Disusun Oleh:
Sem. I / Sistem Informasi
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
syukur atas khadirat Allah Swt. Yang mana dikarenakan nikmatnya saya sebagai
penulis makalah ini akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini. Dan juga tak lupa
terimakasih kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah Pancasila yakni Ibu Siti
Khadijah Pulungan yang mana membantu dalam penyelesaian tugas kami.
Penulis sangat berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui isi dan makna yang terkandung dalam makalah ini yang berjudul Nilai
Ketuhanan dalam Pengembangan ilmu Pengetahuan. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan critical book yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat yang beragama kita harus mengetahui bahwa sebenarnya segala hal yang
kita lakukan tidak luput dari pengawasan Allah swt. Termasuk juga dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, ilmu pengetahuan tidak akan berkembang tanpa kehendak allah swt. Jadi
dimakalah ini akan dijelaskan lebih lengkap bagaimana nilai ketuhanan dapat bersangkut paut
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Didalam makalah ini akan dijelaskan nilai ketuhanan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, dan bagaimana kesimpulah yang dapat ditarik dari keduanya. Dan juga sebagai
makhluk yang berakal manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu, dan bagaimana sila pertama
dari Pancasila tersebut mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud nilai ketuthanan?
2. Apa hubungan nilai ketuhanan dengan perkembangan ilmu pengetahuan?
C. Tujuan
1. Mengetahui makna dan maksud dari nilai ketuhanan.
2. Dapat mengetahui hubungan nilai ketuhanan dan perkembagnan ilmu pegetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai Ketuhanan
Perkataan Ketuhanan berasal dari Tuhan. Pencipta segala yang ada dan semua makhluk.
Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagiNya, Esa dalam zatNya, dalam
sifatNya maupun dalam perbuatanNya.
Pengertian zat Tuhan disini hanya Tuhan sendiri yang Maha Mengetahui, dan tidak
mungkin dapat digambarkan menurut akal pikiran manusia, karena zat Tuhan adalah sempurna
yang perbuatan-Nya tidak mungkin dapat disamakan dan ditandingi dengan perbuatan manusia
yang serba terbatas. Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaan dari makhluk
hidup dan siapapun, sedangkan sebaliknya keberadaan dari makhluk dan siapapun justru
disebabkan oleh adanya kehendak Tuhan. Karena itu Tuhan adalah prima causa, yaitu sebagai
penyebab pertama dan utama atas timbulnya sebab-sebab yang lain.
Dengan demikian Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan
diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia.
Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah
terbatas. Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara
dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
a. Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi: “Atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa ….“. Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara
Indonesia tidak menganut paham maupun mengandung sifat sebagai negara sekuler.
Sekaligus menunjukkan bahwa negara Indonesia bukan merupakan negara agama, yaitu
negara yang didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang
didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.
b. Pasal 29 UUD 1945 (1)Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Oleh karena itu di dalam
negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa,
dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama.
Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini hendaknya
diwujudkan dan dihidupsuburkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh
toleransi dalam batas-batas yang diizinkan oleh atau menurut tuntunan agama masing-
masing, agar terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama.
Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model kerukunan hidup yang
meliputi:
1. Kerukunan hidup antar umat seagama
2. Kerukunan hidup antar umat beragama
3. Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah.
Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa. Di
dalam memahami sila I yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka agama
senantiasa berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-masing
untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya, misalnya : bagi yang
beragama Islam senantiasa berpegang teguh pada kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, bagi
yang beragama Kristen (Katolik maupun Protestan) berpegang teguh pada kitab sucinya yang
disebut Injil, bagi yang beragama Budha berpegang teguh pada kitab suci Tripitaka, bagi yang
beragama Hindu pada kitab sucinya yang disebut Wedha. Sila ke I, Ketuhanan Yang Maha Esa
ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, yang menjiwai dan
mendasari serta membimbing perwujudan dan Sila II sampai dengan Sila V.
Pengamalan Sila kesatu yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam lingkungan
masyarakat sekitar meliputi berbagai bidang, terutama kalau ditinjau menurut Agama yang
menjadi mayoritas lingkungan masyarakat yaitu menurut ajaran agama Islam, antara lain:
a. Bidang Keagamaan.
Menyangkut bidang keagaaman itu sendiri, masyarakat kita sudah tidak meyakini apa
yang menjadi tuntunan dan melaksanakan apa yang menjadi tuntutan serta kewajiban yang
sudah disyariatkan sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Contoh dalam ajaran
Islam bahwa sholat 5 waktu itu adalah wajib, dan semua orangpun tahu apa hukuman serta
pahala yang diperoleh, ketika seseorang itu melanggar atau melaksanakan apa yang menjadi
tuntutan tersebut. Namun tidak sedikit orang Islam yang belum bisa melakukan hal yang
menjadi tuntutan tersebut. Ini membuktikan bahwa pengamalan sila pertama ini belum
menjiwai masyarakat itu sendiri. Sehingga apa yang menjadi keyakinannya akan terkikis habis
oleh perubahan zaman. Hal tersebut baru merupakan pelaksanaan ibadah secara Hablum
Minnallah (hubungan dengan Alloh), belum bagaimana pelaksanaan ibadah secara Hablum
Minannas (hubungan dengan manusia). Dan ini akan mempengaruhi terhadap berbagai
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keyakinan terhadap Ketuhanan Yang Maha
Esa ini, menjadikan kegiatan ibadah-ibadah keagamaan kita dapat dirasakan oleh pribadi dan
dapat bermanfaat untuk masyarakat luas, yang akan membentuk suatu ketentraman dalam
masyarakat itu sendiri.
b. Bidang Pemerintahan.
Bangsa kita menyatakan kepercayaan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kita juga meyakini bahwa Tuhan adalah maha kuasa atas segalanya. Dalam seluruh aspek
kehidupan sangatlah penting menempatkan bahwa Tuhan Maha kuasa atas segala hal, termasuk
dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga akan merasa ada control yang tidak pernah
lepas dan lengah dalam melakukan berbagai kebijakan pemerintahan. Dalam menjalankan roda
pemerintahan pada kenyataannya, tenyata belum cukup mengakui bahwa Pancasila sila, sila ke
satu, yang berarti merasa bahwa setiap diri kita tidak ada yang mengawasi atau lupa bahwa
Tuhan Melihat kita. Para oknum pejabat pemerintahan kita serta pelaksana pemerintahan kita
sudah tidak lagi melaksanakan Pengamalan sila kesatu. Dibuktikan bahwa disekitar kita masih
banyak prilaku–prilaku yang seolah–olah Tuhan tidak mengetahui dan tidak ada. Prilaku
Korupsi adalah prilaku yang seharusnya tidak dilakukan oleh seseorang yang berkeyakinan dan
menyatakan ketaqwaannya. Seandainya kita tahu bahwa prilaku tersebut adalah prilaku yang
tidak sesuai dengan bangsa kita yang menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, Maka tindakan tersebut tidak mungkin dilakukan. Seolah Sila Kesatu dari
Pancasila tersebut hanyalah sebagai symbol saja, atau identitas bangsa saja yaitu bangsa yang
berketuhanan Yang Maha Esa, tanpa meyakini dan menjalankan apa yang menjadi landasan
Sila Kesatu tersebut. Korupsi adalah kata halus dari mencuri, merampok dan lain–lain.
Sehingga apa yang bukan haknya menjadikan sesuatu tersebut menjadi milik pribadi dengan
tujuan memperkaya diri. Yang akibatnya pembengunan suatu bangsa tidak mengalami
perubahan yang signifikan, atau bahkan mengalami kemunduran, baik dari segi materi ataupun
moral.
Istilah "model", "hipotesis", "teori", dan "hukum" mengandung arti yang berbeda dalam
keilmuan dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model untuk
menjelaskan sesuatu, secara khusus yang bisa digunakan untuk membuat dugaan yang bisa
diuji dengan melakukan percobaan/eksperimen atau pengamatan. Suatu hipotesis adalah
dugaan-dugaan yang belum didukung atau dibuktikan oleh percobaan, dan hukum fisika atau
hukum alam adalah generalisasi ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.