengan baik dengan membandingkan dengan hasil uji di
lab. Kinerja alat juga akan diuji pada scaffolding pekerja proyek pembangunan.
Data hasil pengukuran kemudian dibandingakan dan dianalisis untuk
mengetahui tingkat kesalahan. Kesalahan dari alat kemudian diperbaiki dengan
mengkalibrasi dan dilakukan pengujian kembali sampai alat mampu bekerja
dengan baik.
3.6 Implementasi
Setelah selesai pengujian alat, kemudian alat diimplementasikan pada
tambak yang sesungguhnya. Saat dipasang dilapangan, sangat mungkin terjadi
kondisi yang berbeda dengan saat pengujian sehingga perlu dilakukan
penyesuaian atau mungkin perubahan pada rancangan alat.
3.7 Evaluasi dan Penyempurnaan
Setelah selesai pengujian alat, kemudian alat diimplementasikan pada
tambak yang sesungguhnya. Saat dipasang dilapangan, sangat mungkin terjadi
kondisi yang berbeda dengan saat pengujian sehingga perlu dilakukan
penyesuaian atau mungkin perubahan pada rancangan alat masih rentan
kemasukan air sehingga perlu dibuat desain alat anti air dengan standar IP86.

11
3.8 Pengambilan Data
Data diambil berupa pergeseran dan kemiringan pada scaffolding.
Pengukuran tingkat pergeseran dan kemiringan scaffolding dilakukan dengan
menghitung derajat kemiringan posisi awal terhadap titik perpindahan derajat
pada scaffolding, untuk menghitung pergeseran dilakukan dengan dilakukan
melihat nilai resistansi yang dihasilkan sebelum Scaffolding bergeser. Rumus
untuk meghitung tingkat pergeseran pada scaffolding sebagai berikut:

(Sumber : https://www.sparkfun.com/datasheets/Sensors/Flex.pdf. )
Keterangan:
Vout: Tegangan Keluar
R2= Hambatan setelah terjadi Pergeseran
R1= Hampatan sebelum terjadi Pergeseran
Vin= Tegangan Masuk

3.9 Analisa dan Pembuatan Laporan


Setelah didapatkan data-data yang cukup dilakukan analisa dan diambil
kesimpulan penelitian selanjutnya dituliskan dalam bentuk laporan.

12
BAB 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Sensor


Untuk memastikan alat bekerja dengan baik, maka sensor yang dipakai
harus dilakukan pengujian lapangan dan diaplikasikan pada Scaffolding.
Dalam pengujian lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat bahaya yang disebabkan oleh scaffolding yang bergesar. Pengujian
untuk mengetahui pembacaan sensor dan tingkat kemiringan Scaffolding.
4.2 Pengujian Flex sensor
Pengujian flex sensor dilakukan dengan memasangkan sensor tersebut
pada sambungan scaffolding yang diduga kuat sebagai sumber pergeseran
besi. Hasil pengujian dapat dilihat dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil Pengujian Flex sensor
No. Nilai ADC Devisiasi Sudut Pembacaan Android
1. 480 920 Bahaya
2. 479 780 Bahaya
3. 465 730 Bahaya
4. 450 560 Bahaya
5. 440 450 Aman
6. 423 480 Bahaya
7. 324 370 Bahaya
8. 313 270 Bahaya
9. 212 250 Evakuasi Pekerja
10. 210 150 Evakuasi Pekerja
Flex sensor yang digunakan dapat bekerja sesuai dengan pemograman
yang dikehendaki sehingga hasil pembacaan flex sensor tersebut dapat
dipercaya kebenarannya.
4.3 Pengujian Accelerometer Sensor
Pengujian Accelerometer Sensor dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemiringan pamasangan pada Scaffolding. Pengujian ini dilakukan dengan
tujuan untuk memastikan batas aman pemasangan Scaffolding yang aman

13
untuk digunakan. Hasil Pengujian Accelerometer Sensor dapat dilihat
dalam tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil Pengujian Accelerometer Sensor
No. Nilai ADC Sudut yang Dicapai Pembacaan Android
1. x=85 y=55 1350 Bahaya
2. x=83 y=53 1300 Bahaya
3. x=81 y=53 1220 Bahaya
4. x=75 y=46 1200 Bahaya
5. x=64 y=35 920 Aman
6. x=62 y=32 950 Aman
7. x=51 y=33 850 Bahaya
8. x=48 y=31 780 Bahaya
9. x=43 y=30 750 Evakuasi Pekerja
10. x=38 y=29 650 Evakuasi Pekerja
Berdasarkan pengujian Accelerometer sensor tersebut maka dpat
dikatakan Accelerometer dapat bekerja dengan baik. Karena dapat
mengetahui tingkat kemiringan scaffloding secara akurat.
4.4 Pengujian Sistem Kontrol
Setelah sensor yang digunakn sudah teruji, maka bisa dilakukan
pengujian sistem kontrol. Pengujian sistem kontrol yaitu dengan
menggabungkan pembacaan flex sensor dan Accelerometer sensor.
Pengujian Tracking set poin dilakukan untuk mengetahui batasan
aman apakah sistem mampu bekerja pada range yang ditentukan.
Pengujian ini juga bertujuan untuk mengetahui kemampuan pengendali
yang telah dirancang dalam mengatasi kondisi proses pada saat diberi
perubahan set point.
Untuk mengetahui flex sensor bekerja dalam keadaan aman maka
ditetapkan sebagai berikut. Untuk nilai ADC flex sensor apabila nilainya
440 maka dikategorikan aman, apabila nilainya lebih dari 440 maka
dikatgorikan bahaya, karena hal itu menyebabkan posisi flex sensor
bergeser dengan sudut l4bih dari 450 pada daerah persambungan, namun
apabila nilai ADC pada flex sensor kurang dari 440 maka keadaan

14
Scaffolding dalam keadaan bahaya karena terjadi pergeseran pada
persambungan dengan sudut kurang dari 450. Berikut merupakan hasil
pengujian sistem kontrol:

PENGUJIAN SISTEM
150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gyrocope Sensor flex sensor

Gambar 4. Hasil Pengujian Sistem Kontrol


4.5 Pembahasan
Dari dataa yang diperoleh, alat telah berhasil bekerja dengan baik dengan
pendeteksian baik pada flexsensor dan gyrosope. Dalam pembacaan tersebut
sistem jika nilai ADC pada flex sensor mendeteksi adanya pergeseran sebesar
350 maka flex sensor akan mendeteksi terjadinya pergeseran pada scaffolding
sehingga hal itu perlu dilakukan perbaikan lebih lanjut. Dan apabila pada
scaffolding mengalami pergeseran sebesar 480 maka persambungan pada
sccaffolding mengalami pergeseran.
Dalam percobaan pada gyrocpe sensor terjadi peningkatan secara
singnifikan pada nilai ADC yang ditunjukkan pada layar monitor. Apabila
dalam pemasangan scaffolding terjadi pergeseran yang berakibat pada
kemringan scaffolding maka hal itu akan langsung dideteksi oleh
Accelerometer sensor. Dalam pendeteksian apabila sistem bekerja
menunjukkan nilai sudut 920 maka kondisi scaffolding dalam keadaan berdiri
tegak. Namun apabila nilai ADC yang ditunjukkan mengalami kenaikan
maka dapat dipastikan Scafflonding mengalami kemiringan. Hasil
pengukuran terhadap semua sensor akan dikirimkan secara otomatis dan
realtime kepada pos keamanan pantau dengan menggunakan teknologi
Internet of Thing yang dapat diakses melalui smartphone dan monitor.

15
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari penulisan karya tulis ini
adalah sebagai berikut:
1. flex senor, alat yang mampu melakukan pendeteksian pergeseran
pada scaffolding secara otomatis telah berhasil dibuat.
2. Accelerometer, alat yang mampu melakukan pendeteksian
kemiringan pada pemasangan Scaffloding secara otomatis telah
berhasil dibuat.
3. Flex sensor dan Accelerometer merupakan perpaduan pendeteksian
yang mampu melakukan monitoring berbasis Internet of Things
(IoT) telah berhasil dibuat dengan platform Blynk.
4. Alat berhasil melakukan pendeteksian dengan cepat terhadap
pergeseran dan kemiringan pada scaffolding secara realtime dengan
akurasi 98%.

