111
Keberhasilan dapat dicapai secara maksimal apabila dalam sebuah proyek
memiliki poin – poin pengendalian tersebut. Secara umum, pengendalian meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Penentuan standar, yaitu penentuan tolok ukur dalam menilai material dan hasil
pekerjaan dari segi kualitas yang harus sesuai dengan spesifikasi.
b. Pemeriksaan, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap material, progres, dan hasil
pekerjaan yang harus sesuai dengan jadwal pekerjaan rencana dan spesifikasi
yang diminta.
c. Perbandingan, yaitu membandingkan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan
dengan rencana yang ditentukan. Dari perbandingan ini dapat diketahui apakah
pelaksanaan proyek berjalan lancar atau mengalami keterlambatan.
d. Tindakan korektif, yaitu mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek.
Apabila terjadi ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan teknis di
lapangan, perlu tindakan koreksi dan pemecahannya serta pelaksanaan
selanjutnya.
Berdasarkan analisa selama kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan selama 3
bulan terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2018 sampai dengan 31 Oktober 2018 sesuai
Kerja Praktik No : 007/B.3.8/FT/IX/2015 atas nama Dekan Fakultas Teknik
Universitas Tidar pada Proyek Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta. Pada
Bab IV ini penulis akan lebih membahas tentang monitoring, pengawasan setiap
pekerjaan, menilai hasil pekerjaan dan mengevaluasi hasil pekerjaan dengan
membandingkan dengan aspek – aspek pengendalian seperti mutu, material, uang
(money), sumber daya manusia (human) atau pekerja, metode pelaksanaan, apakah
sudah sesuai dengan time schedule, network planning, RKS, serta mengkajinya
dengan sumber referensi dari jurnal ilmiah, laporan praktik kerja dari berbagai
literatur dan membandingkan dengan ilmu yang sudah didapatkan selama duduk
dibangku perkuliahan.
112
4.2 Pengendalian Mutu Material
Pada Proyek Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta ini,
pengendalian mutu material yang digunakan perlu dilakukan untuk mendapatkan
spesifikasi teknis pekerjaan yang sesuai dengan standar. Untuk menjaga kualitas yang
sesuai dengan syarat spesifikasi teknis struktur, maka diperlukan pengendalian dan
pengawasan yang continue pada berbagai aspek material meliputi:
113
spesifikasi didalam lembar bukti tanda terima yang berisi jenis material dengan
spesifikasi termasuk di dalamnya persetujuan masing-masing pihak yang terlibat
terhadap mutu material-material tersebut. Sebagai contoh tanda bukti pemesanan mix
beton bore pileberikut :
114
4.2.2 Mutu Material
Menurut Ahadi (2011), Untuk memperoleh hasli pekerjaan struktur yang
sesuai standar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka mutu bahan untuk struktur
bangunan harus sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian mutu
material antara lain pemilihan bahan, pengujian berkala, cara pelaksanaan, perawatan
dan pemeliharaan.
Material merupakan komponen biaya yang paling besar pada pelaksanaan
proyek konstruksi, sehingga material menjadi elemen penting dalam pengendalian
biaya proyek. Pada manajemen material, pembelian material merupakan faktor yang
mempunyai pengaruh cukup besar terhadap besar kecilnya harga material, sehingga
diperlukan perhitungan yang cermat dalam penentuan harga material serta pemilihan
distributor material dengan harga yang terjangkau (Ayu, 2017).
Pengendalian mutu material yang berada Proyek Pembangunan Terminal
Bandara Internasonal Yogyakarta meliputi:
a. Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Secara
sederhana, definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan
bahan – bahan material lain seperti batu bata dan batu koral hingga bisa
membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara umum semen
diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat bahan –
bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat (Pangaribuan, 2013).
