Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Agronomi

PUPUK ORGANIK CAIR

Nama : Nova Hardianty


NIM : G021191175
Kelas : Dasar-Dasar Agronomi E
Kelompok : 17 (Tujuh Belas)
Asisten : Muh. Rifqi Putra Maricar

DEPERTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pertanian di Indonesia mengalami perubahan drastis dimana cara


pemupukan yang dilakukan lebih banyak menggunakan bahan-bahan kimia.
Sehingga muncullah inisiatif dari petani lain untuk menggunakan sistem pertanian
berkelanjutan, dimana pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang
menerapkan sistem jangka panjang bukan untuk sesaat dan memanfaatkan sumber
daya alam dengan seefisien mungkin. Penggunaan bahan kimiawi bukanlah
sebuah pertanian berkelanjutan walaupun dapat mensejahterakan petani karena hal
tersebut hanya sesaat dan jangka panjangnya akan berdampak pada kerusakan
lingkungan itu sendiri.
Salah satu model pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian organik.
Sistem pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian dimana bahan
organik,baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, menjadi faktor penting
dalam proses produksi usahatani tanaman, perkebunan, peternakan,perikanan, dan
kehutanan. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta
pemberantasan hama, penyakit, dan gulma secara biologi adalah contoh-contoh
aplikasi sistem pertanian organik. Salah satu contoh pupuk organik yang
digunakan adalah pupuk organik cair atau POC.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis proses
fermentasi, dimana pupuk organik cair ini lebih cocok digunakan untuk
perangsang tumbuh tanaman terutama saat tanaman mulai bertunas. Pupuk
organik cair ini tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan dalam
pembuatannya perlunya dilakukan penambahan aktivator seperti EM4 untuk
mempercepat proses fermentasi.
Dalam pembuatan pupuk organik cair (POC), dilakukan proses fermentasi,
namun jika hanya memanfaatkan proses fermentasi, maka pupuk organik cair
(POC) yang dihasilkan tidak begitu maksimal hasilnya pada tanaman, dalam
pengelolaan menjadi pupuk organik cair (POC) diperlukan unsur lain untuk
meningkatkan kualitas pupuk organik cair (POC) yang dihasilkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilaksanakan praktikum POC agar
mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan apa saja yang dapat digunakan untuk
membuat POC, cara membuat POC, dan faktor-faktor keberhasilan dalam
membuat POC.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktukum ini adalah untuk mengetahui cara membuat POC dan
untuk mengetahui manfaat dan keunggulan POC.
Adapun kegunaan pada praktikum pembuatan POC ini adalah pemanfaatan
limbah dimasyarakat dapat berkurang, serata dalam hal pengurangan limbah ini
juga tercipta sesuatu yang dapat bermanfaat untuk keseharian masyarakat
terutama bagi yang ingin membuat pupuk organik cair.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pupuk Organik Cair
Pupuk merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrisi yang
diperlukan bagi tanaman. Pemupukan adalah upaya pemberian nutrisi kepada
tanaman guna menunjang kelangsungan hidupnya. Pupuk dapat dibuat dari bahan
organik ataupun anorganik. Pemberian pupuk perlu memperhatikan takaran yang
diperlukan oleh tumbuhan, jangan sampai pupuk yang digunakan kurang atau
melebihi takaran yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan
ke daun. Sejak dulu sampai saat ini pupuk organik diketahui banyak dimanfaatkan
sebagai pupuk dalam sistem usaha tani oleh para petani (Sutedjo, 2010).
Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan
yang mengandung unsur hara yang lebih dari satu hara. Pupuk organik cair
mengandung unsur kalium yang berperan dalam setiap proses metabolisme
tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium
serta berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga
memungkinkan lancarnya proses metabolisme dan menjamin kesinambungan
pemanjangan sel pada mikroorganisme (Simanjuntak Apriyani, 2014).
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (sampah) (Pranata, 2004).
Pupuk organik cair adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-
bahan organik dan berwujud cair. Pupuk cair merupakan salah satu jenis proses
fermentasi. Secara garis besar prduk fermentasi dibedakan atas produk pangan,
kesehatan, energi dan lingkungan. Produk kesehatan yang paling dominan adalah
produksi antibiotika, vitamin dan alkohol. Dalam bidang energi misalnya produksi
bioetanol, metanol, metana dan sebagainya. Dalam bidang lingkungan misalnya
kompos, biopestisida, dan sebagainya (Pranata, 2004).
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Organik Cair
Kelebihan POC menurut Sutanto (2002: 6-7) adalah sebagai berikut :
a) Kandungan hara rendah, kandungan hara pupuk organik pada umumnya
rendah tetapi bervariasi tergantung pada jenis bahan dasarnya.
b) Ketersediaan unsur hara lambat, hara yang berasal dari bahan organik
harus dirombak terlebih dahulu oleh mikroba yang bersifat perombak
(dekomposer) menjadi senyawa yang lebih sederhana dan unsur
anorganik agar dapat diserap oleh tanaman.
c) Menyediakan hara dalam jumlah terbatas, penyediaan hara yang berasal dari
pupuk organik biasanya terbatas dan tidak cukup dalam menyediakan hara
yang diperlukan tanaman.
Pupuk organik cair memiliki mamfaat bagi tanaman yaitu Untuk
menyuburkan tanaman, Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, Untuk
mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar, Untuk membantu
revitalisasi produktivitas tanah, Untuk meningkatkan kualitas produk
(Suriadikarta, 2006)
Adapun keunggulan dari pupuk organik cair adalah mudah untuk
membuatnya, murah harganya, tidak ada efek samping bagi lingkungan maupun
tanaman, bisa juga dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada daun (bio-
control) seperti ulat pada tanaman sayuran, aman karena tidak meninggalkan
residu, pestisida organik juga tidak mencemari lingkungan (Suriadikarta, 2006).
Kelemahan yang umum terdapat pada pupuk organik/ hayati cair, adalah
viabilitas (daya hidup) mikroorganisme yang dikandungnya sangat rendah,
populasi mikroorganisme kecil (< 106 cfu/mL) bahkan cenderung tidak ada/mati
seiring dengan waktu, nutrisi yang terkandung sedikit. Umumnya nutrisi yang
ada berupa tambahan bahan kimia seperti pupuk NPK dan Urea yaitu
mikroorganisme di dalamnya sangat mudah berkurang bahkan mati, tingkat
kontaminasi sangat tinggi, seringkali menghasilkan gas (kemasan rusak) dan bau
tidak sedap (busuk), tidak tahan lama (kurang dari setahun), masalah dalam
transportasi dan penyimpanan, perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam
membuatnya, hasilnya tidak bisa diproduksi secara masal (Suriadikarta, 2006).
2.3 Manfaat Pupuk Organik Cair Bagi Tanaman
Manfaat Pupuk Organik Cair Menurut Chaniago, Noverina. Dkk 2017, yang
menyatakan bahwa beberapa manfaat dari unsur hara yang terdapat dalam pupuk
organik cair adalah sebagai berikut:
1. Karbon (C), Oksigen (O) dan Hidrogen (H)
Unsur karbon, oksigen dan hidrogen dalam pupuk organik cair dapat
dimanfaatkan sebagai elemen pokok dalam membangun bahan-bahan organic
2. Nitrogen (N)
Unsur nitrogen dalam pupuk organik cair diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, akar, berperang
penting dalam pembentukan hijau daun untuk terlaksananya proses fotosintesis,
pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik, meningkatkan
mutu tanaman penghasil daun-daunan, mengembangbiakkan mikroorganisme
dalam tanah.
3. Fosfor (P)
Ketersediaan unsur hara berupa fosfor dalam pupuk organik cair juga memiliki
peranan yang sangat penting yaitu, merangsang pertumbuhan akar, khususnya
akar benih/tanaman muda, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman
muda menjadi tanaman dewasa serta menaikkan persentase bunga menjadi buah
atau biji, membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat perbungaan
dan pemasakan buah, biji, sebagai bahan mentah untuk pembentukan berbagai
protein.
4. Kalium (K)
Unsur kalium berfungsi dalam membantu pembentukan protein dan
karbohidrat, mempercepat tumbuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu
yang layu, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit
serta meningkatkan mutu biji/buah.
5. Magnesium (Mg)
Berfungsi sebagai salah satu bagian enzim yang disebut organik
pyrophophatase, dalam proses pembentukan buah.
6. Besi (Fe)
Dimanfaatkan sebagai agen pembentukan hijau daun (klorofil) dan berperang
dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein.
Menurut Yuanita (2010), yang menyatakan bahwa pupuk organik cair
mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan
kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.
2. Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan
kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan
serangan patogen penyebab penyakit.
3. Merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah.
5. Mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
2.4 Kandungan Pupuk Organik Cair (POC)
Berdasarkan dari segi fisiknya pupuk cair memang lebih bau dibandingkan
pupuk kandang padat, namun, pupuk cair memiliki berbagai keunggulan.Pupuk
cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan kesehatan tanaman.Unsur-unsur itu terdiri dari nitrogen (N),
fosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen digunakan untuk pertumbuhan tunas dan
batang dan daun. fosfor (P) digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar, buah
dan biji. Sementara kalium (K) digunakan untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, hal ini menurut pendapat yang
dikemukakan oleh ( Warsyidawati 2017 ).
Menurut Hardjowigeno (2003), mengatakan bahwa peranan bahan organik
dalam memperbaiki kesuburan tanah yaitu melalui penambahan unsur-unsur
hara N, P, dan K yang secara lambat tersedia, meningkatkan kapasitas tukar kation
tanah sehingga kation-kation hara yang penting tidak mudah mengalami
pencucian dan tersedia bagi tanaman, memperbaiki agregat tanah sehingga
terbentuk struktur tanah yang lebih baik untuk respirasi dan pertumbuhan akar,
meningkatkan kemampuan mengikat air bagi tanaman lebih terjamin, dan
meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
Adapun kandungan dari bahan-bahan pembuatan POC menurut Santi (2010)
yaitu sebagai berikut :
1. Limbah Sayur
Limbah buah atau sayuran mempunyai kandungan air tinggi. Selain mudah
terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman, juga beberapa
sisa sayuran dan buah tersebut juga mengandung MOL (mikroorganisme lokal)
yang menambah pengayaan mikroorganisme dalam larutan pupuk organik cair
nantinya.
2. Air Cucian Beras
Air cucian beras mengandung karbohidrat yang baik untuk pertumbuhan
tanaman.
3. EM4
Yaitu mengandung mikroorganisme strater-bioaktivator. Ini diperlukan untuk
mempercepat proses fermentasi biakan pupuk organik cair yang akan diproduksi.
4. Cairan Gula Merah
Dalam pembuatan POC dapat digunakan gula merah. Karena dalam proses
fermentasi, mikroorganisme tersebut membutuhkan sumber glukosa.
5. Terasi
Sebagai sumber bahan protein penambah. Karbohidrat,glukosa dan protein
memang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pembiakan selama proses
fermentasi berlangsung.
6. Air Bersih
Air bersih bebas bahan kimia dan kaporit.
7. Daun Gamal
Kandungan umum yang terdapat pada daun gamal berupa protein 25,
Nitrogen 70% penggunaan pupuk cair dengan daun gamal sangat baik digunakan
bagi tanaman yang sementara dalam masa pertumbuhan.
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembuatan POC
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pupuk organik cair ini adalah
dengan melihat hasil dari proses fermentasinya, dimana indikator keberhasilan
proses fermentasi ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan
cairan, cairan yang berwarna kuning kecoklatan, serta menimbulkan aroma atau
bau yang khas seperti bau tape, hal ini menuruut pendapat yang dikemukakan
(Suriadikarta, 2013).
Menurut Warsyidawati (2017) Keberhasilan pembuatan pupuk organik
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Nilai C/N bahan
Semakin besar nilai C/N bahan maka proses penguraian oleh bakteri semakin
lama.Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio sehingga
menjadi 12-20.
2. Ukuran Bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses
pengomposannyakarena semakin luas bahan yang tersentuh bakteri.
3. Komposisi bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebihcepat.
Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah
dengan kotoran hewan.
4. Kelembaban
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembabansekitar
40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja
secara optimal.
5. Suhu
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan
karenaberhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Bila suhu
terlalu tinggi mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah
mikroorganisme belum dapat bekerja atau dalam
keadaan dorman. Proses fermentasi mikroba menguraikan bahan organik
menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai
maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Bila suhu atau
temperatur terlalu tinggi maka mikroorganisme akan mati. Bila suhu atau
temperatur relatif lebih rendah maka mikroorganisme belum dapat bekerja
atau masih dalam keadaan dorman. Aktifitas mikroorganisme dalam proses
pembuatan pupuk organik umumnya menghasilkan panas sehingga untuk
menjaga suhu tetap optimal sering dilakukan pembalikan atau pengadukan.
Suhu atau temperatur optimal pupuk organik sekitar 30 – 50oC (hangat).
6. Keasaman (pH)
Jika bahan yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengancara
menambahkan kapur. Sebaliknya, jika nilai pH tinggi (basa) bisa diturunkan
dengan menambahkan bahan yang bereaksi asam (mengandung nitrogen)
seperti urea atau kotoran hewan. Derajat keasaman pada proses awal proses
pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme
yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam
organik. Pada proses selanjutnya mengkonversikan asam organik yang telah
terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan
mendekati netral. Pada proses fermentasi pH agak turun pada awal proses
pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan asam. Dengan
munculnya mikroorganisme lain dari bahan yang didekomposisikan, maka pH
bahan akan naik setelah beberapa hari dan kemudian berapa pada kondisi
netral (Indriani, 2004). pH yang optimum setelah proses pengomposan adalah
berkisar 5,5-6,5 dan kurang dari 8.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pembuatan POC dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Oktober
2019, pukul 16.45 WITA sampai selesai yang dilaksanakan di Pelataran Teaching
Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ember dan
penutupnya 30 liter, botol bekas 1,5 liter, selang kecil 1,5 meter, karung 25 kg,
trashbag, limbah sayur 5 kg, daun gamal 2 kg, batang pisang, EM4, gula cair 1,5
liter, air cucian beras 1,5 liter, air kelapa 1,5 liter, terasi 3, dan sabun colek.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.3.1. Pembuatan Pupuk Organik Cair
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan;
2. Mencacah batang pisang, sayur kol,sayur sawi, daun kelor, daun bawang
dan daun gamal;
3. Masukkan hasil campuran bahan halus tersebut kedalam karung.
4. Mengisi air cucian beras, EM4 , air gula merah, terasi dan air bersih pada
ember;
5. Mengaduk hingga homogeny;
6. Memasukkan karung yang telah diberi lubang kedalam ember sambil terus
diaduk-aduk;
7. Mengolesi penutup ember dan mulut ember dengan menggunakan sabun
colek untuk mencegah mikroorganisme pengganggu;
8. Menutup ember dengan rapat dan melakbannya untuk menghindari
masuknya udara yang dapat membantu penguaraian mikroba didalam
ember;
9. Membiarkan selama ±4 minggu. Setelah itu, melakukan penyaringan,
larutan kemudian dikemas dalam botol dan siap digunakan;
3.3.2 Pengadukan Pupuk Organik Cair
1. Melepaskan perekat pada penutup ember;
2. Membuka tutup ember;
3. Mengaduk POC dengan menggunakan kayu setiap dua kali seminggu;
4. Menutup ember kembali dan merekatkan kembali dengan sabun colek dan
lakban;
3.3.3 Pemanenan Pupuk Organik Cair
1. Melepaskan perekat dan membuka penutup embernya;
2. Mencium bau POC, apabila berbau busuk maka POC dinyatakan gagal
namun jika tercium bau harum seperti tape maka POC dinyatakan berhasil;
3. Mengambil POC dengan menggunakan wadah lalu memasukkannya
kedalam botol dengan menggunakan corong dan saringan;
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chaniago, Noverina. Dkk. 2017. Respon Pemberian Pupuk Organik Cair Bonggol
Pisang dan Sistem Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kacang Hijau. Jurnal Penelitian Pertanian Bernas. Vol.13(1)
Nyoman, P, Aryantha, dkk., 2010. Kompos. Pusat penelitian antar universitas
antar ilmu hayati. LPPM-ITB. Dept. Biologi.
Parnata dan Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair. Jakarta:PT Agromedia Pustaka.
Hal 15-18.
Puspadewi. 2016. Pengaruh Konsentrasi POC dan Dosis Pupuk N,P,K terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung. Jurnal Kultivasi. Vol.15(3).
Simanjuntak, Apriyani. 2014. “Pengaruh Pupuk Organik Cair Pada Pertumbuhan
Bibit Tanaman Hidroponik Selada”. Skripsi. Medan : Universitas Negeri
Medan.
Sutedjo, M. 2010. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutanto, 2002. Kelebihan Penggunaan Pupuk Organik Cair. Jurnal Penelitian, Hal
6-7.
Suriadikarta, Didi Ardi dan Simanungkalit, R.D.M. 2006. Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati. Jawa Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal 2.
Suriadikarta, Didi. 2008. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jurnal Penelitian,
Vol.2, No.2, hlm.39-42.
Warsyidawati, R. 2017. Kandungan Fosfor (P) Pupuk Organik Cair (POC) Asal
Urin Sapi Dengan Penambahan Akar Serai (Cymbopogon citratus)
Melalui Fermentasi. [Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Alauddin.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai