Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RUANG

BOUGENVILLE RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

oleh:

M. Anshori Risky P., S.Kep NIM 192311101021


Ayuli Wildani, S.Kep NIM 192311101062
Ardhia Christie F. S., S.Kep NIM 192311101094
Aulana Ikhsan F., S.Kep NIM 192311101041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/Materi : Permainan puzzle dan terapi berkenalan


Sasaran : anak usia prasekolah (3-6 tahun)
Waktu : 09.00 s/d selesai
Hari/Tanggal : Jum’at, 09 November 2019
Tempat : Ruang Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang
Pelaksana : Terapis/pemateri :
1. Ayuli Wildani, S. Kep.
Fasilitator :
1. Ardhia Christie Femila Surya, S.Kep.
Perlengkapan dan hadiah :
1. M. Anshori Risky P., S.Kep
Dokumentasi dan Absensi :
1. Aulana Ikhsan F., S.Kep

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan pasien ikut berpartisipasi dalam kegiatan
yang dilakukan yaitu menyusun puzzle dengan saling berkenalan terlebih dahulu.

2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit sasaran akan mampu :
a. Mengikuti kegiatan terapi bermain dengan kooperatif
b. Saling mengenal nama temannya
c. Menebak gambar puzzle sebelum di bongkar
d. Mampu menyusun puzzle sesuai gambar asli nya
e. Bahagia dengan terapi bermain yang diberikan

3. Pokok Bahasan :
Kegiatan menyusun puzzle dan terapi berkenalan
4. Tujuan Terapi Bermain (Menyusun Puzzle dan Berkenalan)
1. Tujuan Umum
Puzzle dapat membantu anak dalam meningkatkan daya ingat dan menstimulasi
perkembangan motorik anak. Terapi berkenalan dapat melatih dan meningkatkan
daya sosial anak.
2. Tujuan Khusus
a) Mengembangkan kreativitas anak sesuai dengan tumbuh kembangnya
b) Meningkatkan daya ingat dan logika anak
c) Meningkatkan daya sosial
d) Menurunkan kecemasan akibat hospitalisasi

5. Subpokok Bahasan
a. Perkenalan dengan terapis
b. Perkenalan dengan teman-teman
c. Tebak gambar puzzle
d. Membongkar dan menyusun puzzle sesuai gambar awal

6. Waktu
1x30Menit

7. Bahan / Alat yang digunakan


a. Bola plastik kecil
b. Puzzle

8. Model Pembelajaran
a. Jenis Model Pembelajaran : Terapi bermain
b. Landasan Teori : Konstruktivisme
c. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik
2. Menyiapkan alat dan bahan

9. Persiapan
Mahasiswa menyiapkan ruangan yang menyenangkan, alat dan bahan yang diperlukan.

10. Kegiatan Terapi Bermain


NO WAKTU KEGIATAN

PERAWAT ANAK

1 5 menit Pembukan :
1. Terapis memberikan salam kepada Menjawab
pasien
2. Terapis memperkenalkan nama dan Mendengarkan
panggilan terapis
3. Terapis menanyakan perasaan Menjawab
pasien saat ini
4. Terapis melakukan kontrak program Mendengarkan
dengan pasien:
a. Menjelaskan tujuan kegiatan.
b. Menjelaskan aturan main yaitu
dilakukan selama 30 menit.
2 20 menit 1. Terapis mencontohkan terapi Pasien
berkenalan melalui teman-teman memahami
terapis terlebih dahulu yaitu contoh
bernyanyi bersama-sama dengan permainan yang
bentuk melingkar, dan bola plastik telah diperagakan
berjalan keliling sesuai dengan
berjalannya lagu jika lagu selesai
leader/terapis akan memberikan
kode dengan tepuk tangan sekali.
Siapa yang memegang bola saat
lagu berhenti tersebut maka ia akan
menyebutkan nama nya dan nama
teman di sebelah kiri dan
kanannya.
2. Terapis memulai permainan terapi Pasien mengikuti
berkenalan dengan pasien seperti permainan
yang sudah dicontohkan dengan
kooperatif
3. Setelah perkenalan selesai, lanjut Pasien mampu
dengan permainan puzzle. Terlebih menebak gambar
dahulu menebak gambar dari puzzle
puzzle
4. Membongkar dan menyusun Pasien mampu
kembali puzzle sesuai gambar awal menyusun
kembali puzzle
sesuai gambar
awal
3 5 menit Penutup :
1. Evaluasi Menjawab bahwa
a. Terapis menanyakan perasaan perasaannya
pasien setelah mengikuti terapi senang
bermain.
a. Terapis memberi pujian atas
perilaku yang positif.
2. Rencana tindak lanjut Mendengarkan
Terapis menganjurkan keluarga
untuk melatih anak lagi dalam hal
perkembangan motorik halus dan
motorik kasar
3. Salam penutup Menjawab salam

11. Kriteria Evaluasi


1) Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara terapis, peserta terapi bermain, orangtua dan perawat
ruangan selama acara terapi bermain berlangsung.
b) Persiapan acara terapi bermain dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi, absensi, alat bermain.
c) Sebelum terapi bermain telah dilakukan perjanjian dengan pihak ruang Anak
Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang

2) Evaluasi proses
a) Peserta mampu berkenalan satu sama lain
b) Peserta dapat menebak dan menyusun puzzle
3) Evaluasi hasil
a) Peserta mampu mengikuti terapi bermain dengan kooperatif dan perasaan senang
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

BERITA ACARA
Pada hari ini Kamis, 09 November 2019 jam 09.00 s/d selesai bertempat di ruang
Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang telah dilaksanakan Terapi Bermain yaitu
menyusun puzzle dan berkenalan dengan sesama peserta oleh Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti
oleh ....... orang (daftar hadir terlampir).
Lumajang, 08 November 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,


KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

DAFTAR HADIR
Kegiata terapi bermain yaitu menyusun puzzle dan berkenalan dengan sesama peserta oleh
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas
Jember. Pada hari ini Jumat, 08 November 2019 jam 09.00 s/d selesai bertempat di ruang
Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang.
NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN

Lumajang, 08 November 2019


Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Bermain
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui
bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos
(Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di
masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

2. Fungsi Bermain
a) Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan
alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual
melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut
dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka
anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi
dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari
anak lebih cepat berkembang.
b) Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa
anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu
membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada
model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
c) Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada
teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah
mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan
sosialisasi dengan teman dan orang.
d) Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan
ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
e) Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku
orang lain.
f) Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.
g) Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan
ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki
aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

3. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit.

4. Manfaat Bermain
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah
bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
a. Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, anak
dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa gelisah.
b. Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
c. Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-kebiasaan dan
standar moral yang dianut oleh masyarakat.
d. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk
melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-
dorongan yang muncul dalam dirinya.
e. Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya cipta,
memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
f. Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan anak yang
acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
g. Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan bermain
adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
h. Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering
digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep dasar.

5. Macam - Macam Bermain


a. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
1) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan
kadang-kadang berusaha membongkar.
2) Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
3) Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
4) Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
b. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu
untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu
apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.

6. Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman,
bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih
terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak
dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama
dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

7. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus
sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan
kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk
membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak
dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak.

8. Alat Permainan Edukatif (APE)


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :
a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong,
tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
berkomunikasi dengan walkie talkie, dll.
c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan
anak, keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak
pasir, bola, tali, berkomunikasi dengan walkie talkie, dll.

9. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Bermain


a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

10. Bentuk-Bentuk Permainan


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan
yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a.Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c.Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
a.Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c.Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
e.Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a.Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c.Kertas berwarna warni untuk dapat dibentuk permainan
d. Pasel (puzzel) sederhana.
e.Manik-manik ukuran besar.
f. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
g. Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, puzzle, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
2. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat olah raga.
b. Alat masak
c. Alat menghitung
d. Sepeda roda tiga
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Mobil.
g. Kapal terbang dsb
3. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
a. Pada anak laki-laki : mekanik.
b. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
4. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni, mengarang,
hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
5. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.

11. Ketika Anak Masuk Rawat Inap


Tujuan kegiatan :
1. Memberi informasi.
2. Memicu normalisasi.
3. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal.
4. Mengidentifikasi teknik koping.
Contoh kegiatan :
1. Mendesain tanda selamat datang.
2. Memicu orang tua mengisi angket mengenai ritual anak.
3. Memicu orang tua membawa foto dan mainan.
4. Memberi daftar kegiatan rumah sakit.
5. Proaktif melakukan permainan.

12. Konsep Puzzle


Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media
puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan
pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan
alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang
dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
a. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan-potongan yang
terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang
paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai
untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka
berimajinasi.
b. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun
memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya. Puzzle
batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun
menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle.
c. Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas bermain
anak dibandingkan harus bermain di atas keramik. Puzzle lantai memiliki desain yang sangat
menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang. Juga dapat merangsang
kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan
dan tahan lama.
d. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih
kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle
angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih motorik halus serta
menstimulasi kerja otak.
e. Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki gambar berbagai
macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk melatih motorik anak, juga
untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam
kendaraan.
f. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan keterampilan
serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini dimainkan dengan cara
menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu gambar yang utuh.
g. Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan
mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lain-lain), selain itu anak akan
dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan papan puzzlenya.
h. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle penjumlahan dan pengurangan anak
memasangkan kepingan puzzle sesuai dengan gambar pasangannya.
Fungsi Puzzle
Permainan puzzle berfungsi untuk:
a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping-keping puzzle
dan menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Memperkuat daya ingat
d. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
e. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir matematis
(menggunakan otak kiri).
DAFTAR PUSTAKA

Harsono. Y. 2005. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Perilaku Kooperatif Anak selama
Menjalani Perawatan di RS. Dr. Sardjito. Yogyakarta: Proposal penelitian Fakultas
Ilmu Keperawatan UGM.
Hurlock. E. B. 1998. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Kobayashi K. 2008. Membuat Pintar: Latihan Origami. Jakarta: PT. Grasindo.
Markum.A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta
Muafifah, Kholisatun. 2013. Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan Akibat
Hospitalisasi Pada Pasien Anak Usia Prasekolah Di RSUD Banyumas. Universitas
Jendral Soedirman. Purwokerto
Munandar, Utami, 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta:
Salemba Medika Pamadi, Hadjar & Sukardi, Evan. 2009. Seni Keterampilan Anak.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwaningsih & Karlina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sacharin. R. M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi I. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Whaley’s dan Wong. 2001. Psikologi Pekembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
rosdakarya.
Wong, D. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.
DAFTAR LAMPIRAN

1. Berita acara
2. Daftar hadir
3. Materi
4. Dokumentasi
5. DDST
Lampiran 4. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai