Anda di halaman 1dari 18

ALIRAN – ALIRAN ( PAHAM ) DAN

TOKOH – TOKOH PEMIKIR TEOLOGI ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Kelompok 3
Mata Kuliah : Teologi Islam
Dosen Pengampu : Siti Aisyah, M.Ag

Disusun Oleh:
Sem. I / Sistem Informasi
Nama: 1. Anju Alba Sitompul (0702193153)
2. Adam Syahputra (0702191110)
3. Haris Gunawan (0702193140)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Bismillah, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang , dan Segala Puji bagi-Nya kami dapat menyampaikan makalah ini dan
menyiapkan makalah ini dengan baik. Kemudian Shalawat ber-iring Salam kita
hadiahkan kepada Baginda Rasullulah SAW, semoga kita mendapat Syafa’at nya
di hari akhir kelak.
Dengan segala usaha telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini
dan mendapat kesimpulan setelah melakukan pencarian dan usaha pemahaman
terhadap materi yang diberikan kepada kami, dan juga tak lupa rasa terimakasih
kami kepada Ibu Dosen Mata Kuliah Teologi Islam, Yaitu Ibu Siti Aisyah M.Ag
yang telah membimbing kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa disetiap diri kami masih mempunyai kekurangan
begitu juga dengan makalah ini, karena makalah ini hanyalah pemikiran dan
kesimpulan yang kami dapatkan setelah usaha untuk mencari dan memahami
beberapa buku referensi, oleh karena itu kami mengharapkan keritik yang dapat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirul kalam, semoga makalah yang kami sampaikan ini dapat menjadi
manfaat bagi kita semua dan juga semoga Allah Memberikan Ridho-nya kepada
kita semua, Amin Ya Rabbal’alamin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat Meninggalnya Baginda Rasullulah SAW. Masyarakat muslim
kebingungan dikarenakan kosongnya kedudukan khalifah dan tidak ada tempat
untuk bertanya jika ada kebingungan atau terjadi perselisihan, oleh karena itu
masyrakat muslim menunjuk Abu Bakar menjadi Khalifah selanjutnya,
Dikarenakan Abu Bakar merupakan teman terdekat Baginda besar Muhammad
Saw.
Setelah Meninggalnya Abu Bakar As-siddiq, Sebelum itu Abu Bakar
berpesan agar Umar bin Khattab menduduki bangku kekhalifah-an, maka Umar
terpilih sebagai khalifah selanjutnya. Semua tetap berjalan lancar, dikarenakan
ketegasan Umar dalam memerintah.
Sesaat sebelum Umar meninggal, Umar memilih sepuluh orang yang telah
di janjikan oleh Baginda Rasullulah masuk kedalam Surga, dan diantara mereka
Utsman bin Affan terpilih sebagai penerus kekhalifah-an Umar.
Pada masa Kekhalifah-an Utsman terjadi perselisihan, iri dan dengki terjadi
pada masyarakat muslim dikarenakan Utsman terlalu mementingkan keluarga, dan
pada akhirnya saat kekhalifah-an Utsman Hampir berakhir Utsman Menunju Ali
Bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah selanjutnya, disinilah terjadinya perebutan
kekuasaan dikarenakan adanya pihak yang ingin menjadi khalifah selanjutnya,
disinilah terjadi perpecahan aliran – aliran diantara umat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aliran – aliran yang muncul dalam Teologi Islam?
2. Siapa saja tokoh tokoh pemikir Teologi Islam?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui aliran – aliran yang muncul dalam Teologi
Islam.
2. Mengetahui Tokoh – tokoh pemikir Teologi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Aliran Yang Muncul Dalam Teologi Islam
1. Aliran Khawarij
Khawarij berasal dari kata Kharaja yang berarti Keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari barisan ‘Ali tetapi
adapula pendapat yang mengatakan bahwa pemberian nama itu didasarkan
atas Ayat 100 dari Surah Al-Nisa’, yang didalamnya disebutkan :

“ Keluar Dari Rumah Lari Kepada Allah Dan Rasul-Nya ”.

Dengan demikian kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang


yang meniggalkan rumah dari kampung halamannya untuk mengabdikan diri
kepada Allah dan Rasulnya. Selanjutnya mereka menyebut diri mereka
“Syurah”, yang berasal dari kata “Yasyri ” ( menjual ), sebagai mana
disebutkan dalam Ayat 207 dari Surat Al-Baqarah :

“Ada Manusia Yang Menjual Dirinya Untuk Memperoleh Keridhoan


Allah”

Maksudnya, mereka adalah orang yang sedia merngorbankan diri untuk


allah.
Nama lain yang diberikan kepada mereka ialah “Haruriah” dari kata
“Harura” satu desa, yang terletak didekat Desa Kufah, di Irak. Ditempat
inilah mereka yang pada waktu itu berjumlah 12.000 orang, berkempul
setelah memisahkan diri dari Ali yang dipimpin oleh oleh Abdulah bin Wahab
Al - Rasyidi.1

1 Harun Nasution, Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta : UI Press,


1986),Hlm.13
Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah
suatu sekte / kelompok / aliran pengikut Ali Bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan barisan karena tidak sepakat terhadap ali yang menerima
“Tahkim” dalam perang Siffin pada Tahun 37 Hijriah / 648 Masehi dengan
kelompok “Bughat” (Pemberontakan) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan Khilafah.2
Disini Kaum Khawarij memasuki persoalan kufr : Siapakah yang disebut
Kafir dan keluar dari Islam? Siapakah yang disebut Mukmin dan dengan
demikian tidak keluar dari, tetapi tetap dalam, islam?3
Kenapa Kaum Khawarij mendapati persoalan seperti ini? Dikarenakan
pada masa Khalifah atau pemerintahan Abu Bakar dan Umar Bin Khattab
secara keseluruhan dapat mereka terima. Bahwa kedua khalifah ini diangkat
dan keduanya tidak menyeleweng dari Ajaran islam. Tetapi Utsman Bin Affan
mereka anggap telah menyeleweng mulai dari Tahun Ke-7 dari masa
Kekhalifah-an ny, dan Ali juga mereka pandang menyeleweng sesudah
peristiwa Tahkim. Sejak itu lah Utsman dan Ali bagi mereka telah menjadi
Kafir, demikian pula halnya dengan Muawiyah. Sehingga timbullah berbagai
golongan dalam kalangan Khawarij.
Para pengamat telah mempunyai perbedaan pendapat tentang berapa
banyak perpecahan yang terjadi dalam tubuh Kaum Khawarij. Al-bagdadi
mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 20 sub-sekte, Harun
mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 18 sub – sekte, adapun Al-
Asfarauani seperti dikutip oleh Al-bagdadi mengatakan bahwa sekte ini telah
pecah menjadi 22 sub-sekte.
Tokoh – tokoh yang disebutkan di atas sepakat bahwa sub-sekte khawarij
yang besar hanya ada 8, yaitu :
a. Al – Muhakkimah,
b. Al – Azriqah,
c. An – Najdat,

2 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia, 2012),Hlm.64

3 Harun Nasution, Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta : UI Press,


1986),Hlm.14
d. Al – Baihasiyah,
e. Al – Ajaridah,
f. As – Saalabiyah,
g. Al – Abadiyah,
h. As – Sufriyah,
Semua sub – sekte itu membicarakan persoalan Hukum orang yang
berbuat dosa besar, apakah masih mukmin atau telah menjadi kafir.4

2. Aliran Al – Murji’ah
Nama Murji’ah diambil dari kata Irja’ atau Arja’a yang bermakna
penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kaum Murji’ah pada mulanya
merupakan golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan –
pertentangan yang terjadi ketika itu dan mengambil sikap menyerahkan
penentuan hukum kafir atau tidak – nya orang – orang yang bertentangan itu
kepada Allah Swt.
Bagi Kaum Murji’ah yang penting serta yang diutamakan adalah iman,
sedangkan perbuatan hanyalah yang kedua.5
Mereka berpendapat bahwa orang islam yang melakukan dosa besar
bukanlah kafir, tetapi tetap mukmin dan tidak akan kekal dalam Neraka,
memang memberi pengharapan bagi orang yang berbuat dosa besar unntuk
mendapat Rahmat Allah Swt.
Kaum Syi’ah merupakan pertentangan dari Kaum Khawarij, dimana Kaum
Syi’ah menentang karena memandang mereka mereampas kekuasaan dari Ali
dan Keturunannya. Dalam pertentangan ini timbulah suatu golongan yang
ingin bersikap netral tidak mau turut dalam peraktek kafir mengkafirkan yang
terjadi diantara Aliran yang bertentangan itu.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal usul kemunculan
Aliran Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan Irja’ atau Arja’a
dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan
kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik dan untuk menghindari
4 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia, 2012),Hlm.69

5 Harun Nasution, Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta : UI Press,


1986),Hlm.25
sekteraianisme ( Semangat Membela Suatu Sekte Atau Mazhab ). Teori lain
mengatakan bahwa gagasan Irja’ merupakan basis doktrin Murji’ah muncul
pertama kali sebagai Gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi
Thalib, Al – Hasan bin Muhammad Al – Hanafiyah sektiar tahun 695.
Pemikir Aliran Murji’ah secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah
menjadi 2 sekte, yaitu :
1. Golongan Moderat
Murji’ah Moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin,
tidak kafir, tidak pula kekal didalam neraka. Mereka disiksa sebesar
dosanya dan diampuni oleh Allah SWT.
2. Golongan Ekstrem
Murji’ah Ekstrem ini berpendapat bahwa orang islam yang percaya
kepada tuhan menyatakan kekufurannya dengan lisan, tidaklah menjadi
kafir. Bahkan sungguhpun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran
agama Yahudi atau agama Kristen dengan menyembah salib, menyatakan
percaya kepada Trinitas, dan kemudian mati, dia bukanlah kafir, melainkan
tetap mukmin yang sempurna imannya.
Adapun yang termasuk kelompok ekstrem adalah :
a. Al-Jahmiyah
b. Ash-Shalihiyah
c. Al-Yunusiyah
d. Al-Ubaidiyah
e. Al-Hasaniyah

3. Aliran Syi’ah
Syi’ah secara Bahasa berarti “Pengikut”, “Pendukung”, “Partai”, atau
“Kelompok”, sedangkan secara Terminologis istilah ini dikaitkan dengan
sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaan
merunjuk pada keturunan nabi Muhammad Saw atau disebut juga Ahl al-
bait.6
Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala
petunjuk agama bersumber dari Ahl Al-Bait. Mereka menolak petunjuk

6 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia, 2012),Hlm.111
keagamaan dari para sahabat yang bukan Ahl Al-Bait atau para
pengikutnya. Para pengikut ‘Ali disebut dengan Syi’ah
Kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah penggati (khalifah)
nabi Muhammad Saw. Mereka menolak kekhalifaan Abu Bakar, Umar Bin
Khatab, dan Utsman bin ‘Affan karena dalam pandangan mereka hanya
‘Ali bin Abi Tholib yang berhak menggantikan nabi. Ketokohan ‘Ali
dalam pandanggan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan
oleh nabi Muhammad Saw pada masa hidupnya.
Terdapat beberapa perbedaan pandangan pendapat dari para ahli
mengenai kemunculan Syi’ah , menurut Abu Zahrah kemunculan Syi’ah
pertama kali ke permukaan sejarah pada masa akhir pemerintahan Utsman
Bin Affan. Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Perpecahan yang terjadi di kalangan Syi’ah , terutama dipicu oleh
masalah doktrin “Imamah”(kepercayaan terhadap adanya imamah yang
merupakan hak Ahl Al-Bait). Diantaranya sekte-sekte Syi’ah adalah
a. Itsna Asyariah
b. Sab’iah
c. Zaidiah
d. Ghullat

4. Aliran Jabariah
Jabariah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa.
Dikatakan bahwa Allah mempunyai sifat Al – Jabbar ( Mubalaghah)
artinya Allah maha memaksa. Ungkapan al insan majbur ( Bentuk isim
Maf’ul) mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa.
Selanjutnya, kata Jabara (bentuk pertama), setelah ditarik menjadi Jabariah
artinya adalah suatu kelompok atau aliran (isme)
‘Aliran Jabariah beranggapan bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam menentukan kehendak, Manusia dalam paham ini
terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
Untuk mengetahui asal muasal dari Jabariah harus dijelaskan siapa
yang menyebarluaskan paham Al – Jabar.
Paham Al – Jabar pertama kali di perkenalkan oleh Ja’d bin Dirham
(Meninggal 124H) yang kemudian disebarkan oleh Jahm Shafwan (125H)
dari Khurasan.
Menurut Jahm Shafwan, Manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk
berbuat apa – apa, tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak
sendiri dan tidak mempunyai pilihan. Manusia dalam perbuatannya adalah
dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya.

5. Aliran Qadariah
Qadaria berasal dari Bahasa arab Qadara, yang artinya kemampuan
dan kekuatan. Menurut pengertian Terminologi, qadariah adalah aliran yang
percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.
Aliran ini berpendapat bahwa tiap – tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas
kehendaknya sendiri.
Menurut Ibnu Nabatah, Paham Qadariah pertama kali ditimbulkan
oleh seseorang yang bernama Ma’bad Al-Juhanni dan temannya Ghailan Al-
dimasyqy yang mengambil paham ini dari seorang Kristen yang masuk
Islam di irak, dan Menurut Al – Zahabi Ma’bad memasuki lapangan politik
dan memihak ‘Abd Al – Rahman Ibnu Al – Asy’as gubernur Sajistan.
Ghailaini sendiri terus menyiarkan paham Qadariah di Damaskus
tetapi mendapat tantangan dari Khalifah Umar Ibnu ‘Abdul ‘Al – ‘Azis.
Ketika paham Qadariah dibawa kedalam bangsa Arab yang tinggal di
padang pasir, hal itu menimbulkan kegoncangan dalam pemikiran mereka.
Paham Qadariah itu mereka anggap bertentangan dengan ajaran Islam.

6. Aliran Mu’tazilah
Secara harfiah kata Mu’tazilah beraasal dari i’tazala yang berarti
“berpisah” atau memisahkan diri, yang berarti juga “menjauh” atau
“menjauhkan diri”. Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa
persoalan – persoalan yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada
persoalan – persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan Murji’ah. Mereka
banya memakai akal sehingga mereka mendapat nama “Kaum Rasionalis
Islam”.
Secara teknis istilah Mu’tazilah dapat menunjuk pada dua golongan.
Golongan pertama ( selanjutnya disebut Mu’tazila 1 ) Muncul sebagai
respon Politik Murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik,
khusunya dalam arti sikap yang lunak dalam menengahi pertentangan antara
Ali bin Abi Thalib dan lawan – lawannya.
Golongan kedua ( selanjutnya disebut Mu’tazila 2 ) muncul sebagai
respon persoalan Teologis yang berkembang dikalangan Khawarij dan
Murji’ah karena peristiwa Tahkim. Golongan Mu’tazilah ini muncul karena
mereka berbeda pendapat dengan Golongan Khawarij dan Murji’ah tentang
pemberian status Kafir kepada orang yang berbuat dosa besar.
Pendiri dari Aliran Mu’tazilah ini adalah Wasil bin Atha’. Ia lahir
tahun 81 Hijriah di Madinah dan wafat tahun 131 Hijriah. Selama di
Madinah, Ia belajar pada Abu Hasyim Abdullah Ibn Muhammad Ibn
Hanafiah. Kemudian pindah ke Basrah dan Belajar Kepada Abu Hasan Al –
Basri. Pada suatu hari datang seseorang bertanya kepada wasil tentang
pendapat nya mengenai orang yang berdosa besar, ketika Hasan Al – Basri
masih berpikir, Wasil mengeluarkan pendapat nya sendiri dengan
mengeluarkan dengan mengatakan: “ Saya berpendapat bahwa orang yang
bukanlah Mukmin dan bukan pula Kafir, tetapi mengambil posisi diantara
keduanya; tidak Mukmin maupun Kafir.”

7. Aliran Salafiah
Kata salafiyah diambil dari kata "Salaf" adalah kependekan dari "Salaf
al-Ṣāliḥ" (Arab: ‫)السلف الصالح‬, yang berarti "pendahulu yang sholih". Dalam
terminologi Islam, secara umum digunakan untuk menunjuk kepada tiga
generasi terbaik umat muslim yaitu sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in. Ketiga
generasi inilah dianggap sebagai contoh terbaik dalam menjalankan syariat
Islam.
Istilah salafy ini telah digunakan sejak zaman Rasulullah sebagaimana
telah disebutkan dalam sebuah hadis shahih disebutkan ketika Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam ditimpa penyakit yang menyebabkan
kematiannya, beliau berkata kepada Fathimah Radhiallahu 'anha:

“Bertakwalah kepada Allah (wahai Fathimah) dan bersabarlah. Dan


aku adalah sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu.”

Saat ini kata salafi sering dihubungkan dengan Wahhabisme (untuk


sebagian umatnya nama Wahabi ini dianggap menghina, mereka lebih
memilih istilah Salafisme), sehingga dua istilah ini sering dipandang sebagai
sinonim. Wahabisme ini banyak diartikan dengan pengikut atau nisbah
kepada Muhammad bin Abdul Wahhab, padahal jika dilihat dari cara
penisbahan adalah suatu halyang tidak lazim. Karena jika menisbahkan
kepada Muhammad bin Abdul Wahhab seharusnya menjadi
Muhammadiyyah bukan wahabiyah karena Abdul Wahhab bukan namanya
namun nama ayahnya. Para pengikut salafy meyakini bahwa Muhammad
bin Abdul Wahhab tidak mengajarkan agama (aliran) baru dalam syariat
Islam, ia hanya berusaha memurnikan Islam yang telah bercampur dengan
adat istiadat lokal.7

8. Aliran Asy’-ariyah
Dalam suasana mundurnya posisi aliran Mu’tazilah, muncullah
Asy’ariyah melahirkan paham teologi baru, yang selanjutnya paham ini
dikenal dengan nama “Asy-ariyah”
Nama aliran ini dinisbatkan kepada nama pendirinya yaitu Asy’ari.
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari (260-324
H/873-955 M). Beliau dilahirkan di Baghdad dan pada mulanya ia adalah

7 Wikipedia, “Aliran Salafiah”, https://id.wikipedia.org/wiki/Salafiyah (Diakses pada 02 Oktober


2019, 16:07)
murid al-Jubbai’i pengikut bahkan tokoh terkemuka dalam golongan
Mu’tazilah.8
Pada tahun 300 H tepatnya ketika Asy’ari berusia 40 tahun, beliau
keluar dari Mu’tazilah dan selanjutnya membentuk aliran teologi baru yang
dikenal dengan nama nya sendiri. Menurut pengikut Asy’ariyah sendiri,
berubahnya Asy’ari dari Mu’tazilah adalah karena pengalaman mimpi
Asy’ari, dalam mimpi itu dikatakan bahwa Nabi Muhammad datang
kepadanya dan berkata bahwa mahzab Mu’tazilah adalah salah, karena lebih
mengutamakan akal.
Munculnya kelompok Asy’ariyah ini tidak lepas dari ketidakpuasan
sekaligus kritik terhadap paham Muktazilah yang berkembang pada saat itu.
Kesalahan dasar Muktazilah di mata Al-Asy'ari adalah bahwa mereka begitu
mempertahankan hubungan Tuhan—manusia, bahwa kekuasaan dan
kehendak Tuhan dikompromikan.
Pada aliran Asy’ariyah menjelaskan Asy'ariyah mengambil dasar
keyakinan dari kulla bilyah,yaitu pemikiran dari Abu Muhammad Bin
Kullah dalam meyakini sifat-sifat allah. Kemudian mengedepankan akal
diatas tekstual ayat dalam memahami Al-qur'an dan Hadits.Aliran
Asy'ariyah disebut juga sebagai aliran Ahli Sunnah yang dimana
kemunculannya mengatasi berbagai faham yang berkembang di kalangan
umat islam dan menjadi penengah berbagai persoalan pemikiran umat.

9. Aliran Maturidiyah
Maturidiyah adalah aliran teologi atau golongan yang dinisbatka
dengan nama pendirinya yaitu Al-Martudi. Nama lengkapnya adalah Abu
Mansur Muhammad bin Muhammad al-Maturidiyah. Ia lahir di Maturidi
Samarkand.
Aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu
Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil

8 Hadis Purba dan Salamuddin, Teologi Islam (Tauhid) (Medan : Perdana Publishing,
2019),Hlm.194
aqli kalami. Sejalan dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran
teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-
Maturidiyah dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan
ajaran teknologi yang bercorak rasional.
Aliran ini merupakan aliran yang memberikan otoritas yang besar
kepada akal manusia, tanpa berlebih-lebihan atau melampaui batas,
maksudnya aliran Maturidiyah berpegang pada keputusan akal pikiran
dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu
bertentangan dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan
syara’.

10.Ahli Sunnah dan Jama’ah


Ahli sunnah wal jama’ah yaitu golongan yang berpegang pada sunnah
lagi merupakan mayoritas, sebagai lawan dari golongan mu’tazilah yang
bersifat minoritas dan tak kuat berpegang pada sunnah. Paham ahli Sunnah
Wal Jama’ah timbul sebagai reaksi terhadap paham golongan Mu’tazilah
Sunnah dalam paham ini berarti hadits sesuai dengan yang
diterangkan oleh Ahmad Amin, ahli sunnah wal jama’ah berlainan dengan
kaum Mu’tazilah percaya pada dan menerima hadits sahih tanpa interpretasi
dan jama’ah berati mayoritas yaitu ‘ammah al-Muslimin (umumnya umat
islam) Dan al Jama’ah al-Kasir wa al-Sawad al-a’zam (jumlah besar dan
khalayak ramai)
Paham ini banyak dipakai setelah timbulnya aliran-aliran Al-asy’ari
dan Al-Maturdi , dua aliran tersebut menentang aliran Mu’tazilah. Dan
paham Sunnah wal Jama’ah ini muncul atas keberanian dan usaha Abu Al-
Hasan Al-Asy’ari disekitar tahun 300 H. ia lahir pada tahun 260 H dan
menjadi pengikut Mu’tazilah selama 40 tahun berati Al-Asy’ari keluar dari
golongan Mu’tazilah pada tahun 300 H dan membentuk aliran teologi yang
dikenal dengan nama nya sendiri.9

9 Harun Nasution, Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta : UI Press,


1986),Hlm.65
Bagaimanapun yang dimaksud ahli Sunnah wal jama’ah di teologi
islam adalah kaum Asy’ariah dan kaum Maturidi.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami dapatkan dan yang dapat kami pahami adalah bahwa
Aliran – Alirah paham yang muncul disebabkan oleh konflik – konflik
pemahaman sekelompok yang berbeda karena kehilangan Baginda Rasulullah
Saw, yang merupakan tempat dimana umat muslim bertanya jika tidak mengetahui
apa yang harus dilakukan.
Bukan cuma karena masalah Teologi ada juga yang berupa masalah politik,
dan masalah keyakinan benar dan salah. Karena masalah tersebut munculah
pendapat – pendapat atau persepsi yang berbeda dan menimbulkan perpecahan.
Tidak mengetahui mana yang harus diikuti mengakibatkan tersesatnya
seseorang dan semoga kita semua berada di jalan yang lurus. Amin ya rabbal
‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandigan,
Jakarta : UI Press, 1986
Salamuddin dan Hadis Purba. Teologi Islam (Tauhid), Medan: Perdana Publishing,
2019
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2012
Wikipedia, “Aliran Salafiah”. Diakses pada 02 Oktober 2019. Dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Salafiyah

Anda mungkin juga menyukai