Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

DENGUE FEVER

OLEH :
dr. Jessica Santosa

PENDAMPING
dr. Made Ary Puspitasari
dr. Anak Agung Raka Wirawan

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSHIP

RUMAH SAKIT KASIH IBU TABANAN

PROVINSI BALI

2019

BAB I

1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Nn. APS


Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pandak Gede, Tabanan
Agama : Hindu
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Guru Honorer
No. RM : 62807
MRS : 01-11-2018

II. SUBYEKTIF

Keluhan Utama : Demam

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Pasien mengeluhkan demam sejak 6 hari yang lalu.


 Demam naik turun, dominan pada malam hari.
 Mimisan (+) kemarin sebentar, berhenti sendiri.
 Batuk (+), pilek (+), nyeri menelan (+).

Riwayat Penyakit Dahulu:

 Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.


 Riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, asma atau penyakit
paru, penyakit ginjal, penyakit tulang/sendi dan diabetes melitus
disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :

 Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa seperti


pasien.

2
 Riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, asma atau penyakit
paru,penyakit ginjal, penyakit tulang/sendi dan diabetes melitus dalam
keluarga disangkal.

Riwayat Pribadi dan Sosial :

 Higienitas cukup baik.


 Lingkungan sekitar pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Pengobatan :

 Penurun panas, obat batuk pilek, dan antibiotik dari dokter sebelumnya.

Riwayat Alergi:

 Riwayat alergi makanan maupun obat disangkal.

III. OBYEKTIF
Status Generalis

 Keadaan Umum : cukup


 Kesadaran : compos mentis
 GCS : E4V5M6
 Status Gizi
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
BMI : 23.44 (normal)
 Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular, kuatangkat (posisi baring)
Frekuensi Nafas : 22 x/menit, regular, tipe torakoabdominal
Suhu aksiler : 36,5ºC

Status Lokalis

3
Kepala:
 Ekspresi wajah : normal
 Bentuk dan ukuran : normal
 Rambut : rontok (-)
 Edema : (-)
 Malar rash : (-)
 Parese N. VII : (-)
 Nyeri tekan kepala : (-)
 Massa : (-)

Mata:
 Simetris
 Alis : normal
 Exopthalmus (-/-)
 Ptosis (-/-)
 Edema palpebra (-/-)
 Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemia (-/-)
 Sclera : icterus (-/-)
 Pupil : isokor, bulat, refleks pupil (+/+)
 Kornea : normal
 Lensa : katarak (-/-)
 Pergerakan bola mata ke segala arah : normal
 Nyeri tekan retroorbita (-)

Telinga:
 Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan
 Lubang telinga : normal, secret (-/-)
 Nyeri tekan tragus (-/-)
 Peradangan pada telinga (-)
 Pendengaran : kesan normal
Hidung:

4
 Simetris, deviasi septum (-/-)
 Napas cuping hidung (-/-)
 Perdarahan (-/-), secret (-/-)
 Penghidu normal

Mulut:
 Simetris
 Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing (-)
 Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-)
 Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-), kemerahan di
pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-)
 Gigi : dalam batas normal
 Mukosa : stomatitis (-)

Leher:
 Simetris
 Kaku kuduk (-)
 Pembesaran KGB (-)
 JVP : 5 + 2 (tidak meningkat)
 Pembesaran otot SCM (-)
 Otot bantu nafas SCM tidak aktif
 Pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thoraks:
1. Inspeksi:
 Bentuk & ukuran: normal, simetris, barrel chest (-)
 Pergerakan dinding dada: sedikit tertinggal
 Permukaan dada: ikterik (-), papula (-), petechiae (-), purpura (-),
ekimosis (-), spider naevi (-), vena kolateral (-), massa (-)
 Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif
 Iga dan sela iga: simetris, pelebaran ICS (-)

5
 Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri
dan kanan
 Fossa jugularis: tidak tampak deviasi
 Tipe pernapasan: torakoabdominal
 Ictus cordis : ICS V linea midclavicula sinistra
2. Palpasi:
 Posisi mediastinum: deviasi trakea (-)
 Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-)
 Pergerakan dinding dada simetris, gerakan tertinggal (-)
 Fremitus vocal:
Normal Normal

Normal Normal

Normal Normal

 Ictus cordis teraba pada ICS V lineamidclaviculasinistra, thrill (-).

3. Perkusi:
 Densitas
Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

 Batas paru-hepar:
o Inspirasi : ICS VI
Ekskursi 2 ICS
o Ekspirasi : ICS IV
4. Auskultasi:
 Cor : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
 Pulmo :
- Vesikuler :
+ +
+ +
- + + Rhonki basah :

6
- -
- -
- -

- Wheezing :
- -
- -
- -
 Tes bisik: dbn
 Tes percakapan: dbn
Abdomen:
1. Inspeksi:
 Distensi (-)
 Umbilicus: masuk merata
 Permukaan kulit: ikterik (-), vena collateral (-), massa (-), caput
medusae (-), spider naevi (-), scar (-), striae (-), ruam (-)
2. Auskultasi:
 Bising usus (+) normal, frekuensi 8 x/menit
 Metallic sound (-)
 Bising aorta (-)
3. Perkusi:
 Orientasi : Normal
 Organomegali : tidak ada.
 Nyeri ketok CVA (-)
4. Palpasi:
 Nyeri tekan (+) di regio hipogastrium, massa (-), defans muskular
(-)
 Hepar , ren, dan lien : Normal, tidak terdapat pembesaran.
 Nyeri kontra lateral (-), nyeri tekan lepas (-)

Ekstremitas:

7
 Akral :  Sianosis : - -
+ +
hangat
+ + - -

 Edema :  Clubbing : - -
- -
finger
- - - -

 Deformitas : - -  Ikterik : - -
- - - -

Genitourinaria: Tidak dievaluasi

IV. RESUME

Pasien perempuan usia 25 tahun datang ke UGD RS Kasih Ibu


diantar keluarganya dengan keluhan demam sejak 6 hari yang lalu.
Demam naik turun dominan di malam hari, disertai dengan batuk,
pilek, dan nyeri menelan.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan KU sedang compos mentis.
Tekanan darah 110/70, nadi radialis 80 x/menit, pernapasan 22
x/menit, suhu aksila 36,5 ºC.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap

Parameter Hasil Nilai Rujukan


WBC 2.67 10^3/uL 4.50 – 11.00
HGB 12.1 g/dL 12.0 – 16.0
RBC 5.05 10^6/uL 4.20 – 5.40
HCT 37.3 % 38.0 – 47.0
MCV 73.9 fL 80.0 – 100.0
MCH 24.0 pg 27.0 – 31.0
MCHC 32.4 g/dL 32.0 – 36.0
PLT 149 10^3/uL 150 – 440

WIDAL

8
Nama Tes Hasil
Typhoid O NEGATIF
Paratyphoid AO NEGATIF
Paratyphoid BO NEGATIF
Paratyphoid CO POSITIF 1/80
Typhoid H NEGATIF
Paratyphoid AH NEGATIF
Paratyphoid BH NEGATIF
Paratyphoid CH NEGATIF

VI. ASESSMENT
Diagnosis : Demam Dengue
DD :
- Demam Tifoid

VII. PLANNING

Terapi:
Medikamentosa:
 Terapi lanjut

KIE

 Demam dengue, terapi, dan komplikasinya.


 Saran rawat inap (pasien menandatangani surat penolakan)
 Cek DL ulang besok atau 2 hari lagi.

Monitoring
 Keluhan
 Tanda-tanda perdarahan.

Prognosis
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Ad Functionam : dubia ad bonam
 Ad Sanationam : dubia ad bonam

9
BAB II
PEMBAHASAN

Kasus Teori Pembahasan


Anamnesis Demam sejak Biasanya demam Berdasarkan anamnesis,
6 hari yang mendadak tinggi 2 kasus ini mengarah ke
lalu. Demam – 7 hari, disertai demam dengue karena
naik turun, muka kemerahan, memiliki gejala khas
dominan pada eritema kulit, yang meliputi demam
malam hari. nyeri seluruh dan nyeri menelan.
Disertai batuk, tubuh, mialgia,
pilek, dan artralgia dan sakit

10
nyeri menelan. kepala. Pada
beberapa kasus
ditemukan nyeri
tenggorok, injeksi
farings dan
konjungtiva,
anoreksia, mual
dan muntah. Pada
fase ini dapat pula
ditemukan tanda
perdarahan seperti
ptekie, perdarahan
mukosa, walaupun
jarang dapat pula
terjadiperdarahan
pervaginam dan
perdarahan
gastrointestinal.
Pemeriksaa Keadaan Pemeriksaan fisik Berdasarkan hasil
n umum : cukup selain tanda vital, pemeriksaan fisik yang
Fisik dan Kesadaran : juga pastikan bermakna kasus ini cocok
Penunjang CM (GCS kesadaran dengan teori dari demam
E4V5M6) penderita, status dengue. Dimana ditemui
Tanda vital : hidrasi, status adanya leukopenia dan
Tax 36,5 ºC hemodinamik trombositopenia.
sehingga tanda-
Pemeriksaan tanda syok dapat
fisik dikenal lebih dini.
bermakna: Pemeriksaan
Ptekie (-). laboratorium yang
Pemeriksaan dapat dilakukan
penunjang: untuk menunjang
WBC 2.67

11
10^3/uL, HGB diagnosis DBD
12.1 g/dL, adalah
HCT 37.3 %, pemeriksaan darah
PLT 149 lengkap, urine,
10^3/uL. serologi dan
isolasi virus. Yang
signifikan
dilakukan adalah
pemeriksaan darah
lengkap, selain itu
untuk
mendiagnosis
DBD secara
definitif dengan
isolasi virus,
identifikasi virus
dan serologis.

Diferensial Demam Tifoid Demam tifoid Berdasarkan anamesis


Diagnosis memiliki dan pemeriksaan klinis,
karaktersitik diganosa banding yang
demam step paling mendekati adalah
ladder, yaitu demam tifoid karena
demam terus demam.
meningkat dari
hari ke hari
disertai dengan
anoreksia, mual
muntah, diare,
perasaan tidak
nyaman di perut,
dan lidah tifoid.
Terapi - Terapi Terapi di rumah Terapi yang diberikan

12
lanjut untuk pasien adalah untuk melanjutkan
meliputi edukasi terapi dari dokter
mengenai istirahat sebelumnya, yaitu:
atau tirah baring penurun demam, obat
dan asupan cairan batuk pilek, serta
oral yang cukup, antibiotik.
serta pemberian
parasetamol.
Edukasi - Demam - Edukasi Edukasi yang diberikan
dengue, penyebab dan sesuai dengan penyakit
terapi, dan terapi dari dan terapi yang diberikan
komplikasi penyakit
nya. - Rawat inap
- Saran untuk
rawat inap monitoring
(pasien perdarahan dan
menandata tanda vital.
ngani surat
penolakan)
- Cek DL
ulang
besok atau
2 hari lagi.
Komplikasi Kebocoran Kebocoran plasma Pada pasien ini belum
plasma dan dapat berupa terjadi komplikasi.
perdarahan peningkatan
hematokrit ≥20%
dari baseline
penurunan
hematrokit ≥20%
dari baseline
setelah terapi
pengganti cairan,

13
efusi pleura dan
asites. Perdarahan
dapat diketahui
dengan tes rumple
leed, ptekie,
ekimosis, purpura,
perdarahan
spontan dari gusi,
hidung, saluran
cerna, dan lokasi
injeksi. Dari
pemeriksaan
laboratorium
didapatkan
trombositopneia.
Prognosis Quo ad vitam : Quo ad vitam : Quo ad vitam : penyakit
dubia ad dubia ad bonam ini tidak mengancam
bonam Quo ad nyawa
Quo ad functionam : dubia Quo ad functionam : hasil
functionam : ad bonam baik setelah terapi
dubia ad Quo ad adekuat
bonam sanationam : dubia Quo ad sanationam :
Quo ad ad bonam rekurensi mungkin terjadi
sanationam : melihat riwayat pasien
dubia ad
bonam

14
BAB III
PENUTUP

Demam Dengue adalah infeksi virus Dengue tanpa disertai dengan


kebocoran plasma. Secara klinis ditemukan demam, suhu pada umumnya antara
39-40°C, bersifat bifasik, menetap antara 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia/arthralgia, ruam kulit,
manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif), leukopenia. Tahapan
diagnosis demam dengue meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium. Terapi yang diberikan bersifat
simtomatis karena merupakan infeksi virus yang bersifat self-limiting.

15
REFERENSI

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Buletin Jendela


Epidemiologi Demam Berdarah Dengue

2. World Health Organization. 2011. Comprehensive guidelines for prevention


and control of dengue and dengue haemorrhagic fever.Revised and expanded
edition

3. Suhendro, Nainggolan L., Chen K., Pohan H.T. Demam berdarah Dengue.
Dalam: Buku Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jilid III. 2006.
Hal: 2773-9

4. Peters CJ. Infection Caused by Arthropod and Rodent-borne viruses. Dalam:


Longo D.L., Fauci A.S., Kasper D.L., Hauser S.L., Jameson J.L., Loscalzo J.
Harrison’s Principle of Internal Medicine. Edisi ke 18. New York: McGraw-
Hill:2012

5. Wibisono E., Susilo A., Nainggolan L. Demam Berdarah Dengue. Dalam:


Soesmasto A.S., Amelz H., Junadi P., Saleh C.A. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ke 4. Jakarta: Media Aescukapius:2014.

16
17

Anda mungkin juga menyukai