Semen yang digunakan pada Proyek Pembangunan Terminal Bandara
Internasioanl Yogyakarta adalah semen Portland yang memenuhi SNI 15-2049-
1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA, dan IV. Dalam pelaksanaannya, pengendalian
terhadap material semen yaitu dengan melakukan penyimpanan semen di dalam
semen silo bantching plant PT. PP KSO. sedemikian rupa, sehingga semen
115
terhindar dari risiko basah atau kemungkinan lembab, serta terjamin tidak
tercampur dengan bahan lain.
Silo merupakan sebuah tempat penyimpanan bahan atau material yang berupa
butiran maupun cairan yang berbentuk silinder maupun persegi panjang. Penyimpana
n di dalam silo pasti dalam bentuk curah. Struktur silo terbuat dari baja atau beton.
Selama penyimpanan, semen yang berada di dalam silo terhindar dari risiko basah
atau kemungkinan lembab, serta terjamin tidak tercampur dengan bahan lain
(Pradana, 2013).
b. Agregat Kasar
Agregat kasar dapat berupa batu pecah atau kerikil hasil desintergrasi alami
dari batuan-batuan dan yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir
116
lebih dari 5 mm (Hizrian, 2017). Batu pecah, dalam penggunaannya harus
memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:
1) Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya tidak
pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan hujan.
2) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila melebihi maka
harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya.
3) Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti zat –zat
yang reaktif terhadap alkali.
4) Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya
tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan.
117
c. Agregat Halus
Menurut Hizrian (2017), Agregat halus adalah butiran mineral yang
berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar (adukan) dan beton.
Atau didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai pengisi, dipakai bersama
dengan bahan perekat dan membentuk suatu massa yang keras dan padat yang
disebut beton. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan
apabila diayak dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Sisa diatas ayakan 4 mm minimum beratnya 2%
2) Sisa diatas ayakan 1mm minimum beratnya 10%
3) Sisa diatas ayakan 0,025 beratnya berkisar antara 80% sampai 95%.
4) Tidak mengandung lumpur.
118
Gambar 4.2.2.3. Pengecekan Pasir di Area Bantching Plant PT. PP KSO
d. Air
Senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2) yang
bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk senyawa H2O
(Armansyah, 2018).Menurut SK SNI 03-2847-2002, syarat air yang dapat
digunakan dalam proses pencampuran beton adalah sebagai berikut :
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
yang menggunakan air dari sumber yang sama dan hasil pengujian pada
119
umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan
air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-
kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air
yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan
pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji
sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm” (ASTM C 109 ).
e. Baja Tulangan
Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang
lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan
baku billet dengan cara hot rolling. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton
dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan
beton sirip (Gazal, 2014). Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan sbb.:
a. Tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.
b. Batang Tulangan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .
c. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform
(BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70 %
diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter
nominalnya.
120
d. Tulangan dengan ∅ <10 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan
dengan ∅ ≥10 mm memakai BJTD 40 (deform) bentuk ulir. Semua baja
tulangan dengan diameter yang berbeda yang akan digunakan harus dites di
Laboratarium untuk mengetahui tegangan luluhnya masing-masing 2 sempel.
e. Untuk kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya
menyatakan nilai kuat - leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan
dimaksud.
f. Ketentuan diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan
harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan harus ditentukan dari
rumus:
d = 4,029√B ataud = 12.47 √G
dimana :
d = diameter nominal dalam mm;
B = berat baja tulangan (N/mm);
G = berat baja tulangan (kg/m).
g. Toleransi berat batang fabrikasi seperti dalam SNI 03 – 6816 - 2002 sebagai
berikut :
∅ < 10 𝑚𝑚 ±7%
10 𝑚𝑚 < ∅ < 16 𝑚𝑚 ±6%
16 𝑚𝑚 < ∅ < 10 𝑚𝑚 ±5%
∅ > 28 𝑚𝑚 ±4%
121
4.2.3 Pengujian Bahan Material
a. Uji Beton
Menurut Jurnal Mahdi (2013), Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku (SNI 03 – 2847 Tahun 2002) dengan jenis
beton yang akan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Anggaran dan Biaya
(RAB). Dalam pelaksanaan pekerjaan beton harus diawasi seluruh tahapan
pekerjaan oleh seorang pengawas ahli yang mampu dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Perlunya pengawasan pada setiap
tahapan karena kekuatan beton yang diproduksi di lapangan mempunyai
kecenderungan untuk bervariasi dari adukan yang satu ke adukan yang
selanjutnya. Besarnya variasi ini bergantung pada berbagai faktor, antara lain
mutu bahan agregat, cara pengadukan, stabilitas pekerjaan, waktu pengecoran,
dan mobilisasi materal.
Dalam suatu perencanaan pembuatan job mix, komposisi kebutuhan dari tiap
material pendukung akan berbeda tergantung data agregat yang digunakan.
Sehingga sangat disarankan untuk melakukan berbagai percobaan. Pelaksanaan
campuran beton (trial mix) bertujuan untuk menyederhanakan variasi komposisi
campuran yang dilakukan dalam percobaan nanti dan menentukan penggunaan
kebutuhan air pencampur sehingga mudah untuk dikerjakan. Setelah ditetapkan
komposisi campuran berdasarkan hasil mix design, selanjutnya adalah
pelaksanaan pencampuran unsur-unsur beton. Pembuatan benda uji dilakukan
oleh supplier beton ready mix atas persetujuan pengawas lapangan,
Pada Proyek Pembangunan Terminal Bandara Internasional Yogyakarta
melaksanakan tes sesuai standar kerja yaitu, slump test, uji kuat tekan beton, uji
kuat tarik dan tulangan baja.
1) Slump Test
Pemeriksaan mutu beton cair dilapangan dapat dilakukan dengan cara
slump test. Slum test dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari adukan
beton yang akan dicor. Pada Proyek Pembangunan Terminal Bandara
122
Internasional Yogyakrta nilai slump yang dipakai yaitu 12 ± 2 cm. Pekerjaan
beton tidak diperbolehkan dimulai sebelum diperiksa Konsultan Pengawas
dan Direksi Pekerjaan tentang kekuatan/kebersihannya. Semua pembuatan
dan pengujian trial mix dan design mix serta keseluruhan biaya menjadi
tanggung jawab kontraktor. Pada percobaan slump test ini peralatan yang
digunakan antara lain :
a) Kerucut Abrams dengan bentuk terpancung dengan tebal palt 1,5 mm
tinggi, tinggi kerucut 30 cm, diameter bawah 10 cm dan diameter atas
20 cm.
b) Tongkat besi sebagai alat pemadat dengan diameter 16 mm dan panjang
60 cm dengan ujung bulat.
c) Alat ukur meteran, sekop kecil untuk mengisi adukan beton dan cetak
untuk meratakan permukaan beton.
123
Gambar 4.2.3.1. Pengisian Semen pada Kerucut
124
Gambar 4.2.3.2. Uji Slump pada Proyek Pembangunan Terminal Bandara
Internasional Yogyakarta
125
c) Meletakkan cetakan silinder pada plat atas baja yang telah dibersihkan
dan mengolesi sisi dalamnya dengan minyak pelumas atau oli
seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakannya.
d) Masukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test ke
dalam cetakan yang dibagi dalam tiga lapisan yang sama,tusuk-tusuk
sebanyak 25 kali tiap lapisan.
e) Meratakan bagian atasnya dan setelah lumayan mengering kemudia
beri kode tanggal pembuatan dan penggunaan beton dengan spidol
atau stypo.
f) Diamkan selama 24 jam, kemudian cetakan dilepas.
g) Melepas cetakan kemudian merendam dalam air (curing) selama
waktu tertentu, kemudian diserahkan ke laboratorium untuk melakukan
pengetesan beton pada usia yang telah di tentukan.
126
pembuatan, sertatoleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan
dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau A.C.I. 315.
Dari proses pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan
ditandai dengan label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda
pengenal. Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk menghindari kerusakan.
Tempat penyimpanan yang ada harus di atas tanah yang kering, daerah yang
bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran, karat dan
sebagainya. Kemudian dari pengerjaan, pembengkokan, dan pembentukan
tulangan sesuai dengan rencana serta tidak mengalami perubahan bentuk maupun
tempat selama pengecoran berlangsung.
Selain dengan usaha yang dilakukan dengan cara pengiriman dan
penyimpanan yang baik terhadap besi tulangan, pelaksana proyek juga
mengambil beberapa sample tulangan untuk dilakukan uji tarik kekuatan
tulangan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya tegangan
leleh dan kuat tarik baja (Guritno, 2013). Pengujian uji tarik baja pada Proyek
Pembangunan Terminal Bandara Internasional Yogyakarta dilakukan di pabrik
produksinya.
127
4.2.4 Jadwal Pengadaan Material
Pengadaan material proyek merupakan salah satu hal penting bagi
pelaksanaan proyek. Persediaan material harus dapat memenuhi kebutuhan rencana
fabrikasi, karena jika persediaan material tidak dapat dipenuhi maka akan
mengakibatkan keterlambatan jadwal pelaksanaanyang diberikan oleh owner. Selama
ini dalam perencanaan pengadaan material proyek menggunakan cara sederhana yang
membutuhkan waktu relatif lebih lama untuk proses pemesanan material pada
supplier, belum lagi dibutuhkan beberapa tenaga kerja, baik dari proses pemisahan
material, mesin- mesin, dan consumable. Perencanaan pengadaan material yang tidak
terstruktur ini mengakibatkan terjadinya keterlambatan pekerjaan pada proyek,
dikarenakan terlambatnya pasokan material sehingga berimbas pada peningkatan
biaya proyek.(Nyoman, 2007). Untuk itu diperlukan analisis pengendalian pengadaan
material proyek karena material merupakan bagian penting dari sebuah pelaksanaan
proyek konstruksi, dimana material adalah bagian terbesar dari proyek yang nilainya
hampir mencapai setengah dari total biaya proyek, sehingga dapat meminimalkan
risiko terjadinya keterlambatan item – item pekerjaan akibat dari proses pengadaan
yang tidak efisien (Haikal, 2017).
Berdasarkan pengamatan pada kegiatan kerja praktik bahwa proyek yang
dikerjakan oleh PT. PP KSO dilihat dari jadwal pengadaan sesuai standar
pengawasan yang dimonitor oleh konsultan pengawas, dan pihak proyek yang
bertanggung jawab pada proses pengadaan adalah pihak quality control sebagai
pengontrol dan penentu kebijakan material agar material sesuai dengan rencana yang
meliputi efisiensi penggunaan, standar, kriteria mutu agar pekerjaan yang
dilaksanakan sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang disyaratkan. Berdasarkan
kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pengadaan material proyek di lapangan
sudah sesuai standar. Pengadaan yang dilakukan oleh pihak quality control sudah
sesuai dengan jadwal pelaksanaan item – item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Dalam kegiatan pengadaan dipilih supplier / pemasok material yang telah ditetapkan
128
bersama dengan pelaksana proyek dengan ketentuan supplier memiliki jarak terdekat
dengan lokasi proyek dan memiliki harga yang memenuhi kriteria yang disetujui oleh
pelaksana proyek dan kontraktor.
129
pelaksanaan proyek, analisis teknis mengenai alat ini sangat bermanfaat dalam
menyusun rencana kebutuhan peralatan konstruks sehingga setiap aktifitas kerja
rencana dengan baik. Pengendalian mutu peralatan dilakukan dengan melakukan
kalibrasi alat sebelum alat tersebut digunakan untuk pekerjaan proyek. Selain itu juga
diperlukan perawatan secara rutin terhadap alat yang akan digunakan, agar alat
tersebut selalu dalam keadaan baik dan dapat digunakan sesuai fungsinya.
Kalibrasi adalah salah satu upaya untuk mengendalikan kemampuan dan
kelayakan suatu alat untuk digunakan dalam pekerjaan proyek. Menurut Almega
(2016), Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi diperlukan
untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan akurat dan konsisten
dengan instrumen lainnya. Kalibrasi ulang secara periodik juga harus dilakukan untuk
menjaga kesesuaian alat terhadap kondisi standarnya. Selain itu, juga ada schedule
alat utama untuk mengetahui berapa lama alat dibutuhkan, dan berapa banyak jumlah
yang dibutuhkan di lapangan.
Semua peralatan pada Proyek Pembangunan Terminal Bandara Internasional
Yogyakarta menjadi tanggungan dari pihak PT. PP KSO selaku kontraktor proyek.
Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab dari pihak kontraktor,
termasuk servis rutin dan perbaikan-perbaikan bila ada kerusakan.
130
Pada Proyek Pembangunan Terminal Bandara Internasional Yogyakarta untuk
pekerjaan struktur bawah mulai dari pekerjaan pengeboran bore pile, pengecoran
bore pile, pekerjaan pile cap, pengecoran pile cap, dan pekerjaan lainnya
dilaksanakan oleh para pekerja yang kompeten dalam bidangnya. Untuk memastikan
hasil pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi teknis yang
berlaku, terdapa tkonsultan pengawas dan quality qontro ldari kontraktor yang selalu
melakukan check list semua item pekerjaan yang benar-benar siap untuk dikerjakan
.Maka dari itu pengendalian mutu pekerjaan juga dipengaruhi oleh para pekerja
dalam pelaksanaannya di lapangan.
131
tenaga kerja kepada konsultan pengawas agar tenaga kerja yang ada dapat dikontrol
apakah tenaga kerja yang bekerja sesuai dengan schedule kebutuhan tenaga kerja
pada item pekerjaan proyek tertentu.
132
pekerjaan fisik terminal bandara ini selesai tepat pada waktu yang telah ditetapkan.
Pengendalian dan pengawasan waktu pada proyek ini antara lain:
1. Time Schedule
Time Schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-
masing item pekerjaan proyek secara keseluruhan mulai dari bagian-bagian pekerjaan
permulaan sampai dengan bagian-bagian pekerjaan akhir (Ahadi, 2011). Pada Proyek
Pembangunan Terminal Bandara Internasional Yogyakarta, time schedule disusun
berdasarkan urutan pelaksanaan pekerjaan dan merupakan acuan yang digunakanagar
pekerjaan dapat berjalan sesuai rencana, efisien, dan tepat waktu.
2. S-Curve (Kurva S)
Menurut Albajili (2013), Kurva S merupakan jadwal pelaksanaan proyek
dalam bentuk gambaran diagram % (persen) komulatif bobot pekerjaan yang diplot
pada suatu sumbu, dimana sumbu x menyatakan satuan waktu sepanjang durasi
proyek dan sumbu y menyatakan nilai bobot % (persen) komulatif biaya selama
durasi proyek tersebut. Dari grafik hasil pembuatan kurva S dapat dilihat apakah
proyek tersebut mengalami keterlambatan progres pekerjaan atau tidak. Dengan
kurva S juga dapat dilihat intensitas pekerjaan. Kemiringan curam menunjukkan pada
saat itu pekerjaan besar dengan intensitas tinggi dan kemiringan landai menunjukkan
pekerjaan pada saat itu relative sedikit.
133
Gambar 4.6 Time Schedule dan Diagram Kurva S Proyek Pembangunan Bandara
Internasional Yogyakarta
3. Laporan Mingguan
Laporan mingguan adalah laporan kegiatan pekerjaan proyek yang
dilaksanakan dalam kurun waktu satu minggu. Dari hasil laporan mingguan akan
diperoleh kumulatif prestasi pekerjaan untuk time schedule pelaksanaan maka akan
diketahui jika terjadi keterlambatan atau kemajuan dalam proyek tersebut. Pada
proyek ini, bentuk laporan mingguan dibuat oleh pelaksana proyek yaitu PT.PP
KSO.
4. Laporan Bulanan
Laporan bulanan disusun berdasarkan laporan mingguan dalam suatu
proyek. Laporan bulanan juga dikerjakan untuk mengetahui progress pekerjaan
terkait kemajuan maupun keterlambatan dalam proyek yang sedang dilaksanakan.
Laporan bulanan saling berkaitan dengan time schedule. Bentuk laporan bulanan
134
terdiri dari laporan mingguan yang kemudian di jadikan rangkuman yang nantinya
akan di bahas dalam rapat bulanan. Laporan bulanan di kerjakan oleh pelaksanan
proyek yaitu PT. PP KSO.
135
beban dari atas ke lapisan tanah. Bentuk distribusi beban dapat berbentuk beban
vertikal melalui dinding tiang.P ekerjaan tiang borepile adalah metode pembuatan
lubang berbentuk spiral untuk pondasi dalam dengan kedalaman >3 m dari
permukaan tanah dengan mesin Driven Pile yang kemudian dimasukkan tulangan dan
diberi cor beton dengan mutu tertentu sebagai tiang bore pile.
Pada pekerjaan pondasi bore pile terbagi atas pekerjaan pengeboran,
pemasangan casing dan tulangan borepile, dan pengecoran bore pile. Pekerjaan Pada
Proyek Pembangunan Terminal Bandara Internasional Yogyakarta, pekerjaan
pengeboran yang direncanakan terdapat 100 titik di area fix bridge , 184 titik di area
kerb keberangkatan, 1108 titik di boarding longue dan terminal tengah. Metode
pelaksanaan pada item pekerjaan pondasi bore pile dilakukan sesuai dengan
perencanaan pada item pengeboran, penulangan pondasi bore pile, hingga pengecoran
pondasi bore pile. Pada schedule proyek ini, pelaksanaan pekerjaan pondasi bore pile
mundur satu bulan, yang seharusnya Bulan Agustus sudah mulai. Penyebabnya ialah
terjadi perubahan perencanaan pada pondasi, yang pada awalnya pondasi tiang
pancang menjadi pondasi bor pile. Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan
pekerjaan pondasi bore pile adalah lamanya pekerjaan pengeboran yang
menyebabkan beton ready mix yang sudah tiba harus menunggu beberapa jam untung
penuangan beton.
4.7.3 Pengendalian Pekerjaan Pile Cap dan Tie Beam
Menurut Emka (2012), Secara umum pelat penutup tiang (pile cap)
merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk menyebarkan beban dari kolom ke
tiang-tiang. Pemakaian pile cap pada suatu bangunan, apabila pondasi bore pile pada
tanah dasar pondasi yang mempunyai nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima
oleh tiang akan ditahan oleh pile cap. Sedangkan tie beam adalah balok penghubung
antar pile cap.
Pekerjaan pile cap dan tie beam pada proyek ini terdapat 3 tipe pile cap di
area fix bridge, sedangkan di area boarding longue, terminal tengah, dan curb side
136
area terdapat 10 tipe pilecap. Sedangkan pada tie beam terdiri dari 12 tipe untuk
seluruh wilayah terminal.
Pelaksanaan pekerjaan pile cap dan tie beam dilaksanakan pada Bulan
Oktober dengan item pekerjaan meliputi pekerjaan lantai kerja, penulangan pile cap
dan tie beam, bekisting, dan pengecoran. Metode kerja pada pelaksanaan pekerjaan
pile cap dan tie beam sesuai dengan perencanaan pada gambar kerja. Kendala yang
dihadapi pada pelaksanaan pekerjaan pile cap dan tie beam adalah badai pasir yang
sering terjadi sehingga menghambat pekerjaan. Untuk mengatasinya pekerja
menyemprotkan air di titik yang berpotensi menyebabkan debu berterbangan.
