Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH “HAKIKAT AGAMA, KOMPONEN

ISLAM (HAL YANG DILARANG DAN


DIPERINTAHKAN), NILAI AGAMA DALAM
KEHIDUPAN PROFESI APOTEKER DAN SOSIAL
MASYARAKAT.”

DISUSUN OLEH :
1) IKA MARTA RAHAYU (F320175016)
2) LATIFATUNNIDA NOOR (F320175018)
3) MIFTAKHUL HUDA (F320175020)
4) M. NAUFAL NAFI’ (F320175023)
5) MUNAWAROH (F320175024)
6) RIDA HIDAYATUNNADIYA (F320175027)
7) SINTYA WULANDARI (F320175031)
8) ULFAH DWIYANTI (F320175033)
9) WINDA NOVITASARI (F320175036)

Program Studi : S1-Farmasi (Kelas 2A)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana
memberikan banyak kenikmatan bagi kita semua sebagai makhluknya yang penuh
dengan kesalahan sehingga hari ini atas kehendak-Nya jugalah makalah ini dapat
terselesaikan.
Tidak lupa pula shalawat dan salam kami hantarkan pada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya keislaman, ketauhidan
dan intelektualitas pada kami semua.
Ucapan terimah kasih kami ucapkan kepada segenap sahabat maupun
teman-teman sekalian yang ikut berperan serta atas terselesainya makalah ini
sebagai syarat tugas yang diberikan oleh dosen untuk kelompok kami.
Semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan ilmu yang bermanfa’at bagi
kita semua. Permintaan maaf yang sebesar-besarnya kami ucapkan, apabila terdapat
kesalahan dan kekhilafan, karena kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wajalla.
Dan hanya kepada Nya lah penulis memohon petunjuk dan kepada-Nya lah kembali
segala urusan.

Amien ya Rabbal ‘Alamien

Kudus, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hakekat Agama ……………………………………

2.2 Agama Sebagai Sumber Pandangan Hidup ……………………

2.3 Agama Sebagai Sumber Normativ Hidup ……………………..

2.4 Agama Sebagai Sumber Ritual Hidup ………………………….

2.5 Hukum Islam dibidang Syariah ……………………………......

2.6 Implementasi Syariah dalam Kehidupan ……………………....

2.7 Pengertian Aqidah ……………………………………………..

2.8 Implementasi Aqidah dalam Kehidupan ………………………

2.9 Pengertian Ilmu Akhlak ………………………………………..

2.10 Implementasi Akhlak dalam Kehidupan …………………….....

2.11 Nilai Agama dalam Kehidupan Profesi Apoteker

dan sosial masyarakat ………………………………………….

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ……………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada aspek-aspek
budaya yang di pelajari oleh para antropolog dan para ilmuwan sosial lainnya.
Bahkan sangat penting, bukan saja yang di jumpai pada setiap masyarakat yang
sudah diketahui, tetapi karena juga penting bagi segala aspek karena saling
pengaruh mempengaruhi antara lembaga budaya satu dengan yang lainya. Di dalam
agama itu di jumpai ungkapan materi budaya dalam tabiat manusia serta dalam
sistem nilai, moral dan etika. Agama itu saling pengaruh mempengaruhi dengan
sistem organisasi kekeluaragaan, perkawian, ekonomi, hukum, dan politik. Agama
juga memasuki lapangan pengobatan, sains dan teknologi. Serta agama itu
memberikan inspirasi untuk memberontak dan melakukan peperangan dan terutama
telah memperindah dan memperhalus karya seni, tidak terdapat suatu instuisi
kebudayaan lainnya menyajikan suatu lapangan ekspresi dan implikasi begitu halus
seperti halnya agama. Ide-ide keagamaan dan konsep-konsep keagamaan itu tidak
dipaksa oleh hal-hal yang bersifat fisik sekirannya. Segala macam formula itu tidak
menjumpai keterbasan dibanding dengan permasalahan spiritual yang
dipertanyakan oleh manusia itu sendiri.
Ajaran islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang
terangkum dalam hal pokok yaitu Aqidah, Syariah dan Akhlak. Artinya seluruh
ajaran islam bermuara pada tiga hal ini. Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya
merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan
tetapi tidak bisa dipisahkan, karena ketiga unsur tersebut merupakan p'ndasi atau
kerangka dasar dari Agama islam.
Ajaran Agama islam yang seharusnya bersumber pada Al-Qur’an telah banyak
yang melenceng. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya ber munculan aliran-aliran
sesat. Selain itu, kasus kriminalitas yang semakin merajalela pada sekarang ini
merupakan suatu cerminan keruntuhan akhlak pada umat islam saat ini. Untuk
itulah selaku umat Rasulullah SAW, kita perlu mengetahui serta mempelajari
tentang ilmu yang membahas ketiga unsur yang menjadi kerangka dasar ajaran
agama islam tersebut agar tidak tersesat dan tetap berada di jalan yang benar.
Begitu juga Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat,di daerah,dan dilingkungan
Badan Usaha Milik Negara.Pelayanan .publik berbentuk pelayanan barang publik
maupun pelayanan jasa. Saat ini masyarakat semakin terbuka dalam memberikan
kritik bagi pelayanan publik tentang pelayanan kesehatan.
Oleh sebab itu penyedia jasa pelayanan kesehatan memerlukan kontrol
pelaksanaan pekerjaan. Profesionalitas dalam pekerjaan yang tepat dan cepat sangat
diperlukan dalam pekerjaan khususnya dalam pelayanan kesehatan dan peracikan
obat.
Rasional Use Medicine (RUM) saat ini tengah gencar diperbincangkan baik di
sosial media maupun di seminar-seminar edukasi orang tua seragam profesi
kesehatan maupun orang awam (dalam hal ini pasien yang menjadi konsumen
medis ikut angkat bicara). Pelayanan obat secara rasional kemudian ditilik dari
sudut pandang yang berbeda dan merupakan acuan dalam peracikan obat.
Sehingga agama pun melahirkan berbagai sumber seperti pandangan hidup
(aqidah), normative hidup (akhlaq), dan ritual hidup (fiqih). Berangkat dari
fenomena diatas, penulis berusaha membahasnya melalui karya ilmiah yang
sederhana ini dengan judul “Hakikat Agama, komponen Islam (hal yang
dilarang dan di perintahkan), Nilai agama dalam kehidupan profesi apoteker
dan sosila masyarakat.”

1.2 Rumusan Masalah


Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan
sebelumnya, maka penulis merumuskannya dalam bentuk pertanyaan berikut :
1. Apa pengertian dari Hakikat Agama ?
2. Bagaimana Agama sebagai Sumber Pandangan Hidup ?
3. Bagaimana Agama sebagai Sumber Normative Hidup ?
4. Bagaimana Agama sebagai Sumber Ritual Hidup ?
5. Apa pengertian aqidah?
6. Bagaimana pengimplementasian aqidah dalam kehidupan?
7. Apa pengertian syariah?
8. Bagaimana pengimplementasian syariah dalam kehidupan?
9. Apa pengertian akhlak?
10. Bagaimana pengimplementasian akhlak dalam kehidupan?
11. Bagaimana Nilai Agama dalam Kehidupan Profesi Apoteker dan social
masyarakat?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan karya tulis ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari hakikat agama
2. Untuk mengetahui agama sebagai sumber pandangan hidup
3. Untuk mengetahui agama sebagai sumber normative hidup
4. Untuk mengetahui agama sebagai sumber ritual hidup
5. Penjelaskan apa yang dimaksud dengan aqidah, syariah dan akhlak.
6. Penjelaskan bagaimana tindakan yang mengandung akhlak, aqidah
dansyariah.
7. Agar dapat mengetahui bagaimana cara meracik obat menurut
pandangan islam.
8. Agar dapat mengetahui apa pengertian dari ketepatan membuat obat.
9. Agar dapat mengetahui bagaimana meracik obat dengan tepat.
10. Agar dapat mengetahui apa manfaat meracik obat dengan tepat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hakikat Agama


Hakikat memiliki arti kebenaran atau yang benar--benar ada. Kata ini berasal
dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar
(kebenaran). Kata Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi sering digunakan
sebagai istilah untuk Allah, sebagai pokok (sumber) dari segala kebenaran,
sedangkan yang berlawanan dengan itu semuanya disebut batil (yang tidak benar).
Sedangkan Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Agama yaitu dalam pengertiannya dapat dikelompokkan
pada dua bahagian yaitu agama menurut bahasa dan agama menurut istilah.
Beberapa persamaan arti kata “agama’’ dalam berbagai bahasa yakni, Ad din
(Bahasa Arab dan Semit), Religion (Inggris), La religion (Perancis), De religie
(Belanda), Die religion (Jerman).
Menurut Abu Ahmadi agama menurut bahasa Agama berasal dari bahasa
Sangsekerta yang diartikan dengan haluan, peraturan, jalan atau kebaktian kepada
Tuhan. Agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu berarti tidak, Gama berarti kacau
balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur.
Agama menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan yang
mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia
dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang
beragama adalah orang yang teratur, orang yang tenteram dan orang yang damai
baik dengan dirinya maupun dengan orang lain dari segala aspek kehidupannya.
Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan
ketundukannya.
3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau
alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.
Menurut Ibnu Arabi, hakikat wujud ini adalah satu dalam jauhar dan zatnya,
tetapi berbilang dalam sifat dan asmanya. Selanjutnya ia mengatakan: “Manakala
engkau meninjau dari sudut zat-Nya, engkau akan berkata, itulah Haq. Dan apabila
engkau meninjau dari sudut sifat dan asma-Nya, dari sudut terjadinya segala
se-suatu yang mumkinat, niscaya engkau ber-kata, itulah makhluk atau alam”
Hakikat juga dapat berarti ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan
mak-nanya yang pertama (makna yang sebenarnya), kebalikan dari ungkapan majas
(metafor). Akan tetapi ada beberapa ung-kapan majaz yang sudah sering digunakan,
sehingga menjadi semacam konvensi, majas seperti ini dapat disebut sebagai
hakikat secara adat kebiasaan (haqiqat al-`urfi-yat).
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama
bukan wahyu. Agama wahyu (revealed religion) adalah agama yang diterima oleh
manusia dari Allah Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta
disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan
melalui Al Kitab, suhuf (lembaran-lembaran bertulis) atau ajaran lisan. Agama
wahyu menghendaki iman kepada Tuhan Pemberi wahyu, kepada rasul-rasul
penerima wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan wahyu serta pesannya
disebarkan kepada seluruh umat manusia. Sedangkan agama bukan wahyu (agama
budaya/cultural religion atau natural religion) bersandar semata-mata kepada ajaran
seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam
berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya agama Budha yang berpangkal
pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran
Kong Hu Cu.
Sedangkan hakikat agama dalam pembahasan ini lebih tertuju pada hakikat
agama islam. Apabila dicari dari asal katanya, Islam berasal dari kata aslama yang
merupakan turunan dari (derivasi) dari kata asslmu, assalamu, assalamatu yang
artinya bersih selamat dari kecacatan lahir batin. Agama Islam adalah agama wahyu
yang bedasarkan tahuid, atau keesaan Tuhan diketahui manusia bedasarkan kabar
dari Tuhan itu sendiri melalaui fiirman yang disampaikan kepada Rasul Nya. Islam
satu-satunya yang memiliki kitab suci yang asli dan autentik, tidak mengalami
perubahan semenjak diturunkan pada abad ke-6 maasehi sampai sekarang bahkan
sampai akhir zaman Rasul. Ajaran Isalam berlaku Universal untuk segala tempat
dan bangsa serta berlaku abadi sepanjang masa sebagaimana diungkapkan AL-
Quran surat AL-Anbyaa.(21):107 yang artinya:
“Dan tidaklah kami menggutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.”
Hakikat agama yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu suatu kebenaran
yang benar-benar ada atau sumber pokok suatu aturan. Keyakinan akan adanya
Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu
dipahami secara seksama oleh setiap manusia dan hakikat agama pula membawa
peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk
perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus
ditinggalkan.

2.2 Agama sebagai Sumber Pandangan Hidup


Menurut Muhammad Ali, islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian teori
atau rukun iman, dan bagian praktik yang mencakup segala yang harus dikerjakan
oleh orang islam, yakni amalan-amalan yang harus dijadikan pedoman hidup.
Akidah menurut bahasa adalah menghubungakan dua sudut sehingga bertemu dan
bersambung secara kokoh. Dalam bidang perundang-undangan akidah berarti
menyepakati antara dua perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama.
Pandangan hidup dalam bahasa arab disebut sebagai Aqidah yaitu
bahwa aqidah berasal dari kata ‫ عقيدة‬- ‫ يعقد‬- ‫ عقد‬artinya kepercayaan atau keyakinan.
Sedangkan pengertian aqidah Islam menurut istilah adalah sesuatu yang dipercaya
dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai dengan ajaran Islam dengan
berpedoman kepada al-Quran dan Hadits.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai
Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat
syahadat. Akidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman
tidak ada rasa dalam hati, atau ucapan dimulut dan perbuatan melainkan secara
keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah SWT. Bahwa akidah islam
bersifat murni baik dalam isinya maupun dalam prosesnya.
Akidah islam sangat berpengaruh dalam segala aktivitas yang dilakukan
manusia, sehingga aktivitas manusia itu dapat bernilai ibadah. Dengan demikian
akidah islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap
selanjutnya harus menjadi acuan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat yang
pada akhirnya menimbulkan amal shaleh.
Agama dikatan sebagai sumber pandangan hidup (Aqidah) karena
Aqidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah. Aqidah Islam itu bersumber
dari wahyu Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW,
untuk diajarkan kepada ummatnya dan terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir
zaman. Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran Nabi
Muhammad SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran langsung dari Allah SWT
sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Quran, surat al-Najm ayat 3-4:
”Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS. Al-Najm:3-4)
Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad adalah benar-benar wahyu adanya, bukan sebuah rekayasa atau buatan
Nabi sendiri. Bahwa aqidah Islam yang bersumber dari alquran dan hadits
cakupannya meliputi:
a. Kepercayaan akan adanya Allah swt dengan segala sifat-sifat-Nya, yakni
sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz, serta wujudnya yang dapat
dibuktikan dengan keteraturan dan keindahan alam semesta ini.
b. Kepercayaan tentang alam gaib; percaya akan adanya alam di balik alam
nyata ini yang tidak bisa diamati oleh indra manusia. Demikian pula
makhluq-makhluq yang ada di dalamnya seperti malaikat, jin dan ruh.
c. Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul-
Nya. Kitab-kitab tersebut diturunkan agar manusia dapat menjadikannya
pedoman dalam mengarungi alam beserta segala problematikanya. Dengan
menggunakan pedoman tersebut maka manusia dapat membedakan yang
baik dan yang buruk, serta yang halal dan yang haram.
d. Kepercayaan kepada para rasul Allah yang diutus dan dipilih untuk memberi
petunjuk dan bimbingan kepada manuisa agar melakukan hal hal yang baik
dan benar.
e. Kepercayaan kepada hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
saat itu, seperti hari kebangkitan (Ba’ats), adanya pahala dan dosa, surga
dan neraka.
f. Kepercayaan kepada qadha dan qadar Allah tentang segala sesuatu yang
terjadi di alam semesta ini.
Salah satu ciri manhaj (jalan) yang lurus adalah manhaj yang memiliki
kesamaan mashdar (sumber) pengambilan dalil dalam masalah agama, khususnya
masalah-masalah yang berkaitan dengan akidah. Hal ini berlaku kapan dan di mana
pun kaidah tersebut digunakan. Tidak ada kesimpangsiuran pemahaman akidah
pada setiap zaman dalam manhaj tersebut. Dari zaman Rasululloh sholallahu ‘alaihi
wassalam hingga zaman sekarang dan sampai kapan pun, prinsip akidah yang benar
tidak pernah berubah. Jika ada perubahan dalam hal akidah, tentu agama ini
belumlah sempurna. Prinsip inilah yang digunakan oleh para ulama dalam
memahami dan menjaga syariat Islam.

2.3 Agama sebagai Sumber Normative Hidup


Normative hidup atau juga lebih dikenal dengan istilah moral hidup, dalam
bahasa arab disebut juga dengan Akhlaq. Akhlaq itu sendiri memiliki arti tabiat,
kebiasaan, adab. Berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ‫ ُخلُق‬yang menurut
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫ خ َْلق‬yang berarti
kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq‫ خَا ِلق‬yang berarti pencipta;
demikian pula dengan akhluqun ‫ َم ْخلُ ْوق‬yang berarti yang diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan sifat yang mantap di
dalam diri yang membuat perbuatan yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau
jelek. Adapun berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya:
a. Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut yang artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
b. Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak yang artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan
pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Oleh karenanya, apabila amal dan pikiran seseorang sholeh (baik) maka sholeh
pula diri dan akhlaknya, dan sebaliknya apabila amal dan pikirannya rusak maka
rusak pula dirinya dan akhlaknya.
Akhlak bukanlah sekedar prilaku manusia yang bersifat bawaan lahir, tetapi
merupakan salah satu dari demensi kehidupan seseorang muslim yang mencakup
aqidah, ibadah, akhlak dan syari’ah. Karena itu akhlak ruang lingkupnya sangat
luas, yakni ethos, moral dan estetika.
Ethos yaitu yang mengatur hubungan seseorang dengan khaliqnya, Al- Ma’bud
bil haq serta kelengkapan Uluhiyandan Rububiyah, seperti terhadap Rasul-rasul
Allah, kitab-kitab-Nya dan sebagainya. Moral yaitu yang mengatur hubungan
sesamanya, tetapi yang berlainan jenis dan atau yang menyangkut kehormatan tiap
pribadi. Estetika adalah rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk
meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya, agar lebih indah dan menuju
kesempurnaan. Akhlaq pun terbagi menjadi dua sisi, yaitu :
a. Akhlak Terpuji (akhlaqul karimah)
Ialah segala tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang kepada Allah SWT. Akhlaqul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat
terpuji. Hamzah Ya’qub mengatakan akhlak yang baik ialah mata rantai iman. Al-
Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki
seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal. Hal itu dinyatakan sebagai gerak
jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya.
Pandangan Al-Ghazali tentang akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat
Plato. Plato mengatakan bahwa orang utama adalah orang yang dapat melihat
kepada Tuhannya secara terus-menerus seperti ahli seni yang selalu melihat pada
contoh-contoh bangunan. Al-Ghazali memandang bahwa orang yang dekat kepada
Allah SWT adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang memiliki
akhlak sempurna.
b. Akhlak Tercela (Akhlaqul mazmumah)
yaitu segala tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat, dan hal tersebut
sangat di benci oleh Allah SWT. Akhlak secara bahasa berarti tindakan, perilaku,
dan juga perangai. Adapun madzmumah sendiri memiliki arti kekejian (radza’il),
buruk atau tercela. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang
dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia. Dan
daripadanya akan memberikan dampak negatif terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain juga menyebutkan bahwasanya
yang disebut dengan akhlak madzmumah ialah semua sifat, perkataan ataupun
perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dianggap buruk
atau tercela dan bernilai negatif.
Meskipun demikian menurut Al-Ghazali asal mula yang menjadi biang dari
adanya akhlak madzmumah tersebut yakni kelobaan, ekses nafsu seksual, nafsu
untuk berkata berlebihan, amarah hebat, rasa iri, rasa dendam, cinta dunia, cinta
harta, kebakhilan, kemegahan, kesombongan, kecongkakan, dan penipuan terhadap
diri sendiri, dan untuk membuang biang-biang dari sifat tersebut dapat dilakukan
dengan jalan riyadhah dan membiasaan menahan diri atau mujahadah. Contohnya
seperti Kufur, Riya’, Nifaq, Syirik, Sombong dan lain sebagainya.[7]
Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting usaha dalam
menghapus krisis moral dengan menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah
SWT telah memberikan agama sebagi pedoman dalam menjalani kehidupan
didunia ini agar mendapat kebahagiaan sejati, salah satunya adalah pedoman moral.
Melalui kitab suci dan para rosul, Allah telah mejelaskan prinsip-prinsip moral yang
harus dijadian pedoman oleh umat manusia. Dalam konteks islam sumber moral itu
adalah Al-Quran dan Hadist.
Maka agama dapat dikatakan sumber normative hidup (moral/akhlaq)
yaitu karena semua akhlak tersebut telah terangkum beserta dalil-dalilnya yang
jelas dan terperinci berdasarkan al Quran (wahyu Allah) dan hadis rasulullah. Maka
dari itu, kita sebagai umat Islam tidak hanya menjadikannya sebagai pengetahuan
saja, tetapi juga berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan melaksanakan apa yang telah ada dalam sumber-sumber agama.
Memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang
itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang
sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni
pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar) .Akhlak
merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan
tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah
dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia
itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang
cantik dan mana yang buruk.

2.4 Agama sebagai Sumber Ritual Hidup


Ritual hidup dalam pembahasan ini dalam bahasa arab dapat disebut dengan
Fiqih. Fiqih secara umum yaitu faham atau tahu. Menurut istilah, fiqih berarti ilmu
yang menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal
perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas).Orang yang
mendalami fiqih disebut dengan faqih. Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang
yang mendalami fiqih.
Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, seperti dalam firman Allah: “Maka
mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikitpun?” (QS.An Nisa:78). Dan Sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah
seseorang, merupakan tanda akan kepahamannya.
Dalam kitab Durr al-Mukhtar disebutkan bahwa fiqih mempunyai dua makna,
yakni menurut ahli usul dan ahli fiqih. Masing-masing memiliki pengertian dan
dasar sendiri-sendiri dalam memaknai fiqih.
Menurut ahli usul, Fiqih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum shara’
yang bersifat far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus,
terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fiqih adalah mengetahui
hukum dan dalilnya. Menurut para ahli fiqih (fuqaha), fiqih adalah mengetahui
hukum-hukum shara’ yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf),
yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.
Fiqih juga melarang membahas peristiwa yang belum terjadi sampai ia terjadi.
Sebagaimana Firman Allah Ta'ala : "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu menanyakan semua perkara, karena bila diterangkan padamu, nanti kamu
akan jadi kecewa! tapi jika kamu menayakan itu ketika turunnya al-qur'an tentulah
kamu akan diberi penjelasan. Kesalahanmu itu telah diampuni oleh Allah dan Allah
maha pengampunlagi penyayang." (Q. S. Al-Maidah: 101)
Dan dalam sebuah hadits ada tersebut bahwa Nabi Saw. telah melarang
mempertanyakan "Aqhluthath" yakni masalah-masalah yang belum lagi terjadi,
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Menjauhi banyak tanya dan masalah-masalah pelik.
b. Menghindarkan pertikaian dan perpecahan didalam agama.
c. Mengembalikan masalah-masalah yang dipertikaikan kepada Kitab dan
sunah.
Dalam mempelajari fiqih, Islam telah meletakkan patokan-patokan umum guna
menjadi pedoman bagi kaum muslimin yaitu Al-quran dan As-Sunnah adapun Ijma
dan Qiyas. Segala yang dikeluarkan dalam pembahasan fiqih tidak lain dan tidak
bukan bersumber dari sebuah agama yakni agama islam.

