Anda di halaman 1dari 3

Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, maka akibat

Clash yang pertama dengan pemerintah Kolonia Belanda, Pemerintah Pusat Republik Indonesia
pindah kedudukan dari Jakarta ke Yogyakarta.

Kementrian Kemakmuran sebagai salah satu dari Kementrian yang ada, pada masa itu pindah
berkedudukan di Kota Magelang. Kepal Bagian Pendidikan dari Pusat Jawatan Perindustrian dan
Kerajinan dari Menteri Kemakmuran adalah Bapak Soekarnen Kertoredjo seorang yang energik dan
berpandangan jauh, timbul inisiatif pada tahun 1947 untuk mendirikan Sekolah Teknologi Menengah
Atas (STMA) dan berkedudukan di kota Magelang.

Beliau yakin bahwa disamping Bangsa Indonesia berjuang secara fisik untuk menegakkan
Kemerdekaan, haruslah pula difikirkan pembangunan Negara dalam segala lapanga, pandangan
beliau telah sampai pada industrialisasi dan untuk ini maka pendidikan tenaga ahli dalam lapangan
Teknologi sangat diperlukan.

Bila dilihat dari data yang ada pada waktu itu perhatian masyarakat terhadap berdirinya STMA,
cukup besar dan menggembirakan. Sebagaimana tertulis dalam sejarah perjuangan Negara
Republik Indonesia, pada bulan Desember 1948 Kolonialis Belanda melancarkan aksinya ke daerah
Republik Indonesia sehingga kota Yogyakarta dan Magelang didudukinya. Selama pendudukan ini
STMA terpaksa tidak melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelajaran.

Setelah pertengahan tahun 1949 Pemerintah Kolonial Belanda meninggalkan seluruh Daerah
Yogyakarta sebagai hasil perundingan dengan Pemerintah R.I. di Kaliurang, yang sangat terkenal
dinamakan Room Royen Statesmen, maka atas desakan para siswa STMA, kurang lebih akhir
tahun 1949 kegiatan STMA dapat dimulai kembali dengan menempati sebagian ruangan gedung
Kementrian Kemakmuran di Balapan Yogyakarta.

Surat Keputusan Pengukuhan berdirinya STMA adalah seperti tersebut pada Surat Keputusan
Menteri Perekonomian tanggal 20 Juli 1954 Nomor 10606 /M. Alangkah sayangnya sebelum
mengetahui perkembangan lebih lanjut, pada tahun 1949 Bapak Soekarnen Kertoredjo meninggal
dunia di kota Magelang. Seluruh keluarga STMA menganggap Bapak Soekarnen sebagai pendiri
dan Bapak STMA.

Untuk selanjutnya cita-cita dari pada Bapak Soekarnen maka Bapak Soejono Hatmoseputro
almarhum yang pada waktu itu sebagai pejabat Kepala Bagian Pendidikan dari Jawatan
Perindustrian Kementrian Kemakmuran membimbing dan meneruskan tegaknya STMA.

Dikarenakan gedung bekas Kementrian Kemakmuran di Komplek Balapan Yogyakarta tidak lagi
sesuai untuk tempat pendidikan para siswa, maka pada bulan Juni 1956 STMA dengan resmi
pindah ke gedung baru yang berada di Jalan Kusumanegara No. 1 (sekarang menjadi Jalan
Kusumanegara No. 3) Yogyakarta sampai dengan sekarang.

Sejak berdirinya, murid STMA berasal dari seluruh Indonesia dan mendapatkan ikatan dinas sampai
tahun ajaran 1964/1965. Dalam masa perjuangan Pembebasan Irian Barat (Trikora), STMA
Yogyakarta termasuk yang pertama menerima putera daerah Irian Barat (Irian Jaya). Disamping itu
SMTI Yogyakarta pada awal integrasi pernah juga menerima siswa tugas belajar dari Propinsi Timor
TImur.

Dengan berakhirnya ikatan dinas serta telah berdirinya STMA di daerah-daerah maka akhirnya
sebagian besar murid dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, sebagian dari
Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur serta sebagian kecil dari luar Jawa.

Pada masa Ikatan Dinas yang siswanya berasal dari berbagai daerah. Setelah selesai pendidikan
selanjutnya kembali ke daerah masing-masing. Para alumni STMA yang telah bekerja di daerah,
merasa bahwa di daerahnya diperlukan tenaga menengah untuk mengisi perkembangan
pembangunan di daerahnya. Oleh sebab itu di beberapa daerah muncul sekolah sejenis STMA
Yogyakarta.

Pada tanggal 24 Juni 1985 dengan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 235/M/SK/6/1985,
STMA Yogyakarta termasuk sekolah sejenis yang lain diganti namanya menjadi Sekolah Menengah
Teknologi Industri (SMTI) yang berkedudukan di Yogyakarta, Ujung Pandang, Banda Aceh, Tanjung
Karang, Pontianak, dan Padang.

Lulusan STMA Yogyakarta dari tahun 1951/1952 sampai sekarang penghargaan ijazah/STTB
STMA/SMTI adalah sebagai berikut :

1. Dengan Surat Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 9 Maret 1955 No.
1267/B/V dihargai sebagai Ijazah Negeri Sekolah Menengah Atas Bagian B.

2. Dengan Surat Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 27 April 1955 No.
2155/B/V dihargai sebagai Ijazah Negeri Sekolah lanjutan Vak Tingkat Atas.

3. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 03/C/I/Kep/79 tanggal 13


Januari 1979 dinilai/dihargai setingkat dengan Ijazah/STTB SLTA Negeri Kejuruan.

4. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 9 Oktober 1987 Nomor
177/C/Kep/87, Ijazah/STTB SMTI dihargai sama dengan STTB Sekolah Menengah Kejuruan
(SMKT) Negeri.

Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI ) Yogyakarta saat ini berusia lebih dari 70 (enam puluh
empat) tahun. Usia yang dapat dibilang dewasa. Selama itu pula telah terjadi estafet kepemimpinan.
Adapun beberapa pimpinan yang telah menduduki jabatan sebagai Kepala SMTI Yogyakarta adalah
sebagai berikut :

1. Soekarnen Kertoredjo Tahun 1947 s.d. 1949, beliau sekaligus pendiri STMA
2. Abuyono, tahun 1950 s.d. 1952
3. Amir Husen Siregar, tahun 1952 s.d. 1953
4. M. Soewarto, tahun 1953 s.d.1954
5. Ir. M. Busthanim, tahun 1955 s.d. 1974
6. Ir .M. Soekmono, tahun 1972 s.d. 1977
7. Abdullah Syatari, SH., tahun 1977 s.d. 1983
8. Hadi Soenarno, BSc., tahun 1983 s.d. 1986
9. Ir. Pietoyo Soekarbowo, tahun 1986 s.d. 1987
10. Wahidoen Abdoel Aziz, BSc., tahun 1987 s.d. 1994
11. B. Subanto,BA., tahun 1994 s.d. 1999
12. Dra. Hj. Surajiyah, MM., tahun 1999 s.d. 2009
13. Dra. Tri Ernawati, M.Si., tahun 2009 s.d. 2017
14. Rr. Ening Kaekasiwi, ST, MP. , tahun 2017 s.d. sekarang

Anda mungkin juga menyukai