Anda di halaman 1dari 12

NILAI KETUHANAN

DALAM PENGEMBANGAN ILMU

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


PANCASILA

Mata Kuliah : PANCASILA


Dosen Pengampu : Siti Khadijah Pulungan

Disusun Oleh:
Sem. I / Sistem Informasi

Nama: 1. Anju Alba Sitompul (0702193153)


2. Said Al – Khudri ()

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
syukur atas khadirat Allah Swt. Yang mana dikarenakan nikmatnya saya sebagai
penulis makalah ini akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini. Dan juga tak lupa
terimakasih kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah Pancasila yakni Ibu Siti
Khadijah Pulungan yang mana membantu dalam penyelesaian tugas kami.
Penulis sangat berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui isi dan makna yang terkandung dalam makalah ini yang berjudul Nilai
Ketuhanan dalam Pengembangan ilmu Pengetahuan. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan critical book yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan, 03 November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat yang beragama kita harus mengetahui bahwa sebenarnya segala hal yang
kita lakukan tidak luput dari pengawasan Allah swt. Termasuk juga dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, ilmu pengetahuan tidak akan berkembang tanpa kehendak allah swt. Jadi
dimakalah ini akan dijelaskan lebih lengkap bagaimana nilai ketuhanan dapat bersangkut paut
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Didalam makalah ini akan dijelaskan nilai ketuhanan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, dan bagaimana kesimpulah yang dapat ditarik dari keduanya. Dan juga sebagai
makhluk yang berakal manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu, dan bagaimana sila pertama
dari Pancasila tersebut mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud nilai ketuthanan?
2. Apa hubungan nilai ketuhanan dengan perkembangan ilmu pengetahuan?

C. Tujuan
1. Mengetahui makna dan maksud dari nilai ketuhanan.
2. Dapat mengetahui hubungan nilai ketuhanan dan perkembagnan ilmu pegetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai Ketuhanan
Perkataan Ketuhanan berasal dari Tuhan. Pencipta segala yang ada dan semua makhluk.
Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagiNya, Esa dalam zatNya, dalam
sifatNya maupun dalam perbuatanNya.
Pengertian zat Tuhan disini hanya Tuhan sendiri yang Maha Mengetahui, dan tidak
mungkin dapat digambarkan menurut akal pikiran manusia, karena zat Tuhan adalah sempurna
yang perbuatan-Nya tidak mungkin dapat disamakan dan ditandingi dengan perbuatan manusia
yang serba terbatas. Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaan dari makhluk
hidup dan siapapun, sedangkan sebaliknya keberadaan dari makhluk dan siapapun justru
disebabkan oleh adanya kehendak Tuhan. Karena itu Tuhan adalah prima causa, yaitu sebagai
penyebab pertama dan utama atas timbulnya sebab-sebab yang lain.
Dengan demikian Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan
diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia.
Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah
terbatas. Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara
dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
a. Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi: “Atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa ….“. Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara
Indonesia tidak menganut paham maupun mengandung sifat sebagai negara sekuler.
Sekaligus menunjukkan bahwa negara Indonesia bukan merupakan negara agama, yaitu
negara yang didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang
didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.
b. Pasal 29 UUD 1945 (1)Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Oleh karena itu di dalam
negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa,
dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama.
Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini hendaknya
diwujudkan dan dihidupsuburkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh
toleransi dalam batas-batas yang diizinkan oleh atau menurut tuntunan agama masing-
masing, agar terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama.
Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model kerukunan hidup yang
meliputi:
1. Kerukunan hidup antar umat seagama
2. Kerukunan hidup antar umat beragama
3. Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah.
Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa. Di
dalam memahami sila I yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka agama
senantiasa berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-masing
untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya, misalnya : bagi yang
beragama Islam senantiasa berpegang teguh pada kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, bagi
yang beragama Kristen (Katolik maupun Protestan) berpegang teguh pada kitab sucinya yang
disebut Injil, bagi yang beragama Budha berpegang teguh pada kitab suci Tripitaka, bagi yang
beragama Hindu pada kitab sucinya yang disebut Wedha. Sila ke I, Ketuhanan Yang Maha Esa
ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, yang menjiwai dan
mendasari serta membimbing perwujudan dan Sila II sampai dengan Sila V.
Pengamalan Sila kesatu yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam lingkungan
masyarakat sekitar meliputi berbagai bidang, terutama kalau ditinjau menurut Agama yang
menjadi mayoritas lingkungan masyarakat yaitu menurut ajaran agama Islam, antara lain:

a. Bidang Keagamaan.
Menyangkut bidang keagaaman itu sendiri, masyarakat kita sudah tidak meyakini apa
yang menjadi tuntunan dan melaksanakan apa yang menjadi tuntutan serta kewajiban yang
sudah disyariatkan sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Contoh dalam ajaran
Islam bahwa sholat 5 waktu itu adalah wajib, dan semua orangpun tahu apa hukuman serta
pahala yang diperoleh, ketika seseorang itu melanggar atau melaksanakan apa yang menjadi
tuntutan tersebut. Namun tidak sedikit orang Islam yang belum bisa melakukan hal yang
menjadi tuntutan tersebut. Ini membuktikan bahwa pengamalan sila pertama ini belum
menjiwai masyarakat itu sendiri. Sehingga apa yang menjadi keyakinannya akan terkikis habis
oleh perubahan zaman. Hal tersebut baru merupakan pelaksanaan ibadah secara Hablum
Minnallah (hubungan dengan Alloh), belum bagaimana pelaksanaan ibadah secara Hablum
Minannas (hubungan dengan manusia). Dan ini akan mempengaruhi terhadap berbagai
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keyakinan terhadap Ketuhanan Yang Maha
Esa ini, menjadikan kegiatan ibadah-ibadah keagamaan kita dapat dirasakan oleh pribadi dan
dapat bermanfaat untuk masyarakat luas, yang akan membentuk suatu ketentraman dalam
masyarakat itu sendiri.

b. Bidang Pemerintahan.
Bangsa kita menyatakan kepercayaan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kita juga meyakini bahwa Tuhan adalah maha kuasa atas segalanya. Dalam seluruh aspek
kehidupan sangatlah penting menempatkan bahwa Tuhan Maha kuasa atas segala hal, termasuk
dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga akan merasa ada control yang tidak pernah
lepas dan lengah dalam melakukan berbagai kebijakan pemerintahan. Dalam menjalankan roda
pemerintahan pada kenyataannya, tenyata belum cukup mengakui bahwa Pancasila sila, sila ke
satu, yang berarti merasa bahwa setiap diri kita tidak ada yang mengawasi atau lupa bahwa
Tuhan Melihat kita. Para oknum pejabat pemerintahan kita serta pelaksana pemerintahan kita
sudah tidak lagi melaksanakan Pengamalan sila kesatu. Dibuktikan bahwa disekitar kita masih
banyak prilaku–prilaku yang seolah–olah Tuhan tidak mengetahui dan tidak ada. Prilaku
Korupsi adalah prilaku yang seharusnya tidak dilakukan oleh seseorang yang berkeyakinan dan
menyatakan ketaqwaannya. Seandainya kita tahu bahwa prilaku tersebut adalah prilaku yang
tidak sesuai dengan bangsa kita yang menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, Maka tindakan tersebut tidak mungkin dilakukan. Seolah Sila Kesatu dari
Pancasila tersebut hanyalah sebagai symbol saja, atau identitas bangsa saja yaitu bangsa yang
berketuhanan Yang Maha Esa, tanpa meyakini dan menjalankan apa yang menjadi landasan
Sila Kesatu tersebut. Korupsi adalah kata halus dari mencuri, merampok dan lain–lain.
Sehingga apa yang bukan haknya menjadikan sesuatu tersebut menjadi milik pribadi dengan
tujuan memperkaya diri. Yang akibatnya pembengunan suatu bangsa tidak mengalami
perubahan yang signifikan, atau bahkan mengalami kemunduran, baik dari segi materi ataupun
moral.

c. Bidang Sosial Politik.


