Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia aadalah suatu proses yang terjadi didalam kehidupan seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun(Nasrullah, 2016).Hal yang sama
juga dikemukakan oleh BKKBN (1995) bahwasanya lansia adalah individu
yang berusia di atas 60 tahun, biasanya akan terlihat dari tanda-tanda
terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi
(Muhith, 2016).Di Indonesia jumlah lansia mencapai 20,24 juta jiwa, setara
dengan 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia
perempuan lebih besar dari pada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan
dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki. Tahun 2016 Indonesia punya 22,6 juta
lansia atau 8,75% penduduk dengan umur tengah 28 tahun dan jumlah
tersebut di perkirakan meningkat menjadi 33 juta pada tahun 2025 (Susenas,
2014). Pada umumnya Manusia melewati tiga masa dalam hidupnya. Satu
masa kekuatan yang diapit oleh dua masa kelemahan. Masa kekuatan itu
adalah masa remaja yang diapit oleh masa kecil dan masa tua yang penuh
kelemahan. Allah swt berfirman dalam (QS.ar-Rum:54).
“Allah-lah yang Menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
Menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
Menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.(tua atau
Lansia)”
Jumlah lansia di Sumatera Selatan menurut data statistik pada tahun
2015 mencapai 561,712 orang atau ada sekitar 6,58% dari seluruh jumlah
penduduk Sumatera Selatan. Perbandingan persentase penduduk lansia
Sumatera Selatan tahun 2015, laki-laki berjumlah 271,714 dan perempuan
289,998 orang lansia. Berdasarkan data proyeksi penduduk BPS menunjukan
penduduk usia produktif (15-64 tahun) di tahun 2017 mencapai 67,10% dan
akan terjadi peningkatan pada tahun 2020 yaitu sebesar 67,39% (BPS
Provinsi Sumatera Selatan, 2017).
Dampak peningkatan populasi lansia akan terjadi pergeseran pola
1
penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratifdan semakin

1
bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan pada tubuh seseorang.
Salah satu perubahan tersebut dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan penyebab timbulnya beberapa
golongan penyakit kardiovaskuler (Fitriani, 2015)
Perubahan yang terjadi pada lansia dengan seiring bertambahnya usia
seperti penurunan elastisitas dinding aorta, penurunan pengatur irama inheren
jantung oleh simpul SA. Denyut jantung maksimum pada lansia ketika
melakukan exercise pun mengalami penurunan denyut jantung pada saat letih.
Cardiac output juga menurun seiring bertambahnya umur. Penyebabnya
adalah adanya penurunan isi sekuncup meskipun lansia biasanya secara
fungsional berusaha memperbaiki isi semenitnya dengan cara menambah
frekuensi denyut jatunng. Perubahan tersebut umumnya akan berpengaruh
pada sistem kardiovaskuler dan menyebabkan terjadinya hipertensi pada
lansia ( Darmojo 2015).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat
atau tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)
bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.
Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan
jumlahnya terus meningkat ( Infodatin Depkes, 2016 ).
Berdasarkan data statistik WHO, 1 dari 3 orang menderita hipertensi
2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah
sampai dengan sedang. Prevalensi hipertensi akan meningkat tajam,
diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia
terkena hipertensi, Word Health Organizing ( WHO ) tahun 2015.Prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran menurut usia >18 tahun
sebesar 25,8%. Prevelensi hipertensi di Indonesia adalah 9,4% yang di
diagnosis tenaga kesehatan sebesar atau sedang minum obat sebesar 9,5%.
Jadi terdapat 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai

2
tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi
prevelensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (Kemenkes RI, 2013).
Prevelensi hipertensi di Palembang adalah sebesar 17,8%. Berdasarkan
jenis kelamin, didapata prevelensi hipertensi yang lebih besar pada laki- laki
daripada wanita, yaitu 59% pada laki- laki dan 41% pada wanita ( Suyana,
2017 ). Prevelensi hipertensi di Panti Sosial Tresna Werda Warga Tama
Indralaya yang didapatkan jumlah lansianya adalah 70 lansia, dari jumlah
tersebut terdapat lansia yang menderita hipertensi sebanyak 40 lansia.
Dampak jangka panjang dari hipertensi antara lain ialah gagal jantung
kongesif akibat ketidak mampuan jantung memompa darah melawan
peningkatan tekanan arteri, dan mengakibatkan stroke akibat rupturnya
pembuluh darah di otak, atau serangan jantung akibat ruptur pembuluh
koroner ( Padila, 2013 ). Tingginya angka kejadian hipertensi dan dampak
yang dimiliki pada lansia menuntut Peran perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan dalam upaya untuk membantu penderita hipertensi untuk
mempertahankan tekanan darah pada tingkat normal dan meningkatkan
kualitas kesehatannya. Ada beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan
oleh lansia agar terhindar dari penyakit hipertensi yaitu dengan cara
farmakologi dan non farmakologi. Peneliti tertarik pada metode non
farmakologi yaitu dengan latihan fisik yang sesuai dengan keadaan lansia
diantaranya berjalan- jalan, melakukan pekerjaan rumahdanlatihanfisik (
senam ) Astari , dkk(2012).
Metode yang digunakan peneliti adalah latihan fisik seperti senam yang
teratur juga membantu mencegah penyakit kronis, seperti tekanan darah
tinggi ( hipertensi ), senam dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan
kebutuhan oksigen.Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada Lansia antara lain
adalah Senam Tera Indonesia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh
tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung
bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berada di
dalam tubuh.
Senam Tera Indonesia merupakan latihan fisik dan mental, memadukan
gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama pernapasan melalui

3
pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara teratur, serasi, benar dan
berkesinambungan. Senam ini bersumber dari senam pernapasan Tai Chi
yaitu senam yang mepunyai dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela
diri, yang di Indonesia dikombinasikan dengan gerak peregangan dan
persendian jadilah sebagai olah raga kesehatan. "Tera" berasal dari kata
"terapi" yang mempunyai arti penyembuhan atau pengobatan. Dalam praktek
Senam Tera bukan saja mempunyai manfaat pengobataan (kuratif) tetapi juga
besifat pencegahan (preventif) dan mempunyai sifat penyembuhan sakit,
Ghani (2009). Beberapa gerakan Senam Tera Indonesia yang meliputi body-
mind-soul-breath secara teratur terbukti dapat meningkatkan pelepasan non
adrenalin melalui urin, menurunkan kadar cortisol, serta menurunkan
aktivitas saraf simpatis yang membawa dampak positif pada jantung (berupa
denyut jantung yang stabil dan tekanan darah turun menuju normal). Hal ini
disebabkan karena aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis menjadi
seimbang dan harmonis. Latihan tersebut bisa juga meningkatkan antioksidan
untuk menghilangkan radikal bebas dalam tubuh dan menstabilkan tekanan
darah.Berdasarkan teori bahwa Senam Tera Indonesia dapat menurunkan
tekanan darah apabila dilakukan 3 kali seminggu selama 1 bulan, karena
senam Tai Chi dapat menurunkan aktivitas saraf simpatis yang membawa
dampak positif pada jantung (berupa denyut jantung yang stabil dan tekanan
darah turun menuju normal). Ini karena aktivitas saraf simpatis dan
parasimpatis menjadi seimbang dan harmonis (Sutanto, 2013).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 30 Januari
tahun 2018 di Panti Sosial Tresna Werda Warga Tama Indralaya yang
didapatkan jumlah lansianya sebanyak 70 lansia, dari jumlah tersebut terdapat
lansia sebanyak 40 lansia yang menderita hipertensi. Alasan peneliti
mengambil tenpat di Pansti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya
adalatempat yang strategis dan populasi yang homogen sehingga nantinya
memudahkan peneliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Alasan tidak
mengambil tempat di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang karena
sampel dan populasi di panti tersebut sudah digunakan oleh peneliti dari
pihak lain untuk menghindari biasnya penelitian, peneliti memutuskan untuk

4
mengambil tempat yang berbeda agar bisa mendapatkan hasil yang
maksimal.Untuk mengetahui kegiatan rutinitas panti peneliti melakukan
wawancara dengan pihak panti dan beberapa lansia yang ada dipanti tersebut
mereka mengatakan bahwa sudah memiliki agenda senam untuk lansia namun
hanya dilakukan dua kali dalam satu minggu yakni pada hari Selasa dan hari
Jumat. Pemeriksaan rutin juga dilakukan pada hari Selasa dan hari Jumat.
Berdasarkan data diatas peneliti merencanakan untuk menambahkan kegiatan
senam pada hari Minggu namun sebelumnya peneliti sudah meminta izin
terlebih dahulu kepada pihak panti. Untuk pengobatan atau untuk
menurunkan hipertensi adalah dengan cara latihan fisik seperti dilakukannya
Senam Tera Indonesia dikalangan para lansia. Oleh sebab itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Senam Tera Indonesia
TerhadapTekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna
Werdha Wagra Tama Indralaya Sumatera Selatan Tahun 2018”
B. Rumusan Masalah
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Panti Sosial Tresna
Werda Warga Tama Indralaya yang didapatkan jumlah lansianya sebanyak 70
lansia, dari jumlah tersebut terdapat lansia sebanyak 40 lansia yang menderita
hipertensi, berdasarkan hasil wawancara dengan pihak panti dan beberapa
lansia yang ada dipanti tersebut mereka mengatakan bahwa sudah memiliki
agenda senam untuk lansia namun hanya dilakukan dua kali dalam satu
minggu yakni pada hari Selasa dan hari Jumat. Untuk pengobatan atau untuk
menurunka hipertensi adalah dengan cara latihan fisik seperti dilakukannya
Senam Tera Indonesia dikalangan para lansia.
Tingginya peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun berdampak
terhadap peningkatan pada kasus hipertensi di kalangan lansia. Dari Uraian
Latar Belakang Diatas maka peneliti merumuskan Masalah “ Apakah Ada
Pengaruh Senam Tera Indonesia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan
Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Sumatera
Selatan tahun 2018 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

5
Untuk mengetahui Pengaruh Senam Tera Indonesia Terhadap Tekanan
Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga
Tama Indralaya Sumatera Selatan tahun 2018.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya rata – rata tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi sebelum dilakukan senam tera Indonesia di Panti Sosial
Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Sumtera Selatan tahun 2018
b. Diketahuinya rata – rata tekanan darah lansia dengan hipertensi
sesudah dilakukan senam tera Indonesiadi Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya Sumtera Selatan tahun 2018
c. Diketahuinya perbedaan rata – rata tekanan darah lansia sebelum
dan sesudah dilakukannya senam tera Indonesia terhadap lansia
dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya Sumtera Selatan tahun 2018
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi Panti Sosial Tresna Werda Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada
bidang pelayanan kesehatan mengenai gambaran pengaruh Senam Tera
Indonesia terhadap tekanan darah lansia sehingga bagi pelayanan
kesehatan dapat menjadi peranan untuk dijadikannya acuan bahan senam
untuk lansia yang mengalami hipertensi di Panti Sosial Tresna Werda
Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan ajar ilmu
keperawatan dasar, khususnya mengenai pengaruh Senam Tera Indonesia
terhadap tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi.
3. Bagi peneliti selanjutya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel yang
berbeda dan menambahkan beberapa variabel yang terkain untuk

6
mempengaruhi tekanan Sehingga data yang didapatkan nantinya akan
lebih akurat.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia
1. Definisi Lansia

Lansia adalah suatu proses yang terjadi didalam kehidupan


seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Nasrullah, 2016).
Lansia adalah fenomena biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu . UU No. IV. Tahun 1965 pasal 1, menyatakan bahwa seseorang
dapat dikatakan lansia setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kebutuhan hidupnya
sehari- hari, dan menerima nafkah dari orang lain.Menurut UU No. 13
Tahun 1998 Pasal 1 ayat (2), (3), (4) tentang Kesehatan dikatakan bahwa
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Wahdah,2011). Lansia dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai
klasifikasi dan batasan.Perkiraan jumlah populasi lansia hingga 414% pada
tahun 2025 mengakibatkan banyak lansia yang tidak dapat menikmati
hidup dimasa tua dikarenakan masalah kesehatan. Salah satu masalah
kesehatan yang paling banyak diderita para lansia adalah hipertensi.
Sebanyak 1 milyar lanjut usia di dunia atau 1 dari 3 lanjut usia menderita
hipertensi. Bahkan, diperkirakan jumlah lanjut usia yang menderita
hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025
(Wahdah, 2011).
Menurut WHO batasan lansia meliputi Middle Age (45–59 tahun),
Elderly (60 – 70 tahun), Old (75 – 90 tahun),Very Old( Diatas 90 tahun).
Lansia dikelompokkan menjadi usia lanjut (60- 69 tahun ), dan usia lanjut
dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan) Kemenkes RI ( 2015 ).

8
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia ( maryam, 2012 )
a. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 - 74 tahun
c. Lanjut usia tua
Sesorang yang berusia 75 – 90 tahun
d. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang beresiko 90 tahun dengan masalah kesehatan (Depkes
RI, 2003) dalam bukunya Rosidawati, 2008).
e. Lansia potensial
Menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,2003) dalam bukunya
Rosidawati (2008). Lansia yang mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat
f. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, dalam bukunya
Rosidawati, 2008 ).
3. Karakteristik Lansia
a. berikut adalah karakteristik usia lansia menurut. Anna Keliat (1999).
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan UU No. 13 Pasal 1 ayat
(2) tentang Kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
b. jenis kelamin
1) Wanita Normal, kariotopenya =44A+XX,
Jumlah kromosomnya adalah 46
Ciri-ciri dan sifat:

9
- Secara morfologi dan anatominya wanita tulen, dengan ovarium
dan uterus yang fertil.
- Sifatnya kewanitaan, feminine bukan maskulin, waktu anak-
anak suka mainan yang spesialis wanita bukan main layang-
layang, tetapi boneka-bonekaan,masak-masakan, pengantin-
pengantinan, setelah dewasa mencintai laki - laki, bukan lesbian.
2) Pria Normal, kariotopenya =44A+XY,
Jumlah kromosomnya adalah 46
Ciri-ciri dan sifat:
- Secara morfologi dan anatominya jantan normal dengan testis,
penis, dan struktur tubuh laki - laki.
- Sifatnya kelaki-lakian, mainannya waktu anak-anak spesialis
cowok, seperti tembak-tembakan, motor-motoran,kelahi-
kelahian, setelah dewasa gayaberjalannya macho, mencintai
wanita bukan mencintai laki – laki.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
a. Pendidikan dasar Pasal 17
- Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah.
- Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah Pasal 18
- Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
- Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah kejuruan.
- Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi Pasal 18
- Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
- Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka

10
4. Tipe Lansia
Maryam, dkk. ( 2008 ) mengelompokkan tipe lasia dalam beberapa
poin diantaranya :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
5. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan fisik
Perubahan tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen
1) Kardiovaskuler:

11
1) Kemampuan memompa darah menurun, elastisitsas pembuluh
darah menurun, dan meningkatnyaresistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
2) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi
lipofusin (aging pigment) pada serat-serat miokardium.
3) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang
menjadi rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga terjadi
kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih besar
sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang
disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
4) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang
merupakan pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga
akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50
tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan
terjadi fibrosis. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan
denyut jantung.
5) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel
kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung
menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung
secara keseluruhan. menyebabkan pengisian darah ke jantung
menjadi lambat.
6) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial.
Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat
tekanan diastolik menurun
2) Pembuluh Darah
1) Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya.
Ini menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri
memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat.
Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic
incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam
tekanan diastolik.

12
2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-
adrenergik. Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan
baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun. Perubahan
respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya
Hipotensi Ortostatik pada lansia.
3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan
pembuangan melambat.
3) Respirasi: elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik napas lebih berat, dan terjadi penyempitan
bronkus.
4) Muskuloskeletal: cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan
menjadi kaku.
5) Gastrointestinal: esophagus membesar, asam lambung menurun,
lapar menurun dan peristaltik menurun.
6) Persyarafan: saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespon.
7) Vesika urinaria: otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan
retensi urin.
8) Kulit: keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Elastisitas
menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih dan kelenjar
keringat
menurun (Nugroho, 2008).
b. Perubahan sosial
Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkurangnya fungsi
indera pendengaran, pengelihatan, gerak fisik dan sebagainya
menyebabkan gangguan fungsional, misalnya badannya
membungkuk, pendengaran sangat berkurang, pengelihatan kabur
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Keterasingan ini akan
menyebabkan lansia semakin depresi, lansia akan menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain (Darmajo, 2009).

13
c. Perubahan psikologis
Pada lansia pada umumnya juga akan mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor.Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman,pengertian, perhatian dan lain – lain
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia semakin lambat.
Sementara fungsi kognitif meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan,tindakan, koordinasi menurun,
yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan (Nugroho, 2008).

B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana nilai tekanan sistolik lebih


dari 140 mmHg atau nilai tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Menurut
( Perhimpunan Hiepertensi Indonesia), Untuk menegakkan diagnosis
hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali
dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg
(Garnadi, 2012). Hipertensi biasa dicatat sebagai
tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik merupakan tekanan darah
maksimum dalam arteri yang disebabkan sistoleventricular. Hasil
pembacaan tekanan sistolik menunjukan tekanan atas yang nilainya lebih
besar. Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan minimum dalam
arteri yang disebabkan oleh diastoleventricular ( Widyanto, S. dan
Triwibowo, C., 2013).
Didunia 1 dari 3 orang menderita hipertensi. Berdasaarkan data
statistik WHO tahun 2012 juga menyebabkan satu miliar orang didunian
menderita hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sampai dengan sedang. prevelensi hioertensi akan
meningkat tajam, diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa
diseluruh dunia terkena hipertensi. Word Health Organizing ( WHO )
tahun 2015.
Menurut Depkes RI, peningkatan usia harapan hidup akan
menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada

14
pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit
degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan
penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi cenderung mengalami
peningkatan. Prevelensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran menurut usia >18 tahun sebesar 25,8%. Prevelensi hipertensi
di Indonesia yang di peroleh melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah 9,4% yang di diagnosis tenaga kesehatan sebesar atau
sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi terdapat 0,1% yang minum obat
sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang
minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevelensi hipertensi di
Indonesia sebesar 26,5%. (Kemenkes RI, 2013).
2. Anatomi Fisiologi Jantung / Kardiovaskuler

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang


terletak dirongga dada diantara paru-paru,di bawah perlindungan tulang
iga,sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung dapat dianggap sebagai 2
bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya sebagai pompa darah.
Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan.
Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa
kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung
yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua
jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang

15
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen
manusia demi kelangsungan hidupnya.

3. Epidemiologi Hipertensi

Menurut American Heart Association ( AHA ), penduduk Amerika


yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka
hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat
bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala
penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala atau rasa berat
di tengkuk, pusing (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah,
penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.( Pusat Data
dan lnformasi Kementerian Kesehatan Rl, 2014 )

C. Senam Tera Indonesia


1. Definisi Senam
Senam (Gymnastics) adalah suatu cabang olahraga yang melibatkan
performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian
gerakan fisik yang teratur. Senam adalah salah satu cabang olahraga yang
merupakan suatu latihan tubuh yang terpilih dan dikonstruk secara
sengaja, sadar dan terencana tersusun sistematis dengan tujuan
meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan
menanamkan nilai mental spiritual. Senam adalah setiap bentuk latihan
fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan
yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu ( Sutrisno dan
Khafadi, 2010).
Senam Tera Indonesia bertujuan untuk memelihara kestabilan
penguasaan diri, mengurangi dan menghilangkan stress atau ketegangan,
mengurangi atau menghilangkan ketergantungan obat, melatih konsentrasi,
meningkatkan kepekaan, memupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan.
Senam ini bersumber dari senam pernapasan Tai Chi yaitu senam yang
mempunyai dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela diri, yang di
Indonesia dikombinasikan dengan gerak peregangan dan persendian

16
jadilah sebagai olah raga kesehatan. "Tera" berasal dari kata "terapi" yang
mempunyai arti penyembuhan/pengobatan. Dalam praktek Senam Tera
bukan saja mempunyai manfaat pengobataan (kuratif) tetapi juga besifat
pencegahan (preventif) dan mempunyai sifat penyembuhan sakit(Sutanto,
2013).
2. Manfaat senam
Semua senam dan aktifitas olah raga ringan sangat bermanfat untuk
menghambat proses penuaan / degeneratif. Senam sangat dianjurkan untuk
manusia yang memasuki usia 45 tahun ( pralansia ) dan usia 60 tahun
keatas ( usia lansia ). Jika senam rutin dilakukan akan mendapatkan
kesegaran jasmani yang baik terdiri dari unsur kekuatan otot, kelenturan
persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness and
neuromuscular fitness ( Santoso G, 2012 ).
Senam Tera Indonesia merupakan latihan fisik dan mental,
memadukan gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama
pernapasan melalui pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara
teratur, serasi, benar dan berkesinambungan. Senam ini bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan fungsi dari jantung, peredaran
darah, sistem pernafasan, sistem susunan saraf, pencernaan makanan,
kelenjar endokrin, kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan otot dan sendi,
keseimbangan dan koordinasi dan proses metabolisme(Sutanto, 2013).
Seperti halnya penelit sebelumnyaSenam Tera Indonesia terdiri dari
latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan pendinginan yang mana
gerakangerakan didalamnya juga bertujuan untuk menurunkan kecemasan,
stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan
menstimulasi kerja sistem saraf perifer (autonom nervous system)
terutama parasimpatis yang menyebabkan vasodilatasi penampang
pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah
baik sistolik mauptm diastotik ( Titin Sukartini, 2009 ).

3. Gerakan Senam Tera Indonesia

17
Tahapan yang mendasari gerakan dari senam tera indonesia adalah
gerakan ringan dan lentur, gerakan lambat, gerak melingkar, dan gerak
tidak terputus meliputi gerakan peregangan , gerakan persendian dan
gerakan pernapasan. Dilakukan secara teratur dengan frekuensi 1- 3 kali
dalam seminggu (Sutanto, 2013).
a. Gerak peregangan
Gerakan peregangan terdiri dari 17 gerakan, diawali dengan
pemanasan (lari ditempat) dan diakhiri pelemasan. Pemanasan sebagai
penyesuaian kondisi tubuh sebelum melakukan kegiatan latihan senam
inti. Peregangan bertujuan untuk meningkatkan kegiatan metabolisme,
meningkatkan denyut jantung secara bertahap sehingga jantung lebih
siap menerima beban latihan serta meningkatkan aliran darah ke otot-
otot, meningkatkan suhu otot secara bertahap untuk mencegah
terjadinya cedera. Gerakan peregangan ini memakan waktu antara 4-5
menit.
b. Gerak persendian
Pada gerakan ini semua persendian, baik sendi-sendi besar maupun
sendi-sendi kecil digerakkan. Terdiri dari 25 irama gerakan. Durasi 7
menit. Selain menggerakan sendi-sendi, otot-otot pun ikut terlibat baik
otot-otot besar maupun otot-otot kecil, secara keseluruhan akan terjadi
gerakan aerobic low impact. Pada depan jari-jari kaki. Dengan posisi
ini energi yang dipakai adalah minimal, sehingga peserta senam tidak
merasa berat karena tumpuan tidak dilutut sehingga tidak mudah
cedera selama senam. Selain itu melalui gerakan ini akan didapatkan
gerakan aksial kompresi, gerakan aksial kompresi antara lain bisa
merangsang sel-sel tulang baru sehingga bisa mempengaruhi
meningkatnya massa tulang akibanya tulang akan lebih kuat.
c. Pernapasan
Senam pernafasan merupakan inti dari senam tera Indonesia yaitu
gabungan gerakan tubuh, pernafasan dan kosnentrasi yang dilakukan
secara berkesinambungan tidak terputus antara satu gerakan dengan
gerakan berikutnya, secara benar dan mengikuti aba-aba musik

18
pengiring, dilakukan konsentrasi pada gerakan dan imajinasi sesuai
gerakan yang dimainkan. Gerakan ini berlangsung 30-45 menit.
4. Pengaruh Senam Tera Indonesia Terhadap Hipertensi
Jika senam rutin dilakukan akan mendapatkan kesegaran jasmani
yang baik terdiri dari unsur kekuatan otot, kelenturan persendian,
kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness and neuromuscular
fitness ( Santoso G, 2012 ). Senam Tera Indonesia merupakan latihan fisik
dan mental, memadukan gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan
irama pernapasan melalui pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara
teratur, serasi, benar dan berkesinambungan. Senam ini bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan fungsi dari jantung, peredaran
darah, sistem pernafasan, sistem susunan saraf, pencernaan makanan,
kelenjar endokrin, kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan otot dan sendi,
keseimbangan dan koordinasi dan proses metabolisme (Sutanto,2013).
5. Peneliti Terdahulu
Dari hasil peneliti sebelumnya oleh (Sutanto,2013). menunjukkan
bahwa terjadi penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik.
Adanya penurunan tekanan darah dikarenakan pada kelompok perlakuan
di berikan senam Tai Chi, dengan senam Tai Chi dapat membantu
mengendalikan stres yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi
dengan cara latihan pernafasan yang tepat dikombinasikan dengan latihan
otot ringan sehingga membuat seseorang menjadi rileks. Teknik
pernafasan dalam dan gerakan yang lambat dapat meningkatkan
konsentrasi oksigen di dalam darah, memperlancar aliran darah, dan
menurunkan denyut jantung.
Gerakan Tai Chi yang meliputi body-mind-soulbreath secara teratur
terbukti dapat meningkatkan pelepasan nonadrenalin melalui urin,
menurunkan kadar cortisol, serta menurunkan aktivitas saraf simpatis yang
membawa dampak positif pada jantung (berupa denyut jantung yang stabil
dan tekanan darah turun menuju normal). Ini karena aktivitas saraf
simpatis dan parasimpatis menjadi seimbang dan harmonis. Latihan
tersebut dapat pula meningkatkan antioksidan untuk menghilangkan

19
radikal bebas dalam tubuh dan menstabilkan tekanan darah.Hasil
Pengukuran Tekanan Darah Sebelum Senam Tai Chi Nilai mean (rerata)
tekanan darah pada kelompok eksperimen sebelum di berikan intervensi di
dapatkan tekanan darah sistolik yaitu sebesar 147 mmHg, rerata tekanan
darah diastolik adalah 93 mmHg. Sedangkan nilai mean (rerata) tekanan
darah pada kelompok kontrol di dapatkan tekanan darah sistolik yaitu
sebesar 151 mmHg, rerata tekanan darah diastolik adalah 92 mmHg.
Variasi tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
genetik, stress lingkungan, jenis kelamin, usia, gaya hidup yang kurang
sehat dan obat-obatan.

20
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan
atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
1. Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau variabel lain atau disebut sebagai variabel stimulus
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu
Senam Tera Indonesia
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel lain atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas dan sering
disebut sebagai variabel output, kriteria, atau konsekuen (Sugiyono, 2014).
Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tekanan darah
lansia
Dalam Penelitian ini peneliti mengambil kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 3.1
Kerangka konsep

Pre Test Intervensi Post Test


Tekanan Darah Lansia Senam Tera Tekanan Darah
sebelum Senam Tera Indonesia Lansia setelah
Indonesia Senam Tera
Indonesia

B. Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel, diantaranya adalah sebagai berikut :

21
variabel, diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi skala
No Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
operasional
1. Senam Gerakan senam SOP Prosedur - dilakukan - Ordinal
tera yang dilakukan senam tera - Tidak
indonesia oleh lansia secara Indonesia dilakukan
sistematis yang yang
terdiri dari latihan digunakan
peregangan, sebagai
persendian dan, pedoman
pernapasan atau pelaksanaan
latihan pendinginan senam umtuk
Selama 25 menit, 3 lansia
kali dalam 1
minggu.
2. Tekanan Tekanan darah Pengukuran Spygmomano Rata – rata - Rasio
darah lansia yang diukur tekanan darah meter tekanan darah
lansia sebelum dan pada bagian lansia
sesudah lengan( otot - JNC VII
dilakukannya bisepdan trisep)
Senam Tera pada pembuluh
Indonesia darahArteriBrachia
lis (pada lengan
atas medial)

C. Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat

22
pertanyaan ( Sugiyono, 2013 ). Dengan melihat rumusan masalah dan
kerangka konsep, maka hipotesis penelitian ini adalah :

Ha : Ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukannya


Senam Tera Indonesiadi Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya Sumatera Selatan tahun 2018.

Ho : Tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilekukannya


Senam Tera Indonesiadi Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya Sumatera Selatan tahun 2018.

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya


Provinsi Sumatera Selatan
1. Gambaran umum Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya
Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya adalah Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Sosial Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
Selatan yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada lansia yang
terlantar yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan. Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya adalah panti pelayanan kesejahteraan
sosial pagi para lansia berupa pemberian penampungan jaminan hidup,
bimbingan sosial, mental, serta agama sehingga tercapainya tingkat
kualitas hidup dan kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara meliputi ketentraman lahir dan
batin.
Berdasarkan peraturan daerah Provinsi Sumatera Selatan nomor 12
Tahun 2001 tentang susunan organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan
dinas (UPTD) dilingkungan sosial Provinsi Sumatera Selatan dimana Panti
Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya merupakan panti pelayanan
para lansia yang terlantar. Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya dipimpin oleh seorang kepala unit pelaksana teknis dinas yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur
Sumatera Selatan melalui Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan.

2. Visi dan Misi


a. Visi :
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial lansia terlantar
dibidang bimbingan pelayanan fisik, mental, sosial dan keterampilan
dalam tata kehidupan bermasyarakat agar dapat hidup secara wajar.

24
b. Misi :
1) Memberikan bimbingan fisik, mental, spiritual, sisoal dan
keterampilan.
2) Mengutamakan kualitas pelayanan bagi lansia.
3) Meningkatkan aksebilitas pada bagian daerah yang masih
belum terjangkau permasalahan kesejahteraan sosial
khususnya masalah lansia dalam rangka pemerataan
pembangunan.
4) Meningkatkan pelayanan sesuai dengan bakat dan
keterampilan.

3. Tugas Pokok dan Fungsi


a. Memberikan bimbingan fisik, mental spiritual, sosial dan
keterampilan.
b. Mengutamakan kualitas pelayanan bagi lansia.
c. Meningkatkan aksebilitas pada bagian daerah yang masih belum
terjangkau permasalahan kesejahteraan sosial khususnya masalah
lansia dalam rangka pemerataan pembangunan.
d. Meningkatkan pelayanan sesuai dengan bakat dan keterampilan.
e. Motivasi, observasi, identifikasi, seleksi dan penerimaan calon klien.
f. Bimbingan sosial secara individu dan kelompok dan pembiaan fisik
serta mental kerohanian.

4. Persyaratan dan Prosedur Masuk


a. Berusia 60 tahun keatas baik terlantar maupun tidak terlantar.
b. Miskin/ terlantar dinyatakan dengan surat dari pemerintah setempat
yaitu dari kepala desa/ lurah.
c. Sehat fisik jasmani dan rohani dan tidak membawa penyakit yang
dinyatakan dengan surat keterangan dari puskesmas setempat.
d. Bersedia mentaati peraturan panti.

25
5. Sasaran Pelayanan
a. Lansia terlantar berusia 60 tahun keatas, tidak mempunyai bekal
hidup, pekerjaan, penghasilan, bahkan tidak memiliki sanak keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar.
b. Lansia yang memiliki masalah – masalah yang menyangkut berbagai
hal kehidupan seperti tempat tinggal, jaminan sosial dan lain
sebagainya.
c. Lansia dengan keinginan sendiri memilih tinggal dipinti

6. Karakteristik Penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama


Indralaya
Tabel 5.1
Jumlah Lansia Setiap Daerah
No Nama Kota Domosili Jumlah (Lansia)
1 PALEMBANG 19
2 OGAN ILIR 23
3 PRABUMULIH 2
4 LUBUK LINGGAU 1
5 PEMULUTAN 2
6 MUARA ENIM 3
7 OKI 5
8 OKU TIMUR 3
9 OKU 2
10 LAHAT 3
11 PAGAR ALAM 1
12 BANYUASIN 2
13 MUSI BANYUASIN 1
14 MUARA DUA 1
15 JAWA TIMUR 1
16 PURWODADI 1
Jumlah 70
Sumber : PSTW Warga Tama Indralaya.

26
Tabel 5.2
Usia Penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya
No Usia Jumlah (lansia)
1 60 – 70 tahun 30
2 71 – 80 tahun 32
3 81 – 90 tahun 6
4 > 90tahun 2
Jumlah 70
Sumber : PSTW Warga Tama Indralaya.
7. Kegiatan yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya
a. Pagi hari ada beberapa lansia yang memulai kegiatan aktivitas sehari –
hari dengan berkebun, menyapu halaman , dan ada juga lansia yang
sedang sarapan pagi
b. Siang hari kegiatan para lansia setelah makan siang adalah istirahat
atau tidur siang.
c. Sore hari, biasanya lansia duduk – duduk santai di teras wisma masing
– masing dan ada juga yang berkunjung di wisma lain.
d. Dalam satu minggu ada beberapa kegiatan yang diadakan oleh pihak
panti untuk lansia diantaranya adalah senam yang dilakukan pada hari
jum’at pagi dan dilanjutkan dengan kegiatan kesenian seperti berlatih
bermain Rebana.
8. Puskesmas
Puskesmas Simpang Timbangan Indralaya adalah puskes rawat jalan
yang terletak di Jalan Raya Lintas Timur Km. 32, Kel. Timbangan, Kec.
Indralaya Utara, Kab. Ogan Ilir Sumatera Selatan.
Puskesmas berperan sebagai tim kesehatan di panti tersebut, kunjungan
yang dilakukan oleh pihak puskesmas dua kali dalam satu bulan lebih
tepatnya adalah minggu kedua dan minggu terakhir.

27
Tabel 5.3
Ketenagakerjaan Puskesmas Simpang Timbangan Indralaya

Ketenagakerjaan Jumlah (Orang)


Dokter Umum 1
Perawat 10
Perawat Gigi 2
Bidan 15
Asistensi Farmasi 2
Kesehatan Masyarakat 7
Kesehatan Lingkungan 1
Gizi 1
Keteknisian Medis 1
Analis Kesehatan 2
Tenaga Non Kesehatan 2
Jumlah 44

a. Program Kegiatan Puskesmas


Program kegiatan Puskesmas Simpang Timbangan
Indralaya terdiri dari 13 kegiatan, yaitu (Promosi Kesehatan,
Pencegahan Penyakit Menular, Program Pengobatan, Kesehatan
Ibu dan Anak, Upaya Peningkatan Gizi, Kesehatan Lingkungan,
Pencatatan dan Pelaporan, Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa,
Kesehatan Lansia, Kesehatan Reproduksi Remaja, Kesehatan
Sekolah serta Kesehatan Olahraga : Senam Jasmani dan Rohani.
b. Data Kunjungan Lansia
Tabel 5.4
Data Kunjungan Lansia Puskesmas Simpang
Timbangan Indralaya

Tempat Kegiatan Kegiatan Jumlah Kunjungan


Panti SosialTresna Posyandu 1 bulan 1 kali
Werdha Warga Tama
Indralaya

Panti SosialTresna Pemeriksaan 1 minggu 2 kali


Werdha Warga Tama Kesehatan
Indralaya

28
B. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariat yang dibuat berdasarkan rerata tekanan pada
lansiadengan sampel terdiridari Lansia yang berada di Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2018, yang berjumlah
30responden.Analisis ini dilakukan terhadap variabel rata-rata tekanandarah
pada lansia dengan hipertensi sebelum dan setelah dilakukan senam tera
Indonesia.
a. Usia
Hasil penelitian menunjukkan usia lansia terlihat dalam tabel
berikut:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Usia Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018

No Usia Jumlah Persentase (%)


1. 60-74 Tahun 20 66,7
2. 75-90 Tahun 9 30,0
3. > 90 Tahun 1 3,3
Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa responden yang


memiliki usia 60-74 tahun sebanyak 20 orang (66,7%), lebih banyak jika
dibandingkan dengan reponden yang memiliki usia 75-90 tahun sebanyak
9 orang (30,0%) dan reponden yang memiliki usia >90 tahun yaitu
sebanyak 1 orang (3,3%).
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin lansia terlihat dalam
tabel berikut:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2018

No Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)


1 Laki – Laki 20 66,7
2 Perempuan 10 33,3
Total 30 100

29
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang
berjenis kelamin laki – laki sebanyak 20 orang (66,7%), lebih sedikit jika
dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin Perempuan
sebanyak 10 orang (33,3%)

c. Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan pendidikan lansia terlihat dalam tabel
berikut:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pendidikan Pada Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2018

No Pendidikan Jumlah Persentase


(%)
1 Tidak Sekolah 13 43,3
2 Pendidikan Dasar (SD - SMP) 17 56,6
3 Pendidikan Menengah (SMA - SMK) - -
Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa responden yang tidak


sekolah sebanyak 13 orang (43,3%), sama dengan reponden yang
memiliki Pendidikan dasar (SD - SMP) sebanyak 17 orang (56,6%) dan
reponden.

d. Tekanan Darah Pada Lansia Sebelum Dilakukan Senam Tera


Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi sebelum dilakukan senam tera Indonesia terlihat dalam tabel
berikut ini.

30
Tabel 5.8
Rata – Rata Tekanan Darah Pada Lansia Sebelum Dilakukan Senam
Tera Indonesia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2018

Min -
Pretest Mean Median SD 95 % CI
Maks
Sistol 174,67 175,00 16,96 150-200 168,33-181,00
Diastol 104,00 110,00 7,70 90-110 101,12-106,88

Dari tabel 5.6, dapat dilihat tekanan darah pada lansia sebelum
dilakukan senam tera Indonesia sebesar sebesar 175,00/110,00 mmHg
dan standar deviasi 16,96/7,70 mmHg. Tekanandarah pada lansia
sebelum dilakukan senam tera Indonesia terendah adalah 150/90 mmHg
dan tekanan darah tertinggi adalah 200/110 mmHg. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan 95% di yakini bahwa tekanan darah pada
lansia sebelum dilakukan senam tera Indonesia diantara 168,33/101,12
mmHg sampai dengan 181,00/106,88 mmHg.
e. Tekanan Darah Pada Lansia Setelah Dilakukan Senam Tera
Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi setelah dilakukan senam tera Indonesia terlihat dalam tabel
berikut ini.
Tabel 5.9
Rata – Rata Tekanan Darah Pada Lansia Setelah Dilakukan Senam
Tera Indonesia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018

Min -
Posttest Mean Median SD 95 % CI
Maks
Sistol 152,33 150,00 14,06 140-190 147,08-157,59
Diastol 92,33 90,00 4,30 60-100 90,73-93,94

Dari tabel 5.7, dapat dilihat bahwa tekanan darah pada lansia
setelah dilakukan senam tera Indonesia sebesar sebesar 150,00/90,00
mmHg dan standar deviasi 14,06/4,30 mmHg. Tekanandarah pada lansia
setelah dilakukan senam tera Indonesia terendah adalah 140/60 mmHg

31
dan tekanan darah tertinggi adalah 190/100 mmHg. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan 95% di yakini bahwa tekanan darah pada
lansia setelah dilakukan senam tera Indonesia diantara 147,08/90,73
mmHg sampai dengan 157,59/93,94 mmHg.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaantekanan darah
sebelum dan setelah dilakukan senam tera Indonesia.
Tabel 5.10
Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Lansia Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Senam Tera Indonesia di Panti Sosial Tresna Werdha
Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2018

Perbedaan Tekanan Standar


No Mean Median ρ value
Darah Lansia Deviasi
Pretest
1 Sistol 174,67 175,00 16,96
Diastol 104,00 110,00 7,70
0,001
Posttest
2 Sistol 152,33 150,00 14,06
Diastol 92,33 90,00 4,30

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa tekanan darah pada lansia


sebelum dilakukan senam tera Indonesia yaitu 175,00/110,00 mmHg dengan
standar deviasi 16,96-7,70 mmHg.Sedangkan tekanan darah pada lansia
setelah dilakukan senam tera Indonesia yaitu 150,00/90,00 mmHg dengan
standar deviasi 14,06 – 4,30 mmHg. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan ρvalue = 0,001,
dengan nilai α =0,05 (ρ < α), berarti ada perbedaan tekanan darah lansia
sebelum dan sesudah dilakukan senam tera Indonesia di Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2018dengan perbedaan rata-rata sistol nya adalah25,00 mmHg dan rata –
rata diastol nya adalah 20,00 mmHg.

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan April Tahun 2018 di
Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera Selatan
dengan judul pengaruh senam tera indonesia terhadap tekanan darah lansia
dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Diketahui rata – rata tekanan darah sistol pada lansia sebelum senam
sebesar 175,00 mmHg dan diastol nya adalah 110,00 mmHg di Panti Sosial
Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2018
2. Diketahui rata – rata tekanan darah sistol pada lansia setelah senam sebesar
150,00 mmHg dan diastol sebesar 90,00 mmHg di Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018
3. Diketahuinya perbedaan rata – rata tekanan darah pada lansia sebelum dan
sesudah dilakukan senam tera indonesia terhadap lansia dengan hipertensi di
Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2018 (ρ=0,001), dengan perbedaan rata-rata skor sistol
sebesar 25,00 mmHg dan diastol 20,00 mmHg.

B. Saran
Melihat hasil kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang perlu
diperhatikan dan ditindaklanjuti, sebagai berikut :
1. Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan senam tera indonesia dapat dikolaborasi dengan senam
lansia yang digunakana sebagai bahan ajar lab untuk lansia dan bisa
dijadikan sumber referensi oleh mahasiswa dalam pembelajaran di
perkuliahan terutama untuk keperawatan komunitas dibidang gerontik serta
system kardiovaskuler .

33
34
LAMPIRAN

35
Buku Catatan HarianLaporan Penelitian Pengaruh Senam Tera Indonesia
Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya Sumatera

NOMOR BHCP:......................
TAHUN ANGGARAN 2018

Keterangan Pengusul
Judul : Pengaruh Senam Tera Indonesia Terhadap Tekanan
Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan

Ketua Pelaksanan : Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kes

Institusi Pengususl : STIKes Muhammadiyah Palembang


Program Studi : D III Keperawatan
Tahun Pelaksanaan : 2018
Biaya : Rp. 7500.000

Catatan Kemajuan Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat


Capaian Kemajuan

No. Tanggal Kegiatan (Berisi data yang diperoleh,


keterangan data, sketsa, gambar,
analisis tingkat, dll)

1 29 Juni 2018 Pengajuan Surat izin ke Ketua Proses penerbitan surat izin
STIKes MP peneitian dosen STIKes MP ke
Panti Sosial Tresna Werdha Warga
Tama Indralaya Sumatra Selatan

2 05 Juli 2018 1. Pengurusan izin penelitian 1. Penerbitan surat izin penelitian


ke Panti Sosial Tresna 2. Kesepakataan pelaksanaan
Werdha Warga Tama penelitian dilakukan terhitung
Indralaya Sumatra bulan juli-agustus 2018
2. Koordinasi dengan Kepala
Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama
Indralaya Sumatra Selatan
3 05 Juli 2018 Persiapan instrumen Instrumen disediakan sebanyak 40
penelitian : lembar

1. Kuesioner persepsi mutu

36
pelayanan
2. Kuesioner kepuasan klien

4 09 Juli 2018 Pelaksanaan penelitian Penelitian dilakukan selama 1 bulan


terhitung dari tanggal izin
penelitian (bulan juli-agustus 2018).
Pelaksanaan penelitian dilakuan
setiap hari dengan bantuan asisten
penelitian

5 08 Agustus Evaluasi akhir hasil penelitian Sampel penelitian berjumlah 30


2018 responden

6 10 Agustus Pengelohan data Analisis data berdasarkan data yang


2018 didapat dan diolah menggunakan
uji yang telah ditentukan dalam
proposal

7 13 Agustus Penyusunan laporan Laporan telah disusun sesuai


2018 dengan template yang ditentukan
dalam proposal

8 14 Agustus Penyelesaian laporan Laporan telah selesai dan dengan


2018 lengkap dengan lampiran
pendukung

9 15 Agustus Persiapan Seminar Laporan penelitian telah disiapkan


2018 dan diserahkan ke unit P2M untuk
diseminarkan dihadapan reviewer

Palembang, 20 Agustus 2018


Diketahui,
Ka. Unit P2M Pengusul,

Mardalena, SKM., M.KM Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN. 0220037601 NIDN: 0230128102

37

Anda mungkin juga menyukai