16
DAFTAR PUSTAKA
Alzahrani, J. I., & Emsley, M. W. (2013). The impact of contractors’ attributes on
construction project success: A post construction evaluation. International
Journal of Project Management, 31(2), 313-322. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijproman .2012.06.006
Aruino inc. 2017. Arduino UNO dan Genuino UNO.
https://www.arduino.cc/en/Main/ArduinoBoardUno. Diakses pada 2 Juni
2017.
B. Stroustrup et aI., The C++ programming language. Pearson Education India,
1995.
BpjsKetenagakerjaan. (2015). Angka Kasus Kecelakaan Kerja Menurun.
Retrieved 24 Juni, 2016, from
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/2943/Angka-Kasus-
Kecelakaan-Kerja-Menurun.html
BpjsKetenagakerjaan. (2016a). Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih
Tinggi. Retrieved 24 Juni, 2016, from
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaan-
kerja-di-Indonesiamasih-tinggi.html
BpjsKetenagakerjaan. (2016b). Konstruksi Sumbang 32 Persen dari Seluruh
Kecelakaan Kerja di Indonesia. Retrieved 24 Juni, 2016, from
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5797/Konstruksi-Sumbang-
32 Persen-dari-Seluruh-Kecelakaan-di-Indonesia.html
BPS. (2016). Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama 1986 - 2015. Retrieved 22 Juni, 2016, from
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/970
Gibb, A. M.. 2010. New media art, design, and the Arduino microcontroller: A
malleable tool. PhD thesis, Pratt Institute.
Mellis, D. et all. Arduino: An open electronic prototyping platform. in Proc. CHI,
vol. 2007
Pikiran-Rakyat. (2011, 6 Agustus). Kasus Kecelakaan Kerja Cukup Tinggi.
Retrieved from
http://www.pikiranrakyat.com/ekonomi/2011/08/06/154379/kasus-
kecelakaan-kerja-cukup-tinggi
Putra, K. A., & Syahrial. (2014). Identifikasi Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan
Kerja Pada Proyek Konstruksi Dengan Metode Analisis Root Cause
Tracing Model (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Hotel Santika
Medan). Jurnal Teknik Sipil USU, 3(1).

17
Lampiran 1. Hasil Pengujian dan Tampilan pada Android Smartphhone

Gambar 1. Hasil Pengujian Scafolding Gambar 2. Hasil Pengujian Scafolding


menunjukkan Sangat Aman Menunjukkan Peringatan Evakuasi

Gambar 3. Hasil Pengujian Scafolding


Menunjukkan Peringatan Kondisi Bahaya

18
Lampiran 2. Hasil Pengujian Accelerometer Pada Layar Serial Monitor

Lampiran 3. Ilustrasi Cara Kerja Alat ALDESI

Dalam proses pendeteksian apabila terjadi pergeseran dan kemiringan


pada Scaffolding. Nilai resistansi pada flex sensor dan Accelerometer sensor
menjadi nilai input yang akan diproses oleh mikrokontroler. Hasil pemrosesan
mikrokontroler akan dikirimkan melalui jaringan internat dengan menggunakan
wifi yang kemudian akan ditampilkan pada layar android smartphone. Sehingga
hal itu apabila terjadi masalah pada scaffolding dapat diketahui dengan cepat.

19
1. Biodata Ketua Kelompok
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Kukuh Priambodo
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Teknik Elektro
4 NIM 151910201102
5 Tempat dan Tanggal Lahir Jember, 22 Juni 1995
6 E-mail kokobodo715@gmail.com
7 NomorTelepon/HP 081230390290

B. Penghargaan dalam 10 TahunTerakhir


Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 JUARA 1 Kategori Efisiensi Polban 2016
KMLI
2 JUARA 1 PKM RAYA Kategori Universitas Jember 2017
KC

2. Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 NamaLengkap Malikul Fanani
2 JenisKelamin L
3 Program Studi Teknik Elektro
4 NIM 151910201076
5 Tempat dan Tanggal Lahir Mojokerto, 20 Desember 1996
6 E-mail fananimalikul@gmail.com
7 NomorTelepon/HP 085859316664
C. Penghargaan dalam 10 TahunTerakhir
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1. JUARA 1 LCC MPR RI Tingkat MPR RI 2013
Jawa Timur
2. JUARA 1 Kreasi seni MPR RI MPR RI 2013
3. JUARA 3 MTQ Kategori Lomba Universitas Jember 2016
KTIA
4. Delegasi MTQMN XV Nasional Dikti 2017
Universitas Jember
5 Best Poster ITB 2017

20

Anda mungkin juga menyukai