PENDAHULUAN
Pada saat dirawat di Rumah Sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
berbagai stressor yang ada di lingkungan Rumah Sakit. Di Rumah Sakit, anak harus
menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak di kenal, dan gangguan
terhadap gaya hidup mereka. Seringkali mereka harus mengalami prosedur yang
menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak di ketahui.
pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga
menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan
orang tua dalam perawatan anak selama di Rumah Sakit. Reaksi anak dalam mengatasi
krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, sistem dukungan (Support
Oleh karena itu, betapa pentingnya perawatan memahami konsep hospitalisasi dan
dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan.
BAB II
ISI
1. Pengertian
Hospitalisasi adalah merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih,
takut dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dalam timbul karena menghadapi sesuatu
yang baru dan belum pernah di alami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman,
menyakitkan. Tidak hanya anak, orang tua juga mengalami hal yang sama.
memadai dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita. Hubungan anak
dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan dengan ibu akan
menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi diribya dan
akan lingkungan yang dikenal olehnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal, dan
menolak perhatian orang lain. Secara verbal, anak menyerang dengan rasa
beberapa jam sampai beberapa hari. Prilaku proses tersebut, seperti menangis,
akan terus berlanjut dan hanya akan berhenti bila anak merasa kelelahan.
Pada tahap ini, anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang
berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau
jari).Pada tahap ini kondisi anak menghawatirkan karena anak menolak untuk
Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik
dengan yang ada disekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang
lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan
perkembangan anak :
1) Toodler
2) Remaja
emosional
2. Kehilangan kendali (loss control)
terlihat jelas dalam prilaku mereka dalam hal kemampuan motorik, bermain,
seperti tersebut diatas. Akibat sakit dan dieawat di RS, anak akan kehilangan
Jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit kronis) maka
anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan menarik diri dari
hubungan interpersonal.
a. Bayi
b. Toodler
diri anak
c. Prasekolah
Pembatasan aktivitas fisik dan perubahan rutinitas menyebabkan anak
kehilangan kendali
d. Usia sekolah
Perubahan peran keluarga, kemampuan fisik dan takut kematian atau trauma
e. Remaja
Pada masa ini anak mulai mengembangkan Kebebasan, kemandirian, dan jadi
pengamatan, bila dilakukan pemeriksaan mulut atau suhu pada anus akan membuat
anak akan menjadi sangat cemas. Reaksi anak terhadap tindakan yang tidak
Reaksi balita terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi, namun
macam. Anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menyeringaikan wajah,
menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau
perkembangan anak :
a. Bayi
- Menarik diri
b. Toodler
- Meringis
- Mengatupkan mulut
untuk lari.
c. Prasekolah
d. Usia sekolah
e. Remaja
3. Reaksi Anak, Orang Tua Dan Saudara Kandung Terhadap Hospitalisasi Anak
Reaksi anak terhadap sakit dan di rawat di Rumah Sakit sesuai dengan
Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan
orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih
sayang. Pada anak usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau cemas
apabila berhadapan dengan orang yang tidak di kenalnya dan cemas karena
perpisahan. Reaksi yang muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah,
stresnya. Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon
prilaku anak sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, putus asa, dan
pengingkaran (denial).
ditunjukkan anak usia pra sekolah adalah dengan menolak makan, sering
anak merasa malu, bersalah, atau takut. Hal ini menimbulkan reaksi agresif
marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada
orang tua.
Pada anak masa usia remaja begitu percaya dan sering kali terpengaruh oleh
kelompok sebayanya (geng), apabila harus di rawat di RS, anak akan merasa
dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di RS.
Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan aktivitas ini adalah dengan
menolak perawatan atau tindakan yang di lakukan apa adanya atau anak tidak
mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga,
Reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit dan di rawat di RS di pengaruhi
3. Prosedur pengobatan
Yaitu menolak atau tidak percaya. Hal ini terjadi terutama bila anak tiba-tiba
sakit serius.
Setelah mengetahui bahwa anaknya sakit, maka reaksi orang tua adalah marah
telah mereka lakukan yang kemungkinan dapat mencegah anaknya agar tidak
anaknya sakit, orang tua menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat
Ketakutan dan rasa cemas dihubungkan dengan seriusnya penyakit dan tipe
prosedur dan pengobatan, atau tidak familiar dengan peraturan rumah sakit.
4. Depresi
Biasanya depresi ini terjadi setelah masa krisis anak berlalu. Ibu sering
mengeluh merasa lelah baik secara fisik maupun mental. Orang tua mulai
merasa khawatir terhadap anak-anak mereka yang lain, yang di rawat oleh
anggota keluarga lainnya, oleh teman atau tetangga. Hal lain yang membuat
orang tua cemas dan defresi adalah kesehatan anaknya dimasa-masa yang
akan datang misalnya efek dari prosedur pengobatan dan biaya pengobatan.
Reaksi yang sering muncul pada saudara kandung (sibling) terhadap kondisi
ini adalah marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah. Rasa marah timbul karena
jengkel terhadap orang tua yang dinilai tidak memperhatikannya. Cemburu atau
iri timbul karena di rasakan orang tuanya lebih mementingkan saudaranya yang
sedang ada di RS, dan ia tidak dapat memahami kondisi ini dengan baik. Perasaan
benci juga timbul tidak hanya kepada saudaranya, tetapi juga pada situasi yang
dinilainya tidak menyenangkan. Selain perasaan tersebut rasa bersalah juga dapat
mungkin akan mengingat kejadian yang telah berlalu sebelum saudaranya sakit
Selain perasaan tersebut, takut dan cemas serta perasaan kesepian juga sering
muncul. Perasaan sepi dan sendiri muncul karena situasi di rumah di rasakan tidak
seperti biasanya ketika anggota keluarga lengkap berada di rumah, dalam situasi
Kondisi di atas terutama sering muncul pada anak yang lebih muda dan di
hadapkan pada terlalu banyak perubahan, di rawat atau di temani oleh orang lain
yang bukan saudaranya dan kurang menerima informasi yang adekuat dari orang
a. Bayi
b. Toodler
c. Prasekolah
pseudoindependen
d. Usia sekolah
Hospitalisasi diterima sebagai petualangan, banyak hal baru dan juga teman
baru.
e. Adolescence
a. Menolak/denial
b. Intelektualisasi
c. Regresi
d. Proyeksi
e. Displacement
f. Introjektion
Asuhan yang berpusat pada keluarga dan atraumatik care menjadi palsafah
utama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Untuk itu berkaitan dengan upaya
mengatasi masalah yang timbul baik pada anak maupun orang tua selama anaknya
dengan cara :
Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara
(rooming i).
Jika tidak mungkin untuk rooming in,beri kesempatan orang tua untuk
mereka.
Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat
bernuansa anak.
kesehatan.
Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan, bermain, dan aktivitas
sehari-hari.
keperawatan.
3. Untuk meminimalakan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dapat
anak.
tindakan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak
Penanganan nyeri :
- Jalin trust
- Distraksi
- Guided imageri
kesempatan orang tua mempelajari tumbuh kembang anak dan reaksi anak
1. Berika dukungan pada keluarga untuk mau tinggal dengan anak di RS.
3. Beri dukungan pada keluarga untuk menerima kondisi anaknay dengan nilai-
keluarga dan berdampak positif pada anak yang dirawat maupun saudara
kandungnya.
1. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit
2. Apabila anak harus di rawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat
rumah sakit.
3. Kenalkan dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya.
5. Jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku dan jadwal kegiatan yang akan
diikuti.
diprogramkan.
Bermain adalah penting untuk kesehatan mental, emosional, dan sosial. Oleh
karena itu, adanya ruang bermain khusus bagi anak adalah sangat penting untuk
aktivitas bermain sangat penting karena anak akan merasa aman, adapun tujuan
keadaan anak.
tepat.
Agar anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stres karena
1. Cemas/takut B.d berpisah dari kebiasaan rutin dan support sistem keluarga
4. Risti injuri (kecacatan/cidera yang lebih berat) B.d tidak terbiasa dengan
Intervensi :
1. Tentukan tim perawat jika mungkin dan primary nurse untuk memperoleh
3. Dorong orang tua untuk berkunjung untuk mencegah adanya rasa berpisah
5. Bantu orang tua untuk mengerti tingkah laku cemas dan anjurkan cara-
cara mendukungnya
6. Pertahankan kontak anak dengan orang tua dan saudaranya dengan cara
7. Jelaskan pada anak ketika orang tua meninggalkannya dan ketika akan
kembali lagi
menghiburnya.
Kriteria evaluasi :
3. Orang tua dapat bekerja sama dengan perawat dalam perawatan anaknya
mungkin
Intervensi :
perasaan
Intervensi :
Kriteria evaluasi
Intervensi :
3. Libatkan orang tua sebagai sumber yang efektif dalam membantu anak
Kriteria evaluasi :
Anak mampu menerima pengalaman anak di rumah sakit
Intervensi :
prosedur yang mungkin didengar dari keadaan lain untuk menurunkan rasa
takut.
5. Yakinkan anak bagian yang diambil akan terasa sakit yang berat
Kriteria evaluasi :
dilakukan
Intervensi :
Intervensi :
trust
5. Perlakukan anak secara terbuka dan bantu anak merasakan hal itu
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
pada anak
yang dihargai
5. Lakukan perawatan/prosedur di ruangan anak atau tempat yang disukai
Kriteria evaluasi :
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
yang sering dialami anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah yang
dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami
sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang
Orang tua juga mengalami hal yang sama, yaitu dengan perasaan takut, cemas,
rasa bersalah, sedih, bahkan sering kali konflik dihadapi karena harus menunggui
anak di rumah sakit, sementara ada anak lain yang lebih kecil usianya di rumah.
dukungan yang ada, dan kemampuan koping yang dimiliki. Reaksi orang tua
didasarkan pada perasaan cemas dan takut, sedih, dan frustasi, demikian juga saudara
kandungnya.
Intervensi yang penting dilakuakn perawat terhadap anak pada prinsipnya
takut terhadap perlukaan dan nyeri, serta memaksimalkan manfaat perawat di rumah
sakit.
2. Saran
sampai evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Edisi I, Jakarta : Salemba Medika.
Wong, Donna L, 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, Jakarta : EGC.