PENDAHULUAN
1
pisau atau gunting, tukang kayu mencabut paku dengan palu pencabut paku, orang
yang mengangkat beban keatas truk dengan menggunakan bidang miring, orang
yang mengambil air dengan menggunakan katrol dan sebagainya.
1.4 Tujuan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk melakukan percobaan dinamika pada katrol tunggal
2. Untuk melakukan pengukuran waktu dan perhitungan percepatan baik secara
praktek maupun teori
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Tim Penulis
1. Untuk pemenuhan laporan Eksperimen Fisika I
2. Agar lebih memahami Eksperimen Sistem Katrol
1.5.2 Bagi Pembaca
1. Agar pembaca bisa mengerti tentang Sistem Katrol
2. Agar pembaca mengetahui bagaimana mekanisme eksperimen fisika
khususnya mengenai Sistem Katrol
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Isaac Newton dan gambar sampul buku “Philosophiae Naturalis
Principia Mathematica: (en.wikipedia.org)
2.1.1 Hukum Pertama Newton
Banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa setiap benda cenderung untuk
mempertahankan keadaannya. Ketika berada di dalam mobil yang sedang melaju,
tiba-tiba mobil direm secara mendadak, kita akan terdorong ke depan. Demikian
juga ketika mobil dari keadaan diam, tibatiba akan bergerak ke depan pada saat kita
menginjak gas,a kita akan merasakan bahwa badan badan menekan bagian belakang
tempat duduk. Contoh lainnya adalah ketika mobil yang ditumpangi melintasi
tikungan, kita seolah-olah akan terlempar ke sisi luar tikungan. Pada prinsipnya,
benda yang diam akan tetap diam sebelum ada gaya yang menarik atau
mendorongnya sehingga dapat bergerak. Demikian juga pada benda yang sedang
bergerak dengan kecepatan konstan akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan
dan akan dapat berhenti jika ada gaya yang melawan gerak tersebut. Keadaan ini
3
disimpulkan oleh Newton sebagai berikut: “Jika resultan gaya yang bekerja pada
benda sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda
yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan
kecepatan”. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Pertama Newton.
Kecenderungan benda mempertahankan keadaannya, yaitu diam atau bergerak
dengan kelajuan konstan dalam garis lurus, disebut kelembaman atau inersia. Oleh
karena itu, Hukum Pertama Newton disebut juga sebagai hukum Kelembaman.
Secara matematis dituliskan sebagai :
∑ 𝐹⃗ = 0……………………………………………………………......…………………(1)
4
dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja
padanya”. Atau secara matematis dituliskan sebagai :
∑ 𝐹⃗
𝑎⃗ = …………………………………………………………………………(2)
𝑚
∑ 𝐹⃗ = 𝑚𝑎⃗………………………………………………………………………(3)
Dimana :
F = gaya (N)
a = Percepatan benda (m/s2)
m = Massa Benda (kg)
Semakin besar resultan gaya yang diberikan pada benda, semakin besar
percepatan yang dihasilkannya. Jadi, percepatan benda sebanding dengan resultan
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Arah percepatan sama dengan arah resultan
gayanya.
Gambar 2.2 Interaksi antara palu dan pasak yang menyebabkan timbulnya gaya
aksi-reaksi.
Gaya selalu muncul berpasangan. Ketika seseorang memukul pasak kayu
menggunakan palu, pasak akan memberikan gaya kepada palu. Demikian pula,
ketika orang berjalan di atas lantai, orang tersebut memberikan gaya pada lantai
melalui telapak kaki atau alas sepatu orang tersebut maka lantaipun memberikan
gaya pada telapak kaki atau alas sepatu sebagai reaksi terhadap gaya yang berikan.
Dengan kata lain “Setiap aksi akan menimbulkan reaksi, jika suatu benda
memberikan gaya pada benda yang lain maka benda yang terkena gaya akan
memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda
pertama, tetapi arahnya berlawanan“. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum
5
Ketiga Newton. Sifat pasangan gaya aksi-reaksi besarnya selalu sama, segaris,
saling berlawanan arah, dan bekerja pada benda yang berbeda.
Secara matematis dinyatakan sebagai :
𝐹⃗ aksi = -𝐹⃗ reaksi………………………………………………………..……............(4)
6
sedangkan pada m2 bekerja T2 berarah ke kiri. Akan tetapi, meskipun arahnya
berlawanan, besar gaya tegangan talinya sama (T = T' dan T1 = T2).
Gambar 2.5 Untuk menggerakkan meja dari keadaan diam diperlukan gaya
minimum tertentu karena ada gaya gesekan yang menghambat kecenderungan
Misalkan, gaya yang dikerahkan pada meja besarnya F dengan arah sejajar
lantai. Jika meja tetap dalam keadaan diam, sesuai dengan Hukum Pertama Newton,
berarti resultan gaya pada meja sama dengan nol. Hal Ini menunjukkan bahwa ada
7
gaya lain yang besarnya sama dan berlawanan arah dengan gaya F yang diberikan.
Gaya ini tidak lain adalah gaya gesekan yang terjadi antara meja dan lantai. Gaya
gesekan pulalah yang menyebabkan meja menjadi berhenti sesaat setelah
melepaskan gaya dorong terhadap meja yang sudah bergerak.
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara gaya gesekan ges dan gaya sejajar bidang
yang diberikan pada benda.
Hubungan antara gaya gesekan fges dan gaya F yang sejajar bidang pada
sebuah benda ditunjukkan pada Gambar 2.6 Grafik tersebut memperlihatkan bahwa
saat benda belum diberi gaya atau F = 0, gaya gesekan belum bekerja atau fges = 0.
Ketika besar gaya F dinaikkan secara perlahan-lahan, benda tetap diam hingga
dicapai keadaan di mana benda tepat akan bergerak. Pada keadaan ini, gaya gesekan
selalu sama dengan gaya yang diberikan atau secara matematis fges = F. Gaya
gesekan yang bekerja saat benda dalam keadaan diam disebut gaya gesekan statis.
Pada keadaan benda tepat akan bergerak, besar gaya F tepat sama dengan
gaya gesekan statis maksimum. Besar gaya gesekan statis maksimum sebanding
dengan gaya normal antara benda dan bidang. Konstanta kesebandingan antara
besar gaya gesekan statis maksimum dan gaya normal disebut koefisien gesekan
statis. Dengan demikian, secara matematis besar gaya gesekan statis maksimum
memenuhi persamaan
fs,maks = μsN.…….………………………………………………………..…….....(6)
dengan:
μs = koefisien gesekan statis
N = gaya normal (N)
Perhatikan bahwa Persamaan (6) hanya berlaku ketika benda tepat akan
bergerak. Persamaan ini juga menunjukkan bahwa selama gaya F yang diberikan
8
pada benda lebih kecil daripada atau sama dengan gaya gesekan statis (F ≤ fs,maks),
benda tetap dalam keadaan diam. Pada keadaan ini berlaku
fges ≤ μsN…….………………………………………………………..…….........(7)
Selanjutnya, ketika gaya F yang diberikan lebih besar daripada besar gaya
gesekan statis maksimum, F > fs,maks, benda akan bergerak. Pada keadaan bergerak
ini, gaya gesekan yang bekerja disebut gaya gesekan kinetik. Gaya gesekan ini
besarnya konstan dan memenuhi persamaan
fges= fk= μkN…….………………………………………………………..……....(8)
dengan: k μ = koefisien gesekan kinetik, dan N = gaya normal.
Persamaan (8) juga memperlihatkan bahwa gaya gesekan kinetik besarnya
lebih kecil daripada gaya gesekan statis maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa
koefisien gesekan kinetik selalu lebih kecil daripada koefisien gesekan statis (μk>
μs). Itulah sebabnya mengapa perlu dikerahkan gaya yang lebih besar saat
mendorong benda dari keadaan diam dibandingkan dengan ketika benda sudah
bergerak. Selain itu, besarnya gaya yang harus dikerahkan bergantung pada
keadaan dua permukaan bidang yang bergesekan. Hal ini disebabkan besarnya
koefisien gesekan bergantung pada sifat alamiah kedua benda yang bergesekan, di
antaranya kering atau basahnya dan kasar atau halusnya permukaan benda yang
bergesekan.
2.4 Katrol
Katrol merupakan roda pejal atau cakram yang berputar pada porosnya,
dililitkan tali utnuk mengangkat beban. Katrol juga disebut kerekan dan termasuk
pesawat sederhana untuk mempermudah pekerjaan. Berdasarkan susunannya katrol
dapat dibagi dua jenis, yaitu katrol tetap atau tunggal dan katrol bebas atau
bergerak. Jika beberapa katrol disusun menjadi satu kerangka disebut katrol
majemuk (Marti, 2007).
Ketika suatu system yang terdiri atas sejumlah katrol berat ringan tanpa
gesekan memilki sebuah tali yang melingkar disekeliling system tersebut, tegangan
pada setiap panjang ruas tali adalah setara dengan gaya yang bekerja pada ujung
tali (F) oleh sejumlah pihak luar. Jadi ketika beban ditahan oleh sepajang n, gaya
output adalah Fn . sering kali katrol terpasang pada beban yang bergerak bersama
9
beban dan hanya diperlukan menghitung jumlah panjang tali (n) yang bekerja pada
katrol tersebut untuk menentukan gaya output (Buinche. J, 2006).
Orang jaman dahulu mengangkat air sumur dengat katrol. Penduduk di
pedesaan saat ini masih banyak yang menggunakan katrol untuk mengangkat air
sumur karena belum adanya listrik yang dapat digunakan untuk menggerakkan
pompa air. Tukang bangunan sampai saat ini masih banyak yang menggunakan
katrol untuk mengangkat bata atau adukan semen ke lantai atas bangunan.
Gambar 2.7 Katrol tetap. (kiri) adalah kondisi sebelum beban ditarik dan (kanan)
adalah kondisi setelah beban ditarik naik sejauh ∆h.
Gambar 2.7 adalah ilustrasi satu katrol yang digantung tetap. Tali di sisi kiri
katrol ditarik ke bawah dengan gaya F. Tali turun sejauh ∆h. Dengan demikian,
kerja yang kita lakukan adalah
W1 = F ∆h…….………………………………………………………..……........(9)
Karena tali cuma satu dan dihubungkan langsung (hanya melengkung
melewati katrol) maka beban naik sejauh ∆h juga. Beban tersebut berada di bawah
pengaruh gaya gravitasi. Akibat kenaikan beban maka energi potensial beban
bertambah sebesar:
∆EP = W ∆h.…………………………………………………………..……......(10)
Kita asumsikan selama bergerak, kecepatan benda tetap sehingga energi kinetik
tidak berubah. Dengan demikian, kerja yang kita lakukan semata-mata untuk
menaikkan energi potensial benda. Dengan demikian:
F∆h = W∆h……………………………………………………………..……....(11)
atau,
F = W…….……………………………………………………………..……....(12)
Jadi, gaya yang kita berikan untuk mengangkat benda menggunakan katrol
tetap persis sama dengan berat benda. Walaupun gaya yang dikeluarkan persis sama
10
dengan berat benda, katrol tetap mempermudah mengangkat benda. Penyebanya
adalah kita memberikan gaya ke arah bawah. Dengan gaya ke arah bawah maka
kita bisa menggunakan seluruh beban tubuh kita untuk menarik benda. Tinggal
memperkuat genggaman tangan pada tali. Untuk mengangkat beban, kadang kita
dapat menggelantung pada tali penarik.
Berbeda kalau kita mengangkat langsung benda dengan menarik ke atas.
Hanya otot-otot tangan yang kita kerahkan untuk menarik dan menahan beban
sehingga kita merasa berat.
Gambar 2.8 adalah ilustrasi satu katrol bergerak yang digunakan untuk
mengangkat benda. Beban digantung pada poros katrol. Tali dililitkan (dilewatkan)
pada katrol. Satu ujung tali dipaten secara tetap dan ujung lainnya ditarik.
Gambar 2.8 Katrol bergerak. (kiri) adalah kondisi sebelum beban ditarik dan
(kanan) adalah kondisi setelah beban ditarik naik sejauh ∆x. Akibat beban ditarik
sejauh ∆x maka tarikan tali naik sejauh ∆y = 2∆x
Tali ditarik ke atas sejauh ∆y dengan gaya F. Dengan demikian, kerja yang
dilakukan adalah F∆y. Akibat penarikan ini maka katrol hanya naik setengah
tarikan tersebut, yaitu ∆x = ∆y/2. Tinggi naiknya beban persis sama dengan tinggi
naiknya katrol. Dengan kenaikan tersebut maka energi potensial beban bertambah
sebesar:
W∆x = W∆y/2…….…………………………………………………………….(13)
Kerja yang kita berikan semata-mata digunakan untuk menambah energi
potesial beban. Dengan demikian :
F∆y = W∆y/2….….…………………………………………………………….(14)
atau
F = W/2……..…….…………………………………………………………….(15)
11
Dengan demikian, jika menggunakan katrol bergerak, gaya tarik yang
dibutuhkan untuk mengangkat benda hanya setengah dari berat benda.
Dinamika merupakan gerak yang dinyatakan dakam besaran besaran vector
r̅, v̅ dan a̅ tanpa mempersoalkan apa yang menyebabkan gerak tersebut. Apabila
benda bermassa tidak sama, seperti yang perlihatkan pada gambar 2.9 berikut ini
T
M1 T
M2
Gambar 2.9 Duah Buah Benda bermasssa tidak sama di gantung pada Katrol
Misalkan m2 lebih besar dari m1, maka tegangan tali dan percepatan benda-
benda tersebut adalah Persamaan gerak untuk
𝑇 = m1.g = m1.a…….…………………………………………………………(16)
Dan untuk m2
T - m2.g = m2.a…….…………………………………………………………….(17)
Dengan menghubungkan kedua persamaan diatas, di peroleh persamaan
m1 m2
a( ) g …………………………….…………..………………………(18)
m1 m2
Besaran gaya T selalu diantara berat benda yang bermassa m1 dan berat
bermassa m2. Memang suharusnya demikian, karena untuk mempercepat m1 ke
atas, T harus besar dari m.g dan agar m2 dipercepat ke bawah maka m2.g harus lebih
besar dari tenggangan tali T (Halliday, 2010).
12
BAB III
METODE EKSPERIMEN
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
30
20
10
0
500 600 700 800 900 1000 1100 1200
T (milisekon)
Grafik 4.1 Grafik hubungan massa dengan waktu untuk massa benda 0.05 Kg
14
50
40
m2 (gram)
30
20
10
0
600 700 800 900 1000 1100 1200
T(miliseko)40
Grafik 4.2 Grafik hubungan massa dengan waktu untuk massa benda 0.04 Kg
Dari data hasil pengamatan, besarnya waktu bervariasi terhadap jarak yang
ditempuh beban pada sistem katrol tunggal. Hal ini dikarenakan adanya error
human atan kesalahan dalam praktikum yang dilakukan oleh praktikan. Contohnya
ketika menekan stopwatch terlambat atau terlalu cepat sehingga muncul adanya
variasi waktu tersebut.
Selanjutnya dihitung percepatan yang terjadi pada sistem katrol tunggal yaitu
sebesar 1.1 m/s². Percepatan gravitasi yang digunakan yaitu sebesar 10 m/s².
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan data hasil eksperimen yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Waktu yang diperlukan untuk mencapai jarak sesuai panjang tali yaitu 1.15
sekon, 0.69 sekon, 0.74 sekon, 0.62 sekon, 0.70 sekon.
2. Percepatan pada sistem katrol tunggal yaitu sebesar 1.1 m/s2.
5.2 Saran
Untuk praktikan agar lebih memahami terlebih dahulu materi yang akan
dipraktikan sebelum menentukan tujuan dan mekanisme eksperimen.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
b. Data-2
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2
c. Data-3
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2
d. Data-4
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09
18
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2
e. Data-5
(𝑚1 − 𝑚2 )
𝑎= .𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )
(0.05 − 0.04)
𝑎= . 10
(0.05 + 0.04)
0.01
𝑎= . 10
0.09
𝑎 = 1.11 𝑚/𝑠 2
19