Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MODEL KEYNES

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13

1. Isyati Rodhiah ( 23218420 )


2. Livya Julianty ( 23218815 )
3. Zana Zhafirah K. A ( 27218581 )

1EB11

MATA KULIAH : PENGANTAR EKONOMI 2

DOSEN : SULASTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2018/2019

ANALISIS KESEIMBANGAN

MODEL KESEIMBANGAN KEYNES

Model keseimbangan Keynesian dibangun berdasarkan imerpretasi idea: Keynes.


tama yang termuat dalam bukunya, The General Theory of Emp oyment, Interest, and
Money (1936), yang kemudian dikenal sebagai The General Theory. Para ekonom
yang mengembangkan model keseimbangan Keynesian ini berpandangan bahwa
analisis Keynes pada dasarnya analisis keseimbangan. Mereka di antaranya adalah
Hansen, Dinard, Hicks, dan Samuelson. Beberapa ekonom berpandangan berbeda.
misalnya Clover dan Patinkin. Bagi mereka, analisis Keynes pada dasarnya analisis di
luar keseimbangan (disequilibrium analysis). Argumentasi mereka adalah Keynes
sendiri berpendapat bahwa harga (upah tenaga kerja) dalam jangka pendek cenderung
kaku. seling: pasar tidak sealu berada dalam keseimbangan.

Kendatipun sama-sama berangkat dari asumsi keseimbangan, model keseimbangan


Keynesian tetap sangat berbeda dengan model Klasik tentang faktor dominan yang
dianggap memengaruhi keseimbangan ekonomi. Jika model keseimbangan Klasik
sangat mementingkan sisi penawaran agregat, model keseimbangan Keynesian justru
sangat mementingkan sisi permintaan agregat.

Pandangan di atas dapat dimaklumi jika melihat konteks perkembangan ekonomi


Barat, ketika The General Theory diterbitkan (1936). Ketika itu Depresi Besar yang
melanda negara-negara kapitalis (1929-1933) bukan disebabkan lemahnya sisi
penawaran. Sebab, teknologi yang ada, jumlah barang modal, dan jumlah uang dalam
perekonomian kapitalis, sudah jauh lebih maju dan lebih banyak dibanding awal
modernisasi (abad ke-18 ke-19), tetapi akumulasi modal dan ilmu pengetahuan
diiringi dengan memburuknya distribusi pendapatan. Kemajuan teknologi yang
meningkatkan kemampuan produksi membuat pandangan supply creates its own
demand menjadi kurang relevan, sebab jumlah yang dipmduka para produsen sudah
jauh lebih besar daripada kebutuhan. Sementara itu, keuntungan dan' kegiatan
produksi disimpan dalam bentuk uang. Bertambah modernnya perekonomian
menyebabkan fungsi uang tidak sekadar sebagai alat tukar, melainkan juga alat
penyimpan nilai. Fungsi ini memungkinkan penggunaan uang sebagai alat
memperoleh keuntungan. Artinya, sektor riil bukan satu-satunya sumber memperoleh
keuntungan. Bahkan memperoleh keuntungan lewat uang terasa lebih mudah dan
cepat dibanding lewat proses produksi. Hal inilah yang menyebabkan beberapa tahun
sebelum Depresi Besar, perkembangan sektor moneter sangat luar biasa. Sayangnya,
di tahun 1929 sektor moneter kapitalis ambruk, yang mengawali terjadinya Depresi
Besar.

Dengan kata lain, modernisasi perekonomian Barat justru membuat dunia nyata
makin jauh dari dunia ideal berdasarkan asumsi Klasik. Akibatnya dibutuhkan teori-
teori yang lebih relevan' dan lebih umum daripada teori Klasik. Menurut Keynes,
penyebab ambruknya perekonomian kapimlis 1929-1933 adalah tidak stabilnya sektor
swasta. Karena itu untuk memperkuat Perekonomian kapitalis perlu campur tangan
pemerintah. Tetapi tidak dalam proses produksi melainkan menstimulir permintaan
agregat.

Permintaan dan Penawaran Agregat


Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan
perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebalikya bergantung pada suplai
modal dan tenaga kerja serta pada ketersediaan teknologi produksi. lni adalah esensi
dari model klasik dasar. Harga fleksibel adalah asumsi penting dari teori klasik Teori
klasik menyatakan, yang kadang kadang secara emplisit, bahwa harga disesuaikan
untuk menjamin bahwa kuantitas output yang diinginkan sama dengan kuantitas yang
ditawarkan.

Perekonomian bekerja cukup berbeda apabila harga bersifat kaku. Dalam hal ini,
sebagaimana kita lihat, output juga bergantung pada permintaan terhadap barang dan
jasa. Sedangkan permintaan dipengaruhi oleh pandangan konsumen tentang prospek
ekonomi. pandangan perusahaan tentang keumuman darl Investasi baru serta
kebijakan moneter dan fiskal. Karena kebijakan rnoneter dan fiskal dapat
mempengaruhi output perekonomian selama horison waktu ketika harga bersifat kaku,
kekuatan harga menyediakan dasar pemikiran mengapa kebijakan moneter dan fiskal
berguna untuk menstabilkan perekonomian jangka pendek.

Penawaran dan permintaan adalah pandangan yang paling sederhana dalam teori
ekonomi, penawaran dan permintaan untuk setiap barang yang menentukan harga
barang serta jumlah yang dijual, dan bagaimana penawaran dan permintaan ini
mempergaruhi harga serta jumlahnya. tetapi kali ini penawaran dan permintaan dilihat
dari ukuran ekonomi yang yg lauh lebih besar. Model makroekonomi ini membuat
kita bisa mempelajari bagaimana tikat harga agregat dan jumlah output agregat
ditentukan dalam jangka pendek. Model lnl juga membedakan cara bagaimana kinerja
perekonomian dalam jangka panjang dalam jangka pendek.

Meskipun model permintaan agregat dan penawaran agregat menyerupai model


penawaran dan permlntaan untuk haram turugal, namun analogi ml tidaklah sama
persis. Model penawaran dan permintaan untuk barang tungal hanya memperhatikan
satu barang dalam perokonomlan yam besar. Sebaliknya, penawaran dan permintaan
agregat adalah model canggih yang melibatkan Interaksi di antara banyak pasar.

Permintaan Agregat

Permintaan agregat/ agregate demand (AD) adalah hubungan antara tingkat harga
agregat dengan jumlah ouput yang diminta. Dengan kata lain. kurva permintaan
agregat menyatakan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada setiap
tingkat harga.

Persamaan Kuantitas sebagai Permintaan Agregat

Teorl kuantitas menyatakan MV=PV, di mana M adalah jumlah uang yang beredar, V
adalah perputaran nam, P adalah limit harga. dan v adalah jumlah output. Jika
perputaran uang adalah konstan, maka persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uarg
yang beredar menentukan nilai nominal output, yang pada akhirnva merupakan
produk dari tingkat harga dan jumlah output.

Persamaan kuantitas bisa ditulis kembali dalam bentuk penawaran dan permintaan
untuk keseimbangan uang ril M/P = permintaan (M/P)’’ dan bahwa permintaan adalah
proposional terhadap output Y. perputaran uang V adalah sisi lain dari parameter
permintaan uang K asumsi perputaran uang konstan sama dengan asumsi bahwa
permintaan untuk keseimbangan uang riil untuk tiap satuan output adalah konstan.

Diasumsikan untuk semua uang yang beredar M dan perputaran V tetap, persamaan
kuantitas menghasilkan hubungan negatif antara tingkat harga P dan Output Y.
Gambar di bawah ini menunjukkan kombinasi P dan Y yang memenuhi persamaan
kuantitas yang mempertahankan M dan V konstan. Kurva menurun dan dan kiri atas
ke kanan bawah Ini di sebut kurva permintaan agregat .

Kurva permintaan agregat (AD) menunjukkan hubungan antara tingkat harga P dan
jumiah barang dan jasa yang diminta Y. Kurva itu digambarkan untuk nilai jumlah
uang yang beredar M tertentu. Kurva permintaan agregat miring kebawah, semakin
tinggi tingkatl\ harga P, maka semakin rendah tingkat keseimbangan riil M/P, dan
karena itu semakin rendah Jumlah barang dan jasa yang diminta.

Pergeseran Kurva Permintaan agregat

Kurva permintaan agregat dibuat untuk nilai dan jumlah uang yang beredar yang
tetap. Dengan kata lain, kurva tersebut menyatakan kombinasi yang memungkinkan
dari P dan Y untuk nilai M tertentu. Jika jumlah uang yang beredar berubah, maka
kombinasi yang mungkin dari P dan Y berubah,yang berarti kurva permintaan agregat
bergeser.
Sebagai contoh, jika uang yang beredar berkurang Persamaan kuantitas, MV=PY,
menyatakan bahwa pengurangan jumlah uang yang beredar menyebabkan
penganguran proporsional dalam nilai nominal output PY. Untuk setiap tingkat harga,
jumlah output adalah lebih rendah, dan untuk jumlah output apapun, tingkat harga
adalah lebih rendah. Kurva permintaan akan bergeser ke kiri.

Hal sebaliknya jika uang yang beredar meningkat. Persamaan kuantitas menyatakan
bahwa kenaikan dalam M menyebabkan kenaikan dalam PY. Untuk setap tingkat
harga, Jumlah output adalah lebih tinggi, dan untuk Jumlah output berapapun, tingkat
harga adalah lebih tinggi. Kurva permintaan akan bergeser ke kanan.

Meskipun teori kuantitas memberikan dasar yang sangat sederhana untuk memahami
kurva permintaan agregat, kenyataan sesungguhnya jauh lebih rumit. Fluktuasi
dalamjumlah uang beredar

bukanlah satu-satunya fluktuasi permintaan agregat. Mekipun jumlah uang yang


beredar tetap konstan, kurva permintaan agregat juga bisa bergeser jika beberapa hal
menyebabkan perubahan

perputaran uang.
Komponen permintaan agregat

Y=C+I+G+(X-M

C : konsumsi rumah tangga

I : investasi sektor dunia usaha

G : pengeluaran pemerintah

X : ekspor

M : impor

Konsumsi Rumah Tangga (C)

Menurut Keynes, besarnya konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh


pendapatan disposabel (Ya) saat ini. Fungsi konsumsi tersebut telah dijelaskan dalam
Bab 3, yaitu C = Co + bYd, di mana pendapatan disposabel adalah pendapatan setelah
dikurangi pajak (T), atau Yd = Y T. Untuk sementara, pajak dianggap tidak ada,
sehingga Yd = Y. Dengan demikian, fungsi konsumsi dapat ditulis sebagai:

C = Co + bY .......................... (11.1)
..........................

Pengeluaran Investasi (I)

besarnya pengeluaran (Permintaan) investasi sektor dunia usaha berhubungan terbalik


dengan tingkat bunga. Makin rendah tingkat bunga, permintaan investasi makin besar.
Begitu sebaliknya I = f(r), di mana

namun juga, untuk sementara ini, fungsi investasi dianggap otonomus. Besarnya
Pengeluaran investasi tidak ditentukan oleh tingkat bunga, melainkan dianggap
konstan. Dengan demikian fungsi investasi adalah:

I = Io

Io = investasi otonomus

Misalnya pengeluaran investasi otonomus adalah 100, maka fungsi investasi ditulis
sebagai I = 100.

Pengeluaran Pemerintah (G)

Besarnya pengeluaran pemerintah ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jumlah


penduduk dan tingkat pendapatan nasional.

G = f(Pop, Y)
G G
0 0
PDB Pop

Pop : jumlah penduduk (population)

Y : output nasional atau PDB (Produk Domestik Bruto)

Untuk sementara jumlah penduduk dan PDB dianggap otonomus, sehingga fungsi
pengeluaran pemerintah adalah:

G = Go ..................................................... . ........... . ....... ........ ...... ............ (11.4)

Ekspor (X)

Besarnya ekspor memberikan gambaran tentang besarnya permintaan luar negeri


terhadap produk domestik. Karena itu besarnya ekspor sangat ditentukan oleh faktor-
faktor eksternal, yang berada di luar kendali kekuatan domestik, misalnya pendapatan
nasional negara tujuan ekspor, harga relatlf, dan selera. Karena itu fungsi
eksporumumnya dianggap eksogenus.

Impor (M)

Untuk memenuhi permintaan pasar domestik umumnya dilakukan impor. Faktor


utama yang paling memengaruhi besarnya impor adalah pendapatan nasional, di mana
ada kecenderungan bila pendapatan nasional makin besar, impor juga semakin besar.

M=f(Y)

QM>O
M : impor

Y = pendapatan nasional (PDB)

Impor dianggap otonomus, sehingga fungsi impor dapat ditulis:

M =Mo.................(11.6)

Penawaran Agregat

Penawaran agregat/ aggregate supply (AS) adalah hubungan antara tingkat harga
dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena perusahaan yang
menawarkan barang dan Jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi
harga kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat yang berbeda; kurva
penawaran agregat jangka panjang [long run aggregate supply) LRAS dan kurva
penawaran agregat jangka pendek (short run agregate supply) SRAS. Dua faktor yang
menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar kerja dan fungs
produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja
yang ddigunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari
tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi
yang menerankan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor faktor produksi
lain untuk mewujudkan produksi nasionaL

Yang memindah kurva AD


Perubahan-perubahan di pasar barang atau perubahan di pasar uang akan
memindahkan kurva AD. Perubahan perubahan dalam perbelanjaan agregat, yang
akan berlaku sebagai akibat perubahan dalam komponen-komponennya, seperti
tabungan dan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan pajak, dan ekspor
impor akan memindahkan AD ke kanan atau ke kiri. Begitu pula kedudukan AD akan
berubah sebagai akibat perubahan permintaan dan penawaran uang.

Bentuk-bentuk Kurva Penawaran agregat

Kurva penawaran agregat yang berlainan disebabkan oleh pandangan ahli-ahli


ekonomi yang berbeda mengenai adakah ekonomi yang telah mencapai kesempatan
kerja penuh dan implikasi pertambahan pendapatan nasional dan kesempatan kerja ke
atas tingkat harga serta ciri-ciri pasaran tenaga kerja.

Menurut pendapat ahli ahli ekonomi Klasik perekonomian akan selalu mencapai
kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan nasional akan selalu mencapai
tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja
penuh Y. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada tahun
tertentu yang digambarkan oleh Yf, tergantung kepada faktor faktor produksi yang
tersedia . jumlah faktor faktor produksi inilah yang akan menemukan kedudukan Yf.
dalam grafik (a) dari gambar 2.3 perpindahan AS, dan Yf menjadi AS1 dan Y1f,
memgambarkan bahwa Jumlah faktor faktor produksi yang sudah semakin banyak
dan memungkinkannya untuk menaikkan produksi negara dari Yf menjadi Y1f,.

Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat golongan Keynesian perlu
dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam analisis Keynesian sederhana dan
pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan di pasaran tenaga kerja.Grafik (b)
pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat harga tidak akan mengalami
perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai. Tingkat harga tidak akan
mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga tersebut adalah P. Pada tingkat
kesempatan kerja penuh keadaan sebaliknya akan berlaku, yaitu apabila ekspansi
dalam perbelanjaan agregat masih terus berlaku, pendapatan nasional tidak dapat
ditambah tetapi harga-harga akan meningkat. Penggunaan tenaga kerja yang semakin
banyak akan menambah pendapatan nasional. Dengan demikian peningkatan harga
akan menambah pendapatan nasional riil. Sifat dari hubungan ini digambarkan oieh
kurva penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva ini dikembangkan oleh golongan
Keynesian baru.

Dalam analisis penawaran agregat yang dihubungkan dengan pendapat golongan


Ekspektasi Rasional atau Klasik baru perlu dibedakan diantara penawaran agregat
jangka pendek [short run aggregate supply atau SRAS) dengan penawaran agregat
jangka panjang [long run aggregate supply atau LRAS). Yang dimaksudkan dengan
"jangka pendek“ dalam konsep diatas adalah jangka waktu dimana hanya harga-harga
barang dan harga bahan mentah (seperti minyak) yang akan mengalami perubahan.
Sedangkan dalam 'jangka panjang' perubahan bukan saja berlaku ke atas tingkat harga
barang-hararg tetapi juga ke atas harga-harga input (bahan mentah dan faktor-faktor
produksi) yang digunakan dalam proses produksi.

Keyakinan Keynes bahwa perekonomian selalu menghadapi masalah penganguran


dan pertambahan uang tidak akan menimbulkan kenaikan harga selama kesempatan
kerja penuh belum tercapai, sangat mempengaruhi pandangan Keynes yang
berkeyakinan bahwa penambahan permintaan agregat hanya akan menimbulkan
kenaikan dalam pendapatan nasional. Berdasarkan kepada keyakinan ini, dalam
analisis Keynesan yang muIa-mula berkembang, penentuan keseimbangan permintaan
dan penawaran agregat adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

Dari sudut analisis Keynesian yang asal, keseimbangan AD-AS dan perubahan
perubahannya dapat ditunjukkan dengan bantuan gambar 2.5. Misalkan pada mulanya
keseimbangan hanya dapat mencapai titik E0 yang disebabkan karena permintaan
agregat yang relatif rendah, yaitu sebanyak AD0. Pendapatan nasional adalah Y0 dan
berada dibawah pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jurang diantara
Yf dengan Y0 akan menimbulkan pengangguran. Berbeda dengan pandangan Klasik,
pengangguran ini akan menimbulkan penyesuaian seperti yang diterangkan dalam
analisis ahli-ahli ekonomi Klasik. Harga tidak akan berubah dan tidak akan
mewujudkan keseimbangan diantara permintaan agregat dan penawaran agregat pada
kesempatan kerja penuh. Begitu pula, tingkat upah tidak akal merosot untuk
menyeimbangkan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tanpa perubahan dalam
permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada E0.

Oleh karena Keynes berkeyakinan bahwa tanpa perubahan permintaan agregat


keseimbangan akan kekal pada tingkat dibawah kesempatan kerja penuh, Keynes
menekankan tentang pentingnya peranan pemerintah untuk meningkatkan kegiatan
perekonomian kearah tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah tersebut
perlu ditumpukan kepada usaha menggeser kurva AD0 ke kanan yaitu AD1 dan yang
lebih ideal lagi apabila dapat mencapai AD2. Perubahan ke tingkat AD3, perlu
dihindari karena akan menimbulkan Inflasi. Perubahan AD tersebut akan dapat
mengurangi pengangguran dan apabila cukup elektif akan mewujudkan pula tingkat
kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah yang ditekankan dalam pemikiran
Keynesan adalah bersifat kebijakan mempengaruhi permintaan agregat atau demand
mangement policy.
Model Keseimbangan Perekenomian Tertutup Dua Sektor

Model keseimbangan Keynesian yang paling sederhana adalah model perekonomian


tertutup dua sektor. Perekonomian tidak melakukan hubungan ekonomi dengan dunia
internasional dan terdiri atas sektor: rumah tangga dan dunia usaha.

a. Output Keseimbangan

Dalam perekonomian tertutup dua sektor, pengeluaran agregat adalah total


pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi sektor dunia usaha:
di mana A adalah total pengeluaran otonomus (A = Co + 10).

Keseimbangan ekonomi tercapai bila pengeluaran agregat sama dengan pendapatan


nasional. Karena tingkat konsumsi pada tingkat keseimbangan sangat ditentukan oleh
besarnya Y*, maka fungsi konsumsi dapat juga ditulis sebagai:

C = C0 + By*
Besarnya Y* dapat dihitung seperti berikut ini :

Contoh Kuantitatif
Kasus 11.1

Besarnya Y* dapat dihitung dengan menyamakan Y dan AE


Besarnya output keseimbangan (y*) adalah 1.500, yang terdiri atas pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan investasi. Besarnya konsumsi pada kondisi keseimbangan
adalah:

C = 100 + 0,8Y* = 100 + 0,8 (1.500) = 1.300

Besarnya I, karena otonomus, adalah sama dengan 200.

Kondisi keseimbangan dapat digambarkan seperti dalam Diagram 11.4 berikut ini.

b. Dampak Perubahan Pengeluaran Investasi Otonomus

Kasus 11.1 dikembangkan menjadi kasus 11.2 dengan menganggap investasi


otonomus berubah (bertambah )Sebanyak 50 unit.

Kasus 11.2

Fungsi investasi otonomus berubah menjadi I1= 250, sehingga pengeluaran agregat
juga berubah menjadi :
Penambahan investasi otonomus sebesar 50 menyebabkan Y* meningkat sebesar 250.
Perubahan tingkat pendapatan dalam keseimbangan digambarkan dalam diagram
berikut ini

Dari diagram diatas terlihat bahwa perubahan investasi otonomus sebesar 50 telah
menaikkan pendapatan nasional sebesar 250

c. Dampak Perubahan Konsumsi Otonomus

Sekarang Kasus 11.1 dikembangkan menjadi Kasus 11.3 di mana yang berubah
adalah konsumsi otonomus ( C0), yaitu naik sebesar 50 unit (ΔC0 = 50). Kita lihat apa
yang terjadi.
d. Etek Multipner (Pelipotgandaan)

Kasus 11-2 dan 11.3 menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran otonomus (A),
yaitu konsumsi otonomus (C0) dan atau investasi otonomus (I0), telah menyebabkan
penambahan Y* berlipat ganda. Artinya, penambahan pengeluaran otonomus
menimbulkan efek pelipatgandaan terhadap output keseimbangan (Y*). Efek inilah
yang disebut sebagai efek pelipatgandaan atau efek multiplier (multiplier effect).
Konsep ini menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran otonomus sebesar satu unit
akan mengubah output keseimbangan beberapa kali lipat besarnya perubahan
pengeluaran otonomus (A).

Dalam dua kasus di atas, penambahan A (I0 atau C0) sebesar 50 unit, telah menambah
Y* sebesar 250 unit. Atau setiap penambahan 1 unit pengeluaran otonomus (ΔA = 1)
akan menambah Y* sebanyak 5 unit (AY* = 5) atau AY*/ΔA = 5.

Angka 5 disebut sebagai angka pengganda atau angka multiplier. Mungkin yang
menjadi Pertanyaan adalah apakah angka pengganda selalu sama dengan lima?
Jawabnya: tidak selalu, tetapi ditentukan oleh besarnya angka marginal propensity to
consume (MPC). Untuk membuktikannya, mari kita perhatikan persamaan terakhir
untuk mendapatkan angka Y*.

Y*- bY*= A, di mana A = C0 +10

Y* = A/(1-b)

Untuk melihat pengaruh perubahan pengeluaran otonomus terhadap Y*, maka


persamaan dapat ditulis:

AY* = ΔA/(1- b)

Karena dalam contoh di atas MPC = 0,8, maka angka multiplier = 1/ 0,2 = 5. jika nilai
MPC = 0,6, angka multiplier = 1 / 0,4 = 2,5.

Tabel 11.1 berikut ini menunjukkan besarnya angka multiplier dikaitkan dengan
besarnya MPC.
Perubahan keseimbangan karena pengaruh perubahan otonomus sifatnya simetris.
Maksudnya, jika pengeluaran otonomus berkurang, maka pendapatan nasional dalam
keseimbangan juga berkurang sebesar pengurangan pengeluaran otonomus dikalikan
angka multiplier. Secara matematis dapat ditulis:

Tanda negatif menunjukkan perubahan A negatif akan mengurangi Y* sebesar ΔA/(1-


b)

e. Dinamika Proses Pelipatgandaan

Proses pelipatgandaan tidak berjalan seketika, tetapi berulang-ulang sampai


tak !erhingga. Misalnya, penambahan investasi otonomus sebesar 100, pada tahap
pertama akan meningkatkan permintaan agregat sebesar 100 juga, sehingga
meningkatkan pengeluaran konsumsi sebesar 80 (ingat: ΔC = ΔY x MPC, di mana
MPC dalam kasus-kasus di atas = 0,8). Pada tahap kedua penambahan konsumsi
sebesar 80 akan meningkatkan permintaan agregat sebesar 80. Tahap ketiga
pengeluaran agregat, yang berarti peningkatan pendapatan, akan meningkatkan
konsumsi sebesar 80 x 0,8 = 64. Begitu, seterusnya. Dampak pengaruhnya dalam
perputaran tak terhingga bisa diketahui dengan menggunakan rumus penjumlahan
deret ukur suku tak terhingga (S∞), yaitu ΔY : Al0 / (1-b).

Dalam Kasus 11.2, besarnya Δl0 = 50 = ΔA, sehingga besarnya ΔY sampai putaran
tak terhingga adalah: ΔY = ΔI0/1-b) = 50/ (1-0,8) = 50/ 0,20 = 250. Dalam Kasus
11.3, besarnya ΔC0 = 50 = ΔA, sehingga besarnya ΔY sampai putaran tak terhingga
adalah: ΔY = ΔC0/(1-b) = 50/(10,8) = 50/ 0,20 = 250.
Proses dinamika tersebut juga dapat dilihat dalam diagram 11.7 di bawah ini

3. Model Keseimbangan Perekonomian Tertutup Tiga Sektor

Model ekonomi tiga sektor memasukkan sektor pemerintah, yang diwakili oleh
Pengeluaran pemerintah (G).

a.Output Keseimbangan

Dengan demikian pengeluaran agregat menjadi:


Dimana A Sekarang terdiri atas (C0 + I0 + G0).

Sama halnya dengan model dua sektor, dalam model tiga sektor output keseimbangan
dapat dihitung dengan menyamakan Y dan AE. Kasus 11.1 kita kembangkan menjadi
Kasus 11.4 dengan menambahkan fungsi pengeluaran pemerintah.

Contoh kuantitatif
Kasus 11.4
Misalkan pengeluaran pemerintah adalah G = 300, maka pengeluaran agregat
menjadi :

Pada tingkat keseimbangan, besarnya C = 100 + 0,8(3000) = 2500, sedangkan I0 =


200 dan G0 = 300
b. Dompak Perubahan Pengeluaran Pemerintah

Pemerintah dapat memengaruhi tingkat output keseimbangan dengan mengurangi


pengeluarannya. Besarnya efek perubahan pengeluaran pemerintah adalah sama
dengan pengaruh perubahan investasi (I0) atau konsumsi otonomus (C0), sehinga
perubahan pengeluaran pemerintah terhadap perekonomian dapat ditulis sebagai:

Kasus 11.5

Kasus 11.4 dikembangkan menjadi Kasus 11 .5, dengan menganggap pengeluaran


otonomus pemerintah bertambah sebesar 100, sehingga G1 = 400. Pengeluaran
agregat menja di :
Persamaan di atas menunjukkan bahwa injeksi pemerintah lewat pengeluarannya
dapat menstimulir pertumbuhan ekonomi, dilihat dari peningkatan output yang
beberapa kali lipat dari penambahan pengeluaran pemerintah. Bagi masyarakat,
meningkatnya output berarti peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan
meningkatkan konsumsi, yang berarti meningkatkan kesejahteraan.

4. Model Perekonomian Empat Sektor (Perekonomian Terbuka)

Dalam model empat sektor, perekonomian dianggap melakukan interaksi dengan


dunia luar, melalui ekspor dan impor barang. Sektor impor-ekspor lni disebut juga
sektor luar negeri (sektor keempat) Karenanya, model perekonomian empat sektor
disebut juga sebagai model perekonomian terbuka.

a.Output Keseimbangan

Dalam perekonomian terbuka, fungsi pengeluaran agregat adalah:

di mana A sekarang terdiri atas (C0 + + Io + G0 + NX).


Output keseimbangan tercapai bila Y = AE.

Contoh Kuantitatif

Kasus 11.6

Kasus 11.4 dikembangkan menjadi Kasus 11.6 dengan menambahkan X = 75 dan M


= 25 sehingga:

Pasar Tenaga Kerja


Konsepsi Keynes mengenai bekerjanya pasar tenaga kerja berbeda
dengan konsepsi kaum Klasik, khususnya dalam hal kemungkinan bahwa
pengangguran bisa berlarut-larut.
Kaum Klasik mengenal tiga macam pengangguran:
(a) Pengangguran yang timbul karena pergeseran tingkat output dari berbagai
sektor dan bersifat sementara (frictional unemployment).
(b) Pengangguran musiman. yang datang dan hilang menumt musim (seasonal
unemployment).
(c) Pengangguran yang "dibuat" orang. Misalnya dengan adanya peraturan
upah minimum alau tindakan dari serikat buruh yang berusaha
mempertahankan tingkat upah di atas tingkat yang mempertemukan
permintaan dan penawaran tenaga kerja (pengangguran semacam ini
disebut institutional unemployment).

Dalam "dunia Klasik" semua harga-harga (termasuk harga tenaga kerja,


yaitu upah) fleksibel ke atas maupun ke bawah dan semua pelaku ekonomi
bereaksi secara cepat dan rasional terhadap perubahan harga tersebut. Dalam
keadaan seperti ini semua penyimpangan di posisi “full empliyment” hanya
bersifat sementara. Sebagai contoh kita lihat gambar berikut.

Seandainya, pada mulanya kita berada pada posisi E dengan tingkat


output QF yang menyerap seluruh angkatan kerja (yang bersedia bekerja) atau
tingkat output "full employment“. Kemudian karena sesuatu hal, permintaan
agregat tiba – tiba turun dari Z ke Z1. Raksi pertama dari perekonomian kita
adalah menurunnya tingkat output ke Q1 ( atau gerakan dari E ke G) yang
diikuti dengan adanya pengangguran tenaga kerja. Tetapi pengangguran ini
harus bersifal sementara, karena (dengan harga – harga dan upah yang
fleksibel dan reaksi spontan dari pelaku-pelaku ekonomi) adanya para
penganggur atau kelebihan jumlah tenaga kerja yang menawarkan diri untuk
bekerja akan mendorong tingkat upah turun. Menurunnya tingkat upah berarti
menurunnya biaya marginal (Marginal Cost) untuk menghasilkan output.
Dengan perkataan lain, karena harga salah satu input variabelnya menjadi
lebih murah, maka biaya totalnya (dan juga biaya marginalnya) turun.
Akibatnya kurva penawaran agregat juga bergeser ke bawah. Tingkat upah
akan turun terus selama masih adanya yang menganggur, dan kurva
penawaran agregat juga terus bergeser kebawah. Proses ini akan berhenti bila
semua orang telah bekerja kembali, atau dengan perkataan lain bila tingkat
output “full employment” tercapai kembali. Ini ditunjukkan oleh gerakan dari
G ke F. Posisi keseimbangan baru ini ditandai oleh (a) tercapainya “full
employment”, (b) tingkat harga – harga dan tingkat upah yang lebih rendah.

Logika klasik ini, apabila kita terima anggapan – anggapan dasarnya,


tidak bisa dibuktikan salah. Sumbangan Keynes dibidang ini terutama terletak
pada peringatannya kepada kita bahwa anggapan – anggapan dasar kaum
klasik, khususnya mengenai fleksibilitas sempurna dari harga – harga dan
tingkat upah dan reaksi yang cepat dan rasional dari para pelaku ekonomi,
tidak selalu cocok dengan kenyataan

Pengaruh dari adanya hambatan – hambatan semacam ini adalah bahwa


proses gerakan dari G ke F dalam gambar A di atas mungkin cukup lama,
yang berarti bahwa seseorang bisa menganggur sampai bertahun – tahun.
Kasus hambatan yang sering dikaitkan dengan nama Keynes ( tapi jelass
bukan satu – satunya hambatan yang ada atau yang dibicarakan oleh Keynes )
adalah adanya ketegaran tingkat upah ( nominal ) untuk turun. meskipun pada
masa depresi dan pengangguran masa. Dalam keadaan seperti ini proses klasik
ke posisi “full employment" tidak berjalan.
Pasar tenaga kerja menyediakan salah satu faktor produksi yaitu tenaga
kerja yang dibutuhkan perusahaan. Kegiatan yang akan terjadi di dalam pasar
tenaga kerja tentunya adalah proses permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Proses permintaan dan penawaran tenaga kerja akan menentukan “harga”
tenaga kerja (wage).

Upah keseimbangan (W*) dan jumlah tenaga kerja keseimbangan (N*)


ditentukan oleh titik potong antara kurva permintaan tenaga kerja (DN) dan
kurva penawaran tenaga kerja (SN). Sedang E mencerminkan posisi
keseimbangan pasar tenaga kerja.

Permintaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diminta oleh
masyarakat dalam periode tertentu pada berbagai tingkat upah riil.

