Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia saat ini terus menyerukan dan mengupayakan peningkatan
kualitas sumber daya manusia melalui program 1000 hari pertama
kehidupan, karena kualitas manusia ditentukan sejak awal janin bertumbuh
di dalam tubuh seorang ibu. Salah satu prioritas pembangunan kesehatan
dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015-2019 adalah
perbaikan gizi, khususnya stunting. Karena hal ini merupakan predikktor
rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dampaknya menimbulkan
risiko penurunan kemampuan produktif suatu bangsa (Depkes, 2018).
Masalah gizi anak yang berdampak pada stunting dan kekurangan
gizi pada ibu hamil seringkali tidak disadari baik itu oleh individu,
keluarga, maupun masyarakat sebagai sebuah masalah yang harus dicegah
dan diselesaikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan
keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang gizi dan perilaku kesehatan
yang tepat, khususnya terkait bagaimana memilih, mengolah, dan
menyajikan makanan yang baik bagi keluarga. Adapun masih banyaknya
perempuan yang tidak menyadari bagaimana pentingnya gizi bagi dirinya
sendiri dan bagi kebanyakan ibu mereka cenderung baru menyadari bahwa
anaknya mengalami masalah kesehatan bila dampaknya sudah terlihat,
seperti stunting yang kondisinya akan terlihat bila sudah memasuki usia 2
tahun (Depkes, 2019).
Berdasarkan data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World
Health Organization (WHO), Indonesia termasuk kedalam negara ketiga
dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara. Rata-rata
prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.
Provinsi Jawa Barat termasuk kedalam salah satu provinsi dengan jumlah
balita pendek sebesar 20-30% (Kemenkes, 2018).
Persentase Wanita Usia Subur (WUS) yang berisiko Kekurangan
Energi Kronik (KEK) di Indonesia tahun 2017 adalah 10,7%. Persentase
ibu hamil berisiko KEK adalah 14,8%. Melihat hal tersebut asupan gizi
WUS yang berisiko KEK harus ditingkatkan sehingga dapat memiliki
berat badan yang ideal saat hamil. Provinsi Jawa Barat sendiri memiliki
persentase WUS yang berisiko KEK sebesar 11,4% dan persentase ibu
hamil berisiko KEK adalah sebesar 13,8% (Kemenkes, 2018).
Nutrisi yang diperolah sejak bayi lahir mulai dari Inisiasi Menyusui
Dini (IMD), pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya, termasuk risiko terjadinya stunting. Secara nasional
cakupan bayi mendapat ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 61,33%.
Masih terdapat 19 provinsi yang dibawah angka nasional, termasuk Jawa
Barat (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan tingginya persentase diatas membuat saya tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pentingnya 1000 hari pertama kehidupan.
Sasaran yang ingin saya gunakan adalah calon pengantin yang terdaftar di
KUA Kecamatan Ciamis, karena dengan adanya pendidikan pada calon
pengantin diharapkan dapat membantu para calon pengantin memiliki
pemahaman yang baik untuk menghadapi dan menjalankan 1000 hari
pertama kehidupan kepada anaknya nanti, sehingga bila 1000 hari pertama
kehidupan telah dilakukan dengan benar maka angka kejadian stunting
dapat dicegah sedari dini. Ciamis dipilih karena melihat dari prevalensi
rata-rata stunting di Indonesia, Jawa Barat memiliki persentase yang cukup
tinggi dengan jumlah balita pendek di Indonesia.
Menurut Utami Susri dan Lestari Media Ade pada Jurnal
Keperawatan BSI (2019), dalam jurnalnya yang berjudul Pengetahuan dan
Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Nutrisi 1000 Hari Pertama
Kehidupan menyebutkan bahwa masih kurangnya pengetahuan mengenai
1000 hari pertama kehidupan baik itu yang diketahui oleh suami maupun
istri.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan mengenai 1000 hari
pertama kehidupan pada calon pengantin di KUA Kecamatan Ciamis ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana hubungan tingkat pengetahuan mengenai
1000 hari pertama kehidupan pada calon pengantin di KUA
Kecamatan Ciamis
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan calon pengantin
mengenai 1000 hari pertama kehidupan di KUA Kecamatan
Ciamis
b. Mengidentifikasi efek pemberian penyuluhan mengenai 1000 hari
pertama kehidupan pada calon pengantin di KUA Kecamatan
Ciamis
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi calon pengantin di KUA Kecamatan Ciamis
Meningkatkan pengetahuan mengenai 1000 hari pertama
kehidupan untuk dapat diterapkan dan dilaksanakan di kehidupannya.
2. Bagi Instansi
Masukan kepada pihak KUA agar dijadikan dasar pertimbangan
dan kebijakan untuk memberikan penyuluhan mengenai 1000 hari
pertama kehidupan.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai