Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fitri Kuniati

Nim : 4182220015

Kelas : Biologi Nk B 2018

Mata Kuliah : Ekologi

1. how landscape structure affects the level of home range size adaptation?

Jawab : Habitat merupakan suatu lingkungan kehidupan bagi spesies dan/atau


kumunitas hidup tertentu, dan paling tidak ada dua komponen sebagai
tatanannya, yaitu: (a) potensi fisik wilayah yang meliputi bentang alam dan
topografi, iklim dan sumber air, serta penggunaan lahan sekitar kawasan, dan (b)
komponen biotik (vegetasi dan organisme). Perbedaan landscape sangat
mempengaruhi dari besarnya Home range pada suatu populasi, contohnya
populasi monyet ekor panjang di Semenanjung Badung, populasi Pura Batu Pageh
memiliki kepadatan tertinggi yaitu 187 ekor/ Ha, kemudian Pura Dalem Karang
Boma yaitu 156 ekor/ Ha, Pura Uluwatu 107 ekor/Ha, dan Pura Gunung Payung
8ekor/Ha. Kepadatan populasi adalah besaran populasi dalam suatu unit ruang.
kepadatan rata-rata dari monyet ekor panjang di hutan dataran rendah Sumatera
adalah 6 ekor / 100 Ha. Kepadatan populasi yang berlebih memicu dinamika
populasi salah satunya yaitu meluasnya daerah jelajah atau homerange.
Peningkatan strees, penurunan jumlah pakan, peningkatan interaksi akan memicu
terjadinya peningkatan persaingan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pakan
dengan melakukan penjelajahan keluar dari habitat. Migrasi merupakan pola
adaptasi perilaku yang dilakukan oleh monyet ekor panjang. Pola migrasi
tergantung pada keadaan, waktu, dan penyebabnya. Populasi Pura luhur Uluwatu
memiliki luas daerah jelajah yang paling luas, yaitu 1480 Ha, populasi Pura
Gunung Payung memiliki luas daerah jelajah 800 Ha, populasi Pura Batu Pageh
memiliki luas daerah jelajah 400 Ha, dan populasi Pura Dalem Karang Boma
memiliki luas daerah jelajah 730 Ha ,Monyet ekor panjang memiliki ukuran
daerah jelajah sekitar 1,25 km ² atau setara dengan 125 Ha. (Kusumadewi,2014)
2. Does increasing resources variability forces herbivores mammals ?

Jawab : ya, sumber daya sangat mempengaruhi teerhadap besarnya wilayah


jelajah pada hewan herbivore salah satu contoh yang dapat diambil pada hewan
orang utan Orangutan melakukan penjelajahan bertujuan untuk mencari makan
berupa buah serta memenuhi kebutuhan lainnya untuk dapat bertahan hidup.
Jarak jelajah harian orangutan bervariasi yang dipengaruhi faktor usia, jenis
kelamin serta habitat (Singleton et al. 2009). Akumulasi dari jelajah harian pada
suatu durasi tertentu akan menghasilkan suatu daerah jelajah. Daerah jelajah
didefinisikan sebagai wilayah yang digunakan oleh suatu individu dalam
melakukan aktivitas kehidupannya, seperti memenuhi kebutuhan makan, kawin
dan mengasuh anak dalam kurun waktu tertentu (Galdikas 1988). Orangutan
memiliki daerah jelajah yang saling tumpang tindih antar dua individu atau lebih.
Tumpang tindih tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasan
habitat, sumber pakan, serta reproduksi (Singleton dan van Schaik 2001). Pada
area yang tumpang tindih tersebut sering terjadi kompetisi dalam
memperebutkan dan mempertahankan sumberdaya yang ada didalamnya.
Ukuran daerah jelajah antar orangutan jantan juga menunjukan perbedaan.
Umumnya jantan berpipi dominan memiliki daerah jelajah yang cenderung lebih
kecil dibandingkan jantan yang tidak dominan. Walaupun seperti itu, di dalam
daerah jelajah jantan berpipi dominan memiliki sumber pakan dan betina yang
lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan jantan berpipi dominan hanya
mempertahankan daerah jelajahnya dari jantan lainnya. Jantan berpipi
mempertahankan daerah jelajah dengan melakukan seruan panjang atau agresi
jika terjadi pertemuan. Di lain pihak, jantan berpipi tidak dominan hanya
memanfaatkan ruang kosong yang ditinggalkan oleh jantan berpipi dominan;
sedangkan jantan tidak berpipi hanya mengikuti pergerakan jantan berpipi
dominan dengan jarak yang aman (Utami-Atmoko et al. 2009; Susanto 2013).
Daftar Pustaka

Galdikas BMF. 1988. Orangutan diet, range, and activity at Tanjung Puting, Central
Borneo. Int J Primatol. 9(1):1-31.

Kusumadewi, Made Rahayu. 2014. Sebaran Geografi Populasi Monyet Ekor


Panjang (Macaca fascicularis) di Semenanjung Badung. Jurnal Ilmu dan
Kesehatan Hewan. Vol 2 No 1
Singleton I, Knott CD, Morrogh-Bernard HC, Wich SA, van Schaik CP. 2009.
Ranging behavior of orangutan females and social organization. Di dalam
Wich SA, Utami-Atmoko SS, Setia TM, van Schaik CP, editors. Orangutans:
Geographic variation in behavioral ecology and conservation. New York
(US): Oxford University Pr. hlm 205-212.

Singleton I, van Schaik CP. 2001. Orangutan home range size and its determinants
in a Sumatran Swamp Forest. Int J Primatol. 22(6):877-911.

Utami-Atmoko SS, Singleton I, van Noordwijk MA, van Schaik CP, Mitra Setia T.
2009. Male–male relationships in orangutans. Di dalam Wich SA, Utami-
Atmoko SS, Setia TM, van Schaik CP, editors. Orangutans: Geographic
variation in behavioral ecology and conservation. New York (US): Oxford
University Pr. hlm 225-233.

Anda mungkin juga menyukai