MODEL KEYNES
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
1EB11
DOSEN : SULASTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2018/2019
ANALISIS KESEIMBANGAN
Dengan kata lain, modernisasi perekonomian Barat justru membuat dunia nyata
makin jauh dari dunia ideal berdasarkan asumsi Klasik. Akibatnya dibutuhkan teori-
teori yang lebih relevan' dan lebih umum daripada teori Klasik. Menurut Keynes,
penyebab ambruknya perekonomian kapimlis 1929-1933 adalah tidak stabilnya sektor
swasta. Karena itu untuk memperkuat Perekonomian kapitalis perlu campur tangan
pemerintah. Tetapi tidak dalam proses produksi melainkan menstimulir permintaan
agregat.
Perekonomian bekerja cukup berbeda apabila harga bersifat kaku. Dalam hal ini,
sebagaimana kita lihat, output juga bergantung pada permintaan terhadap barang dan
jasa. Sedangkan permintaan dipengaruhi oleh pandangan konsumen tentang prospek
ekonomi. pandangan perusahaan tentang keumuman darl Investasi baru serta
kebijakan moneter dan fiskal. Karena kebijakan rnoneter dan fiskal dapat
mempengaruhi output perekonomian selama horison waktu ketika harga bersifat kaku,
kekuatan harga menyediakan dasar pemikiran mengapa kebijakan moneter dan fiskal
berguna untuk menstabilkan perekonomian jangka pendek.
Penawaran dan permintaan adalah pandangan yang paling sederhana dalam teori
ekonomi, penawaran dan permintaan untuk setiap barang yang menentukan harga
barang serta jumlah yang dijual, dan bagaimana penawaran dan permintaan ini
mempergaruhi harga serta jumlahnya. tetapi kali ini penawaran dan permintaan dilihat
dari ukuran ekonomi yang yg lauh lebih besar. Model makroekonomi ini membuat
kita bisa mempelajari bagaimana tikat harga agregat dan jumlah output agregat
ditentukan dalam jangka pendek. Model lnl juga membedakan cara bagaimana kinerja
perekonomian dalam jangka panjang dalam jangka pendek.
Permintaan Agregat
Permintaan agregat/ agregate demand (AD) adalah hubungan antara tingkat harga
agregat dengan jumlah ouput yang diminta. Dengan kata lain. kurva permintaan
agregat menyatakan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada setiap
tingkat harga.
Teorl kuantitas menyatakan MV=PV, di mana M adalah jumlah uang yang beredar, V
adalah perputaran nam, P adalah limit harga. dan v adalah jumlah output. Jika
perputaran uang adalah konstan, maka persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uarg
yang beredar menentukan nilai nominal output, yang pada akhirnva merupakan
produk dari tingkat harga dan jumlah output.
Persamaan kuantitas bisa ditulis kembali dalam bentuk penawaran dan permintaan
untuk keseimbangan uang ril M/P = permintaan (M/P)’’ dan bahwa permintaan adalah
proposional terhadap output Y. perputaran uang V adalah sisi lain dari parameter
permintaan uang K asumsi perputaran uang konstan sama dengan asumsi bahwa
permintaan untuk keseimbangan uang riil untuk tiap satuan output adalah konstan.
Diasumsikan untuk semua uang yang beredar M dan perputaran V tetap, persamaan
kuantitas menghasilkan hubungan negatif antara tingkat harga P dan Output Y.
Gambar di bawah ini menunjukkan kombinasi P dan Y yang memenuhi persamaan
kuantitas yang mempertahankan M dan V konstan. Kurva menurun dan dan kiri atas
ke kanan bawah Ini di sebut kurva permintaan agregat .
Kurva permintaan agregat (AD) menunjukkan hubungan antara tingkat harga P dan
jumiah barang dan jasa yang diminta Y. Kurva itu digambarkan untuk nilai jumlah
uang yang beredar M tertentu. Kurva permintaan agregat miring kebawah, semakin
tinggi tingkatl\ harga P, maka semakin rendah tingkat keseimbangan riil M/P, dan
karena itu semakin rendah Jumlah barang dan jasa yang diminta.
Kurva permintaan agregat dibuat untuk nilai dan jumlah uang yang beredar yang
tetap. Dengan kata lain, kurva tersebut menyatakan kombinasi yang memungkinkan
dari P dan Y untuk nilai M tertentu. Jika jumlah uang yang beredar berubah, maka
kombinasi yang mungkin dari P dan Y berubah,yang berarti kurva permintaan agregat
bergeser.
Sebagai contoh, jika uang yang beredar berkurang Persamaan kuantitas, MV=PY,
menyatakan bahwa pengurangan jumlah uang yang beredar menyebabkan
penganguran proporsional dalam nilai nominal output PY. Untuk setiap tingkat harga,
jumlah output adalah lebih rendah, dan untuk jumlah output apapun, tingkat harga
adalah lebih rendah. Kurva permintaan akan bergeser ke kiri.
Hal sebaliknya jika uang yang beredar meningkat. Persamaan kuantitas menyatakan
bahwa kenaikan dalam M menyebabkan kenaikan dalam PY. Untuk setap tingkat
harga, Jumlah output adalah lebih tinggi, dan untuk Jumlah output berapapun, tingkat
harga adalah lebih tinggi. Kurva permintaan akan bergeser ke kanan.
Meskipun teori kuantitas memberikan dasar yang sangat sederhana untuk memahami
kurva permintaan agregat, kenyataan sesungguhnya jauh lebih rumit. Fluktuasi
dalamjumlah uang beredar
perputaran uang.
Komponen permintaan agregat
Y=C+I+G+(X-M
G : pengeluaran pemerintah
X : ekspor
M : impor
C = Co + bY .......................... (11.1)
..........................
namun juga, untuk sementara ini, fungsi investasi dianggap otonomus. Besarnya
Pengeluaran investasi tidak ditentukan oleh tingkat bunga, melainkan dianggap
konstan. Dengan demikian fungsi investasi adalah:
I = Io
Io = investasi otonomus
Misalnya pengeluaran investasi otonomus adalah 100, maka fungsi investasi ditulis
sebagai I = 100.
G = f(Pop, Y)
G G
0 0
PDB Pop
Untuk sementara jumlah penduduk dan PDB dianggap otonomus, sehingga fungsi
pengeluaran pemerintah adalah:
Ekspor (X)
Impor (M)
M=f(Y)
QM>O
M : impor
M =Mo.................(11.6)
Penawaran Agregat
Penawaran agregat/ aggregate supply (AS) adalah hubungan antara tingkat harga
dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena perusahaan yang
menawarkan barang dan Jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi
harga kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat yang berbeda; kurva
penawaran agregat jangka panjang [long run aggregate supply) LRAS dan kurva
penawaran agregat jangka pendek (short run agregate supply) SRAS. Dua faktor yang
menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar kerja dan fungs
produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja
yang ddigunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari
tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi
yang menerankan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor faktor produksi
lain untuk mewujudkan produksi nasionaL
Menurut pendapat ahli ahli ekonomi Klasik perekonomian akan selalu mencapai
kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan nasional akan selalu mencapai
tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja
penuh Y. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada tahun
tertentu yang digambarkan oleh Yf, tergantung kepada faktor faktor produksi yang
tersedia . jumlah faktor faktor produksi inilah yang akan menemukan kedudukan Yf.
dalam grafik (a) dari gambar 2.3 perpindahan AS, dan Yf menjadi AS1 dan Y1f,
memgambarkan bahwa Jumlah faktor faktor produksi yang sudah semakin banyak
dan memungkinkannya untuk menaikkan produksi negara dari Yf menjadi Y1f,.
Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat golongan Keynesian perlu
dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam analisis Keynesian sederhana dan
pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan di pasaran tenaga kerja.Grafik (b)
pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat harga tidak akan mengalami
perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai. Tingkat harga tidak akan
mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga tersebut adalah P. Pada tingkat
kesempatan kerja penuh keadaan sebaliknya akan berlaku, yaitu apabila ekspansi
dalam perbelanjaan agregat masih terus berlaku, pendapatan nasional tidak dapat
ditambah tetapi harga-harga akan meningkat. Penggunaan tenaga kerja yang semakin
banyak akan menambah pendapatan nasional. Dengan demikian peningkatan harga
akan menambah pendapatan nasional riil. Sifat dari hubungan ini digambarkan oieh
kurva penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva ini dikembangkan oleh golongan
Keynesian baru.
