Lisdiantini Hielganingsih
1702336
ABSTRAK
Penilaian sifat suatu bahan baik itu makanan maupun minuman dapat dilakukan dengan panca
indera. Penilaian ini dikenal dengan penilaian inderawi. Kelebihan dari penilaian secara inderawi
adalah dapat dilakukan secara langsung, cepat, dan lebih teliti. Adapun kelima panca indera yang
terdiri dari hidung, mata, kulit, mulut atau lidah, serta telinga dapat digunakan sebagai alat
penilaian secara penglihatan yaitu kenampakan fisik sampel, penciuman atau pembauan aroma,
perabaan tekstur, dan pencicipan rasa. Pengamatan dan penilaian secara inderawi ini mempunyai
tujuan untuk mengetahui kemampuan seseorang untuk menggunakan inderanya dalam menilai
suatu bahan, kemudian dapat mengenali bermacam-macam reaksi penginderaan dari suatu
bahan, serta dapat menilai benda atau komoditas yang diuji berdasarkan sikap atau kesan yang
diperolah. Metode yang digunakan adalah pengamatan secara langsung pada sampel dengan
menggunakan panca indera. Dari hasil pengamatan dan penilaian didapatkan hasil bahwa setiap
sampel memberikan kesan yang berbeda yang menyesuaikan dengan karakteristik sampel
tersebut yang dilihat dari segi warna, aroma, rasa, after taste, dan tekstur.
ABSTRACT
The evaluation of the properties of an ingredient both food and drink can be done with the five
senses. This assessment is known as sensory assessment. The advantage of sensory assessment
is that it can be done directly, quickly, and more thoroughly. The five senses consisting of nose,
eyes, skin, mouth or tongue, and ears can be used as a visual assessment tool that is the physical
appearance of the sample, smell or smell, smell of texture, and taste. This sensory observation and
evaluation has the objective to find out a person's ability to use his senses in assessing an
ingredient, then to be able to recognize various sensing reactions from a material, and to be able to
assess the object or commodity being tested based on the attitudes or impressions obtained. The
method used is direct observation of the sample using the five senses. From the observations and
assessments obtained the results that each sample gives a different impression that adjusts to the
characteristics of the sample in terms of color, aroma, taste, after taste, and texture.
1
Lisdiantini Hielganingsih - 1702336 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum Ke-1) (2019)
I. PENDAHULUAN
Panca indera merupakan alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengamatan
dan penilaian suatu bahan untuk dapat mengenali karakteristik atau sifat dan kesan yang
dapat dirasakan dari bahan tersebut. Terdapat 6 tahapan untuk dapat melakukan
penilaian secara inderawi pada suatu bahan yaitu :
1. Menerima bahan
2. Mengenali bahan dengan sifat dasarnya
3. Melakukan klarifikasi sifat-sifat dasar bahan tersebut
4. Menganalisis dan mengingat kembali bahan yang telah diamati
5. Menguraikan kembali sifat-sifat inderawi bahan tersebut
6. Melakukan evaluasi
Adapun kelima panca inderawi pada manusia dapat digunakan sebagai alat penilaian
suatu bahan dengan fokus penilaian sebagai berikut :
1. Hidung digunakan sebagai alat pencium atau pembau aroma dari sampel.
2. Mata digunakan sebagai alat penglihatan kenampakan fisik sampel.
3. Kulit atau jari tangan digunakan sebagai alat peraba tekstur dari sampel.
4. Mulut dan lidah digunakan sebagai alat peraba dan pencicip tekstur dan
rasa dari sampel
5. Telinga digunakan sebagai alat yang dapat menilai tingkat kerenyahan dari
sampel serta sebagai alat keseimbangan tubuh.
Penilaian secara inderawi ini banyak dilakukan dan disenangi karena prosesnya yang
berlangsung dengan cepat, penilaiannya memberikan hasil yang sangat teliti dan dapat
lebih teliti dari pada alat yang paling sensitif. Sehingga tujuan pengamatan pada
praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kemampuan seseorang untuk menggunakan
inderanya dalam menilai suatu bahan, kemudian dapat mengenali bermacam-macam
rekasi penginderaan dari suatu bahan, serta dapat menilai benda atau komoditas yang
diuji berdasarkan sikap atau kesan yang diperolah.
II. METODOLOGI
2
Cara Mengenali SIfat Inderawi Makanan 3
Pada praktikum ini akan dibahas mengenai cara mengenali sifat inderawi makanan
yang berdasarkan penglihatan, pembauan, perabaan, dan pencicipan dengan
menggunakan panca indera. Mata digunakan untuk melihat kenampakan sampel seperti
bentuk, ukuran, warna, keseragaman warna, dan kilap. Hidung digunakan untuk mencium
aroma sampel dengan parameter yaitu tidak berbau, agak tajam, tajam, dan sangat tajam.
Kulit digunakan untuk merasakan sampel dengan parameter yaitu lunak, keras, kenyal,
halus, kasar, kering, dan berminyak. Mulut digunakan untuk merasakan sampel dengan
parameter yaitu keras, rapuh, renyah, kenyal, lembut, halus, kasar, berpasir, lengket, rasa
sampel, dan after taste. Kemudian telinga digunakan untuk menilai kerenyahan makanan
dan sebagai indera keseimbangan. Sampel yang digunakan ada dua jenis yaitu sampel
padat dan semi padat yang terdiri dari apel, dodol, koya, rengginang, jeli, dan terigu.
Kemudian sampel cair yang terdiri dari minyak goreng, saus cabe, air kopi, air teh, dan air
susu.
1.1.1 Penglihatan
Karakteristik Kenampakan
Sampel Keseragaman
Bentuk Ukuran Warna Kilap Lainnya
warna
Sedang Kuning +2
Padat, Mengkilap
Apel sekitar merah Tidak seragam -
bulat +1
6-7 cm muda +1
Semi
Mengkilap
Dodol padat, Kecil Cokelat +3 Seragam -
+2
kotak
Tidak
Koya Serbuk Kecil Putih +2 Seragam -
mengkilap
Rengginang Padat, Sedang Kekuningan Cukup Tidak -
Lisdiantini Hielganingsih - 1702336 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum Ke-1) (2019)
4
Cara Mengenali SIfat Inderawi Makanan 5
1.1.2 Pembauan
Karakteristik Pembauan
Sampel
Tidak Agak
Tajam Sangat tajam Lainnya
berbau tajam
Apel √
Dodol √
Koya √
Rengginang √
Jeli √
Terigu √
Tabel 2. Hasil Pengamatan Makanan Padat/Semi Padat berdasarkan Pembauan
1.1.3 Perabaan
Karakteristk Perabaan
Sampel
Lunak Keras Kenyal Halus Kasar Kering Berminyak
Apel √ √ (Berair)
Dodol √ √ √ √
Koya √ √
Rengginang √ √ √ √
Jeli √ √ √ (Berair)
Terigu √ √
Tabel 3. Hasil Pengamatan Makanan Padat/Semi Padat berdasarkan Perabaan Jari
Tangan
Lisdiantini Hielganingsih - 1702336 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum Ke-1) (2019)
Berdasarkan pengamatan setiap sampel menunjukkan hasil perabaan jari tangan yang
berbeda-beda. Tingkat kekerasan suatu bahan ditentukan oleh struktur komponen
penyusunnya. Bahan yang mempunyai tekstur yang keras diakibatkan karena struktur
penyusunnya lebih kompak. Apel dan rengginang merupakan contoh sampel yang keras.
Pada apel, tingkat kekerasan ini dipengaruhi juga oleh tekanan turgor sel selama proses
perkembangan dan pematangan. Ketika buah apel sudah matang maka tingkat
kekerasannya akan menurun seiring dengan menurunnya jumlah protopektin yang tidak
larut air, dan naiknya jumlah pektin yang larut air (Muchtadi, 2010). Kemudian untuk
sampel rengginang selain keras, juga mempunyai tekstur kasar, kering, dan berminyak
akibat pengaruh penggorengan.
Sampel lainnya mempunyai tekstur lunak dan kenyal seperti dodol dan jeli.
Penggunaan tepung ketan dapat memberikan sifat kental pada pembuatan dodol akibat
proses gelatinisasi pati sehingga dapat membentuk tekstur dodol yang elastis (Ilma,
2012). Selain itu dodol juga sedikit berminyak karena penambahan minyak dan santan.
Sedangkan pada jeli tekstur lunak dan kenyal dihasilkan karena penambahan agar-agar
dan gelatin. Agar-agar merupakan salah satu bentuk koloid padat dalam cair sehingga
dapat membentuk gel. Sampel berikutnya adalah koya dan terigu yang mempunyai
tekstur kasar dan halus serta kering. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan proses
pengecilan ukuran salah satunya saat pengayakan. Ukuran alat ayak yang berbeda akan
menghasilkan tingkat kehalusan dan kekasaran yang berbeda pula.
Karakteristik Perabaan
Sampel
Keras Rapuh Renyah Kenyal Lembut Halus Kasar
Apel √ √
Dodol √ √ √
Koya √ √ √
Rengginang √ √
Jeli √ √ √
Terigu √ √
Tabel 4. Hasil Pengamatan Makanan Padat/Semi Padat berdasarkan Perabaan
Indera Mulut
6
Cara Mengenali SIfat Inderawi Makanan 7
1.1.4 Pencicipan
Karakteristik Pencicipan
Sampel After Lainnya
Manis Asam Asin Pahit
taste
Apel √ √
Dodol √ √
Koya √
Rengginang √ √
Jeli √ √ √
Terigu √
Tabel 5. Hasil Pengamatan Makanan Padat/Semi Padat berdasarkan Pencicipan
3.2.1 Penglihatan
Karakteristik Kenampakan
Sampel
Warna Jernih Keruh Kental Encer Lainnya
Minyak Putih
√ √
goreng bening
Saus cabai Merah √ √
Cokelat
Air kopi √ √
kehitaman
Cokelat
Air teh √ √
bening
Air susu Putih √ √
Tabel 6. Hasil Pengamatan Makanan Cair berdasarkan Penglihatan
Pengamatan juga dilakukan pada sampel cair yang terdiri dari minyak goring, saus
cabe, air kopi, air teh, dan air susu dengan parameter pengamatan berdasarkan
penglihatan. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa minyak goring
mempunyai warna putih kekuningan dan bening. Warna ini didapatkan dari proses
Lisdiantini Hielganingsih - 1702336 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum Ke-1) (2019)
panjang pengolahan dan pemurnian minyak. Pada umumnya minyak dengan tujuan
bahan pangan dimurnian melalui tahap proses sebagai berikut menurut Ketaren, (2012) :
1. Pemisahan minyak dengan kotoran melalui penguapan, degumming, dan
pencucian asam
2. Netralisasi atau pemisahan asam lemak bebas
3. Dekolorisasi atau pemucatan minyak
4. Deodorisasi atau penghilangan aroma yang tidak diinginkan pada minyak
5. Pemisahan gliserida jenuh dengan pendinginan
Setelah proses panjang ini kemudian dihasilkan minyak dengan warna putih kekuningan
dan bening. Untuk sampel saus cabai memiliki warna merah cerah. Warna merah pada cabai
dihasilkan dari penambah zat pewarna. Putra, dkk (2014) mengatakan dalam penelitiannya
bahwa sebanyak 10 sampel (40%) mengandung Rhodamin B dan 15 sampel (60%) yang
diizinkan penggunaannya. yaitu Erytrosin. Rata-Rata kadar Erytrosin dalam saus cabai adalah
639,5% dari 300 mg/kg sampel yang diizinkan. Kenampakan saus cabai juga terlihat lebih
kental dibandingkan dengan sampel yang lain karena dalam proses pembuatannya
ditambahkan zat pengental seperti pati seperti tepung maizena dan hunkuwe serta karagenan
yang termasuk bahan pengental alami. Sedangkan bahan pengental buatan seperti
CMC(carboxymethil cellulose) (Sjarif dan Shinta, 2016)
Untuk sampel kopi mempunyai warna air yang cokelat kehitaman, keruh, dan encer.
Warna pada kopi ini dihasilkan karena proses penyangraian kopi yang menimbulkan proses
pencokelatan. Kemudian kekeruhan pada kopi terjadi karena beberapa bagian serbuk kopi
tidak dapat larut dengan air tetapi masih tetap membuat air kopi encer. Kemudian untuk
sampel air teh mempunyai warna cokelat bening dan encer. Warna pada teh disebabkan oleh
adanya zat tanin, klorofil, dan karotenoid. Klorofil akan teroksidasi dan terurai menjadi feofitin
yang berwarna kehitaman. Sedangkan karotenoid akan teroksidasi menjadi aldehid dan keton
tak jenuh dan memberikan hasil warna kuning jingga (Towaha J, dan Balittri, 2013). Terakhir
untuk sampel air susu mempunyai warna putih, keruh dan encer. Warna air susu biasanya
berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan. Warna putih ini merupakan refleksi
cahaya oleh globula lemak, kalsium kaseinat, dan koloid fosfat (Muchtadi, 2010). Selain itu,
pada susu juga terdapat pigmen karoten riboflavin, dan laktorom yang menyebabkan warna
susu kuning kehijauan.
3.2.2 Pembauan
Karakteristik Pembauan
Sampel Tidak Sangat
Agak tajam Tajam Lainnya
berbau tajam
Minyak goreng √
Saus cabe √
Air kopi √
Air teh √
Air susu √
Tabel 7. Hasil Pengamatan Makanan Cair berdasarkan Pembauan
Pengamatan selanjutnya terkait dengan aroma dari setiap sampel. Untuk sampel
minyak mempunyai aroma yang cukup tajam. Aroma khas minyak ini dihasilkan karena
adanya senyawa beta ionone pada minyak kelapa sawit, dan nonyl methylketon pada
minyak kelapa (Ketaren, 2012). Untuk sampel saus cabai memiliki aroma yang sangat
tajam yang berasal dari penggunaan bahan baku cabai dan penambahan bahan baku lain
seperti rempah-rempah. Kemudian untuk sampel air kopi mempunyai aroma yang sangat
8
Cara Mengenali SIfat Inderawi Makanan 9
kuat yang berasal dari adanya zat kafein yang memberikan aroma yang disukai. Untuk
sampel air teh mempunyai aroma yang tajam dari adanya kandungan tanin pada teh.
Sama seperti kafein, tanin ini juga memberikan aroma yang disukai. Terakhir adalah
sampel air susu yang mempunyai aroma tajam. Aroma ini sangat dipengaruhi oleh
kandungan laktosa yang tinggi dan kadar klorida yang relatif rendah (Muchtadi, 2010).
3.2.3 Perabaan
Karakteristik Perabaan
Sampel
Halus Berbutir Lengket Berminyak Lainnya
Minyak goreng √ √
Saus cabe √ √ √
Air kopi √ √
Air teh √
Air susu √ √
Tabel 8. Hasil Pengamatan Makanan Cair berdasarkan Perabaan Jari Tangan
Karakteristik Perabaan
Sampel
Halus Berpasir Lengket Berminyak Lainnya
Minyak goreng √ √
Saus cabe √
Air kopi √
Air teh √
Air susu √
Tabel 9. Hasil Pengamatan Makanan Cair berdasarkan Perabaan Indera Mulut
3.2.4 Pencicipan
Karakteristik Pencicipan
Sampel
Manis Asam Asin Pahit After taste Lainnya
Minyak goreng Aroma minyak Tidak berasa
Saus cabe √ √ Rasa pedas
Air kopi √ Sangat pahit
Air teh √ Sedikit pahit
Air susu √ √ Aroma susu
Tabel 10. Hasil Pengamatan Makanan Cair berdasarkan Pencicipan
Lisdiantini Hielganingsih - 1702336 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum Ke-1) (2019)
IV. SIMPULAN
10
Cara Mengenali SIfat Inderawi Makanan 1
1
DAFTAR PUSTAKA
Detikfood. (2017). Ini Cara Hilangkan Lapisan Lilin pada Buah Apel Segar. Diakses dari
https://food.detik.com/info-kuliner/d-3558177/ini-cara-hilangkan-lapisan-lilin-pada-apel-
segar
Hapsari M D H Y dan Teti Estiasih. (2015). Variasi Proses dan Grade Apel (Malus
Sylvestris Mill) pada Pengolahan Minuman Sari Buah Apel: Kajian Pustaka. Jurnal
Pangan dan Agroindustri 3(3). Hlm 939-949. Diakses dari
https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/216
Ilma, N. (2012). Studi Pembuatan Dodol Buah Dengen (Dillenia Serrata Thunb) [skripsi].
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar
Ketaren S. (2012). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta. UI-Press
Muchtadi T R, dkk. (2010). Ilmu Pengetahuan Pangan. Bogor. Alfabeta.CV
Putra I R, dkk. (2014). Gambaran Zat Pewarna Merah pada Saus Cabai yang Terdapat
pada Jajanan yang Dijual di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Padang Utara. Jurnal
Kesehatan Andalas 3(3). Hlm 297-303. Diakses dari http://jurnal.fk.unand.ac.id
Sjarif S R, dan Shinta W A. (2016). Pengaruh Bahan Pengental pada Saus Tomat. Jurnal
Penelitian Teknologi Industri 8(2). Hlm 141-150. Diakses dari
http://ejournal.kemenperin.go.id/jpti/article/view/2220
Towaha J dan Balittri. (2013). Kandungan Senyawa Kimia pad Daun Teh (Camellia
sinensis). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Indsutri 19(3). Hlm 12-16.
Diakses dari situs http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2014/01/perkebunan_warta-vol19No3-2013-4.pdf
Winarno F G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Lisdiantini Hielganingsih - 1702336 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum Ke-1) (2019)
12