DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH
KELOMPOK : VII
NADIARTI 18046023
SITI AISYAH WANDA HAMIDAH 18046090
M. BIMA SAPUTRA 18046074
Alhamdulillah, kami selaku penulis mengucapkan puji syukur terhadap tuhan yang maha
esa, karena berkat rahmatnyalah saya mampu menyelesaikan makalah yang berjudul Teori-tTeori
Sosial Klasik dalam Mengkaji Masyarakat dan Sejarah Asia Tenggara/ Indonesi dan Teori-Teori
Sosial Pribumi dengan sebaik-baiknya dan dalam jangka wakt yang ditentukan. Selain itu kami
juga berterimakasih terhadap tema-teman yang telah mau berpartisipasi dan membantu saya dalam
mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan materi yang dibahas di dalam makalah ini
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat berfungsi dan membantu para pembaca dalam
memahami serta menganalisis segala bentuk pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang
kami paparkan dalam makalah ini. Sehinga dapat mempermudah pembaca dalam proses
pembelajaran. Selain itu kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat kekurangan. Baik dari segi pemaparan, penggunaan Bahasa serta keterbatasan
sumber yang kami temukan dan kami jadikan sebagai acuan. Oleh karena itu, saran da kritik yang
membangun sangat diharapkan dari pembaca sehingga dapat kami jadikan tolok ukur untuk
kedepannya.
Kelompok VII
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Gender, Mitos
Pribumi Malas, dan Polemik Kebudayaan.Gender merupakan suatu sifat yang
dijadikan sebagai dasar dalam pengidentifikasian suatu perbedaan antara laki-lai dan perempuan.
Sejarah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi dalam proses yang sangat
panjang. Dalam pembahasan gender tedapat banayak para ahli yang mengembangkan teorinya
dalam memperbincangkan masalah gender. Seperti Teori Struktural-Fungsional, Teori Sosial-
Konflik Menurut Lockwood, Teori Struktural-Fungsional, Teori Feminisme Liberal, Teori
Feminisme Marxis-Sosialis, Teori Feminisme Marxis-Sosialis, Teori Ekofeminisme dan lain
sebagainya.
Mitos Pribumi Malas merupakan sebuah ideology atau pandangan yang diberikan oleh
colonial terhadap pribumi terutama dikawasan Asia Tenggara seperti yang di paparkan bahwa
kaum pribumi merupakan orang-orang atau masyarakat yang tidak mau berusa untuk lebih atau
turut serta dalam hal perekonomian sehingga mereka dipandang sebagai pemalas. Namun Sayed
Husein memberikan penjelasan atau bisa dikatakan menolak terhadap ideologi colonial yang
mengatakan bahwa pribumi malas dengan mengkaji dan memperkuat dengan sejarah di awasan
Asia Tenggara serta mengatakan bahwa koloniallah yang menjadi penyebab kemalasan dan
ketidak mau ikutserta dalam bidang ekonomi. Karena perlakuan colonial yang bersipat memaksa
dan sewenang-wenang kepada kalangan pribumi.
Polemik Kebudayaan berkaitan dengan adanya pertentangan pendapat dari kalangan
intelek Indonesia dalam mengupayakan Indonesia merdeka dan sang saka merah putih dapat
berkibar secara bebas di bumi pertiwi pada era ke-30an tepatnya pada tahun 1935. Dari perdebatan
ini pulalah yang kelak menjadi latar belakang dari tujuan dan cita-cita NKRI.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan Gender
2. Teori-teori apa saja yang membahas tentang gender
3. Apa yang dimaksut dengan mitos pribumi malas
4. Bagaimana pandangan Sayed Husein terhadap mitos pribumi malas
5. Apa yang dimaksut dengan polemik kebudayaan
1.3 Tujuan Pembelajaran
2. Mampu mengetahui dan memahami apa itu gender
3. Mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan gender
4. Memahami apa yang dimaksut dengan mitos pribumi malas
5. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksut dengan polemik kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN
6. Teori Ekofeminisme
Teori ekofeminisme muncul karena ketidakpuasan akan arah perkembangan
ekologi dunia yang semakin bobrok. Teori ini mempunyai konsep yang bertolak belakang
dengan tiga teori feminisme modern seperti di atas. Teori-teori feminisme modern
berasumsi bahwa individu adalah makhluk otonom yang lepas dari pengaruh
lingkungannya dan berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Sedang teori ekofeminisme
melihat individu secara lebih komprehensif, yaitu sebagai makhluk yang terikat dan
berinteraksi dengan lingkungannya (Ratna Megawangi, 1999: 189). Menurut teori ini, apa
yang terjadi setelah para perempuan masuk ke dunia maskulin yang tadinya didominasi
oleh laki-laki adalah tidak lagi menonjolkan kualitas femininnya, tetapi justeru menjadi
male clone (tiruan laki-laki) dan masuk 12 dalam perangkap sistem maskulin yang
hierarkhis. Masuknya perempuan ke dunia maskulin (dunia publik umumnya) telah
menyebabkan peradaban modern semakin dominan diwarnai oleh kualitas maskulin.
Akibatnya, yang terlihat adalah kompetisi, self-centered, dominasi, dan eksploitasi. Contoh
nyata dari cerminan memudarnya kualitas feminin (cinta, pengasuhan, dan pemeliharaan)
dalam masyarakat adalah semakin rusaknya alam, meningkatnya kriminalitas, menurunnya
solidaritas sosial, dan semakin banyaknya perempuan yang menelantarkan anak-anaknya
(Ratna Megawangi, 1999: 183).
7. Teori Psikoanalisa
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Teori ini
mengungkapkan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki dan perempuan sejak awal
ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Freud menjelaskan kepribadian seseorang
tersusun di atas tiga struktur, yaitu id, ego, dan superego. Tingkah laku seseorang menurut
Freud ditentukan oleh interaksi ketiga struktur itu. Id sebagai pembawaan sifat-sifat fisik
biologis sejak lahir. Id bagaikan sumber energi yang memberikan kekuatan terhadap kedua
sumber lainnya. Ego bekerja dalam lingkup rasional dan berupaya menjinakkan keinginan
agresif dari id. Ego berusaha mengatur hubungan antara keinginan subjektif individual dan
tuntutan objektif realitas sosial. Superego berfungsi sebagai aspek moral dalam
kepribadian dan selalu mengingatkan ego agar senantiasa menjalankan fungsinya
mengontrol id (Nasaruddin Umar, 1999: 46).
3.1 Kesimpulan
Gender merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat dari
konstruksi soial dan budaya serta merupakan suatu sifat yang dapat dijadikan sebagi dasar untuk
mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan
budaya, nilai dan perilaku, mentalitas, dan emosi, serta faktor-faktor nonbiologis lainnya. Mitos
pribumi malas merupakan ungkapan yang diberikan kepada kaum pribumi yang berusaha diangkat
oleh Syed Husein menjadi pokok kajiannya serta mengupayakan membantah pernyataan tersebut
dengan mengumpulkan data-data mulai dari sejarah, ekonomi dan sebagainya yang berkaitan
dengan pribumi pada masa kolinial. Sedangkan Polemik Kebudayaan merupakan perbedaan-
perbedaan pandangan dan pendapat dari kalangan ilmuan Indonesia dalam mengupayakan
kemerdekaan Indonesia.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
focus dan mendetail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
lengkap yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu pembaca bisa memberi kritik
atau saran terhadap penulisan dan bisa juga menanggapi terhadap kesimpulan dari pembahasan
makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Syed Husein. 1988. Mitos Pribumi Malas. Jakarta: LP3ES
http://zeidel.blogspot.com/2013/03/polemik-kebudayaan.html?m=1
https://serbasejarah.files.wordpress.com
Marzuki. Kajian Awal Tentang Teori-teori Gender.