Dari sudut analisis Keynesian yang asal, keseimbangan AD-AS dan perubahan
perubahannya dapat ditunjukkan dengan bantuan gambar 2.5. Misalkan pada mulanya
keseimbangan hanya dapat mencapai titik E0 yang disebabkan karena permintaan
agregat yang relatif rendah, yaitu sebanyak AD0. Pendapatan nasional adalah Y0 dan
berada dibawah pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jurang diantara
Yf dengan Y0 akan menimbulkan pengangguran. Berbeda dengan pandangan Klasik,
pengangguran ini akan menimbulkan penyesuaian seperti yang diterangkan dalam
analisis ahli-ahli ekonomi Klasik. Harga tidak akan berubah dan tidak akan
mewujudkan keseimbangan diantara permintaan agregat dan penawaran agregat pada
kesempatan kerja penuh. Begitu pula, tingkat upah tidak akal merosot untuk
menyeimbangkan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tanpa perubahan dalam
permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada E0.
a. Output Keseimbangan
C = C0 + By*
Besarnya Y* dapat dihitung seperti berikut ini :
Contoh Kuantitatif
Kasus 11.1
Kondisi keseimbangan dapat digambarkan seperti dalam Diagram 11.4 berikut ini.
Kasus 11.2
Fungsi investasi otonomus berubah menjadi I1= 250, sehingga pengeluaran agregat
juga berubah menjadi :
Penambahan investasi otonomus sebesar 50 menyebabkan Y* meningkat sebesar 250.
Perubahan tingkat pendapatan dalam keseimbangan digambarkan dalam diagram
berikut ini
Dari diagram diatas terlihat bahwa perubahan investasi otonomus sebesar 50 telah
menaikkan pendapatan nasional sebesar 250
Sekarang Kasus 11.1 dikembangkan menjadi Kasus 11.3 di mana yang berubah
adalah konsumsi otonomus ( C0), yaitu naik sebesar 50 unit (ΔC0 = 50). Kita lihat apa
yang terjadi.
d. Etek Multipner (Pelipotgandaan)
Kasus 11-2 dan 11.3 menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran otonomus (A),
yaitu konsumsi otonomus (C0) dan atau investasi otonomus (I0), telah menyebabkan
penambahan Y* berlipat ganda. Artinya, penambahan pengeluaran otonomus
menimbulkan efek pelipatgandaan terhadap output keseimbangan (Y*). Efek inilah
yang disebut sebagai efek pelipatgandaan atau efek multiplier (multiplier effect).
Konsep ini menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran otonomus sebesar satu unit
akan mengubah output keseimbangan beberapa kali lipat besarnya perubahan
pengeluaran otonomus (A).
Dalam dua kasus di atas, penambahan A (I0 atau C0) sebesar 50 unit, telah menambah
Y* sebesar 250 unit. Atau setiap penambahan 1 unit pengeluaran otonomus (ΔA = 1)
akan menambah Y* sebanyak 5 unit (AY* = 5) atau AY*/ΔA = 5.
Angka 5 disebut sebagai angka pengganda atau angka multiplier. Mungkin yang
menjadi Pertanyaan adalah apakah angka pengganda selalu sama dengan lima?
Jawabnya: tidak selalu, tetapi ditentukan oleh besarnya angka marginal propensity to
consume (MPC). Untuk membuktikannya, mari kita perhatikan persamaan terakhir
untuk mendapatkan angka Y*.
Y* = A/(1-b)
AY* = ΔA/(1- b)
Karena dalam contoh di atas MPC = 0,8, maka angka multiplier = 1/ 0,2 = 5. jika nilai
MPC = 0,6, angka multiplier = 1 / 0,4 = 2,5.
Tabel 11.1 berikut ini menunjukkan besarnya angka multiplier dikaitkan dengan
besarnya MPC.
Perubahan keseimbangan karena pengaruh perubahan otonomus sifatnya simetris.
Maksudnya, jika pengeluaran otonomus berkurang, maka pendapatan nasional dalam
keseimbangan juga berkurang sebesar pengurangan pengeluaran otonomus dikalikan
angka multiplier. Secara matematis dapat ditulis:
Dalam Kasus 11.2, besarnya Δl0 = 50 = ΔA, sehingga besarnya ΔY sampai putaran
tak terhingga adalah: ΔY = ΔI0/1-b) = 50/ (1-0,8) = 50/ 0,20 = 250. Dalam Kasus
11.3, besarnya ΔC0 = 50 = ΔA, sehingga besarnya ΔY sampai putaran tak terhingga
adalah: ΔY = ΔC0/(1-b) = 50/(10,8) = 50/ 0,20 = 250.