Pengendalian mutu yang dilakukan sebelum pengecoran adalah dengan mengambil
sample mix beton untuk dilakukan slump test oleh pihak quality control bersama
pengawas lapangan untuk mengetahui mutu beton yang digunakan selama
pengecoran.
137
Gambar 4.7.4.1. Bekisting Knock Down
138
dan peralatan, bagaimanapun keadaannya adalah dua hal yang sama sekali berbeda.
Kedua faktor tersebut memiliki risiko terbesar sebagai penyebab kelebihan biaya
besar, dan dalam banyak kasus kedua hal tersebut memiliki potensi untuk
membangkrutkan proyek serta perusahaan.
Fungsi pengendalian biaya proyek adalah untuk melakukan efisiensi /
menekan biaya pekerjaan, bagi kontraktor untuk memperoleh keuntungan sedangkan
dipihak owner supaya dapat menghemat biaya sekecil mungkin. Proyek konvensional
dikendalikan langsung oleh pemilik proyek dibantu tenaga konsultan perencana dan
konsultan pengawas (Buis, 2018). Pada proyek ini pengendalian biaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan sistem pembayaran gaji pada tenaga kerja yang
bekerja di Proyek Pembangunan Terminal Bandara Internasional Yogyakarta dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Upah karyawan tetap dibayarkan setiap akhir bulan.
2. Upah mandor dibayarkan setiap minggu, besarannya ditentukan berdasarkan
kebijakan administrasi perusahaan.
3. Upah tenaga kerja/tukang dibayarkan setiap minggu melalui mandor.
Selain itu, upaya pengendalian lain selama kerja praktik di proyek ini adalah
dengan melakukan optimalisasi pada saat akan melakukan pengadaan material
proyek. Hal yang dipertimbangkan oleh pelaksana selaku penanggung jawab
pengadaan material adalah dengan melakukan hal – hal berikut:
1. Menetapkan kapan harus mulai membeli material ketika stok material di gudang
hamper habis.
2. Menentukan jumlah bahan akan dibeli, apakah diperlukan dalam jumlah yang
relative banyak atau relative sedikit dilihat dari item pekerjaan yang sedang
digunakan.
3. Menerapkan prinsip hubungan kerja sama dengan mitra kerja (supplier), jika
diproyek ini memilih mitra supplier yang terdekat dengan lokasi proyek dan telah
dilakukan survey harga sebelumnya oleh pelaksana proyek.
4. Menguasai deskripsi spesifikasi mutu jenis - jenis material
139
5. Menguasai rencana pembelian taktis
6. Menguasai peraturan / prosedur pembelian yang ditetapkan perusahaan.
140
Hal tersebut dapat dibenarkan karena kenyataan dilapangan sudah tersedia
manajemen Pengendalian Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK3L)
bagi para pekerja proyek. Beberapa hal yang ditemukan dilapangan selama
melaksanakan kerja praktik pada Proyek Pembangunan Terminal Bandara
Internasional Yogyakarta tentang adanya penerapan teknis Pengendalian Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) diantaranya:
1. Tersedianya peraturan dan tenaga professional (safety team)Pengendalian
Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L).
141
3. Adanya kesadaran para pekerja untuk menggunakan alat perlindungan diri(APD)
seperti helm proyek, rompi, sarung tangan, masker dan sepatu safety.
142
Gambar 4.9.5. WC Portable untuk Pekerja Proyek
Berdasarkan hal tersebut pelaksanaan K3L dalam proyek ini sudah memenuhi
ketentuan yang berlaku, akan tetapi pengawasan harus tetap di laksanakan demi
kesalaman para pekerja proyek.
143