Anda di halaman 1dari 8

Tugas Makalah Kelompok 4

TEKNIK DAN PELAKSANAAN PENILAIAN AFEKSI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
METODE PEMBELAJARAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN IPS
Dosen Pengampu: Dr. SUNARTI, M.Pd

Disusun Oleh:
1.RUSMARTINI (NIM 171551400 )
2.UMI KULSUM (NIM 17155140017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan hal yang penting dan memerlukan perhatian yang
serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat yang
sering dilontarkan kepada sistem pendidikan. Kritik tersebut sangat komplek, dimulai
dari sistem pendidikan yang berubah-ubah ketika ganti menteri pendidikan, kurikulum
yang kurang tepat dengan mata pelajaran yang terlalu banyak dan tidak berfokus pada
hal-hal yang seharusnya diberikan dan lain sebagainya. Namun demikian, masalah
sering menjadi perhatian setiap sistem pendidikan problem penilaian hasil belajar
yang kurang efektif.
Kurikulum 2013 menetapkan sikap sebagai aspek yang sangat penting untuk
dinilai dalam pembelajaran. Secara autentik, urutan penilaian dimulai dari penilaian
sikap, penilaian pengetahuan, dan yang terakhir penilaian keterampilan. Pengukuran
pada ranah afektif tidak semudah melakukan pada pengukuran kognitif. Sekarang
yang jadi pemikiran bagi kita adalah bagaimana kita bisa menilai sikap? Bagaimana
instrumennya? Ini adalah problema yang seringkali menghinggapi benak kita. Secara
logis kita tidak akan bisa mengukur perubahan sikap siswa di Sekolah Pendidikan
Dasar dan menengah dengan memberi soal-soal sebagaimana kita
mengukur pengetahuan. Sikap siswa itu ditunjukkan dengan perbuatan, bukan
ditunjukkan dengan pemahaman dan ingatan. Tidak akan ada soal-soal yang
disiapkan untuk mengukur sikap dengan bunyi semisal "kerjakan dengan sikap jujur
penjumlahan berikut!", "isilah dengan rasa percaya diri titik-titik berikut!", dan
sebagainya. Lantas bagaimana kita bisa menilai sikap siswa? Sebenarnya kita sebagai
guru tidak usah bingung untuk menilai sikap. Ada kriteria-kriteria tertentu yang
menjadi pedoman dalam pengukuran ini. Oleh sebab itulah yang melandasi kami
untuk mencari tahu tentang aspek penilaian ranah afektif ini.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas kami dapat mengambil beberapa rumusan masalah
yaitu :
1. Apa itu ranah afektif dalam aspek penilaian ?
2. Apa saja yang dinilai dari ranah afektif ?
3. Bagaimana cara penilaian dengan melihat ranah afektif ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu ranah afektif dalam aspek penilaian.
2. Untuk mengetahui apa yang dinilai dari ranah afektif.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian yang digunakan untuk menilai ranah
afektif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ranah Afektif


Ranah afektif pada umumnya merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai.
Menurut Nana Sudjana (2004), ranah afektif ialah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Beberapa pakar mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahan-perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi.
Menurut David R. Krathwohl (1964), mendefinisikan ranah afektif Affective,
objectives whichemphasize a feeling tone, an emotion, or degree of acceptance or
rejection. Yang artinya afektif ialah perilaku yang menekankan perasaan, emosi, atau
derajat tingkat penolakan atau penerimaan terhadap suatu objek.
Sementara menurut Syamsu Yusuf LN (2004), mengatakan bahwa ranah afekif pada
dasarnya merupakan tingkah laku yang mengandung penghayatan suatu emosi atau
perasaan tertentu. Contoh ikhlas, senang, marah, sedih, menyayangi, mencintai,
menerima, menyetujui dan menolak.
Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk
mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu
mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh
karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering
diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat
nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya.
Akan tetapi, penilaian ranah afektif sepertinya belum mendapat porsi yang
lebih dibandingkan dengan penilaian ranah kognitif dan psikomotor, masih banyak
para pendidik yang menilai ranah ini kurang memperhatikan rambu-rambu serta
pedoman yang telah diterbitkan oleh pemerintah. Maklum penilaian ini banyak sekali
variabelnya sehingga sulit untuk memedomaninya dalam memberikan nilai kepada
peserta didik. Menurut PP nomor 19 tahun 2005 pasal 65 ayat 2 menyatakan bahwa
penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga,
dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan. Oleh karena itu penilaian ranah afektif harus dilakukan secara
obyektif dan proporsional yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
2.2 Aspek yang dinilai dari Ranah Afektif
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian.
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,
merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan.
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai.
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami
hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.
5. Karakterisasi, meliputi menyusun berbagai macam sistem nilai menjadi
nilai yang mapan dalam dirinya (Thoha, 2001:31).
Adapun 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting yaitu :
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,
pendidik, dan sebagainya.
2. Minat
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman,
dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
3. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya
seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang
karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri
dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
4. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu
dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Target nilai cenderung menjadi
ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai
dapat positif dan dapat negatif.
5. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang
lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral berkaitan
dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Aspek yang dinilai dari ranah Afektif berdasarkan dari kompetensi yang ingin dicapai
yaitu :
1. Sikap spiritual
Sikap spiritual yaitu menyangkut kecakapan seorang individu atau peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran yang segala tindakannya mencerminkan sikap
yang sopan dan agamis dengan melakukan doa dan puji syukur serta taat dalam
beribadah.
2. Sosial
Sikap sosial yaitu menyangkut kecakapan seorang peserta didik dalam bergaul
atau bersosialisasi dan bertanggungjawab dalam sebuah kelompok maupun juga
dalam kehidupan masyarakat. Sehingga disini dilihat bagaimana peserta didik
dapat memanfaatkan ilmu yang dimilikinya dari proses pembelajaran dan
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemudian dari adanya hal tersebut dilaksanakanlah pengembangan penilaian aspek
afektif yaitu :
1. Membuat kisi-kisi instrumen
2. Menulis instrumen
3. Menentukan skala pengukuran
4. Menentukan pedoman penskoran
5. Menelaah (validitas isi) instrumen
6. Melakukan ujicoba instrumen
7. Menganalisis hasil ujicoba
8. Memperbaiki instrumen
9. Melaksanakan pengukuran
10. Menafsirkan hasil pengukuran
Adapun tujuan dari penilaian afektif (Arikunto, 2008:178) yaitu :
1. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan
program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
2. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku anak
didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak
didik.
3. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik.
4. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik.

2.3 Teknik Penilaian Afektif


Menurut Andersen (1980) teknik atau cara penilaian yang dilakukan dalam
menilai dari ranah Afektif yaitu :
1. Observasi (non tes)
Metode observasi ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap sikap atau perilaku dari siswa sehingga penggunaan metode
observasi didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari
perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologis seseorang.
Data-data yang diperoleh dalam observasi dicatat dalam suatu catatan observasi.
Sebagaimana halnya dengan tes, maka observasipun dapat dibagi-bagi atas
beberapa jenis. Dan pembagian jenis observasi juga dapat ditinjau dari beberapa
sudut pandang.
a. Berdasarkan rencana kerja petugas observasi
- Observasi terstruktur yaitu segala kegiatan petugas observasi telah
ditetapkan berdasarkan kerangka kerja.
- Observasi tidak berstruktur yaitu segala tindakan petugas observasi tidak
dibatasi oleh kerangka kerja.
b. Berdasarkan kedudukan petugas observasi
- Observasi partisipan yaitu orang yang melakukan observasi ikut
mengambil bagian dalam situasi yang diobservasi.
- Observasi non partisipasi yaitu orang yang melakukan observasi berada
diluar situasi yang diobservasi.
- Observasi quasi partisipasi yaitu orang yang melakukan observasi
melakukan partisipasi pada saat-saat tertentu dan pada saat yang lain
berada diluar situasi.
c. Berdasarkan situasi yang diobservasi
- Observasi terhadap situasi bebas yaitu observasi yang terjadi secara
wajar tanpa adanya campur tangan dari pengobservasi.
- Observasi terhadap situasi yang dimanipulasi yaitu situasi yang telah
direncanakan oleh pengobservasi (Nurkancana dan Sunartana, 1992:51-
51).
2. Lembar penilaian untuk menilai satu sama lain
Metode ini dilakukan dengan memberikan lembaran penilaian kepada
siswa untuk menilai dirinya maupun juga menilai teman-temannya. Sehingga,
metode ini berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan seseorang adalah dirinya
sendiri. Namun, metode ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik
afektif diri sendiri dan juga orang lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas kami dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Ranah afektif pada umumnya merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai yang dimana ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai.
2. Aspek yang dinilai dari ranah Afektif berdasarkan dari kompetensi yang ingin
dicapai yaitu : Sikap spiritual yang menyangkut kecakapan seorang individu atau
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang segala tindakannya
mencerminkan sikap yang sopan dan agamis dengan melakukan doa dan puji
syukur serta taat dalam beribadah dan sikap sosial yaitu menyangkut kecakapan
seorang peserta didik dalam bergaul atau bersosialisasi dan bertanggungjawab
dalam sebuah kelompok maupun juga dalam kehidupan masyarakat.
3. Cara penilaian dari ranah afektif yaitu berupa penilaian yang non tes dengan
metode observasi dan lembar penilaian untuk menilai diri sendiri.

3.2 Saran
Kami dari penyusun makalah memberikan saran kepada para pembaca untuk
dapat lebih memahami tentang aspek penilaian yang berupa ranah afektif karena
ranah ini terbilang sangat penting untuk dapat membentuk manusia yang memiliki
budi pekerti yang luhur. Walaupun penilaian ranah afektif memang lebih susah
dibandingkan dengan penilaian ranah yang lainnya.
http://gustishare.blogspot.co.id/2017/06/makalah-evaluasi-pembelajaran-aspek_8.html

Anda mungkin juga menyukai