Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benda di alam bergerak, diam dan sebagainya tidak terjadi secara tiba-tiba.
Ada penyebab sehingga gerak tersebut terjadi dan proses gerakpun tidak terjadi
secara bebas. Benda selalu bergerak mengikuti aturan yang sudah pasti. Benda yang
dilepas dari ketinggian tertentu pasti bergerak jatuh kalau tidak ada dorongan lain
yang membelokkan arah gerak. Benda yang dilempar dalam arah horizontal selalu
berberak melengkung ke bawah. Paku yang didekatkan ke magnet akan ditarik ke
arah magnet. Bumi selalu bergerak mengelilingi matahari pada orbit yang sudah
tertentu. Dengan kata lain gerak benda umumnya bersifat determinsitik, artinya
dapat diramalkan di mana lintasan yang akan diambil, ke mana arah kecepatan pada
tiap titik di lintasan tersebut, dan berapa percepatan tiap saat.
Jika saat ini sebuah benda didorong dengan kekuatan tertentu ke arah tertentu
maka benda akan bergerak dalam satu lintasan. Jika besok benda yang sama
didorong dengan kekuatan yang sama dan dalam arah yang sama maka benda
menempuh lintasan yang persis sama dengan lintasan yang kemarin, kecuali ada
pengganggu lain yang berpengaruh. Dengan sifat yang deterministik tersebut tentu
ada hukum yang menjelaskan sifat-sifat gerak benda tersebut. Dengan hukum
tersebut kita dapat memperdiksi ke mana benda akan bergerak jika diberikan
dorongan tertentu.
Newton merumuskan hukum-hukum gerak yang sangat luar biasa. Newton
menemukan bahwa semua persoalah gerak di alam semesta dapat diterangkan
dengan hanya tiga hukum yang sederhana. Karya besar Newton termuat dalam
bukunya yang sangat termashyur, Philosophiae Naturalis Principia Mathematica.
Seiring dengan perkembanan zaman, berkembang pula ilmu pemgetahuan,
manusia dengan kemampuan segala daya akalnya menemukan dan membuat alat
untuk menunjang kehidupan dimuka bumi ini. Salah satunya menemukan dan
membuat alat untuk meringankan dan memudahkan dalam melakukan pekerjaan
yang disebut dengan pesawat sederhana. Penggunaan pesawat ini banya kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika memotong kita menggunakan

1
pisau atau gunting, tukang kayu mencabut paku dengan palu pencabut paku, orang
yang mengangkat beban keatas truk dengan menggunakan bidang miring, orang
yang mengambil air dengan menggunakan katrol dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana melakukan percobaan dinamika pada katrol tunggal?
2. Bagaimana melakukan pengukuran waktu dan perhitungan percepatan baik
secara praktek maupun teori?

1.3 Batasan Masalah


Makalah ini dibatasi dengan topik:
1. Menghitung waktu rata-rata pada sistem katrol tunggal
2. Menentukan percepatan pada sistem katrol tunggal

1.4 Tujuan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk melakukan percobaan dinamika pada katrol tunggal
2. Untuk melakukan pengukuran waktu dan perhitungan percepatan baik secara
praktek maupun teori

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Tim Penulis
1. Untuk pemenuhan laporan Eksperimen Fisika I
2. Agar lebih memahami Eksperimen Sistem Katrol
1.5.2 Bagi Pembaca
1. Agar pembaca bisa mengerti tentang Sistem Katrol
2. Agar pembaca mengetahui bagaimana mekanisme eksperimen fisika
khususnya mengenai Sistem Katrol

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Newton


Teori mengenai dinamika gerak ini diterangkan oleh seorang ilmuwan Fisika
yang bernama Isaac Newton. Hukum pertama, memperkenalkan konsep
kelembaman yang telah diusulkan sebelumnya oleh Galileo. Hukum kedua,
menghubungkan percepatan dengan penyebab percepatan, yakni gaya. Hukum
ketiga, merupakan hukum mengenai aksi-reaksi. Newton menuliskan ketiga hukum
geraknya dalam sebuah buku yang terpenting sepanjang sejarah, yakni
Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, yang dikenal sebagai Principia.

Gambar 2.1 Isaac Newton dan gambar sampul buku “Philosophiae Naturalis
Principia Mathematica: (en.wikipedia.org)
2.1.1 Hukum Pertama Newton
Banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa setiap benda cenderung untuk
mempertahankan keadaannya. Ketika berada di dalam mobil yang sedang melaju,
tiba-tiba mobil direm secara mendadak, kita akan terdorong ke depan. Demikian
juga ketika mobil dari keadaan diam, tibatiba akan bergerak ke depan pada saat kita
menginjak gas,a kita akan merasakan bahwa badan badan menekan bagian belakang
tempat duduk. Contoh lainnya adalah ketika mobil yang ditumpangi melintasi
tikungan, kita seolah-olah akan terlempar ke sisi luar tikungan. Pada prinsipnya,
benda yang diam akan tetap diam sebelum ada gaya yang menarik atau
mendorongnya sehingga dapat bergerak. Demikian juga pada benda yang sedang
bergerak dengan kecepatan konstan akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan
dan akan dapat berhenti jika ada gaya yang melawan gerak tersebut. Keadaan ini

3
disimpulkan oleh Newton sebagai berikut: “Jika resultan gaya yang bekerja pada
benda sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda
yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan
kecepatan”. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Pertama Newton.
Kecenderungan benda mempertahankan keadaannya, yaitu diam atau bergerak
dengan kelajuan konstan dalam garis lurus, disebut kelembaman atau inersia. Oleh
karena itu, Hukum Pertama Newton disebut juga sebagai hukum Kelembaman.
Secara matematis dituliskan sebagai :
∑ 𝐹⃗ = 0……………………………………………………………......…………………(1)

Dimana : F = gaya (newton)

2.1.2 Hukum Kedua Newton


Setiap benda cenderung mempertahankan keadaannya selama tidak ada
resultan gaya yang bekerja benda tersebut. Hasil eksperimen Newton menunjukkan
bahwa gaya yang diberikan pada benda akan menyebabkan benda tersebut
mengalami perubahan kecepatan. Ketika gaya tersebut searah dengan gerak benda,
kecepatannya bertambah dan ketika gaya tersebut berlawanan dengan gerak benda,
kecepatannya berkurang. Dengan kata lain, jika resultan gaya yang bekerja pada
benda tidak sama dengan nol, benda akan bergerak dengan suatu percepatan.
Hasil eksperimen Newton juga menunjukkan bahwa percepatan benda
sebanding dengan resultan gaya yang diberikan. Akan tetapi, hubungan antara
resultan gaya dan percepatan pada benda satu yang dihasilkan berbeda dengan
benda lainnya. Kenyataan ini mengantarkan Newton pada konsep massa benda.
Massa adalah ukuran kelembaman suatu benda. Semakin besar massa benda,
semakin sulit untuk mengubah keadaan geraknya. Dengan kata lain, semakin besar
massa benda, semakin besar gaya yang harus diberikan untuk menggerakkannya
dari keadaan diam atau menghentikannya dari keadaan bergerak. Sebagai contoh,
sebuah mobil lebih lembam dan memerlukan gaya yang besar untuk mengubah
geraknya dibandingkan dengan sebuah sepeda motor. Dengan demikian, mobil
memiliki massa lebih besar daripada sepeda motor.
Hukum II Newton disimpulakan sebagai “Percepatan sebuah benda
berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik

4
dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja
padanya”. Atau secara matematis dituliskan sebagai :
∑ 𝐹⃗
𝑎⃗ = …………………………………………………………………………(2)
𝑚

∑ 𝐹⃗ = 𝑚𝑎⃗………………………………………………………………………(3)
Dimana :
F = gaya (N)
a = Percepatan benda (m/s2)
m = Massa Benda (kg)
Semakin besar resultan gaya yang diberikan pada benda, semakin besar
percepatan yang dihasilkannya. Jadi, percepatan benda sebanding dengan resultan
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Arah percepatan sama dengan arah resultan
gayanya.

2.1.3 Hukum Ketiga Newton

Gambar 2.2 Interaksi antara palu dan pasak yang menyebabkan timbulnya gaya
aksi-reaksi.
Gaya selalu muncul berpasangan. Ketika seseorang memukul pasak kayu
menggunakan palu, pasak akan memberikan gaya kepada palu. Demikian pula,
ketika orang berjalan di atas lantai, orang tersebut memberikan gaya pada lantai
melalui telapak kaki atau alas sepatu orang tersebut maka lantaipun memberikan
gaya pada telapak kaki atau alas sepatu sebagai reaksi terhadap gaya yang berikan.
Dengan kata lain “Setiap aksi akan menimbulkan reaksi, jika suatu benda
memberikan gaya pada benda yang lain maka benda yang terkena gaya akan
memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda
pertama, tetapi arahnya berlawanan“. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum

5
Ketiga Newton. Sifat pasangan gaya aksi-reaksi besarnya selalu sama, segaris,
saling berlawanan arah, dan bekerja pada benda yang berbeda.
Secara matematis dinyatakan sebagai :
𝐹⃗ aksi = -𝐹⃗ reaksi………………………………………………………..……............(4)

2.2 Berat, Gaya Normal, dan Tegangan Tali


Berat adalah gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda. Akibat gaya ini,
benda yang jatuh bebas akan memperoleh percepatan a = g (percepatan gravitasi
bumi). Dengan demikian berat benda dapat ditulis :
w = mg…….………………………………………………………..……............(5)
Dimana:
w = berat benda (N),
m = massa benda (kg),
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2).
Arah dari gaya gravitasi selalu menuju ke pusat bumi (tegak lurus bidang datar).
Ketika benda berada pada suatu bidang, bidang tersebut akan memberikan
gaya pada benda tadi yang disebut gaya kontak. Jika gaya kontak ini tegak lurus
permukaan bidang maka disebut gaya normal. Besar gaya normal bergantung pada
besar gaya lain yang bekerja pada benda. Gambar 2.3 memperlihatkan beberapa
arah gaya normal (dibandingkan dengan gaya gravitasi yang arahnya selalu tegak
lurus permukaan bumi). Arah gaya normal selalu tegak lurus bidang tempat benda
itu berada.

Gambar 2.3 Arah gaya normal


Gaya tegangan tali adalah gaya pada tali ketika tali tersebut dalam keadaan
tegang. Arah gaya tegangan tali bergantung pada titik atau benda yang ditinjau.
Pada Gambar 2.4 (a), gaya tegangan tali T yang bekerja pada benda m berarah ke
atas, dan sebaliknya, gaya tegangan tali T' pada tempat tali digantungkan berarah
ke bawah. Pada Gambar 2.4 (b), gaya tegangan tali T1 pada m1 berarah ke kanan,

6
sedangkan pada m2 bekerja T2 berarah ke kiri. Akan tetapi, meskipun arahnya
berlawanan, besar gaya tegangan talinya sama (T = T' dan T1 = T2).

Gambar 2.4 Arah gaya tegangan tali

2.3 Gaya Gesekan


Di saat seseorang moronglah meja yang terletak di atas lantai datar dengan
arah dorongan sejajar meja. Maka ada dua fenomena yang dapat diamati sebagai
berikut:
1. Jika gaya dorongan yang diberikan tidak terlalu besar maka meja belum
bergerak
2. Jika gaya diperbesar terus maka ada nilai gaya tertentu yang harus dicapai
agar meja mulai bergerak.
Contoh sederhana tersebut memberikan gambaran bahwa untuk
menggerakkan benda dari keadaan diam diperlukan gaya minimum. Ketika gaya
yang berikan pada meja lebih kecil daripada suatu nilai, meja akan tetap diam. Akan
tetapi, ketika gaya yang dikerahkan diperbesar, suatu saat meja tersebut dapat
bergerak. Selain itu, ketika gaya dorong pada meja dilepaskan, meja akan segera
berhenti.

Gambar 2.5 Untuk menggerakkan meja dari keadaan diam diperlukan gaya
minimum tertentu karena ada gaya gesekan yang menghambat kecenderungan
Misalkan, gaya yang dikerahkan pada meja besarnya F dengan arah sejajar
lantai. Jika meja tetap dalam keadaan diam, sesuai dengan Hukum Pertama Newton,
berarti resultan gaya pada meja sama dengan nol. Hal Ini menunjukkan bahwa ada

7
gaya lain yang besarnya sama dan berlawanan arah dengan gaya F yang diberikan.
Gaya ini tidak lain adalah gaya gesekan yang terjadi antara meja dan lantai. Gaya
gesekan pulalah yang menyebabkan meja menjadi berhenti sesaat setelah
melepaskan gaya dorong terhadap meja yang sudah bergerak.

Gambar 2.6 Grafik hubungan antara gaya gesekan ges dan gaya sejajar bidang
yang diberikan pada benda.

Hubungan antara gaya gesekan fges dan gaya F yang sejajar bidang pada
sebuah benda ditunjukkan pada Gambar 2.6 Grafik tersebut memperlihatkan bahwa
saat benda belum diberi gaya atau F = 0, gaya gesekan belum bekerja atau fges = 0.
Ketika besar gaya F dinaikkan secara perlahan-lahan, benda tetap diam hingga
dicapai keadaan di mana benda tepat akan bergerak. Pada keadaan ini, gaya gesekan
selalu sama dengan gaya yang diberikan atau secara matematis fges = F. Gaya
gesekan yang bekerja saat benda dalam keadaan diam disebut gaya gesekan statis.
Pada keadaan benda tepat akan bergerak, besar gaya F tepat sama dengan
gaya gesekan statis maksimum. Besar gaya gesekan statis maksimum sebanding
dengan gaya normal antara benda dan bidang. Konstanta kesebandingan antara
besar gaya gesekan statis maksimum dan gaya normal disebut koefisien gesekan
statis. Dengan demikian, secara matematis besar gaya gesekan statis maksimum
memenuhi persamaan
fs,maks = μsN.…….………………………………………………………..…….....(6)
dengan:
μs = koefisien gesekan statis
N = gaya normal (N)
Perhatikan bahwa Persamaan (6) hanya berlaku ketika benda tepat akan
bergerak. Persamaan ini juga menunjukkan bahwa selama gaya F yang diberikan

8
pada benda lebih kecil daripada atau sama dengan gaya gesekan statis (F ≤ fs,maks),
benda tetap dalam keadaan diam. Pada keadaan ini berlaku
fges ≤ μsN…….………………………………………………………..…….........(7)
Selanjutnya, ketika gaya F yang diberikan lebih besar daripada besar gaya
gesekan statis maksimum, F > fs,maks, benda akan bergerak. Pada keadaan bergerak
ini, gaya gesekan yang bekerja disebut gaya gesekan kinetik. Gaya gesekan ini
besarnya konstan dan memenuhi persamaan
fges= fk= μkN…….………………………………………………………..……....(8)
dengan: k μ = koefisien gesekan kinetik, dan N = gaya normal.
Persamaan (8) juga memperlihatkan bahwa gaya gesekan kinetik besarnya
lebih kecil daripada gaya gesekan statis maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa
koefisien gesekan kinetik selalu lebih kecil daripada koefisien gesekan statis (μk>
μs). Itulah sebabnya mengapa perlu dikerahkan gaya yang lebih besar saat
mendorong benda dari keadaan diam dibandingkan dengan ketika benda sudah
bergerak. Selain itu, besarnya gaya yang harus dikerahkan bergantung pada
keadaan dua permukaan bidang yang bergesekan. Hal ini disebabkan besarnya
koefisien gesekan bergantung pada sifat alamiah kedua benda yang bergesekan, di
antaranya kering atau basahnya dan kasar atau halusnya permukaan benda yang
bergesekan.

2.4 Katrol
Katrol merupakan roda pejal atau cakram yang berputar pada porosnya,
dililitkan tali utnuk mengangkat beban. Katrol juga disebut kerekan dan termasuk
pesawat sederhana untuk mempermudah pekerjaan. Berdasarkan susunannya katrol
dapat dibagi dua jenis, yaitu katrol tetap atau tunggal dan katrol bebas atau
bergerak. Jika beberapa katrol disusun menjadi satu kerangka disebut katrol
majemuk (Marti, 2007).
Ketika suatu system yang terdiri atas sejumlah katrol berat ringan tanpa
gesekan memilki sebuah tali yang melingkar disekeliling system tersebut, tegangan
pada setiap panjang ruas tali adalah setara dengan gaya yang bekerja pada ujung
tali (F) oleh sejumlah pihak luar. Jadi ketika beban ditahan oleh sepajang n, gaya
output adalah Fn . sering kali katrol terpasang pada beban yang bergerak bersama

9
beban dan hanya diperlukan menghitung jumlah panjang tali (n) yang bekerja pada
katrol tersebut untuk menentukan gaya output (Buinche. J, 2006).
Orang jaman dahulu mengangkat air sumur dengat katrol. Penduduk di
pedesaan saat ini masih banyak yang menggunakan katrol untuk mengangkat air
sumur karena belum adanya listrik yang dapat digunakan untuk menggerakkan
pompa air. Tukang bangunan sampai saat ini masih banyak yang menggunakan
katrol untuk mengangkat bata atau adukan semen ke lantai atas bangunan.

Gambar 2.7 Katrol tetap. (kiri) adalah kondisi sebelum beban ditarik dan (kanan)
adalah kondisi setelah beban ditarik naik sejauh ∆h.
Gambar 2.7 adalah ilustrasi satu katrol yang digantung tetap. Tali di sisi kiri
katrol ditarik ke bawah dengan gaya F. Tali turun sejauh ∆h. Dengan demikian,
kerja yang kita lakukan adalah
W1 = F ∆h…….………………………………………………………..……........(9)
Karena tali cuma satu dan dihubungkan langsung (hanya melengkung
melewati katrol) maka beban naik sejauh ∆h juga. Beban tersebut berada di bawah
pengaruh gaya gravitasi. Akibat kenaikan beban maka energi potensial beban
bertambah sebesar:
∆EP = W ∆h.…………………………………………………………..……......(10)
Kita asumsikan selama bergerak, kecepatan benda tetap sehingga energi kinetik
tidak berubah. Dengan demikian, kerja yang kita lakukan semata-mata untuk
menaikkan energi potensial benda. Dengan demikian:
F∆h = W∆h……………………………………………………………..……....(11)
atau,
F = W…….……………………………………………………………..……....(12)
Jadi, gaya yang kita berikan untuk mengangkat benda menggunakan katrol
tetap persis sama dengan berat benda. Walaupun gaya yang dikeluarkan persis sama

10
dengan berat benda, katrol tetap mempermudah mengangkat benda. Penyebanya
adalah kita memberikan gaya ke arah bawah. Dengan gaya ke arah bawah maka
kita bisa menggunakan seluruh beban tubuh kita untuk menarik benda. Tinggal
memperkuat genggaman tangan pada tali. Untuk mengangkat beban, kadang kita
dapat menggelantung pada tali penarik.
Berbeda kalau kita mengangkat langsung benda dengan menarik ke atas.
Hanya otot-otot tangan yang kita kerahkan untuk menarik dan menahan beban
sehingga kita merasa berat.
Gambar 2.8 adalah ilustrasi satu katrol bergerak yang digunakan untuk
mengangkat benda. Beban digantung pada poros katrol. Tali dililitkan (dilewatkan)
pada katrol. Satu ujung tali dipaten secara tetap dan ujung lainnya ditarik.

Gambar 2.8 Katrol bergerak. (kiri) adalah kondisi sebelum beban ditarik dan
(kanan) adalah kondisi setelah beban ditarik naik sejauh ∆x. Akibat beban ditarik
sejauh ∆x maka tarikan tali naik sejauh ∆y = 2∆x
Tali ditarik ke atas sejauh ∆y dengan gaya F. Dengan demikian, kerja yang
dilakukan adalah F∆y. Akibat penarikan ini maka katrol hanya naik setengah
tarikan tersebut, yaitu ∆x = ∆y/2. Tinggi naiknya beban persis sama dengan tinggi
naiknya katrol. Dengan kenaikan tersebut maka energi potensial beban bertambah
sebesar:
W∆x = W∆y/2…….…………………………………………………………….(13)
Kerja yang kita berikan semata-mata digunakan untuk menambah energi
potesial beban. Dengan demikian :
F∆y = W∆y/2….….…………………………………………………………….(14)
atau
F = W/2……..…….…………………………………………………………….(15)

11
Dengan demikian, jika menggunakan katrol bergerak, gaya tarik yang
dibutuhkan untuk mengangkat benda hanya setengah dari berat benda.
Dinamika merupakan gerak yang dinyatakan dakam besaran besaran vector
r̅, v̅ dan a̅ tanpa mempersoalkan apa yang menyebabkan gerak tersebut. Apabila
benda bermassa tidak sama, seperti yang perlihatkan pada gambar 2.9 berikut ini

T
M1 T
M2
Gambar 2.9 Duah Buah Benda bermasssa tidak sama di gantung pada Katrol
Misalkan m2 lebih besar dari m1, maka tegangan tali dan percepatan benda-
benda tersebut adalah Persamaan gerak untuk
𝑇 = m1.g = m1.a…….…………………………………………………………(16)
Dan untuk m2
T - m2.g = m2.a…….…………………………………………………………….(17)
Dengan menghubungkan kedua persamaan diatas, di peroleh persamaan
m1  m2
a( ) g …………………………….…………..………………………(18)
m1  m2
Besaran gaya T selalu diantara berat benda yang bermassa m1 dan berat
bermassa m2. Memang suharusnya demikian, karena untuk mempercepat m1 ke
atas, T harus besar dari m.g dan agar m2 dipercepat ke bawah maka m2.g harus lebih
besar dari tenggangan tali T (Halliday, 2010).

12
BAB III
METODE EKSPERIMEN

3.1 Waktu dan Tempat Eksperimen


3.1.1 Waktu : Selasa, 08 Oktober 2019
3.1.2 Tempat : Laboratorium Fisika
3.2 Variabel
3.2.1 Variabel tetap : massa beban dan panjang tali
3.2.2 Variabel terikat : waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak S
3.3 Peralatan
1. 1 buah katrol
2. Tali
3. Beban
4. Stopwatch
3.4 Prosedur Kerja
1. Dibuatlah rangkaian percobaan katrol tunggal
2. Dicatat waktu T yang diperlukan untuk menempuh jarak S
3. Dilakukan langkah (1) dan (2) untuk massa dan jarak yang sama sebanyak
5 kali
4. Dilakukan langkah (1), (2) dan (3) untuk jarak yang sama tapi massa
berbeda

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data dan Hasil Eksperimen


No. m1 (Kg) m2 (Kg) S (m) T (s) Trata-rata a (m/s2)
1. 0.05 0.04 0.18 1.15 1.1
2. 0.05 0.04 0.18 0.69 1.1
3. 0.05 0.04 0.18 0.74 0.78 1.1
4. 0.05 0.04 0.18 0.62 1.1
5. 0.05 0.04 0.18 0.70 1.1
Tabel 4.1 data hasil eksperimen
4.2 Pembahasan
Pada eksperimen kali ini yaitu tentang sistem katrol yang bertujuan untuk
melakukan pengukuran waktu dan perhitungan waktu pada sistem katrol tunggal.
Peralatan yang dibutuhkan dalam eksperimen ini yaitu 1 buah katrol, tali, beban,
dan stopwatch. Beban yang digunakan adalah sebesar 0.05 kg dan 0.04 kg.
Peralatan-peralatan tersebut dirangkai menjadi sistem katrol tunggal.
Pertama-tama diukur jarak yang ditempuh beban yang bermassa 0.05 kg dan
0.04 kg yaitu sebesar 0.18 m. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali dan diperoleh
jarak yang sama yaitu sebesar 0.18 m. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap
waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 0.18 yaitu sebesar 1.15 sekon.
Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali dan diperoleh waktunya yaitu 0.69 sekon,
0.74 sekon, 0.62 sekon, dan 0.70 sekon.
Hubungan massa dengan waktu ditunjukan dalam grafik berikut :
60
50
m1 (gram)

40
30
20
10
0
500 600 700 800 900 1000 1100 1200
T (milisekon)

Grafik 4.1 Grafik hubungan massa dengan waktu untuk massa benda 0.05 Kg

14
50
40

m2 (gram)
30
20
10
0
600 700 800 900 1000 1100 1200
T(miliseko)40

Grafik 4.2 Grafik hubungan massa dengan waktu untuk massa benda 0.04 Kg

Dari data hasil pengamatan, besarnya waktu bervariasi terhadap jarak yang
ditempuh beban pada sistem katrol tunggal. Hal ini dikarenakan adanya error
human atan kesalahan dalam praktikum yang dilakukan oleh praktikan. Contohnya
ketika menekan stopwatch terlambat atau terlalu cepat sehingga muncul adanya
variasi waktu tersebut.
Selanjutnya dihitung percepatan yang terjadi pada sistem katrol tunggal yaitu
sebesar 1.1 m/s². Percepatan gravitasi yang digunakan yaitu sebesar 10 m/s².

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan data hasil eksperimen yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Waktu yang diperlukan untuk mencapai jarak sesuai panjang tali yaitu 1.15
sekon, 0.69 sekon, 0.74 sekon, 0.62 sekon, 0.70 sekon.
2. Percepatan pada sistem katrol tunggal yaitu sebesar 1.1 m/s2.

5.2 Saran
Untuk praktikan agar lebih memahami terlebih dahulu materi yang akan
dipraktikan sebelum menentukan tujuan dan mekanisme eksperimen.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi


Bandung
Halliday, D., Resnick. R., Walker, J. 2004. Fisika Dasar I edisi 7 jilid 3. Jakarta
:Erlangga
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198602252012121001/pendidikan/pesawat-
sederhana.pdf
https://www.academia.edu/29700742/PERCOBAAN_5_DINAMIKA_SISTEM_
KATROL.docx
Tim Penyusun. 2019. Buku Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I. Kupang:
Laboratorium Fisika Instrumentasi Fakultas Sains dan Teknik Universitas
Nusa Cendana

17
LAMPIRAN

1. Perhitungan percepatan sistem


a. Data-1
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2

b. Data-2
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2

c. Data-3
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2

d. Data-4
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09

18
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2

e. Data-5
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2

19

Anda mungkin juga menyukai