W = w/p
Dimana :
W = tingkat upah riil
w = upah nominal
p = harga

Sebagai catatan, DN = kurva permintaan tenaga kerja, dan SN = kurva


penawaran tenaga kerja dengan backward bending

a. Permintaan Tenaga Kerja

permintaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diminta oleh
masyarakat dalam periode tertentu pada berbagai tingkat upah riil. Permintaan
tenaga kerja didasarkan atas perilaku perusahaan dalam menggunakan tenaga
kerja.

Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh laba maksimum atau


keuntungan yang diperoleh, dan biaya produksi perusahaan.

Di dalam teori permintaan tenaga kerja, biaya dicerminkan dari upah


rata (W) sedangkan pendapatan dicerminkan dari harga (P) dikalikan dengan
produktivitas marginal tenaga kerja ( MPL), maka :

W = P. MPL dan W/P = MPL

Keterangan :
W = upah rata – rata
P.MPL = tambahan nilai produksi
Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Mula - mula jumlah permintaan tenaga kerja sebesar N0 dan upah rill
sebesar W/P0 pada kondisi ini, produsen masih memperoleh keuntungan,
sehingga produsen nenambah permintaan tenaga kerja sampai di titik
keseimbangan yang baru yaitu dititik B dengan jumlah tenaga kerja 0N1. Jika
upah naik sehingga upah rill juga naik menjadi W/Pl keseimbangan akan
berada di titik C. Pada keseimbangan yang baru ini, jumlah tenaga kerja yang
diminta turun menjadi 0N2.

b. Penawaran Tenaga Kerja

Upah riil mempunyai peranan penting dalam penawaran tenaga kerja.


Pekerja akan dihadapkan kepada pilihan antara waktu atau jam untuk bekerja
dan istirahat.
Terdapat hubungan yang positif antara tingkat upah rill dan jumlah
tenaga kerja ditawarkan sehingga apabila upah rill meningkat maka jumlah
tenaga kerja yang ditawar meningkat. Maka fungsi penawaran tenaga kerja
adalah :

SN = 𝑓 ( W/P )
Dimana :
SN = jumlah tenaga kerja yang ditawarkan
W/P = Tingkat upah rill
Upah adalah semua jenis pembayaran atas jasa – jasa yang disediakan
pekerja untuk perusaan.

Pasar Tenaga Kerja

Dalam teori Keynes, pasar tenaga kerja mengikuti pasar barang. Apabila output
(Q) naik maka jumlah orang yang mendapat pekerjaan atau tingkat employment (N)
juga naik. Sebaliknya, N turun apabila Q turun. Menurut Keynes, anggapan-
anggapan kaum Klasik khususnya mengenai fleksibelitas sempurna dari harga-harga
dan tingkat upah dan reaksi yang cepat dan rasional dari para pelaku ekonomi, tidak
selalu cocok dengan kenyataan. Proses menuju ekuilibrium yang baru, dalam
kenyataan, memakan waktu yang kadang-kadang cukup lama, tergantung pada berapa
besar hambatan-hambatan yang merintangi proses tersebut. Hambatan-hambatan ini
termasuk : (a) ketegaran dan fleksibilitas yang tidak sempurna dari harga-harga dan
(terutama) upah, meskipun pengangguran ada di mana-mana, dan (b) kelambatan
reaksi para pelaku ekonomi (produsen, konsumen, buruh) terhadap situasi ekonomi
yang baru.

Kasus hambatan yang sering adalah adanya ketegaran tingkat upah (nominal)
untuk turun, meskipun pada masa depresi dan pengangguran masal. Dari segi
kebijaksanaan, konsepsi Keynes menyarankan bahwa seyogyanya pemerintah tidak
mengandalkan pada proses alamiah dari kaum Klasik. Untuk membawa
perekonomiannya ke posisi full empoyment, pemerintah harus aktif melakukan
sesuatu, dan bukanya hanya menunggu bekerjanya proses alamiah tersebut. Satu
tindakan yang bisa uang diambil pemerintah dalam menghadapi keadaan depresi dan
pengangguran adalah meningkatkan pengeluaran pemerintah (G). Kenaikan G
melalui proses multiplier akan menaikkan permintaan agregat (Z).

Pada kasus sebaliknya, Z naik, maka tindakan pemerintah adalah menurunkan G


melalui misalnya pengurangan pos-pos pengeluaran pemerintah (APBN), dan dapat
diperkuat dengan menaikkan pajak dan tingkat bunga.
Daftar pustaka

Rahardja,P,Mandala,M.2008.Teori Ekonomi Makro.Jakarta.Fakultas Ekonomi UI.


https://www.slideshare.net/rizkisandi/permintaan-dan-penawaran-agregat

Anda mungkin juga menyukai