Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT ANGINA PECTORIS

Diajukan untuk Memenuhin Tugas Matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pembimbing :
Popy Siti Aisyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh :
KUSNADI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT ANGINA PECTORIS

A. Definisi

Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang

khas, yaitu seperti ditekan atau rasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan

kiri, hal ini sering timbul saat pasien melakukan aktifitas dan segera hilang saat aktifitas

dihentikan.

Angina pectoris biasanya berkaitan dengan PJK aterosklerotik tetapi dalam

beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari aterosklerosis aorta berat, insufiensi

atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, aortitis sifilitika, peningkatan

kebutuhan metabolik (seperti hipertiroidisme atau pasca pengobatan tiroid), anemia

yang jelas takikardia proksimal dengan frekuensi ventrikuler cepat, emboli atau spasme

koroner), (Mansjoer, 2001).

Nyeri dada yang khas dari angina pectoris ialah rasa tertekan, seperti merasa

terpilin, sperti terbakar (panas yang berpusat di daerah retrostenal (dibalik tulang

sternum yang berada ditengah-tengah dada) yang bisa menjalar kelengan kiri, leher,

bahu dan punggung.

Secara elektrokardiografi (EKG), timbulnya angina pectoris sering pula

dibarengi dengan depresi segmen ST dan inversi gelombang T. Kelainan segmen ST

(depresi segmen ST) sangat nyata pada pemeriksaan uji beban masuk (Irawan, 1998)

B. Etiologi

Secara prinsip, ketidakseimbangan kebutuhan dan pasokan oksigen di

kardiomiosit merupakan etiologi angina pektoris. Pada aterosklerosis koroner, aliran

darah koroner terganggu sehingga angina pektoris terjadi di tengah peningkatan

kebutuhan oksigen.
Namun, aliran darah koroner dapat pula terganggu walaupun tidak terdapat

suatu penyakit jantung koroner epikardial, hal ini dapat ditemui pada kasus penyakit

katup aorta berat disertai hipertrofi ventrikel kiri, hipertensi sistemik, kardiomiopati

dilatasi idiopatik, dan kardiomiopati hipertrofik. Pada pasien dengan hipertrofi

ventrikel kiri (left ventricular hypertrophy/LVH), iskemia terjadi akibat kurangnya

kepadatan kapiler, perubahan patologis pada arteri dan arteriol intramiokard, penurunan

cadangan aliran koroner, serta peningkatan tekanan diastolik di lapisan

subendokardium.

Penyakit jantung koroner epikardial non obstruktif yang disertai disfungsi

endotel dan gangguan cadangan aliran koroner juga dapat menyebabkan angina

mikrovaskuler.

Pada kondisi anemia berat atau hemoglobinopati, pasokan oksigen secara

kronik menurun. Situasi semacam ini dapat menyebabkan iskemia atau jejas miokard

serta manifestasi angina pektoris yang dipengaruhi oleh penurunan ambang iskemia.

C. Tanda dan gejala

Dalam hal ini angina pectoris bisa digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

1. Angina pectoris stabil, yaitu gejala yang timbul frekuensinya tetap, baik lamanya

maupun kadar pencetusnya.

2. Angina pectoris tidak stabil, yaitu pola gejala yang timbul berubah-ubah, baik

frekuensinya, lamanya, maupun kenyerian yang dirasakan.

3. Angina prinzmental, yang biasanya timbul sewaktu sedang beristirahat, biasanya

disebabkan oleh spasme pembuluh darah koroner.


D. Patomekanisme

- Arteroskelerosis Pejanan Makan


stress Latihan
-Spasme terhadap fisik makanan
pembuluh darah dingin berat

Adrenalain Kebutuhan Aliran 02


me ↑ 02 jantung me↑ ke
me ↑ mesentrokus
vasokontriksi

Aliran 02 ke
jantung me ↓
Aliran 02 arteri
koronaria me ↓

Jantung kekurangan 02

Ischemia otot jantung

Kontraksi jantung me ↓ nyeri

Curah jantung me ↓ Nyeri Takut mati Perlu menghindari


komplikasi

cemas Kurang
pengetahuan
E. Komplikasi

1. Angina pectoris tak stabil

2. Gagal jantung

3. Infark miokard

4. Aritmia

F. Prosedur diagnostic

Diagnosis angina ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, yang didukung dengan

penunjang untuk mengeksklusi infark miokard akut.

G. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan angina pektoris bertujuan untuk mengurangi gejala dan memperbaiki

prognosis. Penatalaksanaan komprehensif pasien dengan angina pektoris mencakup

terapi farmakologi terhadap iskemia, pencegahan infark miokard dan kematian, dan

revaskularisasi koroner.

Terapi Farmakologi terhadap Iskemia

Terapi farmakologi terhadap iskemia pada pasien dengan angina pektoris

bertujuan untuk meredakan gejala angina serta mencegah kejadian kardiovaskuler.

Penggunaan nitrogliserin kerja cepat sublingual mampu meredakan gejala nyeri dada

yang sedang muncul dan mencegah episode angina berikutnya. Pencegahan kejadian

kardiovaskuler seperti thrombosis koroner dan disfungsi ventrikel dapat dicapai dengan

terapi farmakologi yang diarahkan pada penundaan progresivitas plak aterosklerosis,

stabilisasi plak, dan pencegahan thrombosis apabila plak mengalami ruptur dan erosi.

Penghambat reseptor beta merupakan terapi awal pilihan untuk meredakan

gejala angina pada pasien dengan penyakit jantung iskemik stabil. Obat ini menurunkan
konsumsi oksigen di miokard dengan cara menurunkan denyut jantung, kontraktilitas

miokard dan afterload, serta menekan remodelisasi kardiovaskuler dengan cara

mengurangi tekanan terhadap dinding ventrikel kiri pada penggunaan jangka panjang.

Kelebihan penghambat reseptor beta dibandingkan golongan penghambat kanal kalsium

terletak pada pengendalian gejala angina dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan

jangka panjang yang lebih baik. Pada pasien dengan angina vasospastik dan penyakit

arteri perifer berat, penggunaan penghambat reseptor beta dengan properti penghambat

adrenergik alfa seperti labetalol atau karvedilol dapat membantu meringankan gejala

akibat vasokonstriksi.

Penghambat Kanal Kalsium apabila pasien memiliki kontraindikasi atau

menunjukkan efek samping berat terhadap penggunaan penghambat reseptor beta, maka

penghambat kanal kalsium dapat dipertimbangkan. Obat ini bekerja dengan membatasi

influks ion kalsium melalui kanal kalsium tipe-L sehingga menyebabkan efek inotropik

negatif, supresi pacu jantung, perlambatan konduksi, dan relaksasi otot polos. Seluruh

subtipe penghambat kanal kalsium meningkatkan pasokan oksigen miokard dengan

menurunkan resistensi vaskular koroner dan meningkatkan aliran darah arteri sistemik

dan pembuluh darah epikardial.

Pemilihan jenis penghambat kanal kalsium yang hendak digunakan pada pasien

dengan angina lebih didasarkan pada perbedaan interaksi obat dan efek samping sebab

ketiganya memiliki efikasi sebanding dalam meredakan angina. Golongan dihidropiridin

lebih disukai pada pasien dengan gangguan konduksi jantung (sinus bradikardi,

gangguan konduksi atrioventrikular, dan sindrom sinus sakit), namun harus hati-hati bila

digunakan pada pasien dengan stenosis aorta. Selain itu, efek poten penghambat kanal
kalsium terhadap kontraktilitas jantung membuat golongan obat ini tidak boleh diberikan

secara rutin pada pasien dengan gagal jantung atau penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri.

Obat golongan nitrat juga efektif sebagai alternatif terhadap penghambat

reseptor beta dalam meredakan angina. Senyawa nitrat memicu relaksasi otot polos di

arteri sistemik, arteri koroner, dan vena. Meskipun nitrogliserin terbukti menyebabkan

dilatasi dinding arteri tanpa plak, penurunan resistensi arteri juga terlihat pada lumen

vaskuler yang mengalami obstruksi oleh plak. Nitrogliserin juga memicu redistribusi

aliran darah koroner dengan meningkatkan aliran kolateral dan menurunkan tekanan

diastolik ventrikel sehingga area miokard yang iskemik mendapat perfusi yang lebih

baik.

Nitrat juga diduga memiliki efek antiplatelet dan antitrombotik dengan

membantu mencegah ikatan antara fibrinogen dengan reseptor IIb/IIIa pada platelet,

nitrogliserin sublingual merupakan sediaan yang sering digunakan untuk meredakan

episode angina akut. Sediaan obat yang sama juga dapat diberikan sebagai pencegahan

angina bagi pasien yang berencana melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dari biasanya.

Nitrogliserin dapat digunakan dalam dosis 0,3-1,5 mg setiap lima menit, maksimal 3 kali

pemberian. Nitrogliserin sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah

sistolik < 90 mmHg.

Isosorbid dinitrat adalah sediaan yang umum digunakan untuk mencegah angina

pada pasien dengan PJK, namun bukan pilihan yang baik dalam meredakan episode

angina akut. ISDN dapat diberikan dengan dosis 5 mg setiap 5 menit, maksimal

pemberian 3 kali. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan nitrat adalah

interaksi obat ini dengan sildenafil serta pada pasien dengan infark ventrikel kanan. Pada

kedua kondisi tersebut, penggunaan nitrat dapat memicu hipotensi berat dan berakibat
fatal. Selain itu, pada pasien dengan kardiomiopati hipertrofik, obat golongan nitrat

dapat meningkatkan obstruksi saluran keluar ventrikel dan memperburuk gejala pasien.

Anti Angina Lini Kedu, apabila terdapat komorbiditas atau toleransi pasien

yang buruk terhadap pengobatan antiangina lini pertama, terapi antiangina lini kedua

dapat dipertimbangkan. Obat-obatan yang termasuk dalam terapi lini kedua terhadap

angina pektoris adalah ivabradine, ranolazine, nicorandil, dan trimetazidine. [6]

Ivabradine menunjukkan properti anti iskemik berkat efeknya dalam menghambat arus

pada nodus sinoatrial. Ranolazine adalah turunan piperazine yang memiliki peran

sebagai penghambat selektif arus natrium. Nicorandil, suatu turunan nitrat dari

nicotinamide yang berfungsi dalam pencegahan dan terapi jangka panjang angina.

Trimetazidine merupakan modulator metabolik anti iskemik yang dapat menghambat

oksidasi asam lemak sehingga metabolisme jantung diarahkan agar menggunakan

glukosa lebih banyak sebagai sumber energi dan oksigenasi miokard menjadi lebih baik.

Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :

1. Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan

kuantitas hidup.

2. Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian

meningkatkan kualitas hidup. Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah :

meningkatkan pemberian oksigen ( dengan meningkatkan aliran darah koroner )

dan menurunkan kebutuhan oksigen ( dengan mengurangi kerja jantung ).

H. Penatalaksanaan diet

Makanan yang harus dikurangi oleh penderita penyakit jantung koroner adalah

sebagai berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk), jeroan, makanan

tinggi kolesterol dan lemak jenuh (Wirakusumah, 2001).


Banyak mengkonsumsi lemak hewani (lemak jenuh) akan meningkatkan

kolesterol dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan penimbunan

(flak) di pembuluh darah sehingga aliran darah ke seluruh tubuh dapat terganggu.

Apabila perubahan ini terjadi pada pembuluh darah koronaria menyebabkan PJK

(Krisnatuti dan Yenrina, 2000).

I. Rencana asuhan keperawatan pada kasus angina pectoris.

No Diagnose keperawatan Tujuan perawatan (NOC) Intervensi keperawatan ( Rasional


NIC) interpensi
1 Nyeri Setelah dilakukan asuhan 1.anjurkan pasien untuk
selama 1- 3 jam diharap nyeri memberitahu perawat
berkurang/hilang dengan dengan cepat bila terjadi
kreteria: nyeri dada
- pasien dapat 2. observasi pasien tentang
mengekspresikan bahwa nyeri skala nyeri atau
berkurang/hilang secara ketidaknyamanan
verbal dan oral. 3. Gunakan flow sheet
- Tanda vital dalam batas untuk memonitor nyeri
normal. terhadap efek pemberian
- Individu dapat obat angina.
mendemonstrasikan teknik 4. Kaji tentang
relaksasi untuk meningkatkan kepercayaan, kebudayaan,
kenyamanan terhadap nyeri pasien dan
- Gambaran EKG tidak ada responnya.
segmen ST elevated/depresi. 5. Managemen nyeri : -
kaji secara komprehensif
terhadap nyeri : lokasi,
karekteristik, onset, durasi,
frekuensi, dan kualitasnya.
- Observasi nonverbal
pasien terhadap
ketidaknyamanan.
6. observasi gejala yang
berhubungan dengan
dispnea, mual/muntah,
pusing, palpitasi.
7. evaluasi laporan nyeri
pada rahang, leher, bahu,
tangan/lengan khususnya
sisi kiri.
8. Posisikan pasien pada
istirahat total selama
episode angina
9. Observasi tanda-tanda
vital tiap 5 menit selama
serangan angina.
10. Ciptakan lingkungan
yang tenang, nyaman bila
perlu batasi pengunjung
11. berikan makanan yang
lembut
12. Kolaborasi :
- pemberian oksigen
- Nitrit - Penyekat beta
- Morfin sulfat - EKG
serial

2 Curah jantung Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda vital : blood


menurun selama 1- 3 jam diharap curah pressure, status respirasi
jantung normal dengan rate, nadi dan suhu.
kreteria: 2. Kaji status mental :
- Nyeri angina tidak ada disorentasi, bingung
- Klien bertoleransi terhadap 3. Catat warna kulit :
aktivitas. cianosis, capillary refile.
- Klien berpartisipasi dalam 4. Kaji toleransi pasien
prilaku yang menurunkan terhadap aktivitas terhadap
curah jantung perubahan : nafas pendek,
- Tanda vital dalam batas nyeri, palpitasi, pusing.
normal. 5. Evaluasi respon pasien
- Hipotensi orthostatic tidak terhadap terapi O2
ada . 6. Auskultasi bunyi nafas
- AGD dalam batas normal. - : bunyi tambahan dan
Tidak ada suara nafas bunyi jantung : murmur
tambahan. 7. Pertahankan posisi tirah
baring pada posisi yang
nyaman selama episode
akut.
8. Berikin periode istirahat
dalam melakukn aktivitas
keperwatan.
9. Tekankan untuk
menghindari regangan :
selama defekasi, batuk
10. Pantau dan catat efek
terapeutik/efek samping
selama pemberian kalsium
antagonis, beta bloker,dan
nitrat.
11. Kolaborasi :
- pemberian kalsium
antagonis.
- Tes katerisasi untuk
persiapan PTCA
3 cemas Setelah dilakukan asuhan 1.Jelaskan tujuan prosedur
keperawatan selama 1- 2 hari pemeriksaan : EKG,
diharapkan kecemasan pemasangan monitor
berkurang : 2. Tingkatkan ekspresi
- klien menyatakan ansietas pasien terhadap takut :
menurun sampai tingkat yang menolak, depresi, marah
dapat diatasi. 3. Anjurkan keluarga dan
- Klien menunjukkan strategi teman untuk menganggap
koping yang efektif pasien seperti sebelumnya.
serangan 4. Beritahu pasien tentang
program medis yang telah
dibuat untuk menurunkan
serangan akan dating
5. Kaji tanda vital
6. Kaji orientasi pasien :
orang, tempat dan waktu
7. Kolaborasi : Pemberian
sedative
4 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1.jelaskan kembali tentang
keperawatan diharapkan : - perlunya mencegah
berpatisipasi dalam proses serangan ulang
belajar - Bertanggung jawab 2. Dorong klien untuk
untuk belajar dan mencari menghindari factor yang
informasi tentang dapat sebagai pencetus
penyakitnya. - Berpartisipasi episode angina : stress,
dalam program pengobatan - kerja fisik, makan terlalu
Melakukan perubahan pola banyak/berat, perubahan
hidup. suhu yang ekstrem.
3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi sumber
fisik dan stress dan
diskusikan cara yang dapat
mereka hindari.
4. Jelaskan pentingnya
mengkontrol berat badan,
menghentikan rokok.
Perubahan diet dan olah
raga.
5. Dorong pasien untuk
mengikuti program yang
ditentukan untuk
pencegahan kelelahan.
6. Tunjukkan pada pasien
untuk memantau nadi
sendiri selama aktivitas
7. diskusikan langkah
yang diambil bila terjadi
serangan angina :
menghentikan aktivitas,
pemberian obat,
penggunaan teknik
relaksasi.
8. Diskusikan tentang
obat-obat yang sesuai
dengan indikasi

Anda mungkin juga menyukai