(BIOMASSA)
DISUSUN OLEH :
RIFKI ARDIANSYAH
(15321027)
Dengan demikian, mengingat situasi dewasa ini, mungkin telah tiba saatnya
bagi kita untuk kembali memanfaatkan energi biomassa yang telah dilengkapi dengan
kebijaksanaan yang kita asah selama berabad-abad dalam hal produksi energi, dan
mulai menggunakan lagi apa yang selama ini kita anggap sebagai limbah untuk
mengubahnya menjadi energi yang berguna. Untuk itulah dibuat makalah ini untuk
menambah ilmu pengetahuan serta teknologi mengenai biomassa.
1.3. TUJUAN
Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik
secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energy atau bahan
dalam jumlah yang besar. “Secara tidak langsung” mengacu pada produk yang diperoleh
melalui peternakan dan industry makanan. Biomassa disebut juga sebagai “fitomassa”
dan seringkali diterjemahkan sebagai bioresource atau sumber daya yang diperoleh dari
hayati. Basis sumber daya meliputi ratusan dan ribuan spesies tanaman, daratan dan
lautan, berbagai sumber pertanian, perhutanan, dan limbah residu dan proses industry,
limbah dan kotoran hewan. Tanaman energy yang membuat perkebunan energy skala
besar akan menjadi salah satu biomassa yang menjajikan walaupun belum
dikomersialkan pada saat ini. Biomassa secara spesifik berarti kayu, rumput Napier,
rapeseed, eceng gondok, rumput laut raksasa, chorella, serbuk gerjaji, serpihan kayu,
jerami, sekam padi, sampah dapur, lumpur pulp, kotoran hewan, dan lain-lain. Biomassa
jenis perkebunan seperti kayu putih, poplar hybrid, kelapa sawit, tebu, rumput gajah, dan
lain-lain adalah termasuk kategori ini.
Menurut kamus Bahasa Inggris Oxford, istilah “biomassa” pertama kali muncul di
literature pada tahun 1934. Didalam Journal of Marine Biology Association, ilmuwan
Rusia bernama Bogorov menggunakan biomassa sebagi tatanama. Ia mengukur bobot
plankton laut (Calanus finmarchicus) setelah dikeringkan yang ia kumpulkan untuk
menyelidiki perubahan pertumbuhan musiman plankton. Plankton yang telah kering ini
dinamakan biomassa.
Banyak kajian telah menyarankan bahwa energy turunan biomassa akan memberikan
sumbangan yang besar terhadap suplai energy keseluruhan karena harga bahan bakar
fosil semakin meningkat pada beberapa decade yang akan datang. Penggunaan biomassa
sebagai sumber energy adalah sangat menarik karena merupakan sumber energy adalah
sangat menarik karena ia merupakan sumber energy dengan jumlah bersih CO2 yang nol,
oleh karenanya tidak berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca.
2.2. PROSES TERBENTUKNYA BIOMASSA
A.Biomassa Basah
Biomasa basah yang berupa kotoran ternak atau sampah rumah tangga perlu
diubah terlebih dahulu melalui proses anaerobik untuk menghasilkan gas metana yang
dapat digunakan untuk menggerakkan generator listrik. Proses ini lebih dikenal dengan
nama Biogas. Umumnya biogas lebih banyak menggunakan kotoran ternak. Di dalam
biomassa basah terdapat penggunaan gas metana. Gas metana tersebut dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik dengan dua cara yaitu, untuk menggerakkan mesin bakar
internal atau untuk menggerakkan turbin gas sebagai penghasil tenaga gerak untuk
generator. Selanjutnya generator tersebut yang akan menghasilkan energi listrik. Motor
bakar internal (MBI) yang digunakan pada prinsipnya sama dengan yang digunakan
untuk MBI bensin dan solar. MBI gas ini cukup efisien untuk menghasilkan listrik
sampai dengan 100 kW. Sedangkan untuk menghasilkan tenaga listrik yang lebih besar
lagi dapat digunakan turbin gas.
B.Biomassa Kering
Biomassa kering ini dapat diperoleh dari bahan tanaman yang berasal dari hutan
atau areal pertanian. Dari hutan biasanya hanya kayu yang dianggap memiliki nilai
ekonomis tinggi sebagai bahan baku bubur kertas, pertukangan atau kayu bakar. Peluang
kayu untuk bioenergi baik selama masih di hutan maupun setelah masuk industri cukup
besar. Pemanfaatan kayu yang ditebang untuk bahan baku kertas/pertukangan hanya
sekitar 50% saja. Energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik diperoleh dari panas
yang dihasilkan dari pembakaran biomasa kering. Panas yang dihasilkan tersebut
digunakan untuk memanaskan air sehingga setelah terbentuk uap panas maka uap panas
tersebut dapat dialirkan untuk menggerakkan balingbaling dalam turbin uap. Yang harus
dihindari adalah terjadinya pembakaran yang tidak sempurna karena dalam proses
pembakaran yang tidak sempurna akan dihasilkan gas karbonmonoksida (CO) yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sebagai gambaran, kotoran 2 ekor sapi
membutuhkan ruang sebesar 3 m3 untuk diubah menjadi biogas. Dari sini akan
dihasilkan kurang lebih 1 m3 biogas yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik
sekitar 450 watt jam. Listrik yang dihasilkan dengan menggunakan biomasa akan
berharga lebih mahal dibandingkan harga listrik PLN. Akan tetapi ini akan
menguntungkan untuk daerah-daerah, karena kondisi geografis atau yang lain, tidak
terjangkau oleh jaringan listrik PLN .
Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai sumber bahan
bakar alternatif pengganti solar (minyak diesel)
Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian yang lain :
sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti premium.
Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai sumber
pengganti kerosene, minyak bakar atau bensin penerbangan.
a. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak diesel atau solar. Bahan bakar ini ramah lingkungan karena
menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan diesel/solar,
yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) yang rendah; memiliki cetane
number yang lebih tinggi sehingga pembakaran lebih sempurna (clear burning);
memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; dan dapat terurai (biodegradabe)
sehingga tidak menghasilkan racun (non toxic). Menurut hasil penelitian BBPT,
biodiesel bisa langsung digunakan 100% sebagai bahan bakar pada mesin diesel tanpa
memodifikasi mesin dieselnya atau dalam bentuk campuran dengan solar pada
berbagai konsentrasi mulai dari 5%. Keunggulan biodiesel diantaranya :
1. Angka Cetane tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik tidaknya
kualitas Solar berdasarkan sifaf kecepatan bakar dalm ruang bakar mesin.
Semakin tinggi bilangan Cetane, semakin cepat pembakaran semakin baik
efisiensi termodinamisnya.
2. Titik kilat (flash point) tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat
menyebabkan uap Biodiesel menyala, sehingga Biodiesel lebih aman dari bahaya
kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar.
3. Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, serta
dapat diuraikan secara alami.
4. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga akan
memperpanjang umur pemakaian mesin.
5. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan
tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.
6. Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara signifikan
walaupun penambahan hanya 5% - 10% volume biodiesel kedalam solar.
Biodiesel membutuhkan bahan baku minyak nabati yang dapat dihasilkan dari
tanaman yang mengandung asam lemak seperti kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO),
jarak pagar (Crude Jatropha Oil/CJO), kelapa (Crude Coconut Oil/CCO), sirsak,
srikaya, kapuk, dll. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Kelapa sawit merupakan salah satu
sumber bahan baku minyak nabati yang prospektif dikembangkan sebagai bahan baku
biodiesel di Indonesia, mengingat produksi CPO Indonesia cukup besar dan
meningkat tiap tahunnya. Tanaman jarak pagar juga prospektif sebagai bahan baku
biodiesel mengingat tanaman ini dapat tumbuh di lahan kritis dan karakteristik
minyaknya yang sesuai untuk biodiesel.
b. Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan
bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium.
Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran
antara bensin dan bioetanol. Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu :
memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM,
menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja,
berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah,
meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri,
mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar
ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk
pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :
Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira
aren, nira siwalan, sari-buah mete
Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/ gaplek,
ubi jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.
Bahan berselulosa (lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll.
Pemanfaatan Bioetanol :
Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin; digunakan
dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium (EXX)
Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa
mengharuskan mesin dimodifikasi).
Pengujian pada kendaraan roda empat di laboratorium BPPT menunjukkan bahwa
tingkat emisi karbon dan hidrokarbon Gasohol E-10 yang merupakan campuran
bensin dan etanol 10% lebih rendah dibandingkan dengan premium dan pertamax.
Pengujian karakteristik unjuk kerja yaitu daya dan torsi menunjukkan bahwa etanol
10% identik atau cenderung lebih baik daripada pertamax. Etanol mengandung 35%
oksigen sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran.
c. Biogas
Potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gas bio
sebenarnya cukup besar, namun belum banyak dimanfaatkan. Bahkan selama ini telah
menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan lingkungan. Umumnya para
peternak membuang kotoran sapi tersebut ke sungai atau langsung menjualnya ke
pengepul dengan harga sangat murah. Padahal dari kotoran sapi saja dapat diperoleh
produk-produk sampingan (by-product) yang cukup banyak. Sebagai contoh pupuk
organik cair yang diperoleh dari urine mengandung auksin cukup tinggi sehingga baik
untuk pupuk sumber zat tumbuh. Serum darah sapi dari tempat-tempat pemotongan
hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, selain itu dari limbah
jeroan sapi dapat juga dihasilkan aktivator sebagai alternatif sumber
dekomposer.(efek rumah kaca), sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian
dari program untuk menanggulanginya.
2.5. KONVERSI ENERGI BIOMASSA DAN PEMANFAATANNYA
a. Biobriket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi
biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya
menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya
batubara saja yang bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam,
serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan
briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat
banyak jenis-jenis mesin pengempa briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan
yang memakai mesin.
b. Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi
bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas
tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generator
pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program
penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi
masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada
tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan)
menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit
pemanfaatan gas.
c. Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih
dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer
dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku
(umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan
gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena
panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi
pembakaran.
d. Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses
kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan
peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan
cairan lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada
batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan
memudahkan dalam pemanfaatan.
e. Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia.
Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi
dan an-aerobic digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau
selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia. Adapun tahapan proses
anaerobik digestion adalah diperlihatkan pada Gambar .
Meskipun energi dari biomassa umumnya tidak kompetitif dari segi biaya jika
dibandingkan dengan bahan bakar fosil dengan teknologi dan kondisi pasar saat
ini, namum produksi biomassa untuk bahan baku dan energi akan menghasilkan
berbagai manfaat. Manfaat-manfaat ini beragam, namun beberapa manfaat
yang signifikan adalah mengimbangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran
bahan bakar fosil, menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan melalui
pengembangan industri baru dan pemanfaatan bahan baku lokal serta
meningkatkan keamanan energi dengan mengurangi ketergantungan terhadap
barang impor. Namun, pemahaman terhadap nilai dari semua manfaat yang
disebutkan di atas masih belum dapat ditentukan jika dibandingkan dengan
biaya biomassa dan biaya produksi bioenergi. Penilaian terhadap manfaat-
manfaat ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai
daya saing biomassa dan bioenergi, dan dapat memberikan implikasi yang jelas
terhadap perkembangan bioenergi dan perumusan kebijakan yang terkait.
Deplesi minyak bumi
Sumber daya hutan dan batu bara sangat melimpah dan cukup untuk
memenuhi permintaan energi. Akan tetapi, akibat kreativitas manusia yang
melebihi harapan, diperlukan teknologi berbasis batu bara dan minyak bumi
untuk menghasilkan energi yang lebih efisien. Cadangan minyak bumi dunia
diperkirakan sebanyak 2000 miliar barel. Konsumsi global per hari adalah
sekitar 71,7 juta barel. Diperkirakan sekitar 1000 milyar barel telah digunakan
dan hanya tersisa 1000 miliar barel cadangan minyak bumi di seluruh dunia
(Asifa dan Muneer,2007). Harga bensin dan bahan bakar yang lain akan
meningkat seiring dengan efek ekonomi yang buruk sehingga manusia akan
beralih ke alternatif lain selain bahan bakar fosil.
Keamanan energi
Perekonomian semua negara dan khususnya negara maju bergantung pada
pasokan energi yang aman. Keamanan energi berarti ketersediaan energi yang
konsisten dalam berbagai bentuk pada harga yang terjangkau. Kondisi ini harus
bisa tetap bertahan untuk jangka panjang agar dapat berkontribusi pada
pembangunan berkelanjutan. Perhatian terhadap keamanan energi sangat
penting karena distribusi sumber daya bahan bakar fosil yang tidak seimbang di
kebanyakan negara saat ini. Pasokan energi akan menjadi lebih rentan pada
waktu dekat ini akibat kebergantungan global terhadap minyak impor. Biomassa
merupakan sumber daya domestik yang tidak terkena pengaruh fluktuasi harga
pasar dunia atau ketidakpastian pasokan bahan bakar impor.
3.1 KESIMPULAN
Biomassa adalah sumber energi terbarukan yang dapat diubah menjadi bahan bakar
cair - biofuel – untuk keperluan transportasi (mobil, truk, bus, pesawat terbang dan
kereta api) dan lain-lain. Di antara jenis biofuel yang banyak dikenal adalah biogas,
biodiesel dan bioethanol. Biomassa memiliki manfaat yang sangat besar diantaranya
yaitu memperbaiki taraf hidup, meningkatan pendapatan petani, keamanan energi lebih
terjamin. Namun pada masa depan, jumlah produksi bahan organik untuk
biomassa yang juga merupakan sumber makanan mungkin meningkat, hal ini
sering dikatakan bahwa pemanfaatan biomassa mungkin akan mengalami
konflik dengan produksi makanan, dengan kata lain permintaan dunia terhadap
biomassa mungkin akan mengancam stabilitas pasokan makanan.
3.2 SARAN
Beberapa saran yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah :
Dahuri, D. 2003. Sampah organik, kotoran kerbau sumber energi alternatif. Media
Karakterisasi Mikrobia Pendegradasi dari Kotoran Gajah sebagai Sumber Inokulum untuk
Bahan Organik Jerami Padi dengan Isolat Jamur dari Kotoran Gajah . Fakultas Pertanian
Wididana, G.N. dan Wibisono, A.H., 1996, Pertanian Akrab Lingkungan Kyunsei
Tasikmalaya, p.1-16