Politik dalam pengertiannya adalah bermacam–macam kegiatan dalam suatu Negara
yang menyangkut proses menentukan tujuan–tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan–
tujuan itu, dengan kata lain politik adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Politik
identik dengan upaya mendapatkan kekuasaan, jabatan, wewenang. Dalam prakteknya jika
perpolitikan di negara kita berpedoman pada Sila ketuhanan yang Maha Esa, maka segala
proses perpolitikan di negara kita ini tidak perlu melakukan tindakan diluar ketentuan
Perundang-undangan atau aturan agama itu sendiri. Tidakan Money Politic dalam sebuah pesta
demokrasi merupakan suatu tindakan yang secara nyata tidak meyakini bahwa Tuhan akan
memberikan kekuasaan sesuai apa yang di kehendakiNya. Kalau dalam pelaksanaannya tidak
sesuai dengan kaidah yang berlaku maka berakibat pula dalam melahirkan sebuah penguasa
atau penyelenggara Negara yang berkualitas atau tidak.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan
diyakini. Namun melihat kondisi sekarang ini masyarakat kita sudah semakin jauh dari konsep
tersebut, sehingga perjudian, pemerkosaan, dan prilaku penyimpangan lainnya adalah suatu hal
yang sudah menjamur diseluruh pelosok negeri ini. Menurunnya moral suatu bangsa
diakibatkan karna prilaku sosial kita sudah tidak berpegang lagi terhadap Ketuhanan Yang
Maha Esa, sehingga generasi harapan bangsa kita terjerumus pada hal–hal yang tidak sesuai
dengan norma agama. Hal tersebut diperparah lagi oleh dukungan pemerintah kita yang
terkesan setengah-setengah dalam membuat kebijakan yang mendorong masyarakatnya untuk
lebih menyadari bahwa agama merupakan pondasi dalam berbagai bidang. Temasuk
didalamnya bagaimana mengupayakan agar berbagai kegiatan keagamaan mendapatkan porsi
yang utama dalam membentuk generasi harapan bangsa, dukungan tersebut dapat dituangkan
baik dari segi moril ataupun kelayakan sebuah penetapan anggaran. Termasuk mengupayakan
agar tenaga pendidik serta kurikulum sekolah kita agar lebih berkualitas lagi dalam membentuk
moral generasi, karna dari sanalah berawal Sila Ketuhanan yang Maha Esa dapat diamalkan
secara menyeluruh pada berbagai bidang kehidupan.
Ada juga permasalahan-permasalahan yang muncul tertakait dengan nilai-nilai ketuhanan
selain permasalahan di atas, seperti kasus bom Bali dan bom bunuh diri di Solo. Dari kedua
kasus tersebut diatas menandakan bahwa sudah tidak relevannya warga indonesia dengan nilai
pancasila khususnya pada sila pertama. Dari kasus pertama dikatakan bahwa pelaku melakukan
hal tersebut dengan alasan jihad, sedangkan pada kasus kedua yaitu menunjukkan bahwa
adanya pendangkalan iman seseorang. Hal tersebut jelas sangat bertentangan dengan nilai pada
sila pertama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu menghilangkan nyawa seseorang
sekalipun alasannya adalah berjihad dan membela agama islam. Belajar dari kasus
pengeboman yang sering terjadi di berbagai daerah seharusnya pemerintah mengadakan
tindakan yang tegas kepada pelaku bom, memberikan hukuman kepada pelaku.
B. Ilmu pengetahuan
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan
sebagainya.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa
penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.
Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang
telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga
disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-
umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Istilah "model", "hipotesis", "teori", dan "hukum" mengandung arti yang berbeda dalam
keilmuan dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model untuk
menjelaskan sesuatu, secara khusus yang bisa digunakan untuk membuat dugaan yang bisa
diuji dengan melakukan percobaan/eksperimen atau pengamatan. Suatu hipotesis adalah
dugaan-dugaan yang belum didukung atau dibuktikan oleh percobaan, dan hukum fisika atau
hukum alam adalah generalisasi ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.

C. Pilar penyangga eksistensi Ilmu


Melalui teori relativitas Einstein paradigm kebenaran ilmu sekarang sudah berubah
dari paradigm lama yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu membangun teori
absolut dalam kebenaran ilmiah. Paradigma sekarang ilmu bukan sesuatu entitas yang
abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun ilmu itu didasarkan pada kerangka
objektif, rasional, metodologis, sistematis, logis dan empiris. Dalam perkembangannya
ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme keterbukaan terhadap koreksi. Itulah sebabnya
ilmuwan dituntut mencari alternatif-alternatif pengembangannya melalui kajian,
penelitian eksperimen, baik mengenai aspek ontologis epistemologis, maupun ontologis.
Karena setiap pengembangan ilmu paling tidak validitas (validity) dan reliabilitas
(reliability) dapat dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan
(context of justification) maupun berdasarkan sistem nilai masyarakat di mana ilmu itu
ditemukan/dikembangkan (context of discovery).
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar filosofis keilmuan.
Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif serta prerequisite/saling
mempersyaratkan. Pengembangan ilmu selalu dihadapkan pada persoalan ontologi,
epistemologi dan aksiologi.
1. Pilar ontologi (ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).
a. Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,
dualisme, pluralisme )
b. Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
(mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi, dasar-
dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan multidisipliner.
Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan kemungkinan kombinasi
antar ilmu. Misal masalah krisis moneter, tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi
saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau oleh
ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti politik, sosiologi.
2. Pilar epistemologi (epistemology)
Selalu menyangkut problematika teentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran,
cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran,
sistem, prosedur, strategi. Pengalaman epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi
kita :
a. sarana legitimasi bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu
b. memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu
c. mengembangkan ketrampilan proses (d) mengembangkan daya kreatif dan
inovatif.
3. Pilar aksiologi (axiology)
Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral, religius)
dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu. Pengalaman aksiologis
dapat memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu, mengembangkan etos keilmuan
seorang profesional dan ilmuwan (Iriyanto Widisuseno, 2009). Landasan pengembangan
ilmu secara imperative mengacu ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat
integratif dan prerequisite.

D. Nilai ketuhanan sebagai dasar pengembangan ilmu


Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Pada awalnya ilmu ditemukan untuk mencerdaskan, memartabatkan dan
mensejahterakan manusia . Ilmu pengetahuan berkembang secara bertahap menurut dekade
waktu dan menciptakan jamannya, dimulai dari zaman Yunani Kuno , abad tengah, abad
modern dan kontemporer.
Problematika keilmuan dapat segera diantisipasi dengan merumuskan kerangka dasar
nilai bagi pengembangan ilmu. Kerangka dasar nilai ini harus menggambarkan suatu sistem
filosofi kehidupan yang dijadikan prinsip kehidupan masyarakat, yang sudah mengakar dan
membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu nilai-nilai Pancasila. Ciri khas yang
terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah rasional, antroposentris, dan cenderung sekuler,
dengan suatu etos kebebasan. Pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 yang merupakan bagian dari UUD 1945. Oleh karena itu, tentulah setiap
masyarakat melandasi segala aspek kehidupannya dengan dasar-dasar nilai Pancasila. Dalam
mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pengertian dasar nilai
menggambarkan. Pancasila suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu. Dalam
konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis, epistemologis dan
aksiologis.
Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari
kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau ”an unfinished journey”. Dimensi
epistemologis, nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berfikir dan tolok ukur
kebenaran. Dimensi aksiologis, mengandung nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu
adalah sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut memahami
Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi kondusif baik
struktural maupun kultural. Dalam setiap perkembangan ilmu pengetahuan harus berdasarkan
pada nilai-nilai pancasila sebagai contoh nilai ketuhanan.
Nilai ketuhananmengimplementasikan ilmu pengetahuan , menciptakan perimbangan
antara rasional dan irrasional antaraakal , rasa dan kehendak. Berdasarkan nilai ini ilmu
pengetahuan tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan , dibuktikan dan dikembangkan
tetapi juga mempertimbangkan maksud dan akibatnya kepada manusia dan sekitarnya.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami dapati ialah bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah
kehendak tuhan yang maha esa, tuhan sendiri adalah eksistensi yang tak dapat luput dari
kehidupan termasuk dalam bidang ilmu, Allah menyuruh kita untuk mencari ilmu dan orang
yang mencari ilmu akan dinaikkan derajat nya.
Sebagai manusia bertanah air republik Indonesia kita haru memahami setiap sila yang
terdapat di Pancasila, termasuk sila pertama. Kita harus mengerti bahwa eksistensi tuhan ada
di negara ini, kita harus mengerti arti dari nilai ketuhanan, pengertian dari ilmu dan pilar yang
membangun ilmu.
Sekian dari makalah ini, penulis berharap semua makalah ini dapat menjadi berguna bagi
kita semua, dan juga kami juga perlu kritik dan saran untuk membangun makalah ini menjadi
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai