Disusun Oleh:
Sem. I / Sistem Informasi
Nama: 1. Anju Alba Sitompul (0702193153)
2. Adam Syahputra (0702191110)
3. Haris Gunawan (0702193140)
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui aliran – aliran yang muncul dalam Teologi
Islam.
2. Mengetahui Tokoh – tokoh pemikir Teologi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Aliran Yang Muncul Dalam Teologi Islam
1. Aliran Khawarij
Khawarij berasal dari kata Kharaja yang berarti Keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari barisan ‘Ali tetapi
adapula pendapat yang mengatakan bahwa pemberian nama itu didasarkan
atas Ayat 100 dari Surah Al-Nisa’, yang didalamnya disebutkan :
2 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia, 2012),Hlm.64
2. Aliran Al – Murji’ah
Nama Murji’ah diambil dari kata Irja’ atau Arja’a yang bermakna
penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kaum Murji’ah pada mulanya
merupakan golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan –
pertentangan yang terjadi ketika itu dan mengambil sikap menyerahkan
penentuan hukum kafir atau tidak – nya orang – orang yang bertentangan itu
kepada Allah Swt.
Bagi Kaum Murji’ah yang penting serta yang diutamakan adalah iman,
sedangkan perbuatan hanyalah yang kedua.5
Mereka berpendapat bahwa orang islam yang melakukan dosa besar
bukanlah kafir, tetapi tetap mukmin dan tidak akan kekal dalam Neraka,
memang memberi pengharapan bagi orang yang berbuat dosa besar unntuk
mendapat Rahmat Allah Swt.
Kaum Syi’ah merupakan pertentangan dari Kaum Khawarij, dimana Kaum
Syi’ah menentang karena memandang mereka mereampas kekuasaan dari Ali
dan Keturunannya. Dalam pertentangan ini timbulah suatu golongan yang
ingin bersikap netral tidak mau turut dalam peraktek kafir mengkafirkan yang
terjadi diantara Aliran yang bertentangan itu.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal usul kemunculan
Aliran Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan Irja’ atau Arja’a
dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan
kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik dan untuk menghindari
4 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia, 2012),Hlm.69
3. Aliran Syi’ah
Syi’ah secara Bahasa berarti “Pengikut”, “Pendukung”, “Partai”, atau
“Kelompok”, sedangkan secara Terminologis istilah ini dikaitkan dengan
sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaan
merunjuk pada keturunan nabi Muhammad Saw atau disebut juga Ahl al-
bait.6
Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala
petunjuk agama bersumber dari Ahl Al-Bait. Mereka menolak petunjuk
6 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia, 2012),Hlm.111
keagamaan dari para sahabat yang bukan Ahl Al-Bait atau para
pengikutnya. Para pengikut ‘Ali disebut dengan Syi’ah
Kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah penggati (khalifah)
nabi Muhammad Saw. Mereka menolak kekhalifaan Abu Bakar, Umar Bin
Khatab, dan Utsman bin ‘Affan karena dalam pandangan mereka hanya
‘Ali bin Abi Tholib yang berhak menggantikan nabi. Ketokohan ‘Ali
dalam pandanggan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan
oleh nabi Muhammad Saw pada masa hidupnya.
Terdapat beberapa perbedaan pandangan pendapat dari para ahli
mengenai kemunculan Syi’ah , menurut Abu Zahrah kemunculan Syi’ah
pertama kali ke permukaan sejarah pada masa akhir pemerintahan Utsman
Bin Affan. Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Perpecahan yang terjadi di kalangan Syi’ah , terutama dipicu oleh
masalah doktrin “Imamah”(kepercayaan terhadap adanya imamah yang
merupakan hak Ahl Al-Bait). Diantaranya sekte-sekte Syi’ah adalah
a. Itsna Asyariah
b. Sab’iah
c. Zaidiah
d. Ghullat
4. Aliran Jabariah
Jabariah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa.
Dikatakan bahwa Allah mempunyai sifat Al – Jabbar ( Mubalaghah)
artinya Allah maha memaksa. Ungkapan al insan majbur ( Bentuk isim
Maf’ul) mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa.
Selanjutnya, kata Jabara (bentuk pertama), setelah ditarik menjadi Jabariah
artinya adalah suatu kelompok atau aliran (isme)
‘Aliran Jabariah beranggapan bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam menentukan kehendak, Manusia dalam paham ini
terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
Untuk mengetahui asal muasal dari Jabariah harus dijelaskan siapa
yang menyebarluaskan paham Al – Jabar.
Paham Al – Jabar pertama kali di perkenalkan oleh Ja’d bin Dirham
(Meninggal 124H) yang kemudian disebarkan oleh Jahm Shafwan (125H)
dari Khurasan.
Menurut Jahm Shafwan, Manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk
berbuat apa – apa, tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak
sendiri dan tidak mempunyai pilihan. Manusia dalam perbuatannya adalah
dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya.
5. Aliran Qadariah
Qadaria berasal dari Bahasa arab Qadara, yang artinya kemampuan
dan kekuatan. Menurut pengertian Terminologi, qadariah adalah aliran yang
percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.
Aliran ini berpendapat bahwa tiap – tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas
kehendaknya sendiri.
Menurut Ibnu Nabatah, Paham Qadariah pertama kali ditimbulkan
oleh seseorang yang bernama Ma’bad Al-Juhanni dan temannya Ghailan Al-
dimasyqy yang mengambil paham ini dari seorang Kristen yang masuk
Islam di irak, dan Menurut Al – Zahabi Ma’bad memasuki lapangan politik
dan memihak ‘Abd Al – Rahman Ibnu Al – Asy’as gubernur Sajistan.
Ghailaini sendiri terus menyiarkan paham Qadariah di Damaskus
tetapi mendapat tantangan dari Khalifah Umar Ibnu ‘Abdul ‘Al – ‘Azis.
Ketika paham Qadariah dibawa kedalam bangsa Arab yang tinggal di
padang pasir, hal itu menimbulkan kegoncangan dalam pemikiran mereka.
Paham Qadariah itu mereka anggap bertentangan dengan ajaran Islam.
6. Aliran Mu’tazilah
Secara harfiah kata Mu’tazilah beraasal dari i’tazala yang berarti
“berpisah” atau memisahkan diri, yang berarti juga “menjauh” atau
“menjauhkan diri”. Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa
persoalan – persoalan yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada
persoalan – persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan Murji’ah. Mereka
banya memakai akal sehingga mereka mendapat nama “Kaum Rasionalis
Islam”.
Secara teknis istilah Mu’tazilah dapat menunjuk pada dua golongan.
Golongan pertama ( selanjutnya disebut Mu’tazila 1 ) Muncul sebagai
respon Politik Murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik,
khusunya dalam arti sikap yang lunak dalam menengahi pertentangan antara
Ali bin Abi Thalib dan lawan – lawannya.
Golongan kedua ( selanjutnya disebut Mu’tazila 2 ) muncul sebagai
respon persoalan Teologis yang berkembang dikalangan Khawarij dan
Murji’ah karena peristiwa Tahkim. Golongan Mu’tazilah ini muncul karena
mereka berbeda pendapat dengan Golongan Khawarij dan Murji’ah tentang
pemberian status Kafir kepada orang yang berbuat dosa besar.
Pendiri dari Aliran Mu’tazilah ini adalah Wasil bin Atha’. Ia lahir
tahun 81 Hijriah di Madinah dan wafat tahun 131 Hijriah. Selama di
Madinah, Ia belajar pada Abu Hasyim Abdullah Ibn Muhammad Ibn
Hanafiah. Kemudian pindah ke Basrah dan Belajar Kepada Abu Hasan Al –
Basri. Pada suatu hari datang seseorang bertanya kepada wasil tentang
pendapat nya mengenai orang yang berdosa besar, ketika Hasan Al – Basri
masih berpikir, Wasil mengeluarkan pendapat nya sendiri dengan
mengeluarkan dengan mengatakan: “ Saya berpendapat bahwa orang yang
bukanlah Mukmin dan bukan pula Kafir, tetapi mengambil posisi diantara
keduanya; tidak Mukmin maupun Kafir.”
7. Aliran Salafiah
Kata salafiyah diambil dari kata "Salaf" adalah kependekan dari "Salaf
al-Ṣāliḥ" (Arab: )السلف الصالح, yang berarti "pendahulu yang sholih". Dalam
terminologi Islam, secara umum digunakan untuk menunjuk kepada tiga
generasi terbaik umat muslim yaitu sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in. Ketiga
generasi inilah dianggap sebagai contoh terbaik dalam menjalankan syariat
Islam.
Istilah salafy ini telah digunakan sejak zaman Rasulullah sebagaimana
telah disebutkan dalam sebuah hadis shahih disebutkan ketika Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam ditimpa penyakit yang menyebabkan
kematiannya, beliau berkata kepada Fathimah Radhiallahu 'anha:
8. Aliran Asy’-ariyah
Dalam suasana mundurnya posisi aliran Mu’tazilah, muncullah
Asy’ariyah melahirkan paham teologi baru, yang selanjutnya paham ini
dikenal dengan nama “Asy-ariyah”
Nama aliran ini dinisbatkan kepada nama pendirinya yaitu Asy’ari.
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari (260-324
H/873-955 M). Beliau dilahirkan di Baghdad dan pada mulanya ia adalah
9. Aliran Maturidiyah
Maturidiyah adalah aliran teologi atau golongan yang dinisbatka
dengan nama pendirinya yaitu Al-Martudi. Nama lengkapnya adalah Abu
Mansur Muhammad bin Muhammad al-Maturidiyah. Ia lahir di Maturidi
Samarkand.
Aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu
Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil
8 Hadis Purba dan Salamuddin, Teologi Islam (Tauhid) (Medan : Perdana Publishing,
2019),Hlm.194
aqli kalami. Sejalan dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran
teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-
Maturidiyah dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan
ajaran teknologi yang bercorak rasional.
Aliran ini merupakan aliran yang memberikan otoritas yang besar
kepada akal manusia, tanpa berlebih-lebihan atau melampaui batas,
maksudnya aliran Maturidiyah berpegang pada keputusan akal pikiran
dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu
bertentangan dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan
syara’.