Oleh:
RAIHANA IRMA
1912101020014
KEPERAWATAN METERNITAS
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2019
Konsep Abortus dan Asuhan Keperawatan
A. Definisi
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan atau
disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu (Sapte & Fruriolina, 2011). Abortus adalah
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar kandungan.
Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram. Sedang menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu,
kesakitan dan kematian ibu hamil. Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang
terjadi pada umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram. Dampak dari
abortus jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menambah angka
kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi dari abortus yaitu dapat terjadi perdarahan,
Abortus ( keguguran ) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada
kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya
kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara klinis, 10-15% kehamilan yang
Abortus dapat terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja. Abortus yang
berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang dilakukan
dengan sengaja disebut abortus provokatus dan abortus yang terjadi berulang tiga kali
B. Etiologi
Menurut (Ratna & Arif, 2018), abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
lainnya
c. Pengaruh dari luar Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan
teratogen.
2. Kelainan pada plasenta misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga menjadi benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak terlepas sempurna yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda
kecil yang tidak jelas bentuknya (blightedovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola
Menurut (Ratna & Arif, 2018), abortus dapat digolongkan atas beberapa yaitu:
1. Abortus Spontan
faktorfaktor alamiah
a. Abortus imminens
sedikit
b. Abortus Insipiens
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri
telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
kontraksi makin lama makin kuat dan sering, serviks terbuka, besar uterus
masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif.
c. Abortus Inkomplet
Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil
Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi,
d. Abortus Komplet
sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.2 Adanya
abortus komplet terlihat pada gambar 5. Ciri dari abortus ini yaitu
e. Missed Abortion
f. Abortus Habitualis
turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi
abortus habitualis.
disertai gejala dan tanda infeksi alat genital seperti panas, takikardi,
vagina atau serviks yang berbau busuk, uterus lembek, serta nyeri perut dan
berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan penurunan tekanan darah.
2. Abortus Provokatus
medis.
E. Gejala Klinis
Menurut Morlan & Carole, 2009, gejala klinis pada abortus ialah:
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang
5. Pemeriksaan ginekologis:
b. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah
c. Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah Lengkap
b. Tes kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif.
2. Ultrasonografi
kehamilan 5 - 6 minggu)
G. Penatalaksanaan
Menurut (Ratna & Arif, 2018), penatalaksanaan pada abortus dibagi berdasarkan
klasifikasi yaitu:
1. Abortus imminens
mekanik berkurang.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah
mati.
minggu.
2. Abortus insipiens
a. Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi
3. Abortus inkomplet
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
uterus.
4. Abortus komplet
a. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi
darah.
5. Missed abortion
dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai dengan 20 tetes per menit dan naikkan
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien
d. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi
dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding
perut.
c. Penanggulangan infeksi
Chloromycetin 4 x 500 mg
Cephalosporin 3 x 1
e. Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi
f. Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan
H. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan
2. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan
tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga
terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau
3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
oleh syok.
4. Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
A. Pengkajian
1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
4. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh
6. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
10. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat
11. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang
b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
abnormal
c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada
kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
b. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien
a. Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
b. Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
C. Intervensi
d. Berikan penjeasan tentang penyebab nyeri dan tindakan yang akan dilakukan
dijangkau
d. Berikan penjelasan aktivitas yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
4. Diagnosa 4 (Ansietas)
mengungkapkan perasaannya
Prawirohardjo, S. (20100. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Ratna, S.D.P & Arif, P.Y. (2018). Buku ajar perdarahan pada kehamilan trimester. Program
Jakarta: EGC