2.5 Bidang syariah


Pada prinsipnya, hukum islam memiliki dua bidang besar yang mencakup
sub-subbidang kecil di bawahnya. Kedua bidang tersebut adalah bidang hukum
rohaniah danhukum duniawi. Hukum rohaniah berkaitan dengan tata cara
pelaksanaan ibadah. Dengan kata lain, sistem hukum Islam bidang rohaniah
berfungsi membimbing dan memandu umat islam untuk beribadah ,ritual dengan
baik dan benar, seperti tata cara pelaksanaan salat, puasa, zakat, dan haji. Hukum
rohaniah biasanya tidak menjadi objek perkuliahan di fakultas hukum islam.
Yang kedua adalah hukum duniawi. Hukum duniawi adalah peraturan islam
yang mengatur tata cara dan prosedur hal-hal yang terkait hubungan manusia satu
dengan manusia lainnya urusan dunia. Hukum duniawi terdiri dari sub-sub bidang
sebagai berikut?

1. Muamalat, yang dimaksud dengan muamalat adalah hukum dan peraturan terkait
hubungan manusia dengan manusia lain di bidang sewa-menyewa, jual beli,
perburuhan, perikatan, hukum kepemilikan, hak kebendaan, hukum tanah, dan
berbagai bentuk hubungan ekonomi yang terjadi di masyarakat.
2. Nikah atau munakahah, yang dimaksud dengan nikah atau munakahah adalah
peraturan dan hukum islam terhadap proses pernikahan atau pembentukan keluarga.
Hukum nikah terdiri dari syarat nikah, rukun nikah, hak dan kewajiban suami serta
istri, dasar-dasar pernikahan, dan sebagainya.

3. Jinayat, yang dimaksud dengan jinayat adalah hukum terkait masalah pidana
kejahatan kriminal dan pelanggaran hukum Allah.

2.6 Implementasi syariah


Syariah wajib diterapkan sebagai konsekuensi dari iman kepada Allah
berupa ketundukan pada aturan-nya dan juga sebagai pedoman dalam
berkehidupan. Implementasi syariah dapat membawa seseorang ke kehidupan yang
lebih baik dan bermanfaat. Dengan adanya syariah, manusia akan lebih taat dan
beriman, karena mengikuti aturan agama islam dengan baik dan benar. Manusia
juga lebih dapat mengontrol emosi dan nafsunya. Impementasi syariah kedalam
kehidupan secara menyeluruh dapat membawa kepada kehidupan yang lebih baik.
Implementasi syariah dapat dilakukan secara juziyyah dan kaffah.
Juziyyah adalah penerapan syariah secara parsial sesuai dengan kemampuan
dan kondisi situasi, biasanya pada lingkunga heter'gen. Maksud dari penerapan
secara parsial adalah penerapan yang tidak menyeluruh dalam aspek kehidupan,
namun hanya pada beberapa kepentingan tertentu saja. Penerapan secara juziyyah
ini biasanya diterapkan pada lingkungan kelompok dan negara.
Penerapan syariah secara kaffah adalah penerapan syariah secara
menyeluruh pada semua aspek kehidupan. Maksud dari penerapan secara kaffah
adalah penerapan yang dilakukan disemua aspek kehidupan, mulai dari kehidupan
pribadi, bermasyarakat maupun bernegara. Biasanya penerapan secara kaffah ini
dilakukan oleh individu, namun ada pula yang menerapkan secara kelompok, jika
dalam kelompok itu sendiri, masing-masing individu sudah berhasil menerapkan
syariah secara menyeluruh.
2.7 Pengertian Akidah
Menurut bahasa, etimology. Akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu
kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith, ikatan, al-ibram, pengesahan, al-Ahkam,
penguatan, al-Tawuts, menjadi kokoh, kuat, al-syadd bi quwwah, pengikatan
dengan kuat, dan al-itsbat, penetapan. Sedangkan menurut istilah, terminology.
Aqidah berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jika menjadi tenteram
karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan, atau dapat juga diartikan sebagai iman
yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang
meyakininya serta tidak mudah terurai oleh pengaruh mana pun baik dari dalam
atau dari luar diri sesorang. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan
pada orang yang mengambil keputusan.
Pengertian aqidah dalam agama Islam berkaitan dengan keyakinan bukan
perbuatan.Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada rasul. Dalam
pengertian lengkapnya, aqidah adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang
menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan yang Maha Esa, ia tidak beranak
dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya. Keyakinan
terhadap keesaan Allah SWT disebut juga Tauhid, dari kata Wahhada-yuwahidu’,
yang artinya mengesakan. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan
hati seorang secara pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah. Aqidah
menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang Wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur
sedikit dengan keraguan-raguan. Adapun aqidah menurut Abu Bakar Jabir al-
Jazairy adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam
hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Hakikat akidah dan iman
Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau
keimanan. Ini disebabkan iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah
perkataan Arab yang berarti percaya yang merangkumi ikrar, pengakuan dengan
lidah, membenarkan dengan hati dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah
berdasarkan sebuah hadis yang artinya” iman itu ialah mengaku dengan lidah,
membenarkan di dalam hati dan beramal dengan anggota” (Al-Hadis) Walaupun
iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari
dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-
bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan
dan maksiat. Sebaliknya, iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah
kerja-kerja yang sesuai dan secucuk dengankehendak dan tuntutan iman itu sendiri.
Pemahaman Akidah secara komprehensif atau menyeluruh adalah memahami
suatu keyakinan bersifat keseluruhan agar berjalan sesuai dengan kehendak sang
pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh sang rasul. Ada yang menerima disebut
rasul ada pula yang menolaknya disebut kafir, serta ada juga yang masih ragu-ragu
yang disebut munafik, sedangkan kemunafikan merupakan bagian dari kekafiran.
Akidah islam telah menjawab seluruh pertanyaan manusia tentang alam
semesta,manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah
makhluk. Akidah islam juga menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada
Allah swt, sedangakan setelah kehidupan dunia adakan ada hari kiamat. Akidah
islam juga menetapkan bahwa hubungan antara kehidupan duniadengan apa yang
ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan manusia dengan perintah-
perintahdan larangan-larangan Allah swt. Sedangkan hubungan antara kehidupan
dunia ini dengan kehidupansesudahnya adalah perhitungan, surga dan neraka.
Akidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
diantaranya?
.
1. Akidah islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada
jika manusia. Sebab, Akidah islam telah menjawab pertanyaan-
pertanyaan dengan jawaban yang memuaskan danshahih.
2. Akidah islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri
seorang muslim.
3. Akidah islam akan membentuk ketakutan pada diri seorang muslim.
Setelah seorang muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan
bahwa Allah swt akan menghisab semua perbuatannya pada hari kiamat,
maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang diharamkan serta
melakukan perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah
meyakini bahwa hari perhitungan pasti akan datang.

2.8 Implementasi aqidah dalam kehidupan


Aqidah memberikan peranan yang besar dalam kehidupan sese'rang,
karena?
o Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan
dan berbagai prasangka, yang lama kelamaan akan menutup
pandangannya dan menjauhkan dirinya dari jalan hidup
kebahagiaan.
o Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan
dibuat ragu oleh berbagai informasi yang menyesatkan
keimanan.oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.beberapa implementasi aqidah
dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari beberapa sisi,antara
lain?
1. Aqidah dalam individu implementasi aqidah dalam individu berupa
perwujudan enam rukun iman dalamkehidupan manusia. contoh
penerapannya adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhisemua
larangan-Nya. contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt, berbuat
kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat,
mengamalkan ayat- ayat Al quran,menjalani risalah nabi, dan bertindak
penuh perhitungan agar tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar sebelum
bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan membuat
hubungan kita dengan Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.
2. Aqidah dalam keluargaAqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita
untuk saling mengh'rmati dan salingmenyayangi sesuai dengan ajaran
islam. Contoh implementasi aqidah dalam keluarga adalah shalat
berjamaah yang dipimpin oleh ayah, dan berdoa sebelum melakukan
sesuatu.
3. Aqidah dalam kehidupan ber masyarakat Aqidah sangat penting dalam
hidup bermasyarakat karena dapat menjaga hubungandengan manusia
lain. hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain
dengansaling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu
masyarakat yang tentram dan harmonis.
Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong
menolong, toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat
manusia itu sama di depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai
ketakwaannya.

2.9 Pengertian Ilmu Akhlak


Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas seputar akhlak baik dan buruk
serta sifat terpuji dan tercela, berikut sifat-sifat yang harus diperkuat atau
dihilangkan. Ilmu akhlak berbicara tentang sifat-sifat, semisal kedermawanan atau
kekikiran, keberanian atau kepengecutan, yang muncul dan hilang berdasarkan
ikhtiar kita atau yang dapat dikendalikanmanusia. Secara lebih singkat lagi ilmu
akhlak didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kemuliaan akhlak dan
ketercelaannya.
Ilmu Akhlak menuntun manusia untuk berbuat baik dan bagaimana
melakukannya, selain itu juga agar manusia dapat menghindari sifat-sifat buruk.
dapat diketahui di sini bahwa sasaran atau objek pembahasan ilmu akhlak adalah
menilai baik dan buruk, benar dansalah, pantas dan tidak pantas, serta mana yang
harus dan mana yang tidak boleh dari segala sifat atau tindakan manusia yang
dilakukan dalam keadaan sadar.dengan demikian, ilmu Akhlak memuat dua pesan
penting bagi manusia guna mencapai kebahagian lahir dan batin.ilmu Akhlak
adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan
yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Ilmu Akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian baik
dan buruk, ilmu yang mengajarkan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang
terakhir dari seluruhusaha dan pekerjaan mereka

2.10 Implementasi Akhlak


Sesuai sifat dari akhlak, akhlak bisa kita bagi menjadi dua yaitu?
1. Akhlak Terpuji, Akhlak karimah yaitu sikap atau perilaku baik dari segi
ucapan ataupun perbuatan yang sesuaidangan tuntunan ajaran islam dan
norma-norma aturan yang berlaku.contoh dariakhlak terpuji adalah amanah,
shidiq, adil, pemaaf, tolong menolong, kerja keras,islah, silaturahim
2. Akhlak Tercela
Akhlak mazmumah yaitu akhlak yang dilarang agama, karena dapat
merugikan diri sendiri dan 'rang lain,serta mengakibatkan kerusakan m'ral
dan iman. contoh dari akhlak tercela adalah(hibah, riya, ujub, takabur,
namimah,tamak, su’udzon, mubadzir, bakhil, implementasi akhlak yang
akan dibahaskan disini adalah akhlak terpuji saja, bukanakhlak tercela.
karena akhlak tercela justru adalah akhlak yang harus dihindari.Sedangkan
akhlak terpuji memang harus diimplementasikan pada kehidupan sehari-
hari manusia.

2.11 Nilai agama dalam kehidupan profesi apoteker dan sosila masyarakat

Ketepatan dalam peracikan obat sangat diperlukan bagi masyarakat (khususnya


yang menderita sakit) ketepatan peracikan obat itu sangatlah mutlak diperlukan
karena akan mempengaruhi beberapa aspek. Di dalam proses peracikan obat secara
tepat, maka diperlukan ilmu agar apa yang menjadi tujuan dapat bermanfaat ilmu
yang diperlukan salah satunya adalah teknologi dan sains. Pandangan islam tentang
sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama
yang diterima oleh Nabi muhammad SAW “Bacalah dengan(menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.(QS.Al isra: 1-5)
Ketepatan peracikan obat sendiri ialah ketepatan dalam meracik penggunaan
obat yang seharusnya rasional digunakan. Penggunaan obat rasional sendiri adalah
pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka ( dalam
dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual) untuk jangka waktu yang sesuai
dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka. Agar
peracikan obat dapat secara tepat diberikan maka diharuskan para peracik obat
mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Suatu penyakit dan kondisi fisik pasien
juga mempengaruhi dalam peracikan obat sehingga diharapkan di dalam melakukan
peracikan obat para apoteker maupun asisten apoteker dapat memperhatikan hal-
hal

kecil yang dapat mempengaruhi proses peracikan obat (agar peracikan obat dapat
dilakukan dengan tepat agar memperoleh suatu manfaat) berdasarkan keterangan
tersebut (peresepan yang rasional dan tepat jika memenuhi persyaratan).
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,


pengertian hakikat agama yaitu suatu kebenaran yang benar-benar ada atau sumber
pokok suatu aturan. Keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secara seksama oleh setiap
manusia dan hakikat agama pula membawa peraturan-peraturan berupa hukum-
hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan
maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.

Setiap umat manusia sangat diharuskan untukmempercayai nilai-nilai ajaran


agama Islam itu sendiri yangberdasarkan aqidah, akhlaq, dan ilmu kalam. Manusia
dituntut untukmenjalankan nilai-nilai tersebut agar diharapkannya menjadi
umatmanusia yang beragama Islam sesuai ajarannya. Syariah Islamberperan
sebagaimana kepercayaan manusia terhadap tuhan dan sesamanya

Ketepatan peracikan obat itu sangatlah mutlak diperlukan (karena akan


mempengaruhi beberapa aspek di dalam proses peracikan obat secara tepat) maka
diperlukan ilmu agar ap yang menjadi tujuan dapat bermanfaat ilmu yang
diperlukan salah satunya adalah teknologi dan sains yang sudah diatur dalam
(QS.Al isra: 1-5) ketepatan peracikan obat sendiri ialah ketepatan dalam meracik
penggunaan obat yang seharusnya rasional digunakan. Penggunaan obat rasional
sendiri adalah pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis
mereka (dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual) untuk jangka waktu
yang sesuai dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas
mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Abu A’la Maududi (1967). Towards Understanding Islam, Islamic Fublication Ltd,
Lahore,Dacca

AfriEal, Nur. 2012. Aqidah Syariah akhlak. H hlm. http//www.slideshare.netLnur-


arifaiEal- basriLaqidahsyariahakhlak . 7 April 2012 pk. 09.37.

Ahmad Amin. (1983). Al-akhlak, Etika (Ilmu Akhlak). alih bahasa KH. Farid
Maruf. Jakarta: Bulan Bintang.

Asmaran,(1994). Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), Cet.2

Hamzah Yaqub.(1983). Etika Islam. Bandung: Diponegoro.

Kaelany. 2009. Islam Agama Universal . Jakarta: Midada Rahma Press.

Rasjid.Sulaiman H,(2002). Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Majalah Al-Islam edisi I dan II Muslim no. 1437, Ahmad no. 17598, Daarimi no.
1511

Masalah Penggunaan obat di institusi Pelayanan kesehatan (www.farklin.com)


diakses pada tanggal ,I oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai