Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH MANAGEMENT ENERGI

(BIOMASSA)

DISUSUN OLEH :
RIFKI ARDIANSYAH
(15321027)

PRODI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami krisis


energi. Ini disebabkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi
dan gas alam yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar fosil merupakan
sumber daya alam yang tidak dapat kita perbarui.Untuk mengatasi krisis energi masa
depan, beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan, salah satunya adalah
energi biomassa.

Pada awalnya, biomassa dikenal sebagai sumber energi ketika manusia


membakar kayu untuk memasak makanan atau menghangatkan tubuh pada musim
dingin. Kayu merupakan sumber energi biomassa yang masih lazim digunakan tetapi
sumber energi biomassa lain termasuk bahan makanan hasil panen, rumput dan tanaman
lain, limbah dan residu pertanian atau pengolahan hutan, komponen organik limbah
rumah tangga dan industri, juga gas metana sebagai hasil dari timbunan sampah. Sebagai
bahan bakar, biomassa perlu diolah terlebih dahulu agar dapat dengan mudah
dipergunakan. Proses ini dikenal sebagai konversi biomassa. Beberapa proses tersebut
adalah dengan mengubah biomassa menjadi briket sehingga mudah disimpan, diangkut,
dan mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam. Jenis konversi lain adalah mengubah
biomassa melalui proses kimia dan fisika seperti anaerobic digestion (peruraian tanpa
bantuan oksigen) yang menghasilkan gas metana, pirolisis (dekomposisi menggunakan
panas) yang menghasilkan produk bahan bakar padat berupa karbon dan produk lain
berupa karbon dioksida dan metana.

Dengan lahirnya revolusi industri, timbul banyak perubahan di masyarakat yang


menyebabkan kenaikan tingkat konsumsi energi. Selain itu, dengan adanya revolusi
industri, metode produksi yang dipakai telah menghasilkan jumlah limbah energi yang
signifikan (misalnya panas) yang idealnya bisa digunakan untuk tujuan lain. Sebagai
contoh, di bidang industri
pertanian, yang ada di hampir seluruh bagian dunia, sejumlah input digunakan selama
budidaya seperti pestisida, rekayasa bibit, penggunaan traktor dll. Semua input
produksi ini memerlukan sejumlah besar energi dan pastinya mengkonsumsi minyak
dalam jumlah yang besar. Dalam hal energi biomassa, untuk menghasilkan energi bisa
digunakan berbagai macam bahan bakar, contohnya adalah tanaman dengan potensi
produksi energi yang tinggi seperti jagung dan kedelai, serbuk gergaji, kotoran ternak,
limbah padat perkotaan dan lain-lain.

Dengan demikian, mengingat situasi dewasa ini, mungkin telah tiba saatnya
bagi kita untuk kembali memanfaatkan energi biomassa yang telah dilengkapi dengan
kebijaksanaan yang kita asah selama berabad-abad dalam hal produksi energi, dan
mulai menggunakan lagi apa yang selama ini kita anggap sebagai limbah untuk
mengubahnya menjadi energi yang berguna. Untuk itulah dibuat makalah ini untuk
menambah ilmu pengetahuan serta teknologi mengenai biomassa.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Apa itu energi biomassa?


Bagaimana proses terbentuknya bimassa?
Bagaimana penggunaan biomassa sebagai energi alternatif ?

1.3. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini yaitu :

Mengetahui tentang energi biomassa.


Memahami proses terbentuknya biomassa.
Memahami penggunaaan biomassa sebagai energi alternative.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN BIOMASSA

Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik
secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energy atau bahan
dalam jumlah yang besar. “Secara tidak langsung” mengacu pada produk yang diperoleh
melalui peternakan dan industry makanan. Biomassa disebut juga sebagai “fitomassa”
dan seringkali diterjemahkan sebagai bioresource atau sumber daya yang diperoleh dari
hayati. Basis sumber daya meliputi ratusan dan ribuan spesies tanaman, daratan dan
lautan, berbagai sumber pertanian, perhutanan, dan limbah residu dan proses industry,
limbah dan kotoran hewan. Tanaman energy yang membuat perkebunan energy skala
besar akan menjadi salah satu biomassa yang menjajikan walaupun belum
dikomersialkan pada saat ini. Biomassa secara spesifik berarti kayu, rumput Napier,
rapeseed, eceng gondok, rumput laut raksasa, chorella, serbuk gerjaji, serpihan kayu,
jerami, sekam padi, sampah dapur, lumpur pulp, kotoran hewan, dan lain-lain. Biomassa
jenis perkebunan seperti kayu putih, poplar hybrid, kelapa sawit, tebu, rumput gajah, dan
lain-lain adalah termasuk kategori ini.

Menurut kamus Bahasa Inggris Oxford, istilah “biomassa” pertama kali muncul di
literature pada tahun 1934. Didalam Journal of Marine Biology Association, ilmuwan
Rusia bernama Bogorov menggunakan biomassa sebagi tatanama. Ia mengukur bobot
plankton laut (Calanus finmarchicus) setelah dikeringkan yang ia kumpulkan untuk
menyelidiki perubahan pertumbuhan musiman plankton. Plankton yang telah kering ini
dinamakan biomassa.

Banyak kajian telah menyarankan bahwa energy turunan biomassa akan memberikan
sumbangan yang besar terhadap suplai energy keseluruhan karena harga bahan bakar
fosil semakin meningkat pada beberapa decade yang akan datang. Penggunaan biomassa
sebagai sumber energy adalah sangat menarik karena merupakan sumber energy adalah
sangat menarik karena ia merupakan sumber energy dengan jumlah bersih CO2 yang nol,
oleh karenanya tidak berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca.
2.2. PROSES TERBENTUKNYA BIOMASSA

Tanaman menyerap energi dari matahari. Melalui proses fotosintesis dengan


memanfaatkan air dan unsur hara dari dalam tanah serta CO2 dari atmosfer akan
menghasilkan bahan organik untuk memperkuat jaringan dan membentuk daun, bunga
atau buah. Sementara itu karena tidak mampu berfotosintesa sendiri, hewan
memanfaatkan energi yang telah berubah bentuk menjadi daun, rumput atau yang lain
dari bagian tumbuhan secara langsung untuk hidupnya. Sedangkan secara tidak
langsung, misalnya hewan carnifora, prinsipnya tetap memanfaatkan energi yang telah
berubah bentuk menjadi daging pada hewan lain. Inilah yang menjadi bahan dasar
biomasa.
Saat biomasa diubah menjadi energi, CO2 yang akan dilepaskan ke atmosfer.
Siklus CO2 akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan yang dihasilkan dari
pembakaran minyak bumi atau gas alam. Ini berarti CO2 yang dihasilkan tersebut tidak
memiliki efek terhadap kesetimbangan CO2 di atmosfer. Kelebihan ini yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung terciptanya energi yang berkelanjutan.

2.3. ENERGI BIOMASSA


Biomasa dapat diambil dari bahan tanaman yang berupa limbah pertanian,
limbah industri pengolahan kayu atau dari tanaman yang memang ditanam secara khusus
untuk menghasilkan energi bagi mesin bakar. Di samping itu dapat juga dimanfaatkan
limbah peternakan dan limbah rumah tangga. Dari kedua jenis bahan penyusun biomassa
tersebut dapat dua bagian besar yaitu, biomasa kering (limbah kayu, jerami atau sekam)
dan biomassa basah ( kotoran ternak dan sampah rumah tangga).

A.Biomassa Basah

Biomasa basah yang berupa kotoran ternak atau sampah rumah tangga perlu
diubah terlebih dahulu melalui proses anaerobik untuk menghasilkan gas metana yang
dapat digunakan untuk menggerakkan generator listrik. Proses ini lebih dikenal dengan
nama Biogas. Umumnya biogas lebih banyak menggunakan kotoran ternak. Di dalam
biomassa basah terdapat penggunaan gas metana. Gas metana tersebut dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik dengan dua cara yaitu, untuk menggerakkan mesin bakar
internal atau untuk menggerakkan turbin gas sebagai penghasil tenaga gerak untuk
generator. Selanjutnya generator tersebut yang akan menghasilkan energi listrik. Motor
bakar internal (MBI) yang digunakan pada prinsipnya sama dengan yang digunakan
untuk MBI bensin dan solar. MBI gas ini cukup efisien untuk menghasilkan listrik
sampai dengan 100 kW. Sedangkan untuk menghasilkan tenaga listrik yang lebih besar
lagi dapat digunakan turbin gas.

B.Biomassa Kering

Biomassa kering ini dapat diperoleh dari bahan tanaman yang berasal dari hutan
atau areal pertanian. Dari hutan biasanya hanya kayu yang dianggap memiliki nilai
ekonomis tinggi sebagai bahan baku bubur kertas, pertukangan atau kayu bakar. Peluang
kayu untuk bioenergi baik selama masih di hutan maupun setelah masuk industri cukup
besar. Pemanfaatan kayu yang ditebang untuk bahan baku kertas/pertukangan hanya
sekitar 50% saja. Energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik diperoleh dari panas
yang dihasilkan dari pembakaran biomasa kering. Panas yang dihasilkan tersebut
digunakan untuk memanaskan air sehingga setelah terbentuk uap panas maka uap panas
tersebut dapat dialirkan untuk menggerakkan balingbaling dalam turbin uap. Yang harus
dihindari adalah terjadinya pembakaran yang tidak sempurna karena dalam proses
pembakaran yang tidak sempurna akan dihasilkan gas karbonmonoksida (CO) yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sebagai gambaran, kotoran 2 ekor sapi
membutuhkan ruang sebesar 3 m3 untuk diubah menjadi biogas. Dari sini akan
dihasilkan kurang lebih 1 m3 biogas yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik
sekitar 450 watt jam. Listrik yang dihasilkan dengan menggunakan biomasa akan
berharga lebih mahal dibandingkan harga listrik PLN. Akan tetapi ini akan
menguntungkan untuk daerah-daerah, karena kondisi geografis atau yang lain, tidak
terjangkau oleh jaringan listrik PLN .

Berbicara tentang sumber energi, biomassa merupakan salah satu alternatif.


Biomassa mengandung energi tersimpan dalam jumlah cukup banyak Kenyataannya,
pada saat kita makan, tubuh kita mampu mengubah energi yang tersimpan di dalam
makanan menjadi energi atau tenaga untuk tumbuh dan berkembang. Pada saat kita
bergerak, bahkan ketika kita berpikir pun, energi dalam makanan akan terbakar. Dari
latar belakang itulah kini mulai digali banyak kemungkinan pemanfaatan biomassa
sebagai sumber bahan bakar nabati (biofuel). Dari bahan bakar nabati dapat
dikembangkan biokerosene (minyak tanah), biodiesel, bioetanol bahkan biopower (untuk
listrik).

Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan biofuel


mengingat begitu besarnya sumber daya hayati yang ada baik di darat maupun di
perairan. Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang berpotensi menjadi energi bahan bakar
alternatif, antara lain :

 Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai sumber bahan
bakar alternatif pengganti solar (minyak diesel)

 Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian yang lain :
sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti premium.

 Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai sumber
pengganti kerosene, minyak bakar atau bensin penerbangan.

Beberapa diantara tumbuhan penghasil energi dengan potensi produksi minyak


dalam liter per hektar dan ekivalen energi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Sumber : Business Week edisi 15 Maret 2006

Biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang dapat diubah


menjadi bahan bakar cair - biofuel – untuk keperluan transportasi (mobil, truk, bus,
pesawat terbang dan kereta api). Di antara jenis biofuel yang banyak dikenal adalah
biogas, biodiesel dan bioethanol.

2.4. PRODUK HASIL BIOENERGI

a. Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak diesel atau solar. Bahan bakar ini ramah lingkungan karena
menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan diesel/solar,
yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) yang rendah; memiliki cetane
number yang lebih tinggi sehingga pembakaran lebih sempurna (clear burning);
memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; dan dapat terurai (biodegradabe)
sehingga tidak menghasilkan racun (non toxic). Menurut hasil penelitian BBPT,
biodiesel bisa langsung digunakan 100% sebagai bahan bakar pada mesin diesel tanpa
memodifikasi mesin dieselnya atau dalam bentuk campuran dengan solar pada
berbagai konsentrasi mulai dari 5%. Keunggulan biodiesel diantaranya :

1. Angka Cetane tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik tidaknya
kualitas Solar berdasarkan sifaf kecepatan bakar dalm ruang bakar mesin.
Semakin tinggi bilangan Cetane, semakin cepat pembakaran semakin baik
efisiensi termodinamisnya.
2. Titik kilat (flash point) tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat
menyebabkan uap Biodiesel menyala, sehingga Biodiesel lebih aman dari bahaya
kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar.

3. Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, serta
dapat diuraikan secara alami.

4. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga akan
memperpanjang umur pemakaian mesin.

5. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan
tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.

6. Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara signifikan
walaupun penambahan hanya 5% - 10% volume biodiesel kedalam solar.

Biodiesel membutuhkan bahan baku minyak nabati yang dapat dihasilkan dari
tanaman yang mengandung asam lemak seperti kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO),
jarak pagar (Crude Jatropha Oil/CJO), kelapa (Crude Coconut Oil/CCO), sirsak,
srikaya, kapuk, dll. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Kelapa sawit merupakan salah satu
sumber bahan baku minyak nabati yang prospektif dikembangkan sebagai bahan baku
biodiesel di Indonesia, mengingat produksi CPO Indonesia cukup besar dan
meningkat tiap tahunnya. Tanaman jarak pagar juga prospektif sebagai bahan baku
biodiesel mengingat tanaman ini dapat tumbuh di lahan kritis dan karakteristik
minyaknya yang sesuai untuk biodiesel.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, total


kebutuhan biodiesel saat ini mencapai 4,12 juta kiloliter per tahun. Sementara
kemampuan produksi biodiesel pada tahun 2006 baru 110 ribu kiloliter per tahun.
Pada tahun 2007 kemampuan produksi diperkirakan mencapai 200 ribu kiloliter per
tahun. Produsen-produsen lain merencanakan juga akan beroperasi pada 2008
sehingga kapasitas produksi akan mencapai sekitar 400 ribu kiloliter per tahun. Cetak
biru (blueprint) Pengelolaan Energi Nasional mentargetkan produksi biodiesel sebesar
0,72 juta kiloliter pada tahun 2010 untuk menggantikan 2% konsumsi solar yang
membutuhkan 200 ribu hektar kebun sawit dan 25 unit pengolahan berkapasitas 30
ribu ton per tahun dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,32 triliun; hingga menjadi
sebesar 4,7 juta kiloliter pada tahun 2025 untuk mengganti 5% konsumsi solar yang
membutuhkan 1,34 juta hektar kebun sawit dan 45 unit pengolahan berkapasitas 100
ribu ton per tahun dengan investasi mencapai Rp. 9 triliun.

b. Bioetanol

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan
bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium.
Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran
antara bensin dan bioetanol. Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu :
memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM,
menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja,
berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah,
meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri,
mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar
ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk
pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :

 Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira
aren, nira siwalan, sari-buah mete

 Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/ gaplek,
ubi jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.

 Bahan berselulosa (lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll.

Adapun konversi biomasa sebagian tanaman tersebut menjadi bioethanol


adalah seperti pada tabel dibawah ini.
Sumber data : Balai Besar Teknologi Pati-BPPT,2006

Pemanfaatan Bioetanol :

 Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin; digunakan
dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium (EXX)

 Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa
mengharuskan mesin dimodifikasi).

Pengujian pada kendaraan roda empat di laboratorium BPPT menunjukkan bahwa
tingkat emisi karbon dan hidrokarbon Gasohol E-10 yang merupakan campuran
bensin dan etanol 10% lebih rendah dibandingkan dengan premium dan pertamax.
Pengujian karakteristik unjuk kerja yaitu daya dan torsi menunjukkan bahwa etanol
10% identik atau cenderung lebih baik daripada pertamax. Etanol mengandung 35%
oksigen sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran.

c. Biogas

Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan


bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas bio didominasi gas
metan (60% - 70%), karbondioksida (40% - 30%) dan beberapa gas lain dalam jumlah
lebih kecil. Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan
gas karbon dioksida (CO2) memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan
terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat
berperan positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global.

Pada prinsipnya, pembuatan gas bio sangat sederhana, hanya dengan


memasukkan substrat (kotoran ternak) ke dalam digester yang anaerob. Dalam waktu
tertentu gas bio akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber
energi, misalnya untuk kompor gas atau listrik. Penggunaan biodigester dapat
membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran ternak
untuk memproduksi gas bio dan diperoleh hasil samping (by-product) berupa pupuk
organik. Selain itu, dengan pemanfaatan biodigester dapat mengurangi emisi gas
metan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari
sektor pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi
secara terbuka melainkan difermentasi menjadi energi gas bio.

Potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gas bio
sebenarnya cukup besar, namun belum banyak dimanfaatkan. Bahkan selama ini telah
menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan lingkungan. Umumnya para
peternak membuang kotoran sapi tersebut ke sungai atau langsung menjualnya ke
pengepul dengan harga sangat murah. Padahal dari kotoran sapi saja dapat diperoleh
produk-produk sampingan (by-product) yang cukup banyak. Sebagai contoh pupuk
organik cair yang diperoleh dari urine mengandung auksin cukup tinggi sehingga baik
untuk pupuk sumber zat tumbuh. Serum darah sapi dari tempat-tempat pemotongan
hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, selain itu dari limbah
jeroan sapi dapat juga dihasilkan aktivator sebagai alternatif sumber
dekomposer.(efek rumah kaca), sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian
dari program untuk menanggulanginya.
2.5. KONVERSI ENERGI BIOMASSA DAN PEMANFAATANNYA

Ada berbagai teknologi konversi yang bisa digunakan untuk merubah


kualitas biomassa sesuai dengan tujuan penggunaannya. Ada teknik fisika,
kimia dan biologi. Gambar 1.3.2 menunjukkan teknologi konversi yang biasa
digunakan. Konversi fisika termasuk penggerusan, penggerindaan, dan
pengukusan untuk mengurai struktur biomassa dengan tujuan meningkatkan
luas permukaan sehingga proses selanjutnya, yaitu kimia, termal dan biologi
bisa dipercepat. Proses ini juga meliputi pemisahan, ekstraksi, penyulingan dan
sebagainya untuk mendapatkan bahan berguna dari biomassa serta proses
pemampatan, pengeringan atau kontrol kelembaban dengan tujuan membuat
biomassa lebih mudah diangkut dan disimpan. Teknologi konversi fisika sering
digunakan pada perlakuan pendahuluan untuk mempercepat proses utama.

Konversi kimia meliputi hidrolisis, oksidasi parsial, pembakaran,


karbonisasi,pirolisis, reaksi hidrotermal untuk penguraian biomassa, serta
sintesis, polimerisasi, hidrogenasi untuk
membangun molekul baru atau pembentukan kembali biomassa. Penghasilan
elektron dari proses oksidasi biomassa dapat digunakan pada sel bahan bakar
untuk menghasilkan listrik. Konversi biologi umumnya terdiri atas proses
fermentasi seperti fermentasi etanol, fermentasi metana, fermentasi aseton-
butanol, fermentasi hidrogen, dan perlakuan enzimatis yang berperan penting
pada penggunaan bioetanol generasi kedua. Aplikasi proses fotosintesis dan
fotolisis akan menjadi lebih penting untuk memperbaiki sistem biomassa
menjadi lebih baik.

Teknologi praperlakuan seperti pemisahan, pengekstrakan, kisaran,


asahan, kontrolkelembaban dan selainnya sering dilakukan sebelum proses
konversi utama. Gambar 1.3.2 menunjukkan contoh yang disebut kotak ajaib
dimana biomassa ditempatkan di bawah dan diubah melalui berbagai teknik
untuk memenuhi tujuan Penggunannya. Penilaian terhadap proses-proses
konversi ini dilakukan berdasarkan kualitas produk, efisiensi energi, hasil dan
ekonomi sistem. Perancangan sistem konversi dan penggunaan seharusnya
mempertimbangkan aspekaspek yang berikut: naik turun pasokan biomassa,
cara dan biaya transportasi dan penyimpanan, manajemen organisasi dan
peraturan seperti yang ditetapkan otoritas yang terkait dan juga dari aspek
ekonomi untuk keseluruhan sistem.

a. Biobriket

Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi
biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya
menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya
batubara saja yang bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam,
serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan
briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat
banyak jenis-jenis mesin pengempa briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan
yang memakai mesin.

b. Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi
bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas
tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generator
pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program
penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi
masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada
tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan)
menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit
pemanfaatan gas.

c. Pirolisa

Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih
dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer
dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku
(umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan
gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena
panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi
pembakaran.

d. Liquification

Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses
kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan
peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan
cairan lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada
batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan
memudahkan dalam pemanfaatan.

e. Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia.
Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi
dan an-aerobic digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau
selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia. Adapun tahapan proses
anaerobik digestion adalah diperlihatkan pada Gambar .

Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa tergolong


dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau glukosa
dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat
harus mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil
fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk
pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus didistilasi
sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas 99.5%.

2.6. MANFAAT PENGGUNAAN ENERGI BIOMASSA

Meskipun energi dari biomassa umumnya tidak kompetitif dari segi biaya jika
dibandingkan dengan bahan bakar fosil dengan teknologi dan kondisi pasar saat
ini, namum produksi biomassa untuk bahan baku dan energi akan menghasilkan
berbagai manfaat. Manfaat-manfaat ini beragam, namun beberapa manfaat
yang signifikan adalah mengimbangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran
bahan bakar fosil, menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan melalui
pengembangan industri baru dan pemanfaatan bahan baku lokal serta
meningkatkan keamanan energi dengan mengurangi ketergantungan terhadap
barang impor. Namun, pemahaman terhadap nilai dari semua manfaat yang
disebutkan di atas masih belum dapat ditentukan jika dibandingkan dengan
biaya biomassa dan biaya produksi bioenergi. Penilaian terhadap manfaat-
manfaat ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai
daya saing biomassa dan bioenergi, dan dapat memberikan implikasi yang jelas
terhadap perkembangan bioenergi dan perumusan kebijakan yang terkait.
 Deplesi minyak bumi
Sumber daya hutan dan batu bara sangat melimpah dan cukup untuk
memenuhi permintaan energi. Akan tetapi, akibat kreativitas manusia yang
melebihi harapan, diperlukan teknologi berbasis batu bara dan minyak bumi
untuk menghasilkan energi yang lebih efisien. Cadangan minyak bumi dunia
diperkirakan sebanyak 2000 miliar barel. Konsumsi global per hari adalah
sekitar 71,7 juta barel. Diperkirakan sekitar 1000 milyar barel telah digunakan
dan hanya tersisa 1000 miliar barel cadangan minyak bumi di seluruh dunia
(Asifa dan Muneer,2007). Harga bensin dan bahan bakar yang lain akan
meningkat seiring dengan efek ekonomi yang buruk sehingga manusia akan
beralih ke alternatif lain selain bahan bakar fosil.

Peningkatan penggunaan biomassa akan memperpanjang umur pasokan

minyak mentah yang semakin berkurang.

 Perbaikan taraf hidup


Karena bidang pertanian sangat penting untuk ekonomi yang sedang
berkembang, maka diharapkan pertanian yang berkelanjutan akan
meningkatkan taraf hidup petani disamping pendapatan mereka. Pendidikan
masyarakat juga sangat penting karena tingkat literasi di daerah pedesaan
untuk negara berkembang tidak terlalu tinggi. Dalam hal ini, maka penting
untuk menyediakan informasi yang akurat tentang teknologi ini kepada para
petani. Apa yang dianggap penting dari segi pemanfaatan biomassa oleh para
petani adalah kemudahan untuk mengakses tanaman biomassa atau tempat
pengumpulan biomassa. Meskipun para petani memiliki atau menghasilkan
bahan baku biomassa, hal ini sangat sia-sia jika tidak ada akses ke tempat
dimana biomassa tersebut diproduksi.

 Peningkatan pendapatan petani


Ada 2 cara utama untuk membantu para petani (The Japan Institute of
Energi, 2007). Salah satu cara adalah dengan memberikan energi agar para
petani ini mendapat akses ke bahan bakar yang
berguna. Di Thailand, para petani menggunakan gas untuk memasak yang
berasal dari proses biometanasi skala kecil, sehingga mereka tidak perlu
membeli gas propana untuk keperluan memasak. Bantuan kepada para petani
ini juga efektif untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan dikarenakan
pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Bantuan yang lain adalah melalui
pemberian uang tunai. Jika para petani ini menanam bahan baku untuk produksi
etanol lalu menjualnya dengan harga yang lebih tinggi, maka mereka akan
mendapatkan uang untuk membeli listrik. Karena mereka yang menggunakan
etanol sebagai bahan bakar lebih kaya jika dibandingkan para petani, maka
mekanisme ini bisa dianggap sebagai “redistribusi kekayaan”.

 Keamanan energi
Perekonomian semua negara dan khususnya negara maju bergantung pada
pasokan energi yang aman. Keamanan energi berarti ketersediaan energi yang
konsisten dalam berbagai bentuk pada harga yang terjangkau. Kondisi ini harus
bisa tetap bertahan untuk jangka panjang agar dapat berkontribusi pada
pembangunan berkelanjutan. Perhatian terhadap keamanan energi sangat
penting karena distribusi sumber daya bahan bakar fosil yang tidak seimbang di
kebanyakan negara saat ini. Pasokan energi akan menjadi lebih rentan pada
waktu dekat ini akibat kebergantungan global terhadap minyak impor. Biomassa
merupakan sumber daya domestik yang tidak terkena pengaruh fluktuasi harga
pasar dunia atau ketidakpastian pasokan bahan bakar impor.

 Mata uang asing


Ada peluang bagi negara berkembang untuk mendapatkan mata uang
asing melalui ekspor bioenergi. Misalnya, untuk kasus produksi ubi kayu di
Thailand, produksi ubi kayu untuk keperluan makanan dan etanol adalah
seimbang saat ini. Akan tetapi, penggunaan ubi kayu
untuk masa depan harus dipertimbangkan dengan teliti. Pada masa depan,
jumlah produksi ubi kayu untuk etanol mungkin meningkat, hal ini sering
dikatakan bahwa pemanfaatan bioenergi mungkin akan mengalami konflik
dengan produksi makanan, dengan kata lain permintaan dunia terhadap etanol
mungkin akan mengancam stabilitas pasokan makanan domestik.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Biomassa adalah sumber energi terbarukan yang dapat diubah menjadi bahan bakar
cair - biofuel – untuk keperluan transportasi (mobil, truk, bus, pesawat terbang dan
kereta api) dan lain-lain. Di antara jenis biofuel yang banyak dikenal adalah biogas,
biodiesel dan bioethanol. Biomassa memiliki manfaat yang sangat besar diantaranya
yaitu memperbaiki taraf hidup, meningkatan pendapatan petani, keamanan energi lebih
terjamin. Namun pada masa depan, jumlah produksi bahan organik untuk
biomassa yang juga merupakan sumber makanan mungkin meningkat, hal ini
sering dikatakan bahwa pemanfaatan biomassa mungkin akan mengalami
konflik dengan produksi makanan, dengan kata lain permintaan dunia terhadap
biomassa mungkin akan mengancam stabilitas pasokan makanan.

3.2 SARAN

Beberapa saran yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah :

1. Jagalah kelestarian lingkungan kita dari berbagai macam polusi


2. Mulailah kita mengembangkan energy – energy alternative untuk
menyelamatkan cadangan minyak bumi yang telah kritis
3. Belajar bagaimana menciptakan ide – ide baru sebagai gerakan
menyelamatkan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penerapan Teknologi XVII, Fakultas


Pertanian. Bandung: Universitas`Padjadjaran.
Anonim. Makalah Seminar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta: UMY.

Dahuri, D. 2003. Sampah organik, kotoran kerbau sumber energi alternatif. Media

Indonesia. Nike-Triwahyuningsih; P.E. Tiara-Putri dan S. Khoiriyah. 2006a. Isolasi dan

Karakterisasi Mikrobia Pendegradasi dari Kotoran Gajah sebagai Sumber Inokulum untuk

Pengolahan Sampah. Fakultas Pertanian UMY (tidak dipublikasikan)

Nike-Triwahyuningsih; D. Nurhasyahna; D. Erika; Supriyadi. 2006b. Pengomposan

Bahan Organik Jerami Padi dengan Isolat Jamur dari Kotoran Gajah . Fakultas Pertanian

UMY (tidak dipublikasikan.)

Setiawan,I.; Nike-Triwahyuningsih; dan SS. Dewi. 2005. Kajian Pengaruh Macam

Aktivator Alami dan Buatan Terhadap Kualitas dan Kecepatan Pengomposan

Limbah Padat Kelapa Sawit. Skripsi Fakultas Pertanian UMY.

Wididana, G.N. dan Wibisono, A.H., 1996, Pertanian Akrab Lingkungan Kyunsei

dengan Teknologi EM4. Seminar Nasional Penerapan Teknologi Pertanian Organik,

Tasikmalaya, p.1-16

Anda mungkin juga menyukai