Anda di halaman 1dari 14

PREPLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan II

Dosen Pengampu:
Agus Santoso S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh:
Alma Savera 22020116130059
Sang Ayuning Jati Wijayanti 22020116130091
Niswatul Imtinan Firstayude 22020116140055
Unzilla Oktavianing Edna 22020116140058
Regina Aprilia Roberto 22020116140092
Dinda Arimbi Mutiarasari 22020116140117

Kelas A.16.2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
I. Latar Belakang
Demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengan gejala demam, nyeri pada otot
atau sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh
(Sudoyo dkk, 2009). Prevalensi penyakit DBD di Indonesia, pada tahun 2008 terdapat
137.469 kasus, 1.187 kasus diantaranya meninggal, CFR (Case Fatality Rate) sebesar
0,86%. Pada tahun 2009 terdapat 154.855 kasus,1.384 kasus diantaranya meninggal,
CFR sebesar 0,89%. Di Semarang, pada 2009 jumlah penderita DBD sebanyak 3883
orang, pada 2010 ini naik menjadi 5556 kasus.
Kota Semarang menduduki peringkat pertama di Jawa Tengah. Usia yang
paling sering terkena DBD adalah 5 – 15 tahun. Jumlah penderita penyakit demam
berdarah dengue (DBD) di Semarang tahun ini mengalami peningkatan cukup
signifikan dibandingkan periode tahun lalu (Depkes RI 2010). Sampai saat ini infeksi
virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang adalah rumah sakit yang sudah terakreditasi B di kota
Semarang dan merupakan rumah sakit syariah pertama di Indonesia. Terdapat banyak
fasilitas dan tenaga medis yang menunjang proses penyembuhan banyak pasien di
rumah sakit tersebut. Salah satunya adalah pasien anak-anak penderita DBD.
Pengobatan suportif untuk membantu meningkatkan trombosit adalah dengan
menggunakan sediaan ekstrak daun jambu biji dan obat imunomodulator. Diketahui
bahwa tingkat perbandingan efektivitas antara sediaan ekstrak daun jambu biji dan
obat imunomodulator belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu
peneliti bermaksud untuk meneliti perbandingan efektivitas antara sediaan ekstrak
daun jambu biji dan obat imunomodulator dalam meningkatkan jumlah trombosit
pada pasien anak. Hal ini sangat mempengaruhi lama rawat inap pasien anak
penderita DBD di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 40 menit, diharapkan peserta
penyuluhan dapat memahami penanganan penyakit demam berdarah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 40 menit diharapkan peserta
penyuluhan dapat:
a. Menjelaskan pengertian penyakit demam berdarah.
b. menyebutkan penyebab penyakit demam berdarah.
c. Menyebutkan faktor yang terkait dalam penularan demam berdarah.
d. Menyebutkan tanda dan gejala setelah gigitan nyamuk.
e. Menyebutkan ciri-ciri nyamuk demam berdarah.
f. Menyebutkan pencegahan penyakit demam berdarah.
g. Menjelaskan cara penularan demam berdarah
III. Sasaran
Sasaran dalam pendidikan kesehatan ini yaitu remaja di Panti Asuhan Al-Mudhofar,
Banyumanik, Semarang.
IV. Karakteristik Sasaran
Remaja di Panti Asuhan Al-Mudhofar tingkat SMP dan SMA,
V. Target
Adapun target yang diharapkan yaitu 80% penghuni Panti Asuhan Al-Mudhofar dapat
memahami dan mengetahui tentang pencegahan demam berdarah.
VI. Strategi Pembelajaran
A. Metode
Penyampaian materi dan diskusi
B. Media dan Alat
Media Alat
1. Power point 1. LCD
2. Video 2. Speaker
3. Alat peraga
4. Poster
C. Waktu
Hari : Minggu
Tanggal : 15 April 2018 (Plan A), 22 April 2018 (Plan B)
Pukul : 08.00 WIB – selesai
D. Tempat
Panti asuhan Al-Mudhofar
E. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Evaluasi Struktur
 Preplanning sudah dibuat.
 PPT, video dan poster sudah dipersiapkan.
 Ada kesempatan antara peserta dan penyuluh kesehatan.
2. Kriteria Evaluasi Proses
 Berjalan dengan lancar.
 Remaja di panti asuhan dapat mengikuti dengan aktif sampai
selesai.
 Penyuluh kesehatan mampu memfasilitasi jalan pendidikan
kesehatan.
3. Kriteria Evaluasi
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 25 menit, remaja di
panti asuhan dapat:
a. Menjelaskan pengertian penyakit demam berdarah, 80% benar.
b. Menyebutkan penyebab penyakit demam berdarah, 80% benar.
c. Menyebutkan faktor yang terkait dalam penularandemam
berdarah, 80% benar.
d. Menyebutkan tanda dan gejala setelah gigitan nyamuk, 80%
benar.
e. Menyebutkan ciri-ciri nyamuk demam berdarah, 80% benar.
f. Menyebutkan pencegahan penyakit demam berdarah, 80%
benar.
g. Menjelaskan cara penularan demam berdarah, 80% benar.
Kegiatan Belajar
Tahap Waktu Kegiatan pengajar Kegiatan Peserta Media
Kegiatan Didik
Pembukaan 5 - Salam - Menjawab salam Ceramah
menit - Perkenalan - Memperhatikan (Mic,
- Menyampaikan cakupan - Memperhatikan Sound) dan
materi, tujuan pengenalan
pembelajaran poster
- Menjelaskan gambaran - Memperhatikan (Poster
kegiatan
Penyajian 25 - Menjelaskan pengertian - Memperhatikan Powerpoint
menit DBD (LCD, Mic,
- Menjelaskan penyebab - Memperhatikan Sound,
penyakit DBD Proyektor),
- Menyebutkan faktor - Memperhatikan Alat peraga
resiko pasien yang dan
terkena DBD Menonton
- Menyebutkan tanda dan - Memperhatikan Video
gejala seseorang (Video)
terkenan penyakit DBD
- Menyebutkan ciri – ciri - Memperhatikan
nyamuk penyebar
penyakit DBD
- Menjelaskan cara - Memperhatikan
pencegahan DBD
- Menjelaskan cara - Memperhatikan
penularan DBD
- Menunjukan video - Memperhatikan
mengenai ciri – ciri
nyamuk DBD, cara
penularan DBD dan
pencegahan DBD
Penutup 10 - Menyimpulkan pokok - Memperhatikan
menit bahasan
- Mengevaluasi dan - Menjawab
Tanya jawab pertanyaan
- Mengakhiri pertemuan - Menjawab salam
dengan salam

VII. Setting Tempat


Keterangan :
: Penyuluh kesehatan

: Peserta

VIII. Evaluasi
Jenis : Lisan
Bentuk : Tanya jawab
Soal : Terlampir

Soal :
1. Apa pengertian penyakit DBD?
Jawab: Demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengan gejala demam,
nyeri pada otot atau sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo dkk, 2009).
2. Apa penyebab demam berdarah?
Jawab : disebabkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dengan gejala demam,
nyeri pada otot atau sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfa denopati,
trombosit openia dan diathesis hemoragik. Namun ada beberapa hal-hal yang
menjadi penyebab lainnya yaitu berhubungan dengan:
a. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c. Penyedaiaan air bersih yang langka.

3. Sebutkan faktor-faktor yang terkait dalam penularan demam berdarah?


Jawab :
 Mobilitas penduduk, memudakan penularan dari suatu tempat
ke tempat lain.
 Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam
penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang
dilakukan.
 Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat
tanggap dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan
penyakit.
 Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit.
Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti
peluang untuk sakit DBD lebih besar.
 Kerentanan terhadap penyakit, tiap individu mempunyai
kerentanan tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam
tubuhnya tidak sama dalam menghadapi suatu penyakit, ada
yang mudah kena penyakit, ada yang tahan terhadap penyakit.
 Tempat penampungan air
 Tempat pembuangan sampah

4. Sebutkan gejala-gejala penyakit demam berdarah?


Jawab :
 Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat
Celsius).
 Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan
kotoran (feses) berupa lendir bercampur darah (melena), dan
lain-lainnya
 Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi
penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (trombositopeni),
terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas 20% dari nilai
normal (hemokonsentrasi)
 Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare,
menggigil, kejang dan sakit kepala
 Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi
 Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan
pegal/sakit pada persendian
 Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah.
5. Sebutkan ciri-ciri nyamuk penyebar penyakit DBD!
Jawab:
1. Warna hitam dengan bercak putih pada badan dan kaki
2. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi,
tempayan, drum, kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum
burung.
3. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap
dan lembab.
4. Menggigit di siang hari
5. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter

6. Sebutkan pencegahan penyakit demam berdarah?


Jawab : Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”,
yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala,
dll sesuai dengan kondisi setempat
7. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah?
Jawab: Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty
betina. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap
darah orang yang sakit DBD atau Yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya
terdapat virus Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus
dengue). Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi
kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada
nyamuk Aedes Aegypti. Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak
dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya. Bila
nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan
dipindahkan bersama air liur. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki
kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan segera menderita DBD. Nyamuk
Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur hidupnya dapat
menularkan kepada orang lain. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati
dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
MATERI

A. Pendahuluan
Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Parasit dan
virus penyakit sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban,
permukaan air, dan angin. Penyakit yang tersebar melalui virus seperti Demam Berdarah
Dengue (DBD) perlu diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan makin meningkat
dengan perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan penyakit yang
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian (Ramesh et all, 2010).

B. Pengertian Penyakit DBD


Demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi virus dengan gejala demam, nyeri pada otot atau sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo dkk, 2009).

C. Penyebab penyakit DBD


Penyebab utama adalah melalui gigitan nyamuk Aedes. Namun ada beberapa hal-hal
yang menjadi penyebab lainnya yaitu berhubungan dengan:
d. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
e. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
f. Penyedaiaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah
jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes Aegypti 40-
100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters)
yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

D. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor resiko yang dapat mengakibatkan adanya nyamuk Aedes, yaitu
(Roose A, 2008):
a. Pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat
b. Mobilitas penduduk
c. Pendidikan dan pekerjaan masyarakat
d. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam
masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.
e. Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih banyak golongan
umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk sakit DBD lebih besar.
f. Tempat penampungan air
g. Tempat pembuangan sampah

E. Tanda Dan Gejala Penyakit


Terdapat tanda dan gejala yang timbul bila terkena penyakit DBD, yaitu:
1. Mendadak demam (panas tinggi) selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas
2. Lemah/ lesu dan gelisah
3. Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan
(epitaksis), buang air besar dengan kotoran (feses) berupa lendir bercampur darah
(melena), dan lain-lainnya
4. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas
20% dari nilai normal (hemokonsentrasi)
5. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan
nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala
6. Tampak bintik-bintik merah
7. Kadang mimisan, berak darah atau muntah darah
8. Kesadaran menurun atau renjatan (shock)

F. Ciri- Ciri Nyamuk Penyebar Penyakit DBD


Berikut adalah ciri-ciri nyamuk penyebar penyakit DBD, antara lain:
6. Warna hitam dengan bercak putih pada badan dan kaki
7. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi, tempayan,
drum, kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung.
8. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap dan
lembab.
9. Menggigit di siang hari
10. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter
G. Pencegahan
Di Indonesia, vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue belum ada dan
masih dalam proses penelitian. Sedangkan, di Negara Perancis sudah terdapat vaksin untuk
mencegah penyakit ini, yang diberikan nama Dengvaksia. Namun, Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) mengikuti jejak Filipina yang menangguhkan program vaksinasi DBD
karena ternyata setelah diteliti, vaksin Dengvaksia dapat memicu munculnya penyakit lebih
parah pada orang yang belum pernah terinveksi virus dengue. Berhubungan dengan hal
tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah melaporkan tentang identifikasi adanya
risiko dari penggunaan vaksin DBD pada pertengahan 2016 dan merekomendasikan vaksin
DBD untuk hanya digunakan pada mereka yang pernah menderita infeksi dengue sebelumnya
(Putri Gloria, 2017).
Oleh karena itu, di Indonesia, pencegahan DBD lebih ditekankan pada kebersihan
lingkungan. Kebersihan lingkungan yang menjadi perhatian tidak cukup hanya kebersihan
lingkungan rumah saja, melainkan kebersihan lingkungan umum atau fasilitas umum lainnya
wajib menjadi perhatian. Untuk itu perlu ada antisipasi pengendalian DBD dilakukan,
terutama dalam menjelang waktu pergantian musim untuk lebih mendorong peran serta aktif
masyarakat secara sukarela melaksanakan kegiatan pembersihan sarang nyamuk. Selain itu,
pengetahuan tentang DBD menjadi hal yang penting diketahui oleh masyarakat sampai di
tingkat keluarga. Maka, sangat penting untuk diadakannya penyuluhan mengenai demam
berdarah oleh tenaga-tenaga kesehatan (Manalu & Munif, 2016).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang
kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat

H. Cara penularan penyakit demam berdarah


Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty betina. Nyamuk ini
mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang yang sakit DBD atau
Yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang ini
memiliki kekebalan terhadap virus dengue). Orang yang mengandung virus dengue tetapi
tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat
yang ada nyamuk Aedes Aegypti. Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan
menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya. Bila nyamuk tersebut
menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur. Bila
orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan segera
menderita DBD. Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur
hidupnya dapat menularkan kepada orang lain. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati
dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tropika., Balai Penelitian Tanaman Buah. Tanaman yang Berkhasiat Mengatasi Demam
Berdarah Dengue. Surabaya : Universitar Airlangga, 2008.

2. Leovani, Vivin, dkk. . Gambaran Klinis dan Komplikasi Pasien Demam Berdarah Dengue
Derajat III dan IV di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode 1
Januari 2012 – 31 Desember 2013. . Riau : JOM FK, 2015.

3. Azizah Gama T, dkk. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa
Mojosongo Kabupaten Boyolali. . Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010.

4. Hadi, Upik Kesumawati. Penyakit Tular Vektor: Demam Berdarah Dengue. Bogor :
Institut Pertanian Bogor, 2011.

5. Djunaidi, AF. 2014. Penyuluhan Tentang Penyakit DBD. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, 3(2): 1-5.

6. Fitriani, Ria. Materi Penyuluhan Demam Berdarah. URL:


https://www.academia.edu/6391351/Lampiran_1_Materi_Penyuluhan_DEMAM_BERDARA
H_DENGUE_DBD. Diakses pada tanggal 4 April 2018 pukul 20.44 WIB

7. Manalu, Helper S.P., & Munif, Amrul. 2016. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat
dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Barat.
Jurnal Aspirator, 8(2): 69-76.

8. Putri, Gloria S. 2017. Efek Vaksin DBD Bisa Berbahaya, Ini Penjelasan WHO dan IDAI.
URL: https://sains.kompas.com/read/2017/12/08/170000223/efek-vaksin-dbd-bisa-
berbahaya-ini-penjelasan-who-dan-idai diakses pada tanggal 5 April 2018 pukul 16.00 WIB.

9. Ramesh CD, Sharmila P, Dhillon GPS, Aditya PD. 2010. Climate Change and Threat of
Vector-Borne Diseases in India: Are We Prepared? Parasitology Research, 106(4): 763-773.

10. Roose A. 2008. Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit

Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. URL:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6637 diakses tanggal 4 April 2018 pukul

22.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai