PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tata Naskah Dinas UPTD Puskesmas Gardu Harapan terbagi dua, yaitu :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Pedoman Tata Naskah Puskesmas Gardu Harapan, yang dimaksud
dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Musi Banyuasin;
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah
4. Satuan kerja perangkat daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang terdiri dari
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis
Daerah, Kecamatan dan Kelurahan/Desa;
5. Kepala Puskesmas adalah Kepala UPTD Puskesmas Gardu Harapan
Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin;
6. Tata naskah dinas adalah pengelolaan informasi tertulis yang meliputi
pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan,
distribusi, dan penyimpanan naskah dinas serta media yang digunakan
dalam komunikasi kedinasan;
BAB II
TATA NASKAH DINAS
Pasal 2
Asas tata naskah dinas terdiri atas;
a. Azas efisien dan efektif;
b. Azas pembakuan;
c. Azas akuntabilitas;
d. Azas keterkaitan;
e. Azas kecepatan dan ketepatan; dan
f. Azas keamanan.
Pasal 3
1) Azas efisien dan efektif sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a,
dilakukan melalui penyederhanaan dalam penulisan, penggunaan ruang
atau lembar naskah dinas, spesifikasi informasi, serta dalam penggunaan
Bahasa Indonesia yang baik, benar dan lugas;
2) Azas pembakuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf b, dilakukan
melalui tata cara dan bentuk yang telah dibakukan;
3) Azas akuntabilitas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf c, yaitu
penyelenggaraan tata naskah dinas harus dapat dipertanggungjawabkan
dari segi isi, format, prosedur, kewenangan, keabsahan dan dokumentasi;
4) Azas keterkaitan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf d, yaitu tata
naskah dinas diselenggarakan dalam satu kesatuan sistem,
5) Azas kecepatan dan ketepatan sebagaimana dimaksud daam pasal 2 huruf
e, yaitu tata naskah dinas diselenggarakan tepat waktu dan tepat sasaran;
Pasal 4
Prinsip-prinsip penyelenggaraan naskah dinas terdiri atas :
a. Ketelitian;
b. Kejelasan
c. Singkat dan padat; dan
d. Logis dan meyakinkan.
Pasal 5
1) Prinsip ketelitian sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a,
diselenggarakan secara teliti dan cermat dari bentuk, susunan pengetikan,
isi, struktur, kaidah bahasa dan penerapan kaidah ejaan di dalam
pengetikan;
2) Prinsip kejelasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b,
diselenggarakan dengan memperhatikan kejelasan aspek fisik dan materi
dengan mengutamakan metode cepat dan tepat;
3) Prinsip singkat dan padat sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf c,
diselenggarakan dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar;
4) Prinsip logis dan meyakinkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf
d, diselenggarakan secara runtut, logis dan meyakinkan serta struktur
kalimat harus lengkap dan efektif.
Pasal 6
Penyelenggaraan naskah dinas dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pengelolaan surat masuk;
b. Pengelolaan surat keluar;
c. Tingkat keamanan;
d. Kecepatan proses;
e. Penggunaan kertas surat;
f. Pengetikan sarana administrasi dan komunikasi perkantoran; dan
g. Warna dan kualitas kertas.
Pasal 8
Pengelolaan surat keluar sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf b,
dilakukan melalui tahapan :
a. Konsep surat keluar diparaf secara berjenjang dan terkoordinasi sesuai
tugas dan kewenangannya dan diagendakan oleh masing-masing unit Tata
Usaha dalam rangka pengendalian;
b. Surat keluar yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang diberi
nomor, tanggal, dan stempel oleh unit Tata Usaha;
c. Surat keluar sebagaimana maksud pada huruf b wajib segera dikirim; dan
d. Surat keluar diarsipkan pada unit Tata Usaha.
Pasal 9
Tingkat keamanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf c, dilakukan
dengan mencatumkan kode pada sampul naskah dinas sebagai berikut :
a. Surat Sangat Rahasia (SR), merupakan surat yang materi dan sifatnya
memiliki keamanan tingkat tinggi, erat hubungannya dengan rahasia
negara, keamanan, dan keselamatan negara;
b. Surat Rahasia (R), merupakan surat yang materi da sifatnya memiliki
tingkat keamanan tinggi yang berdampak pada kerugian negara da
disintegrasi bangsa;
c. Surat Penting (P), merupakan surat yang tingkat keamanan isi surat perlu
mendapat perhatian penerima surat;
Pasal 10
Kecepatan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf d, sebagai
berikut :
a. Amat segera/kilat, dengan batas waktu 24 jam setelah surat diterima;
b. Segera, dengan batas waktu 2x24 jam setelah surat diterima;
c. Penting, dengan batas waktu 3x24 jam setelah surat diterima;
d. Biasa, dengan batas waktu maksimum 5 hari kerja setelah surat diterima.
Pasal 11
Penggunaan kertas surat sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e,
sebagai berikut :
a. Kertas yang digunakan adalah HVS 80 gram atau menyesuaikan;
b. Penggunaan kertas HVS diatas 80 gram/ jenis lain, hanya terbatas untuk
jenis naskah dinas yang mempunyai nilai kegunaan dalam waktu lama;
c. Penyediaan surat berlogo daerah berwarna dicetak di kertas 80 gram;
d. Ukuran kertas untuk surat menyurat, makalah, piper dan laporan adalah
Folio / F4 (215 x 330mm);
Pasal 12
Pengetikan sarana administrasi dan komunikasi perkantoran sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 huruf f, sebagai berikut :
Pasal 13
Warna dan kualitas kertas sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf g,
berwarna putih dengan kualitas baik.
Pasal 16
1) Pelaksana tugas disingkat Plt merupakan pejabat sementara pada jabatan
tertentu yang mendapat pelimpahan wewenang penandatanganan naskah
dinas, karena pejabat definitif belum dilantik;
2) Plt sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dengan keputusan
kepala SKPD atau keputusan bupati dan berlaku paling lama 3 (tiga) bulan;
3) Plt sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas naskah
dinas yang dilakukannya.
Pasal 17
1) Pelaksana tugas harian disingkat Plh merupakan pejabat sementara pada
jabatan tertentu yang mendapat pelimpahan wewenang penandatanganan
naskah dinas, karena pejabat definitif berhalangan sementara;
2) Plh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dengan keputusan
kepala SKPD atau keputusan bupati dan berlaku paling lama 3 (tiga) bulan;
3) Plh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertanggungjawabkan
pelaksanaan atas naskah dinas yang dilakukannya kepada pejabat definitif.
Pasal 18
1) Penjabat yang disingkat Pj, merupakan pejabat sementara untuk jabatan
bupati;
2) Penjabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan tugas
operasional pada daerah tertentusampai dengan pelantikan pejabat
definitif.
Bagian Kedua
Penulisan Nama
Pasal 20
(1) Penulisan nama bupati dan wakil bupati pada naskah dinas :
a. Dalam bentuk dan susunan produk hukum tidak menggunakan gelar;
dan
b. Dalam bentuk dan susunan surat menggunakan gelar.
(2) Penulisan nama pejabat selain yang dimaksud ayat (1) menggunakan
gelar, nomor induk pegawai dan pangkat
Bagian Ketiga
Penandatanganan Naskah Dinas di Lingkungan
UPTD Puskesmas Gardu Harapan
Pasal 21
1) Kepala Puskesmas menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan
susunan produk hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
adalah kebijakan kepala puskesmas.
Bagian Kelima
Penggunaan Tinta untuk Naskah Dinas
Pasal 24
1) Tinta yang digunakan untuk naskah dinas berwarna hitam;
2) Tinta yang digunakan untuk penandatanganan dan paraf naskah dinas
berwarna biru tua dan hitam.
3) Tinta yang dipergunakan untuk keperluan keamanan naskah dinas
berwarna merah.
BAB VI
STEMPEL
Bagian Kesatu
Jenis
Pasal 25
Jenis stempel untuk naskah dinas di lingkungan UPTD Puskesmas Gardu
Harapan terdiri atas :
a. Stempel puskesmas;
b. Stempel pustu
c. Stempel poskesdes
d. Stempel nama dan NIP/SIP.
Pasal 26
1) Stempel puskesmas sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf a,
stempel UPTD Puskesmas Gardu Harapan;
2) Stempel pustu sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf b, adalah
stempel Pustu Talang Ucin dan Pustu Purwosari
3) Stempel poskesdes sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf c, adalah
stempel Poskesdes Tanjung Agung Timur, Poskesdes Talang Ilo,
Poskesdes Village X, Poskesdes Village XI, Poskesdes Village XV dan
Poskesdes Purwosari;
Pasal 27
Stempel nama dan NIP/SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d,
adalah Stempel nama dokter/dokter gigi dan NIP/SIP.
Bagian Kedua
Bentuk, Ukuran dan Isi
Pasal 28
Stempel puskesmas, pustu dan poskesdes sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 berbentuk lingkaran, stempel nama dan NIP/SIP berbentuk segi
empat panjang.
Pasal 29
Ukuran stempel Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf a,
b dan c meliputi:
a. Ukuran lingkaran luar stempel puskesmas, pustu dan poskesdes adalah 4
cm;
b. Ukuran lingkaran dalam stempel puskesmas, pustu dan poskesdes adalah
3,8 cm.
c. Ukuran garis tengah dalam stempel puskesmas, pustu dan poskesdes
adalah 2,7 cm.
d. Jarak antara 2 (dua) garis yang terdapat dalam lingkaran dalam maksimal 1
cm
Pasal 30
Ukuran stempel nama dan NIP/SIP untuk keperluan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25 huruf d, disesuaikan jumlah huruf nama.
Pasal 32
Stempel untuk naskah dinas menggunakan tinta berwarna ungu dan
dibubuhkan pada bagian kiri tanda tangan pejabat yang menandatangani
naskah dinas.
Bagian Keempat
Kewenangan Pemegang dan Penyimpan Stempel
Pasal 33
1) Kewenangan pemegang dan penyimpan stempel puskesmas untuk naskah
dinas dilakukan oleh unit yang membidangi urusan ketatausahaan dan
keuangan;
2) Kewenangan pemegang dan penyimpan stempel pustu untuk naskah dinas
dilakukan oleh penanggung jawab pustu;
3) Kewenangan pemegang dan penyimpan stempel poskesdes untuk naskah
dinas dilakukan oleh penanggung jawab poskesdes;
4) Kewenangan pemegang dan penyimpan stempel nama dan NIP/SIP
dilakukan oleh unit yang membidangi urusan ketatausahaan dan unit
pendaftaran pada UPTD Puskesmas;
5) Unit yang membidangi urusan ketatausahaan bertanggung jawab atas
penggunaan stempel;
6) Penunjukan pejabat pemegang dan penyimpan stempel ditetapkan dengan
keputusan kepala Puskesmas.
BAB VII
KOP NASKAH DINAS
Bagian Kesatu
Jenis
Pasal 35
Jenis kop naskah dinas di Lingkungan UPTD Puskesmas Gardu Harapan
adalah kop naskah dinas nama dan alamat puskesmas.
Bagian Kedua
Bentuk dan Isi
Pasal 36
Kop naskah dinas UPTD Puskesmas Gardu Harapan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 35 menggunakan :
Bagian Ketiga
Penggunaan
Pasal 37
Kop naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam pasal 35, digunakan untuk
naskah dinas yang ditandatangani oleh Kepala puskesmas atau yang
berwenang.
Pasal 41
Bagian Kedua
Bentuk, Ukuran, Isi
Pasal 43
Papan nama di lingkungan UPTD Puskesmas Gardu Harapan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 42 berbentuk empat persegi panjang.
Pasal 44
Ukuran papan nama di lingkungan UPTD Puskesmas Gardu Harapan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 disesuaikan dengan besar bangunan.
Pasal 45
Papan nama di lingkungan UPTD Puskesmas Gardu Harapan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 42 berisi tulisan nama dan alamat puskesmas.
Bagian Ketiga
Penempatan
Pasal 46
Papan nama UPTD Puskesmas Gardu Harapan ditempatkan pada tempat
yang strategis, mudah dilihat dan serasi dengan letak dan bentuk
bangunannya.
BAB X
PERUBAHAN DAN PENCABUTAN
Pasal 47
1) Perubahan dan pencabutan naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam
bab ini dilakukan dengan bentuk dan susunan naskah dinas yang sejenis
2) Pejabat yang menandatangani naskah dinas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang menetapkan, mengeluarkan atau
pejabat diatasnya.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 49
Kepala puskesmas melakukan pembinaan dan pengawasan atas
penyelenggaraan naskah dinas di lingkungan UPTD Puskesmas Gardu
Harapan.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 50
Ketentuan-ketentuan yang mengatur naskah dinas yang karena sifat
kekhususannya atau sifat teknisnya yang tidak diatur dalam peraturan ini,
tetap berlaku sepanjang untuk keperluan khusus atau bersifat teknis sesuai
dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 51
Bentuk dan susunan naskah dinas, penempatan a.n, u.b, u.p, Plt, Plh, dan Pj,
paraf, bentuk, ukuran dan isi stempel, kop naskah dinas, sampul naskah dinas
dan papan nama sebagaimana dimaksud dalam Bab III, Bab IV, Bab V, Bab
VI, Bab VII, Bab VIII dan Bab IX tercantum dalam lampiran pedoman tata
naskah ini.
ALEKSANDER, SKM
Penata Tingkat I
NIP. 196412301987031006
ALEKSANDER, SKM
Penata Tingkat I
NIP. 196412301987031006
Pedoman Tata Naskah Dinas UPTD Puskesmas Gardu Harapan 27
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen Peraturan/ Surat
Keputusan yaitu:
VII. Penutup
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi, misi, tugas pokok dan
fungsi UPTD Puskesmas Gardu Harapan, berdasarkan pada analisis
kebutuhan, masyarakat akan pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang dan tujuan
B. Sistematika penyajian
C. Metodologi
Bab II Profil UPTD Puskesmas Gardu Harapan
A. Sejarah singkat UPTD Puskesmas Gardu Harapan
B. Profil wilayah kerja UPTD Puskesmas Gardu Harapan
Bab III Indikator dan standar kinerja untuk tiap upaya dan jenis
pelayanan Puskesmas.
A. Visi dan Misi UPTD Puskesmas Gardu Harapan
B. Ukuran keberhasilan
C. Nilai-nilai yang dianut UPTD Puskesmas Gardu Harapan
Penutup
Lampiran
a) Membentuk tim penyusunan rencana kinerja lima tahun yang terdiri dari
Kepala Puskesmas bersama dengan penanggung jawab upaya
Puskesmas dan pelayanan klinis.
b) Tim mempelajari RPJMN, rencana strategis Kementerian Kesehatan,
Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin, Standar Pelayanan
Minimal (SPM) kabupaten/kota sebagai acuan target kinerja lima
tahunan yang harus dicapai oleh Puskesmas.
c) Tim menetapkan indikator kinerja tiap upaya Puskesmas.
d) Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja.
e) Tim melakukan analisis kinerja.
f) Tim menyusun pentahapan pencapaian indikator kinerja untuk tiap upaya
Puskesmas dengan penjabaran pencapaian untuk tiap tahun.
g) Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai target pada tiap-tiap indikator kinerja.
h) Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima tahunan untuk disahkan
oleh Kepala UPTD Puskesmas Gardu Harapan
i) Sosialisasi rencana pada seluruh jajaran Puskesmas.
3) Penutup
Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu Kepala Puskesmas
dalam menyusun rencana kinerja lima tahunan, yang kemudian diuraikan
dalam rencana tahunan dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan dan
Rencana Pencapaian Kegiatan.
Perencanaan adalah: Suatu proses kegiatan secara urut yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil
guna dan berdaya guna. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan
sebagai proses penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang
akan datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau
sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Perencanaan
puskesmas mencakup semua kegiatan upaya puskesmas yang dilakuka di
Puskesmas baik dalam menjalankan fungsi penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) maupun Upaya Kesehatan Perseorangan
(UKP) tingkat pertama, UKM baik esensial, maupun pengembangan sebagai
rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayai oleh pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun daerah serta sumber dana lain.
f. Pedoman/ Panduan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman atau panduan
yaitu :
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
Kerangka acuan disusun untuk program atau kegiatan yang akan dilakukan
oleh FKTP. Program/ kegiatan yang dibuat kerangka acuan adalah sesuai
dengan dengan Standar Akreditasi, antara lain: Program Pengembangan SDM,
Program Peningkatan Mutu Puskesmas dan keselamatan pasien, Program
Pencegahan Bencana, Program Pencegahan Kebakaran, kegiatan pelatihan
triase gawat darurat dan sebagainya. Dalam menyusun kerangka acuan harus
jelas tujuan dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai
tujuan. Tujuan dibedakan atas tujuan umum yang merupakan tujuan secara
garis besar dari keseluruhan program/kegiatan, dan tujuan khusus yang
merupakan tujuan dari tiap-tiap kegiatan yang akan dilakukan. Dalam kerangka
acuan harus dijelaskan bagaimana cara melaksanakan kegiatan agar tujuan
tercapai, dengan penjadwalan yang jelas, dan evaluasi serta pelaporan.
Kerangka acuan dapat menggunakan format yang diterapkan di Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota masing-masing-masing atau contoh Sistematika
Kerangka Acuan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum yang
masih terkait dengan upaya/ kegiatan.
Contoh :
SOP Pemberian Informasi, SOP Pemasangan Infus, SOP Pemindahan pasien
tempat tidur ke kereta dorong.
8) Format SOP
a) Jika sudah terdapat Format baku SOP berdasarkan Peraturan Daerah
(Perda) masing-masing, maka Format SOP dapat disesuaikan dengan
Perda tersebut.
b) Jika belum terdapat Format baku SOP berdasarkan Perda, maka SOP
dapat dibuat mengacu Permenpan No. 35/2012 atau pada contoh format
SOP yang ada dalam buku Pedoman Penyusunan Dokumen ini.
c) Prinsipnya adalah “Format” SOP yang digunakan dalam satu institusi
harus “SERAGAM”
d) Contoh yang dapat digunakan diluar format SOP Permenpan terlampir
dalam Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP ini.
a) Kop/heading SOP
JUDUL SOP
No. Dokumen : 440/ /PKM-GH/ /
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : Dari
UPTD
Nama Ka.
PUSKESMAS
Tanda Tangan Ka. Puskesmas Puskesmas
GARDU
NIP
HARAPAN
Jika SOP yang disusun lebih dari satu halaman, pada halaman kedua dan
seterusnya SOP dibuat tanpa menyertakan kop/heading.
b) Komponen SOP
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Alat dan
Bahan
6. Langkah-
langkah
7. Bagan alir
(jika
dibutuhkan )
8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen
Terkait
Penjelasan :
Penulisan SOP yang harus tetap di dalam tabel/kotak adalah : nama
Puskesmas dan logo, judul SOP, nomor dokumen, nomor revisi, tanggal
terbit, halaman dan nama juga tanda tangan kepala Puskesmas.
Sedangkan untuk pengertian, tujuan, kebijakan, referensi, alat dan bahan,
prosedur/langkah-langkah, diagram alir, hal-hal yang diperhatikan, unit
terkait boleh tidak diberi tabel/kotak
o Awal kegiatan
o Akhir kegiatan
o Simbol keputusan
o Penghubung
o Dokumen
o Arsip
h) Evaluasi SOP
Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
(1) Evaluasi penerapan/ kepatuhan terhadap SOP dapat dilakukan dengan
menilai tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah dalam SOP. Untuk
evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan daftar titik/check list :
Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan
secara konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu rangkaian
kegiatan, untuk diingat, dikerjakan, dan diberi tanda (check-mark).
Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu untuk
mendukung standarisasi suatu proses pelayanan.
Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang kompleks.
Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah
pelaksanaan dan memonitor SOP, bukan untuk menggantikan SOP
itu sendiri.
Langkah-langkah menyusun daftar tilik :
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan Identifikasi
prosedur yang membutuhkan daftar tilik untuk mempermudah
pelaksanaan dan monitoringnya.
Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut,
Buat daftar kerja yang harus dilakukan,
Susun urutan kerja yang harus dilakukan,
Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan format tertentu
Lakukan uji-coba,
∑ Ya+Tidak
d. Sosialisasi Dokumen
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan
sosialisasi dokumen tersebut, khusus bagi SOP, bila rumit maka untuk
melaksanakan SOP tersebut perlu dilakukan pelatihan.
e. Pencatatan Dokumen, Distribusi dan Penarikan Dokumen
Kepala FKTP menunjuk salah satu anggota Tim mutu/ Tim akreditasi
sebagai petugas pengendali dokumen.
4. Rekam Implementasi
a. Rekam implementasi adalah dokumen yang menjadi bukti obyektif dari
kegiatan yang dilakukan atau hasil yang dicapai sesuai kegiatan yang
direncanakan.
b. Catatan/ rekam implementasi sebagai bukti pelaksanaan kegiatan juga
harus dikendalikan. Organisasi harus menetapkan SOP terdokumentasi
untuk mendefinisikan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi,
5. Pedoman Eksternal
a. Pokja Admen :
1) Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek
Kedokteran
2) Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3) Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah
4) Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Tenaga Kesehatan
5) Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Perencanaan
Pembangunan
6) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok – Pokok
Kepegawaian
7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
8) Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
9) Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara
10) Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
11) Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
12) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
13) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
14) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Sebagai Daerah Otonom
b. POKJA UKM :
1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan public
3) Undang-Undang No.4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
4) Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
5) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
c. POKJA UKP
1) Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2) Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
3) Undang-Undang, RI Nomor 25 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik
4) Undang-Undang, RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
5) Undang-Undang, RI Nomor 37 Tahun 2012 tentang penyelengaraan
Lab Puskesmas
6) Undang-Undang, Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
7) Undang-Undang, RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
8) Undang-Undang, RI No. 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah
9) Peraturan Pemerintah, RI No. 65 Tahun 2005 Pedoman Penyusunan
dan Penerapan SPM
10) Peraturan Menteri Kesehatan, No. 30 Tahun 2014
11) Peraturan Menteri Kesehatan, RI Nomor 269/ Menkes/ Per/III/2008
Tentang Rekam Medis,
12) Peraturan Menteri Kesehatan, RI Nomor 75 Tahun 2009 tentang
kesehatan,
13) Peraturan Menteri Kesehatan, EI Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran.
14) Peraturan Menteri Kesehatan, RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas
15) Kemeterian Kesehatan, No. HK. 02.02 Tahun 2016 Tentang
Formularium Nasional
16) Pedoman penyelengaraan kesehatan lingkungan Puskesmas
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1428/ Menkes/SK/XII/2006,
17) Pedoman pelaksanaan kewaspadaan universal di pelayanan
kesehatan
18) Pedoman Praktek Laboratorium Yang benar
19) Pedoman UKK
20) Pedoman Lansia
PENUTUP
ALEKSANDER, SKM
Penata Tingkat I
NIP. 196412301987031006