Proses dinamika tersebut juga dapat dilihat dalam diagram 11.7 di bawah ini
Model ekonomi tiga sektor memasukkan sektor pemerintah, yang diwakili oleh
Pengeluaran pemerintah (G).
a.Output Keseimbangan
Sama halnya dengan model dua sektor, dalam model tiga sektor output keseimbangan
dapat dihitung dengan menyamakan Y dan AE. Kasus 11.1 kita kembangkan menjadi
Kasus 11.4 dengan menambahkan fungsi pengeluaran pemerintah.
Contoh kuantitatif
Kasus 11.4
Misalkan pengeluaran pemerintah adalah G = 300, maka pengeluaran agregat
menjadi :
Kasus 11.5
a.Output Keseimbangan
Contoh Kuantitatif
Kasus 11.6
Permintaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diminta oleh
masyarakat dalam periode tertentu pada berbagai tingkat upah riil.
W = w/p
Dimana :
W = tingkat upah riil
w = upah nominal
p = harga
permintaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diminta oleh
masyarakat dalam periode tertentu pada berbagai tingkat upah riil. Permintaan
tenaga kerja didasarkan atas perilaku perusahaan dalam menggunakan tenaga
kerja.
Keterangan :
W = upah rata – rata
P.MPL = tambahan nilai produksi
Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Mula - mula jumlah permintaan tenaga kerja sebesar N0 dan upah rill
sebesar W/P0 pada kondisi ini, produsen masih memperoleh keuntungan,
sehingga produsen nenambah permintaan tenaga kerja sampai di titik
keseimbangan yang baru yaitu dititik B dengan jumlah tenaga kerja 0N1. Jika
upah naik sehingga upah rill juga naik menjadi W/Pl keseimbangan akan
berada di titik C. Pada keseimbangan yang baru ini, jumlah tenaga kerja yang
diminta turun menjadi 0N2.
SN = 𝑓 ( W/P )
Dimana :
SN = jumlah tenaga kerja yang ditawarkan
W/P = Tingkat upah rill
Upah adalah semua jenis pembayaran atas jasa – jasa yang disediakan
pekerja untuk perusaan.
Dalam teori Keynes, pasar tenaga kerja mengikuti pasar barang. Apabila output
(Q) naik maka jumlah orang yang mendapat pekerjaan atau tingkat employment (N)
juga naik. Sebaliknya, N turun apabila Q turun. Menurut Keynes, anggapan-
anggapan kaum Klasik khususnya mengenai fleksibelitas sempurna dari harga-harga
dan tingkat upah dan reaksi yang cepat dan rasional dari para pelaku ekonomi, tidak
selalu cocok dengan kenyataan. Proses menuju ekuilibrium yang baru, dalam
kenyataan, memakan waktu yang kadang-kadang cukup lama, tergantung pada berapa
besar hambatan-hambatan yang merintangi proses tersebut. Hambatan-hambatan ini
termasuk : (a) ketegaran dan fleksibilitas yang tidak sempurna dari harga-harga dan
(terutama) upah, meskipun pengangguran ada di mana-mana, dan (b) kelambatan
reaksi para pelaku ekonomi (produsen, konsumen, buruh) terhadap situasi ekonomi
yang baru.
Kasus hambatan yang sering adalah adanya ketegaran tingkat upah (nominal)
untuk turun, meskipun pada masa depresi dan pengangguran masal. Dari segi
kebijaksanaan, konsepsi Keynes menyarankan bahwa seyogyanya pemerintah tidak
mengandalkan pada proses alamiah dari kaum Klasik. Untuk membawa
perekonomiannya ke posisi full empoyment, pemerintah harus aktif melakukan
sesuatu, dan bukanya hanya menunggu bekerjanya proses alamiah tersebut. Satu
tindakan yang bisa uang diambil pemerintah dalam menghadapi keadaan depresi dan
pengangguran adalah meningkatkan pengeluaran pemerintah (G). Kenaikan G
melalui proses multiplier akan menaikkan permintaan agregat (Z).